5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Gambaran Umum Desa 1.1.1 Gambaran Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai, mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C. (Kartikawatie, 2012) Desa Tanjung Pasir terletak pada koordinat 6° 1 00 - 6° 2 00 LS dan 106° 380 - 106° 41 20 BT. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar pemakaman umum. Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI Jakarta. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Muara. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung.
Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir Tahun 2012
1
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
1/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Jarak Desa Tanjung Pasir ± 29 km dari kota Tangerang atau ± 25 km dari pintu keluar M1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapanjang). Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian, sebagian kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah secara berjenjang sebagai berikut: a. Dengan kantor kecamatan berjarak
: 12 km
b. Dengan ibukota kabupaten berjarak
: 54 km
c. Dengan ibukota provinsi berjarak
: 72 km
Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung Melayu Teluk Naga, sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah menggunakan aspal. Secara administrasi, desa Tanjung Pasir terbagi ke dalam 7 (tujuh) wilayah kemandoran atau kampung yaitu : Kampung Tanjung Pasir Barat,Tanjung Pasir Timur, Sukamanah Barat (empang), Garapan, Gagah Sukamanah, Sukamulya1 dan Kampung Sukamulya2. Total jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Secara geografis,
wilayah
Desa
Tanjung
Pasir
yang
memiliki
risiko
tinggi
terhadap
dampakperubahan iklim adalah Kampung Garapan yang merupakan wilayah RW VI dengan jumlah Rukun Tetangga sebanyak 5 RT. Dampak perubahan iklim ini ditandai dengan seringnya banjir di pemukiman warga akibat pasang tinggi sehingga hal tersebut sangat meresahkan warga. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012) Mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama Islam. Mata pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah nelayan dan sebagian wiraswasta. Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir ±1,625 penduduk/km 2, yang rata-rata penduduk tinggal di daerah pesisir pantai. Jumlah penduduk miskin masih cukup besar menunjukan kondisi ekonomi di wilayah desa Tanjung Pasir masih rendah. Masih banyaknya penduduk miskin di desa Tanjung Pasir dapat menjadi hambatan dalam pembangunan di bidang kesehatan. Tingkat pendidikan masyarakat desa Tanjung Pasir juga masih sangat rendah sehingga kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih kurang. 2
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
2/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Di desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu, Poskesdes, beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus. Posyandu di Tanjung Pasir berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan sekali. Satu buah Poskesdes terletak di dalam area TNI Angkatan Laut dengan jadwal kegiatan dua kali dalam seminggu. Masyarakat Tanjung Pasir juga memiliki pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah Tegal Angus yang berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Di Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi dan 17 bidan desa. Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km. Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Puskesmas Tegal Angus terdapat di :
Desa Tegal Angus.
Jl. Raya Tanjung Pasir.
Kode Pos 15510.
Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.
3
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
3/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.
Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu.
Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.
Pra sarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan oleh: A. Jalan Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km, dengan klasifikasi sebagai berikut : 1. Berdasarkan status
Jalan Propinsi
: 9,5 km.
Jalan Kabupaten
: 5 km.
Jalan Desa
: 93,5 km.
2. Berdasarkan kondisi fisik
Jalan hotmik
: 17,5 km.
Jalan aspal
: 67 km.
Jalan tanah
: 14,5 km.
B. Jembatan 1. Jembatan besi
: 1 km.
2. Jembatan beton
: 7 km.
C. Sungai atau kali Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km. 1. Irigasi atau Pengairan Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha. 2. Bendungan air atau Dam Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat. 1.1.2 Gambaran Secara Demografi 1.1.2.1 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga 1.485 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3,7 jiwa. Berdasarkan data dari BPS 4
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
4/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2012
Jumlah
o
Desa/Kel
k u d ) a u w d i J n e ( P
Luas Wilayah 2 (km )
n i k s i ) M a k i w u J d ( u d n e P
T R
W K R K
h a m u R
h a m u R / a w i J a t a R a t a R
k u d u d n e ) P 2 m n a k ( t a d a p e K
1
Lemo
3,61
6,682
734
32
15
1,408
1408
10.31
1850.97
2 3 4
Muara Pangkalan Tanjung Burung Tanjung Pasir Tegal Angus
5,14 7,54 5,24
3,566 16,888 7,699
490 1,495 740
22 35 16
6 11 8
793 3,229 1,484
793 3229 1572
7.19 4.08 3.10
693.77 2239.79 1463.55
5,64
9,513
1,348
31
18
1,936
2319
5.32
1686.70
2,83
9,513
1,081
23
7
1,895
1895
3.30
3361.48
Jumlah
30,02 53,831 5,889 139 45 10,745 10,745 Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
4.33
1794
5 6
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal Angus. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Tegal Angus Tahun
2012
NO.
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH PENDUDUK
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+
2,702 2,657 2,896 2,980 2,910 2,877 2,336 1,994 1,704 1,401 1,135 741 546 337 252 203
2,505 2,511 2,563 2,895 2,960 2,790 2,153 1,888 1,613 1,262 925 656 533 318 281 307
5,207 5,168 5,459 5,875 5,870 5,667 4,489 3,882 3,317 2,663 2,060 1,397 1,079 655 533 510
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
JUMLAH 27,671 26,160 53,831 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012
5
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
5/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Pasir didominasi oleh nelayan, petani pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai. Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri namun kebanyakan mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu kemudian. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012). Beberapa mata pencaharian pokok pada penduduk Desa Tanjung Pasir diuraikan pada tabel dibawah ini : Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok (Sumber: Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Mata Pencaharian Nelayan Buruh/swasta Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang kayu Peternak Pengrajin Montir Dokter/Bidan Supir Pengemudi Becak TNI / POLRI Pengusaha Petani
Jumlah Penduduk 2.331 orang 65 orang 15 orang 1.213 orang 24 orang 62 orang 42 orang 6 orang 5 orang 25 orang 6 orang 30 orang 43 orang 6 orang 8 orang 176 Orang
6
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
6/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung Pasir antara lain: Tabel 1.4 Sarana Perekenomian dan Perdagangan di Desa Tanjung Pasir (Sumber: Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Sarana
Jumlah
Koperasi
1 buah
Pasar
2
Warung/kedai
100 buah
Kios Kelontong
5 buah
Bengkel
8 buah
Toko
20 buah
Percetakan/sablon
1
Material/ toko bangunan Swalayan
5 8
Super Mall
-
Pegadaian
3
Bank BRI
1
Bank Swasta
2
Pos Giro
1
Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 hektar. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik warga Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir adalah ikan bandeng, mujair dan kakap. Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah taman buaya , resort , serta wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih 7
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
7/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu. 1.1.2.3 Tingkat Pendidikan
Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Dari jumlah 53.831 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan seperti terlihat pada diagram dibawah ini: Diagram 1. 1 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
SLTA/MA SLTP/MTS 11,19%
9,92%
AK/Diploma Universitas 0,36%
0,44% SD/MI 43,37%
Tidak/belum tamat SD 34,72%
Sumber : kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
1.1.2.4 Sarana dan Prasarana
1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :
Ruang Kepala Puskesmas
: 1 Ruang
Ruang TU
: 1 Ruang
Ruang Dokter
: 1 Ruang
Ruang Aula
: 1 Ruang
Ruang Imunisasi
: 1 Ruang
Ruang Loket
: 1 Ruang
Ruang Apotik
: 1 Ruang
Ruang BP umum
: 1 Ruang
Ruang BP Anak
: 1 Ruang
Ruang BP Gigi
: 1 Ruang
8
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
8/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Ruang KIA dan KB
: 1 Ruang
Ruang Gizi
: 1 Ruang
Ruang Gudang Obat
: 1 Ruang
Ruang TB Ruang Lansia
: 1 Ruang : 1 Ruang
Ruang Kesling
: 1 Ruang
Ruang Perpustakaan
: 1 Ruang
Ruang Mushola
: 1 Ruang
Ruang Bidan
: 1 Ruang
Dapur
: 1 Ruang
Ruang Gudang Perkakas WC
: 1 Ruang : 5 Ruang
2. Bidan di Desa
: 6 Orang
3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :
Tegal Angus
: 7 Posyandu
Pangkalan
: 10 Posyandu
Tanjung Burung
: 7 Posyandu
Tanjung Pasir Lemo
: 9 Posyandu
: 6 Posyandu
Muara
: 6 Posyandu
4. Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)
Jumlah Posyandu
: 45 buah
Jumlah Kader Posyandu dibina
: 225 orang
Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina
: 60 orang
5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus. Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No
NAMA DESA
1
3 4
Pangkalan Tanjung Burung Tegal Angus Tanjung Pasir
5 6
Muara Lemo
2
JUMLAH SEKOLAH SD MI SMP MTS 5 1 2 1
PAUD 1
TK 2
RA 0
SMA 0
SMK 1
MA 0
1
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0 0
1 2
0 0
2 2
2 1
2 0
1 1
1 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
3 3
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
9
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
9/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
6. Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Tabel 1.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sarana Pelayanan Kesehatan
Apotik Balai Pengobatan Swasta Gudang Farmasi Laboratorium Klinik Swasta Optikal Pos UKK Polindes Posbindu Poskesdes Posyandu Praktek Bidan Swasta Praktek dokter (perorangan) Dokter umum Dokter gigi Dokter spesialis Puskesmas Puskesmas pembantu (pustu) Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Toko obat
Jumlah
0 2 0 0 0 0 0 6 1 45 8
13 14 15 16 17 18
5 0 0 1 1 0 0 0 2
Sumber: Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
1.1.2.5 Kesehatan Dasar A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu dengan instansi terkait, dalam hal ini puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain : a. Kunjungan Ibu Hamil K1. Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%. b. Kunjungan Ibu Hamil K4. Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe.
10
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
10/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Cakupan kunjungan K4 di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan pemberian Fe3 90%. c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan. Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 yaitu 928 orang dari 1.025 persalinan. d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi (risti). Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal dapat dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan neonatal risti di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari 215 sasaran bumil resti (80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal risti (68,4%). e. Pelayanan Neonatal. Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. 2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah. Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas ibu balita. 3. Keluarga berencana. a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui penyuluhan terus menerus. b. Peserta KB Aktif. 4. Imunisasi a. Desa UCI Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang dilakukan sweeping imunisasi. b. Drop Out imunisasi Campak-Polio. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu. 5. Gizi a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
11
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
11/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI untuk perawatan dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk. b. ASI Eksklusif ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi yang terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi, mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih sayang antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas tegal angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%), meningkat dari tahun lalu yang hanya sebesar 44, 53%. c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA) Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh sekitar 50% di Indonesia. B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
1. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut. C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan melalui program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013 pada tabel berikut :
12
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
12/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.7 Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Tahun 2013 INDIKATOR
Nama Desa
Juml ah KK YDT
% Persalin an O/ tks
% % As By/ i blt eks dtm bg
% Cuci Tang an
% Air Bers ih
% Jamb an Sehat
% Bersik an Jentik
% Mak an Sayu r Buah
% Aktivit as Fisik
% Tdk Merok ok dlm Rumah
% Jmlh (Seha t)
Pangkal an
210
57.6
42. 4
67.1
70
95.7
66.5
51.4
57
33.3
33.5
16.2
Tj. Burung
210
64.6
58. 6
65.7
43.3
96.6
46.7
79
61.9
72.8
72.8
16.7
Tj. Pasir
214
35.6
24. 3
58.9
87.4
90.2
57
94
39.7
72.4
57
17
Tegal Angus
210
71.4
49. 5
79.5
38.6
91.4
68.8
92.7
72.3
65.6
65.2
17
Muara
210
71.5
43. 6
70.6
45.9
99
43
92
73.4
33
71.2
56.5
Lemo
206
63.6
24. 8
64
91.6
83.6
44.8
80.8
84
62
45
18
Jumlah
1260
65.2
37. 7
67.5
63.6
92.8
54
86
55.3
61.5
54
15.5
D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di puskesmas Tegal Angus :
Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi semua anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa sebanyak 11,2% yang memenuhi syarat kesehatan.
13
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
13/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal Angus sangat kurang, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
14
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
14/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.8 LAPORAN CAKUPAN KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TRIWULAN I PUSKESMAS TEGAL ANGUS TAHUN 2014 NO
1
Puskesmas
2
Desa
Jumlah Penduduk
3
Jumlah KK
TEMPAT SAMPAH
SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH
JUMLAH KK MEMILIKI
JUMLAH KK DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
%KK MEMILIKI
%KK DIPERIKSA
%SEHAT
JUMLAH KK MEMILIKI
JUMLAH KK DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
%KK MEMILIKI
%KK DIPERIKSA
%SEHAT
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
7.675
2.685
618
25
24
62,49
4,05
96,00
225
25
24
8,38
11,11
96,00
Pangkalan
16.755
5.362
1653
32
28
63,58
6,90
92,30
655
32
28
12,22
4,89
93,75
Tegal angus
9.355
2.900
720
19
18
62,50
2,64
94,74
535
19
18
18,45
3,55
94,74
Tj. pasir
9.595
1.823
447
18
16
62,52
4,03
88,89
315
18
16
17,28
5,73
88,89
Muara
3.516
492
124
12
10
62,63
9,68
83,33
90
12
10
18,29
13,33
83,33
Lemo
6.548
655
162
14
12
62,55
8,64
85,71
112
14
12
17,10
12,50
85,71
53.444
13.917
3.106
120
110
62,52
3,86
91,67
1.932
120
110
13.85
6,21
91,67
TEGAL Tj. ANGUS burung
JUMLAH
15
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
15/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa pada masyarakat di sekitar Puskesmas Tegal Angus masih memiliki masalah tentang sanitasi dasar. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang rendah dapat menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan penyakit saluran pencernaan. Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat – tempat umum pengelolaan makanan. Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan. 1.1.2.6 Situasi Derajat Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada Maret 2014. Tabel 1.9 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Maret 2014
Jumlah Kasus Laki- laki Perempuan 8 11
No
Penyakit
Kode ICD
1
ISPA
J06
2
Dermatitis Demam yang tidak diketahui sebabnya Diabetes mellitus Hipertensi Essensial Batuk Sakit Kepala Gastritis dan Duodenitis yang disertai perdarahan lambung Myalgia Tuberkulosis Paru Klinis
L30
7
6
R50
4
5
E14 I10 R05 R51
3 4 5 3
6 4 2 4
K29
2
3
M791 A16
2 2
3 2
40
46
3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
16 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
16/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2 Gambaran Keluarga Binaan
Keluarga binaan berada di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari tujuh kepala keluarga, yaitu : 1. Keluarga Tn. Sirat 2. Keluarga Tn. Arsum 3. Keluarga Tn. Safrudin 4. Keluarga Tn. Sholeh 5. Keluarga Ny. Sumini 6. Keluarga Tn. Leman 7. Keluarga Tn. Burhanuddin
Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut :
Gambar 1.3 Denah Lokasi Rumah Keluarga Binaan RT 005/RW 001,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Mei Tahun 2014
17 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
17/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.1 Keluarga Binaan Tn. Sirat 1.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sirat yang memiliki empat orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah: Tabel 1.10 Data Dasar Keluarga Tn. Sirat
Nama
Tn. Sirat Ny. Angrum Afendi Tommi
Status Keluarga
Kepala Keluarga Istri Anak kandung Anak kandung
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan Perbulan
Laki – laki
50 th
SD
Nelayan
Rp.2.000.000,-
Perempuan
45 th
SD
IRT
-
Laki – laki
23 th
SD
Nelayan
Rp.1.000.000,-
Laki – laki
17 th
SMA
Pelajar
-
1.2.1.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Sirat tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 20 x 10 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan pada dinding dapur dan kamar mandi terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon. Rumah Tn. Sirat terdiri dari 9 ruangan yang terdiri dari ruang tamu dengan luas sekitar 2 x 2 meter, empat buah kamar tidur dengan masing-masing luas 3 x 3 meter, ruang keluarga dengan luas 2x3 meter, ruang musholla dengan luas 2 x 1.5 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter, kamar mandi dengan luas 1 x 2 meter. Sistem ventilasi rumah Tn. Sirat belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Sirat hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, sedangkan pada kamar tidur hanya terdapat 2 kamar yang memiliki jendela sedangkan 2 kamar tidur lainnya tidak terdapat jendela. Di dalam rumah Tn. Sirat terdapat 7 buah lampu dengan 40 watt yang baru dinyalakan ketika malam hari. Keluarga Tn. Sirat memiliki sumber air berupa air PAM. Air ini ditampung dengan tempat penampungan di kamar mandi memiliki penutup dan dikuras rutin tiap minggu, digunakan untuk beberapa keperluan, seperti minum, memasak, sedangkan untuk mencuci dan mandi menggunakan air sumur dengan menggunakan pompa air. Keluarga Tn. Sirat
18 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
18/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
memiliki tanaman pohon serta saung di halaman depan rumah. Sampah-sampah dibuang dan dikumpulkan di halaman depan rumah dan dibakar jika sudah menumpuk .
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Sirat
1.2.1.3 Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Tn. Sirat terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak antara rumah Tn. Sirat dan tetangganya. Keluarga Tn. Sirat memiliki kebiasaan membakar sampah di halaman depan rumah. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Sirat membuang limbah rumah tangga ke penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Sebelum bagian teras ditinggikan apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan rumah Tn. Sirat sering becek dan tergenang air hujan. Keluarga Tn. Sirat tidak memiliki hewan ternak di rumahnya, namun memelihara 1 kucing. 1.2.1.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Sirat mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Angrum sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Tn. Sirat hanya sesekali memakan daging. Keluarga Tn. Sirat jarang mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya keluarga Tn. Sirat berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama. Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Sirat terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Sirat sering makan tanpa
19 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
19/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Angrum masak menggunakan kompor gas 3 kg. 1.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Angrum (An. Arsum) terjadi pada tahun 1980. Anak pertama lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Angrum tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir kira-kira 3.2 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya sekali membawa anaknya Arsum untuk imunisasi, untuk imunisasi selanjutnya Arsu tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Angrum. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Angrum sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Arsu sudah berkeluarga dan bertempat tinggal di samping rumah keluarga Tn. Sirat. Kelahiran anak kedua Ny. Angrum (An. Abdullah) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali membawa anaknya Abdullah untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Angrum diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Abdullah sudah berkeluarga dan bertempat tinggal Balai Raja. Kelahiran anak ketiga Ny. Angrum (An. Afendi) terjadi pada tahun 1991. Anak ketiga lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir kirakira 3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali membawa anaknya Afendi untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Samka sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Afendi belum menikah dan masih tinggal bersama keluarga Tn. Sirat. Kelahiran anak keempat Ny. Angrum (An. Tommi) terjadi pada tahun 1997. Anak keempat lahir di rumah dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Angrum sering memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Anggrum tidak pernah 20 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
20/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3.3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum sering membawa anaknya Tommi untuk imunisasi, makanan pendamping ASI pada anak Ny. Samka sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Tommi tinggal di pesantren, hanya pulang ke rumah dua bulan sekali. 1.2.1.6 Perilaku
Tn. Sirat mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Anak Tn. Sirat yaitu Afendi juga memiliki kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu. Karena kesibukan kerjanya dari jam lima pagi sampai malam hari membuat Tn. Sirat tidak sempat untuk berolahraga. Namun, Ny. Angrum tiap pagi menyempatkan untuk jalan santai saat pagi hari sebelum memulai aktivitas. Tn. Sirat bekerja bersama anaknya menjadi nelayan. Ny. Angrum selaku istri Tn. Sirat kerap menabung dengan menyisihkan uang sebesar Rp. 100.000.- perbulan. Keluarga Tn. Sirat biasa mencuci tangan menggunakan air tanpa menggunakan sabun sebelum makan dan memakai alas kaki saat keluar rumah. 1.2.1.7 Kebiasaan Berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Sirat berobat ke praktik Dokter umum terdekat (dokter Cecep yang praktek di daerah Gaga). Penyakit yang sering diderita Tn. Sirat adalah pegal-pegal sedangkan penyakit yang diderita oleh Ny. Angrum adalah diabetes mellitus sejak 2 tahun yang lalu. Selama ini Ny. Anggrum mengkonsumsi obat antidiabetes yang diminum setiap hari. 1.2.1.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Sirat
No
Kriteria
Permasalahan
1.
Kebiasaan Merokok
Ayah merokok 1 bungkus per hari, anak lelakinya juga merokok sudah sejak lama. Ny. Angrum sering jalan santai dipagi hari, sedangkan anggota keluarga lainnya tidak melakukan kegiatan olahraga. Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, sayur-sayuran. Jarang mengkonsumsi daging, buah-buahan.
2.
Olah Raga
3
Pola Makan
4
Pola Pencarian Pengobatan
Berobat ke doktek praktik terdekat, Puskesmas.
5
Menabung
Menabung perbulan Rp. 100.000
6
Aktivitas Sehari – Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu sebagai Ibu Rumah hari Tangga. 21
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
21/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sirat
No
Kriteria
1 2
Luas Bangunan Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5
MCK
6
Sumber Air
7
Saluran Pembuangan Limbah
8 9
Tempat Pembuangan Sampah Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan
20 x 10 meter. Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5 meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm. Jendela hanya terdapat di depan rumah, serta di 2 kamar tidur, sedangkan 2 kamar tidur lainnya tidak menggunakan jendela. Terdapat 7 buah lampu: 1 di ruang keluarga, dapur, ruang keluarga dan 1 di setiap kamar tidur. Keluarga ini memiliki jamban. Air bersih didapatkan dari membeli, sedangkan untuk mencuci, mandi menggunakan air sumur. Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam sebuah lubang yang dibuang melalui selokan samping rumah. Sampah ditumpuk dan dibakar di depan rumah. Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
1.2.2 Keluarga Binaan Tn. Arsum 1.2.2.1 Data Dasar Keluarga Tn. Arsum
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Arsum yang memiliki tiga orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah: Tabel 1.13 Data Dasar Keluarga Tn.Arsum
Nama
Tn. Arsum
Status Keluarga
Kepala
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan perbulan
Laki – laki
32
SD
Nelayan
Rp.1.200.000,-
Keluarga Ny. Iyos
Istri
Perempuan
24
SMP
IRT
-
An. Fachri
Anak Kandung
Laki-laki
5
TK
-
-
1.2.2.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Arsum tinggal di rumah milik mertuanya dengan luas bangunan sekitar 5 x 8 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan namun tembok 22 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
22/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
samping kiri terbuat dari triplek, dinding rumah bagian belakang terbuat dari tembok. Lantai rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng dan sudah menggunakan plafon. Rumah Tn. Arsum terdiri dari 3 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan masing – masing luas 3 x 3 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau mandi. Sistem ventilasi rumah Tn. Arsum belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Arsum hanya berupa empat buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, sedangkan hanya terdapat satu kamar yang terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn. Arsum terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan dapur sehingga rumah Tn. Arsum kurang dalam pencahayaan. Di rumah Tn. Arsum terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air besar (BAB) keluarga Tn. Arsum tidak memiliki masalah. Keluarga Tn. Arsum harus membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak, hal ini disebabkan langkanya air bersih. Sebenarnya air PAM sudah mencapai desa tanjung pasir tetapi air tersebut tidak mengalir lancar dan seringkali mati.
Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Arsum
1.2.2.3 Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Tn. Arsum terletak di lingkungan yang padat penduduk, hanya terdapat sedikit jarak antara rumah Tn. Arsum dan tetangganya. Keluarga Tn. Arsum memiliki 23 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
23/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
kebiasaan membakar sampah di depan rumah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir di lingkungan rumahnya tersebut, tidak jarang juga sampahsampah tersebut di buang ke laut, terutama jika musim penghujan tiba. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Arsum membuang limbah rumah tangga ke penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan rumah Tn. Arsum selalu becek karena kondisi tanah yang lembek. Selain itu di sekeliling rumah Tn. Arsum terdapat banyak sekali penampungan-penampungan air, seperti tempayan dan drum-drum bekas hal ini di karenakan Tn. Arsum harus membeli air bersih sehingga air bersih tersebut harus di simpan dalam tempayan, di dalam tempayan tersebut di dapatkan jentik-jentik nyamuk. Drum-drum bekas digunakan untuk mengisi bahan bakar perahu yang digunakan untuk menangkap ikan, drum-drum bekas tersebut terisi oleh air bekas hujan dan terdapat jentik-jentik disana. Selain itu istri Tn. Arsum sering mengumpulkan botol-botol bekas minuman untuk di jual kembali, dan botol-botol ini sering digenangi air hujan dan menjadi tempat perindukan nyamuk. 1.2.2.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Arsum mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Iyos sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan porsi makanan sehari hari kira-kira 1 piring penuh nasi dan tahu tempe 2 buah, tidak jarang juga Ny. Iyos memasak sayur sepeti sayur asam, dan sayur kangkung, disertai dengan ikan asin. Keluarga Tn. Arsum seminggu dua kali memakan daging. Keluarga Tn. Arsum jarang mengkonsumsi buah buahan. Biasanya keluarga Tn. Arsum berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama. Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Arsum terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Arsum sebelum makan, biasanya mencuci tangan terdahulu. Ny. Iyos masak menggunakan kompor 3 kg. 1.2.2.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Iyos (An. Fachri) lahir pada tahun 2008. Anak pertama lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Iyos hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Iyos pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2,5 kg, dan pada penimbangan terakhir BB anak 11 kg. Ny. Iyos sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. 24 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
24/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Ny. Iyos hanya sekali membawa anaknya Fachri untuk imunisasi. Untuk imunisasi selanjutnya Fachri tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Iyos. Makanan pendamping ASI sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun berupa bubur dan nasi tim. Saat ini Fachri diberi makan tiga kali dalam satu hari dan biasa nya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telor dan nafsu makan nya juga masih baik. 1.2.2.6 Perilaku
Tn. Arsum mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya sebagai seorang nelayan yang berangkat pagi hari dan pulang tiga hari kemudian membuat Tn. Arsum tidak sempat untuk berolahraga. Ny. iyos selaku istri Tn. Arsum kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000,- Rp.15.000,-. 1.2.2.7 Kebiasaan Berobat
Apabila keluarga Tn. Arsum sakit kerap kali tidak sering berobat ke tenaga medis, dan lebih memilih pengobatan tradisional dan obat warung, jika penyakit yang diderita sudah dirasa berat barulah keluarga Tn. Arsum pergi ke tenaga medis. 1.2.2.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Arsum
No
Kriteria
1.
Kebiasaan Merokok
2.
Olah Raga
3
Pola Makan
4
Pola Pencarian Pengobatan
5
Menabung
6
Aktivitas Sehari – hari
Permasalahan Ayah merokok 1 bungkus per hari, anggota keluarga lainnya tidak merokok. Tidak ada anggota keluarga yang melakukan kegiatan olahraga. Makan 2 – 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur pada umumnya. Mengkonsumsi daging merah 2 – 3 kali dalam seminggu. Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas. Menabung dilakukan seminggu sekali setiap hari Selasa di Rumah Pak RT. Dengan kisaran Rp.10.000,- - Rp.15.000,-. Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah.
25 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
25/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Arsum
No 1
Kriteria Luas Bangunan
2
Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5 6
MCK Sumber Air
7
Saluran Pembuangan Limbah
8 9
Tempat Pembuangan Sampah Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan 5 x 10 meter. Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5 meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm. Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3 buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di dalam kamar. Keluarga ini memiliki jamban. Air bersih didapatkan dari membeli air besih. Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam sebuah lubang. Sampah selalu dibakar di depan rumah. Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
1.2.3 Keluarga Binaan Tn.Safrudin 1.2.3.1 Data Dasar Keluarga Tn. Safrudin
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Safrudin yang memiliki enam orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah: Tabel 1.16 Data Dasar Keluarga Tn. Safrudin
Nama
Tn. Safrudin Ny. Junena Nn. Siti Nn. Irma Nn. Dian An. Akbar
Status
Jenis
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keluarga Kepala keluarga Istri Anak Kandung Anak Kandung Anak Kandung Anak Kandung
Kelamin Laki- Laki
(Tahun) 43
SD
Perempuan Perempuan
40 23
SD SMA
Perempuan
16
SMP
Sopir Angkot IRT Penjaga Toko -
Perempuan
12
SD
-
-
Laki- Laki
3
Belum Sekolah
-
-
Perbulan Rp. 2.500.000 Rp. 500.000
-
1.2.3.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Safrudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 15 x 10 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan pada dinding rumah bagian belakang terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat dari coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon. Rumah Tn. Safrudin terdiri dari 4 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan masing – masing luas 3 x 3 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah 26 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
26/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau mandi degan berbataskan kain. Sistem ventilasi rumah Tn. Safrudin belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Safrudin hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, sedangkan di setiap kamar tidak terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn. Safrudin terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan dapur sehingga rumah Tn. Safrudin kurang dalam pencahayaan. Di rumah Tn. Safrudin terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air besar (BAB) keluarga. Kebutuhan air keluarga Tn. Safrudin air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak cukup, karena ada pompa air.
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Safrudin
1.2.3.3 Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Safrudin terletak di lingkungan yang padat penduduk, terdapat jarak antara rumah Tn. Safrudin dan tetangganya. Keluarga Tn. Safrudin memiliki kebiasaan membakar sampah di belakang rumah. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Safrudin membuang limbah rumah tangga ke penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan dan belakang rumah Tn. Safrudin selalu becek karena kondisi tanah yang lembek. Keluarga Tn. Safrudin memiliki hewan ternak (ayam) di belakang rumahnya. 27 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
27/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.3.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Safrudin mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Junenah sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Tn. Safrudin hanya sesekali memakan daging dan ikan. Keluarga Tn. Safrudin jarang mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya keluarga Tn. Safrudin berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama. Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Safrudin terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Safrudin sering makan tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Junenah masak menggunakan kompor minyak tanah. 1.2.3.5 Riwayat Obstetri Dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Junenah (Siti Nur Aini) pada tahun 1991. Anak pertama lahir secara normal yang dibantu oleh bidan yang bertempat di rumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Junenah selalu memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan mendapatkan imunisasi TT. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2,5 kg, dan pada penimbangan terakhir BB anak 11 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Ny. Junenah rajin membawa anaknya Siti Nur Aini untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Kelahiran anak kedua Ny. Junenah (An. Ima Safitri) terjadi pada tahun 1998. Anak kedua lahir secara normal di bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah secara teratur memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2,8 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Saat ini Ima Safitri diberi makan tiga kali dalam satu hari dan biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telor dan nafsu makannya juga masih baik. Kelahiran anak ketiga Ny. Junenah (An. Dian Anggraini) terjadi pada tahun 2002. Anak ketiga lahir di bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah teratur memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,2 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Ny. 28 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
28/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Junenah hanya beberapa kali membawa anaknya untuk imunisasi. Imunisasi selanjutnya Dian Anggraini tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Junenah. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Junenah sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Kelahiran anak keempat Ny. Junenah (An. M. Akbar) terjadi pada tahun 2011. Anak keempat lahir dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,0 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Saat ini M. Akbar diberi makan tiga kali dalam satu hari dan biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telur, sayur dan nafsu makannya juga masih baik. 1.2.3.6 Perilaku
Tn. Safrudin mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya dari pagi sampai sore membuat Tn. Safrudin tidak sempat untuk berolahraga. Tn. Safrudin bekerja sebagai supir angkutan. Ny. Junenah selaku istri Tn. Safrudin kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000 ,- Rp.15.000,-. Ny. Junenah setiap kali bersalin selalu datang ke bidan. 1.2.3.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Safrudin berobat ke praktik Dokter umum terdekat. Namun, kadang-kadang untuk sakit ringan biasa keluarga Tn. Safrudin membeli obat di warung. Penyakit yang sering diderita Tn. Safrudin adalah pegal-pegal sedangkan penyakit yang sering di derita anggota keluarga lainnya hanya batuk pilek terutama pada anaknya yang masih balita.
29 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
29/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.3.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.17 Faktor Internal Keluarga Tn. Safrudin
No
Kriteria
Permasalahan
1
Kebiasaan Merokok
2
Olah Raga
3
Pola Makan
4
Pola Pencarian Pengobatan
5
Menabung
6
Aktivitas Sehari – hari
Ayah merokok bungkus per hari, anggota keluarga lainnya1 tidak merokok. Tidak ada anggota keluarga yang melakukan kegiatan olahraga. Makan 2 – 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, ikan pada umumnya. Jarang mengkonsumsi daging merah 2 – 3 kali dalam seminggu. Berobat ke praktik dokter umum terdekat dan puskesmas, namun kadang juga membeli obat di warung. Menabung dilakukan- seminggu sekali dengan kisaran Rp.10.000,Rp.15.000,-. Ayah bekerja sebagai supir angkutan umum, anak perempuannya sebagai buruh cuci, dan Ibu sebagai Ibu Rumah Tangga.
Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Safrudin
No 1
Kriteria Luas Bangunan
2
Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5 6
MCK Sumber Air
7
Saluran Pembuangan Limbah
8 9
Tempat Pembuangan Sampah Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan
15 x 10 meter. Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5 meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm. Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3 buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di dalam kamar. Keluarga ini memiliki jamban. Air bersih didapatkan dari membeli. Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam sebuah lubang. Sampah selalu dibakar di belakang rumah. Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dekat dengan rawa dan kandang hewan.
1.2.4 Keluarga Binaan Tn. M. Sholeh 1.2.4.1 Data Dasar Keluarga Tn. M. Sholeh
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. M. Sholeh yang memiliki lima orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut adalah:
30 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
30/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.19 Data Dasar Keluarga Tn. M Sholeh
Nama
Status Keluarga
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan Perbulan
Tn. M Sholeh
Kepala keluarga
Laki-laki
33
SD
Nelayan
Rp.1.500.000,-
Ny. Wulandari
Istri
Perempuan
26
SMK
IRT
-
Ny. Asmana
Ibu kandung
Perempuan
62
SD
Pedagang warung asongan
Rp.500.000,-
Ratna Soliha
Anak I
Perempuan
2
-
-
-
Siti Sonaria
Anak II
Perempuan
11 (bulan)
-
-
-
1.2.4.2 Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. M. Sholeh tinggal di sebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 4 x 8 m 2 dan mempunyai pekarangan seluas 1 x 2 m 2. Rumah terdiri atas ruang tamu berukuran 2 x 3 m2 dipisahkan oleh tembok menuju ke ruang serbaguna yang berisi tempat tidur. Di ruang tamu hanya terdiri atas jendela kaca yang bisa dibuka dan pintu, dengan ventilasi. Terdapat lampu pada ruang tamu, sehingga pencahayaan cukup. Lantai ruang tamu didasari oleh keramik, sedangkan atap oleh asbes tanpa plafon. Rumah ini terdiri terdiri atas 1 kamar tidur yang berukuran 2 x 3 m2, tanpa ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Dalam kamar tersebut tidak ditemukan jendela untuk pencahayaan. Terdapat satu kasur dan satu lemari. Dibagian belakang terdapat satu dapur terbuka, dimana lantainya beralaskan tanah, dengan atap yang terbuat dari bambu serta dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Rumah ini memiliki kamar mandi dan terdapat jamban. Rumah ini memiliki 1 pintu depan, 1 pintu belakang, 1 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dengan ukuran 50 x 100 cm dengan jarak 80 cm dari tanah. Di atas jendela terdapat lubang angin, tapi oleh Ny. Wulandari ditutup oleh kain saring. Hal ini dikarenakan banyak nyamuk apabila lubang tersebut tidak ditutup oleh kain saring. Di dalam kamar yang terletak di depan tidak terdapat jendela dan ventilasi, hal ini menimbulkan pencahayaan dalam ruangan sangat kurang sehingga membutuhkan lampu. Pintu kedua adalah pintu menuju dapur, yang berada di luar. Didalam rumah ataupun dapur tidak terdapat tempat sampah yang memadai.
31 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
31/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. M Sholeh
1.2.4.3 Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. M. Sholeh berada di lingkungan perumahan cukup padat. Pada bagian kanan, kiri dan depan terdapat rumah tetangga. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga. Terdapat warung sembako di depan rumah Tn. M Sholeh sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tn. M. Sholeh mengaku melakukan pemilahan untuk jenis sampah organik dan anorganik dengan maksud akan menjual sampah botol atau plastik kepada pengepul. 1.2.4.4 Pola Makan
Ny. Wulandari memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Menu masakan yang dimasak cukup variatif, seperti tahu, tempe, dan seringkali ikan. Keluarga Tn. M. Sholeh rutin makan sayur setiap hari, namun jarang mengkonsumsi buah-buahan. Ny. Wulandari juga tidak mencuci tangan sebelum mengolah makanan dan menyiapkan makanan. 1.2.4.5 Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama kehamilan Ny. Wulandari mengaku sering memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan. Seluruh anak Ny. Wulandari lahir dengan bantuan bidan setempat. Selama proses kehamilan dan melahirkan tidak didapatkan keluhan penyakit apapun. Seluruh anak lahir secara spontan dan langsung menangis. Ny. Wulandari lupa berat badan badan anak-anaknya ketika lahir.
32 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
32/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Imunisasi dilakukan pada semua anak Tn. M. Sholeh dan Ny. Wulandari. Hal tersebut dikarenakan lokasi posyandu yang cukup dekat dan keluarga Tn. M. Sholeh mengaku imunisasi bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit anak-anaknya. Ny. Wulandari sempat menggunakan KB setelah kelahiran anak kedua ini. KB yang digunakan adalah jenis suntik (injeksi) setiap 3 bulan sekali. Walaupun begitu, hal ini hanya berlangsung selama ± 1 tahun. Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan berat badan pada Ny. Wulandari. 1.2.4.6 Perilaku
Tn. M. Sholeh adalah perokok berat dan dapat menghabiskan 10 batang/hari dan mempunyai kebiasaan merokok dalam rumah dan kadang diluar atau di teras rumah meskipun terdapat anak-anak disekitarnya. Ny. Wulandari juga tidak pernah melarang akan kebiasaan suami dan anak-anaknya tersebut. Keluarga ini juga memiliki kebiasaan tidak menutup mulut saat bersin dan batuk, serta jarang mencuci tangan. Cuci tangan pun jarang dilakukan saat sebelum makan. Mereka beralasan bahwa setiap makan menggunakan sendok, sehingga tidak perlu untuk mencuci tangan. Setiap mencuci tangan pun mereka tidak menggunakan sabun, karena merasa air yang digunakan sudah bersih. Selain itu, harga sabun yang dirasa mahal sehingga mereka enggan membeli sabun untuk mencuci tangan. Sumber air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air yang berasal dari gentong dan diperoleh dengan membeli air PAM atau air sumur rumahnya. Keluarga Tn. M. Sholeh memiliki mengatakan melakukan pemilahan sampah plastik dan sampah sisa makanan karena Tn. Sholeh mengaku melakukan pengumpulan sampah plastik untuk dijual untuk pengepul. Kemudian sampah organik atau sampah makanan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dikubur, dibakar atau bahkan dibuang ke laut atau jalanan sekitar rumahnya. 1.2.4.7 Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, saat sakit keluarga Tn. M Sholeh biasanya membeli obat warung. Jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan pergi ke rumah bidan terdekat atau mantri untuk dilakukan pengobatannya, apabila tidak kunjung membaik juga, baru mereka berobat ke Puskesmas. Keluarga ini beralasan, sulitnya akses menuju Puskesmas serta pelayanan yang lambat membuat mereka enggan berobat di Puskesmas.
33 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
33/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.4.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn. M Sholeh
No
Kriteria
1
Kebiasaan Membuang Sampah
2
Olah Raga
3
Pola Makan
4
Pola Pencarian Pengobatan
5
Menabung
6
Aktivitas Sehari – hari
Permasalahan
Semua anggota keluarga memiliki kebiasaan memilah sampah organik dan anorganik (plastik dan botol untuk dijual kepada pengepul, namun sampah organik biasanya dibakar dan kadang dikubur atau dibuang sembarangan di jalan dan laut. Tidak ada anggota keluarga yang melakukan olahraga. Makan 2 – 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu temped an telur pada umumnya. Mengkonsumsi ikan 1-2 kali dalam seminggu. Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, atau jika tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas tenaga kesehatan setempat. Tidak pernah menabung dikarenakan hanya pas untuk kehidupan sehari-hari.. Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah dan anak-anak, dan ibu kandung Tn. Sholeh bekerja berjualan warung didepan rumahnya.
Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn. M Sholeh
No 1
Kriteria Luas Bangunan
2
Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5
MCK
6 7
Sumber Air Saluran Pembuangan Limbah
8
Tempat Pembuangan Sampah
9
Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan 9 x 8 meter. Terdapat 1 Kamar tidur, 1 ruang tamu, 1, dan 1 ruang tidur keluarga, dapur, 1 kamar mandi. Terdapat 1 ventilasi di depan rumah Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3 buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di dalam kamar. Keluarga ini memiliki jamban yang cukup baik dengan bak mandi sedikit kotor.
Air bersih didapatkan dari membeli Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam sebuah lubang dan menggenang Tidak tampak tempat sampah didalam rumah. Sampah dibuang ke depan rumah sebagian dan dibakar sebagian dan kadang membuang sampah ke laut. Rumah berhimpitan dengan rumah lain
34 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
34/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.5 Keluarga Binaan Ny. Sumini 1.2.5.1 Data Dasar Keluarga Ny. Sumini
Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Sumini yang memiliki lima orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut adalah : Tabel 1.22 Data Dasar Keluarga Ny. Sumini
Nama
Status Keluarga
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Ny. Sumini
Kepala Keluarga
Perempuan
57 tahun
SD
Guru mengaji
Rp. 100.000,-
Tn. Oeng Bukhori
Anak Kandung
Laki-laki
35 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Tn. Romadoni
Anak Kandung
Laki-laki
29 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Tn. Juliardi
Anak Kandung
Laki – laki
27 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Ny.Ramina
Menantu
Perempuan
23 tahun
SD
Ibu Rumah Tangga
-
1.2.5.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Ny. Sumini tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 5 x 8 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1,5 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan pada dinding rumah bagian belakang terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat ubin. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon. Rumah Ny. Sumini terdiri dari 6 ruangan yang terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 2,5 x 3 meter, dua buah kamar tidur dengan masing – masing luas 2,5 x 2,5 meter, ruamg keluarga dengan luas 2,5 x 4 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 3 x 2 meter dan kamar mandi dengan luas 1 x 2 meter. Sistem ventilasi rumah Ny. Sumini sudah memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Ny. Sumini berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,5 meter dan 1 x 0,5 meter, pada kamar pertama terdapat dua buah jendela dengan ventilasi angin berukuran 1 x 0,5 meter, kamar kedua memiliki jendela dengan ukuran 1 x 0,8 meter, pada ruang keluarga terdapat jendela yang
35 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
35/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
berukuran 1 x 0,8 meter dan pada dapur terdapat sebuah pintu yang biasanya di buka bagian atasnya yang dapat digunakan sebagai ventilasi. Di dalam rumah Ny. Sumini terdapat 2 buah lampu dengan 40 watt pada ruang tamu, dan ruang keluarga, 3 buah lampu 5 watt pada masing-masing kamar sehingga rumah Tn. Asa kurang dalam pencahayaan. Keluarga Ny. Sumini harus membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak .
Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Ny. Sumini
1.2.5.3 Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Ny. Sumini terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak antara rumah Ny. Sumini dan tetangganya. Keluarga Ny. Sumini memiliki kebiasaan membakar sampah di samping rumah. Untuk pembuangan limbah, keluarga Ny. Sumini membuang limbah rumah tangga ke penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. 1.2.5.4 Pola Makan
Keluarga Ny. Sumini mempunyai pola makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari. Ny. Sumini sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Ny. Sumini biasanya memasak dibantu oleh menantunya. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu / tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Ny. Sumini mengaku seminggu sekali namun rutin makan daging. Keluarga Ny. Sumini jarang mengkonsumsi 36 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
36/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
buah-buahan. Biasanya keluarga Ny. Sumini berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama. Alat-alat makan yang digunakan keluarga Ny. Sumini terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Ny. Sumini sering makan tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Sumini masak menggunakan kompor minyak tanah. 1.2.5.5 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Sumini (Tn. Oeng Bukhori) terjadi pada tahun 1979. Anak pertama lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Sumini hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di praktik bidan dan Ny. Sumini
pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa
kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,3 kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Oeng tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir. Kelahiran anak kedua Ny. Sumini (Tn. Romadoni) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan kehamilannya ke bidan sesuai dengan anjuran bidan. Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,4 kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Romadoni tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir. Kelahiran anak ketiga Ny. Sumini (Tn. Juliardi) pada tahun 1987. Anak ketiga lahir dengan bantuan dukun di rumahnya. Pada saat hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan kehamilannya bidan. Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 4,2 kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. juliardi tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir. 1.2.5.6 Perilaku
Anggota keluarga Ny. Sumini yaitu kedua orang anak laki-lakinya memiliki kebiasaan merokok sudah sejak lama. Ny. Sumini mengaku biasanya setiap pagi sering berolahlaga jalan kaki ke dermaga. Keluarga Ny. Sumini juga memiliki kebiasaan mencuci tangan setiap akan makan dan setiap setelah melakukan kegiatan. Ny. Sumini memiliki kegiatan menabung sebulan sekali di koperasi minimal Rp. 50.000.
37 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
37/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.5.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Sumini biasanya pergi ke puskesmas atau ke klinik dokter swasta setempat. Namum sesekali juga membeli obat warung jika sakit. 1.2.5.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.23 Faktor Internal Keluarga Ny. Sumini
No
Kriteria
1
Kebiasaan Merokok
2
Olah Raga
3
Pola Makan
4
Pola Pencarian Pengobatan
5
Menabung
6
Aktivitas Sehari – hari
Permasalahan Kedua anak Ny. Sumini memiliki kebiasaan meroko, biasanya dapat menghabiskan masingmasing sebungkus rokok perhari. Ny. Sumini sering jalan-jalan pagi ke dermaga, sedangkan anggota keluarga yang lain tidak pernah berolah raga. Makan 2 – 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur serta ikan pada umumnya. Mengkonsumsi daging merah 1-2 kali dalam seminggu. Berobat ke puskesmas ataupun dokter praktik setempat, namun kadang juga membeli obat di warung. Menabung seminggu sekali di koperasi Rp. 50.000 Ny. Sumini sebagai kepala keluarga menggantikan suaminya yang telah meninggal, Ny. Sumini mengajar mengaji anak-anak, sedangkan anak-anak Ny. Sumini bekerja sebagai nelayan.
Tabel 1.24 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Sumini
No
Kriteria
1
Luas Bangunan
2
Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5
MCK
6
Sumber Air
7
Saluran Pembuangan Limbah
8 9
Tempat Pembuangan Sampah Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan
5 x 8 meter. Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Terdapat 4 ventilasi depan rumah berukuran 0,8 meter x 30cm dan di 2 ventilasi di masing-masing kamar berukuran 1 meter x 30 cm. Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di samping kanan kiri rumah. Terdapat 2 buah lampu 40 watt di ruang tamu dan ruang keluarga. Keluarga ini memiliki jamban. Air bersih didapatkan dari membeli air bersih isi ulang Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam sebuah lubang. Sampah selalu dibakar di samping Rumah berhimpitan dengan rumahrumah. lain, dan dekat dengan tower pemancar 38
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
38/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.6 Keluarga Binaan Tn. Leman 1.2.6.1 Data Dasar Keluarga Tn. Leman
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Leman yang memiliki empat orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah: Tabel 1.25 Data Dasar Keluarga Tn. Leman
Nama
Status Keluarga
Jenis Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan Perbulan
Tn. Leman
Kepala Keluarga
Laki – laki
41
SD
Nelayan
Rp.3.000.000,-
Ny. Marna
Istri
Perempuan
31
SD
IRT
-
Heni
Anak Kandung
Perempuan
15
SMP
-
-
Nur Ilma
Anak Kandung
Laki – laki
8
SD
-
-
1.2.6.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Leman tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 6 x 10 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 3 x 2 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri. Lantai rumah terbuat dari coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon. Rumah Tn. Leman terdiri dari 3 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan masing-masing luas 3 x 3 meter dan 3 x 2 meter, dan sebuah ruangan serbaguna yang berupa ruang cuci dapur, dan tempat mandi dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah. Sistem ventilasi rumah Tn. Leman belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Leman hanya berupa empat buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, di kamar bagian depan terdapat jendela dan ventilasi angin yang berukuran 1 x 0,3 meter, sedangkan di kamar belakang hanya terdapat ventilasi udara yang berukuran 1 x 0,2 meter dan pintu. Di dalam rumah Tn. Leman terdapat 5 buah lampu dengan 20 watt pada ruang keluarga, kamar dan dapur. Di rumah Tn. Leman tidak terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air besar (BAB) keluarga Tn. Leman harus pergi ke empang. Keluarga Tn. Leman 39 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
39/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
memiliki sebuah sumur yang dipergunakan setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak.
Gambar 1.9 Denah Rumah Keluarga Tn. Leman
1.2.6.3 Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Tn. Leman terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak antara rumah Tn. Leman dan tetangganya. Keluarga Tn. Leman memiliki kebiasaan membakar sampah di depan rumah, dan membuangnya ke laut. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Leman membuang limbah rumah tangga ke laut. Apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan dan belakang rumah Tn. Leman selalu becek karena kondisi tanah yang lembek. 1.2.6.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Leman mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Marna sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, telur, dan ikan. Keluarga Tn. Leman hanya sesekali memakan daging. Keluarga Tn. Leman sering mengkonsumsi buah. Biasanya keluarga Tn. Leman berkumpul di ruang makan untuk makan bersama. Alat-alat makan yang diigunakan keluarga Tn. Leman terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Leman sering makan tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Marna masak menggunakan kompor gas.
40 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
40/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.6.5 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu Dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Marna (An. Heni) pada tahun 1998. Anak pertama lahir prematur yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Marna hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Marna jarang mengkonsumsi makanan bergizi saat hamil. Ny. Marna tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan 7 bulan dengan BB lahir 1 kg, pada 6 bulan pertama mendapat ASI eksklusif, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Marna hanya tidak pernah membawa anaknya Heni untuk imunisasi. Kelahiran anak kedua Ny. Samka (An. Nur Ilma) pada tahun 2005. Anak kedua lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Marna hanya beberapa kali memeriksakan kehamilan di puskesmas dan posyandu. Ny. Marna pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 1,8 kg, mendapatkan ASI selama 2 tahun, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Marna membawa An. Nur Ilma imunisasi lengkap di posyandu dan puskesmas. Saat ini An. Nur diberi makan dua kali dalam satu hari dan biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telor, sayur, buah buahan. 1.2.6.6 Perilaku
Tn. Leman memiliki kesibukan kerja yang tidak teratur karena beliau adalah seorang nelayan, terkadang tidak pulang dalam beberapa hari. Tn. Leman jarang menyempatkan untuk berolahraga. Tn. Leman juga mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Ny. Marna juga tidak pernah melarang akan kebiasaan suaminya tersebut. Keluarga ini juga memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan sebelum makan ataupun setelah beraktivitas. Ny. Marna selaku istri yang menyiapkan makanan juga sangat jarang mencuci tangan saat menyiapkan makanan. Ny. Marna kerap menabung ketika diberikan uang oleh suaminya. Ny. Marna setiap kali bersalin selalu datang ke dukun, bila dirasa persalinan tidak lancar dibawa oleh dukun ke tenaga medis terdekat. 1.2.6.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Leman jarang berobat ke puskesmas atau posyandu Tegal Angus. Keluarga Tn. Leman memilih membeli obat ke warung. Jika penyakitnya dirasa cukup berat, maka keluarga Tn. Leman biasa berobat ke Puskesmas.
41 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
41/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.6.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.26 Faktor Internal Keluarga Tn. Leman
No
Kriteria
Permasalahan
1
Olah Raga
2
Pola Makan
3
Pola Pencarian Pengobatan
4
Menabung
5
Aktivitas Sehari – hari
Tidak keluarga yang melakukan kegiatanada olah anggota raga. Makan 2 – 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, sayur. Mengkonsumsi daging merah biasanya sebulan sekali Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas. Ny. Marna menabung setiap diberikan uang oleh suaminya. Ayah bekerja sebagai nelayan dan Ny. Marna sebagai Ibu Rumah Tangga.
Tabel 1.27 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Leman
No 1
Kriteria Luas Bangunan
2
Ruangan Dalam Rumah
3
Ventilasi
4
Pencahayaan
5
MCK
6
Sumber Air
7
Saluran Pembuangan Limbah
8
Tempat Pembuangan Sampah
9
Lingkungan Sekitar Rumah
Permasalahan 6 x 10 meter. Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 ruang serbaguna (mencuci, mandi, memasak) Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1
meter x 30cm, kamar depan 2 ventilasi 1 meter x 30cm, dikamar belakang terdapat satu ventilasi berukuran 1 meter x 20 cm Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di kamar depan. Terdapat 5 buah lampu: di ruang keluarga, dapur, ruang makan dan 1 masing masing kamar tidur. Keluarga ini tidak memiliki jamban. Air bersih didapatkan dari air sumur yang berada di ruang serbaguna Limbah dibuang keluar Sampah selalu dibakar di depan rumah dan dibuang ke laut. Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
1.2.7 Keluarga Binaan Tn.Burhanudin 1.2.7.1 Data Dasar Keluarga Tn.Burhanudin
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Burhanuddin yang memiliki lima orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
42 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
42/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 1.27 Data Dasar Keluarga Tn. Burhanudin
Nama
Status Keluarga
Jenis Kelamin
Tn.Burhan
Kepala
Laki –
udin Ny.Amsia h
Keluarga Istri
Ny.Bosa
Ibu Mertua
Silvia Yanti
Anak Kandung Anak Kandung
Laki Perempua n Perempua n Perempua n
Silvan
Laki-laki
Usia (Tahun)
Pendidikan
37
SD
Pekerjaa n
Buruh
Penghasilan Perbulan
Rp1.500.000
34
SD
serabutan IRT
65
SD
Pedagang
Rp.600.000,-
17
SMA
Pelajar
-
2
-
-
-
-
1.2.7.2 Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Burhanudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 70 m2 dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 2 x 3 meter. Seluruh dinding rumah terbuat dari tembok. Sebagian besar lantai rumah dilapisi oleh ubin, dan dibagian belakang rumah dilapisi oleh coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng dan ditutup dengan plafon. Rumah Tn. Burhanudin terdiri dari 7 ruangan yang terdiri dari 1 ruang tamu (2x3m), 2 kamar tidur (3x3m), 1 ruang keluarga (4x5m), 1 tempat cuci (2x2m), 1 kamar mandi (1.5x1.5m), 1 dapur (2x3m). Sistem ventilasi rumah Tn. Burhanudin belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Burhanudin hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dan samping rumah dengan ukuran masing-masing 1 x 0,5 meter dan 1 x 1 meter, sedangkan di setiap kamar tidak terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn. Burhanudin terdapat 2 buah lampu pada ruang keluarga dan di setiap kamar sehingga rumah Tn. Burhanudin kurang pencahayaan. Di dalam rumah terdapat kamar mandi yang terdapat bak mandi dan jamban.
43 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
43/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Gambar 1.10 Denah Keluarga Tn.Burhanudin
1.2.7.3 Lingkungan pemukiman
Rumah keluarga Tn. Burhanudin berada diantara rumah yang padat penduduk, jarak antara rumah tidak mencapai 1 meter untuk pembuangan sampah. Keluarga mengaku tidak terdapat pembuangan sampah khusus, setiap hari membuang sampah ke laut tanpa dibakar terlebih dahulu. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Burhanudin membuang limbah rumah tangga ke saluran air melalui sebuah pipa paralon. Dan juga apabila musim hujan atau terdapat air laut sedang pasang, terkadang terjadi banjir. 1.2.7.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Burhanudin memasak makanan sendiri, makan 2-3 kali dalam sehari, dengan menu nasi, sayur, ikan, tempe, dan tahu. Keluarga Tn. Burhanudin jarang mengkonsumsi daging dikarenakan harga daging yang mahal. Keluarga ini juga jarang mengkonsumsi buah buahan. Biasanya keluarga Tn. Burhanudin berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama. Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Burhanudin terdiri dari piring yang terbuat dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Burhanudin sering makan tanpa menggunakan sendok, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun cuci tangan. Ny. Amsiah memasak menggunakan kompor gas 3 kg.
44 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
44/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.7.5 Perilaku
Setiap kali makan keluarga ini mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan. Keluarga Tn. Burhanudin ini juga mengaku tidak sempat untuk berolahraga. Tn. Burhanudin mempunyai kebiasaan merokok, dan bisa menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari. Tn. Burhanudin juga sering merokok di depan anaknya yang masih balita. Keluarga ini juga tidak mempunyai kebiasaan menabung karena keterbatasan biaya yang diperoleh dari pekerjaannya. 1.2.7.6 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu Dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Amsiah (Silvia Yanti) pada tahun 1997. Anak pertama lahir normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Amsiah tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan 9 bulan dengan BB lahir 3 kg, pada 1 tahun pertama mendapat ASI eksklusif, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah rajin membawa anaknya, Silvia Yanti untuk imunisasi. Kelahiran anak kedua Ny. Amsiah (Silvan) pada tahun 2012. Anak kedua lahir secara normal yang dibantu oleh bidan yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny. Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilan di puskesmas dan posyandu. Ny. Amsiah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2.8 kg, mendapatkan ASI selama 6 bulan, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah membawa Anak keduanya, Silvan imunisasi di posyandu sampai umur 7 bulan. Selanjutnya Ny. Amsiah tidak melanjutkan imunisasinya lagi oleh karena anak Silvan punya penyakit kejang demam, sehingga dilarang untuk melanjutkannya. 1.2.7.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Burhanudin mengaku sering berobat ke puskesmas atau posyandu Tegal Angus. Keluarga Tn. Burhanudin tidak pernah membeli obat warung apabila sakit.
45 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
45/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.2.7.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tabel 1.28 Faktor Internal Keluarga Tn. Burhanudin No
Kriteria
Permasalahan
1
Kebiasaan Merokok
Tn. Burhanudin mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus dalam sehari.
2
Olah Raga
Tidak ada satupun anggota keluarga Tn. Burhanudin yang memiliki kebiasaan berolahraga.
3
Pola Makan
Keluarga ini mempunyai kebiasaan memasak sendiri dan makan 2-3 kali dalam sehari, biasanya terdapat menu nasi, ikan, sayur, tahu atau tempe, jarang mengkonsumsi daging dan buah-buahan.
4
Pola Pencarian Pengobatan
Jika sakit berobat ke puskesmas terdekat.
5
Menabung
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan menabung karena keterbatasan biaya yang diperoleh dari pekerjaannya.
6
Aktivitas Sehari – hari
Tn. Burhanudin bekerja sebagai buruh serabutan, Ny. Amsiah tidak bekerja.
Tabel 1.29 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Burhanudin Permasalahan
Kriteria
No
Luas rumah Tn. Burhanudin sekitar 70 m2. Terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur , 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, 1 dapur. Terdapat 2 ventilasi disamping rumah bagian atas, dan 2 jendela didepan rumah berukuran 1 x 0,5 meter dan 1 x 1 meter
1
Luas Bangunan
2
Ventilasi
3
MCK
Terdapat jamban di dalam kamar mandi, dan tempat khusus mencuci baju dan piring.
4
Sumber Air
Terdapat sumur buatan di dalam rumah. Kegiatan mencuci pakaian, piring, dan mandi menggunakan air PAM untuk masak sehari-hari. Minum menggunakan air isi ulang.
5
Tempat Sampah
6
Lingkungan
Pembuangan
Sekitar
Rumah
Langsung dibuang ke laut. Daerah lingkungan padat, jarak antara rumah 1 dengan yang lain kira-kira < 1 meter.
46 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
46/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
1.3 Penentuan Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan observasi pada tujuh keluarga binaan di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, didapatkan berbagai macam permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu: A. Masalah Non Medis 1. Kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada keluarga binaan. 2. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup untuk rumah sehat pada keluarga binaan. 3. Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah BAB maupun sebelum makan. 4. Ketidaktersediaan air bersih pada rumah keluarga binaan. 5. Kurangnya kesadaran akan bahaya merokok baik untuk dirinya maupun orang lain. 6. Tidak tersedianya jamban dirumah. 7. Penggunaan obat warung saat sakit. 8. Kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada keluarga binaan. 9. Kurangnya aktivitas berolahraga pada keluarga binaan. 10. Kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
B. Masalah Medis 1. ISPA 2. Diare 3. Gatal – gatal 4. Diabetes Mellitus Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk mengangkat permasalahan “Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga” pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang”. Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok kami menggunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. 47 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
47/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Gambar 1.11 Metode Delphi
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai pertimbangan yaitu : 1. Dari hasil wawancara dengan keluarga binaan terdapat kesamaan permasalahan yang ada berupa kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga, sehingga dapat timbulnya perilaku membakar sampah serta pembuangan sampah di laut. 2. Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa pada keluarga binaan belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai pengelolaan tentang sampah rumah tangga. 3. Pada pengamatan kami di lingkungan keluarga binaan terdapat sampah berserakan serta kurang tersedianya tempat sampah yang mengindikasikan bahwa kurangnya kepedulian tentang pengelolaan sampah rumah tangga. 4. Dari data-data “Angka kejadian 10 penyakit terbanyak Puskesmas Tegal Angus”, didapatkan angka kejadian ISPA menempati urutan pertama dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tegal Angus yang salah satunya dapat diakibatkan dari kebiasaan membakar sampah.
48 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
48/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”.
49 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
49/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi). 2.1.2 Teori Pengetahuan 2.1.2.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi. Pengetahuan ( Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut. 2.1.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 50 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
50/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi : 1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error ) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. 4) Melalui Jalan Pikiran Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran. b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan. Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. 2.1.2.3 Tingkat Pengetahuan
Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall ) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain: menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
51 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
51/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata - kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis ( synthesis) Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Sukmadinata, bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: a. Faktor internal Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah tubuh orang itu sendiri, sedangkan faktor rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitifnya. 52 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
52/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
b. Faktor eksternal
Tingkat pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional terhadap informasi yang datang. Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diklasifikasikan menjadi : 1. Pendidikan tinggi: akademi/ PT 2. Pendidikan menengah: SLTP/SLTA 3. Pendidikan dasar : SD Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan,dan informasi yang disampaikan. Menurut Wiet Hary dan Notoatmodjo menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.
Papan media massa
Media massa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber informasi yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat media massa (tv, radio, dan majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi dari media massa.
Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.
53 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
53/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman manusia sebagai subjek akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang terjadi melalui pengindraan. 2.1.2.5 Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti, pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. 2.1.2.6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. (Notoatmodjo, 2005). 2.1.3 Teori Pengelolaan Sampah 2.1.3.1 Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using ), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat 54 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
54/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya). 2.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Sampah 2.1.3.2.1 Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik b. Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas 3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca. 2.1.3.2.2 Karakteristik Sampah
1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. 2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. 3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik di rumah, di kantor, industri. 4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan. 5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. 55 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
55/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. 7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api. 8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi. 9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. 10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung. 11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan. 12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kalengkaleng cat, zat radiokatif. 2.1.3.3 Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut : 1. Pemukiman Penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah ( garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun. 2. Tempat Umum Dan Tempat Perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan ( garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. 3. Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
56 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
56/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
4. Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. 5. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman. 2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya: 1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut berikut ini : a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor. b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan. c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya : - Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah. - Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah. - Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo. - Ada kran air untuk membersihkan - Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus. - Mudah dijangkau masyarakat 57 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
57/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode : a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
2. Tahap pengangkutan Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. 3. Tahap pemusnahan Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain : a. Sanitary L andfi ll
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu: 1) Metode galian parit (trench method) Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu. 2) Metode area Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut. 3) Metode ramp Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.
58 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
58/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain : - Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. - Tidak memerlukan ruang yang luas. - Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap. - Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain : 1) Charging apparatus Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk. 2) Furnac Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh. 3) Combustion Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama. 4) Chimmey atau stalk Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke dalam 5) Miscellaneous features Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007). c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos: 1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya. 59 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
59/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm) 3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N = 1:30) 4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik. 5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. d. H og F eedin g Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis. e. Dischar ge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik. f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah. g. Dum ping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. h. I ndividual I ncenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan. i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya. j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak. k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.
60 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
60/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2.1.3.5 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif. 2.1.3.5.1 Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut : - Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah. - Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. - Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak. - Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga dan binatang pengerat. - Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah. - Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat. - Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat. - Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain. 2.1.3.5.2 Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut. - Pengaruh terhadap kesehatan 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur. 2. Penyakit demam berdarah meningkatkan insidensinya disebabkan vektor Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air). 3. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan. 4. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah. 61 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
61/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
5. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara. 6. Penyakit kecacingan 7. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya 8. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain. - Pengaruh terhadap lingkungan 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi tidak indah dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat. 2. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal. 3. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. 4. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. 5. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas. 6. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal. 7. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air. - Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat. 2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 3. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola 4. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun.
62 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
62/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
5. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang. 6. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat. 7. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis. 8. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. 2.1.3.6 Petugas Pengelola Sampah
Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat .
2.1.3.7 Pembiayaan Dan Kompensasi Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 24
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
Pasal 25 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri ataubersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. 63 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
63/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. relokasi; b. pemulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. 2.1.3.8 Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah.
Pasal 20 (1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan: a. pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
64 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
64/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. (4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 21 (1) Pemerintah memberikan: a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 22 (1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi: a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
65 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
65/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 23 (1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. 2.1.3.9 Kerjasama dan Kemitraan Dalam Melakukan Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 26 (1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatanusaha bersama pengelolaan sampah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.
Pasal 27 (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
bermitra
dengan
badan
usaha
pengelolaan
sampah
dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah. (2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan. (3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
66 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
66/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2.1.3.10 Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 28 (1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. (2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketapersampahan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. 2.1.3.11 Larangan-Larangan Mengenai Sampah menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 29 (1) Setiap orang dilarang: a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. mengimpor sampah; c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun; d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan; f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir; dan/atau g. membakar
sampah
yang
tidak
sesuai
dengan
persyaratan
teknis
pengelolaan sampah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.
67 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
67/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota. (4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g. 2.1.3.12 Pengawasan Terhadap Kebijakan Pengelolaan Sampah menurut UndangUndang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 30 (1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah dilakukan oleh Pemerintah (2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.
Pasal 31 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendirisendiri maupun secara bersamasama. (2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur oleh Pemerintah. (3) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pengawasan
pengelolaan
sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.
2.1.3.13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah 68 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
68/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan 31 memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampahsebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah
meliputi
pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat UndangUndang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas 69 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
69/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-Undang ini diperlukan dalam rangka: a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayananpengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan; b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah; d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan daerah dalam pengelolaan sampah; dan e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undangundangini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2.2 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan, yaitu:
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Teori Pengetahuan, Notoatmojo 2003)
Tingkat Pendidikan Paparan Media Massa Tingkat Ekonomi
Pengetahuan
Hubungan Sosial Pengalaman
70 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
70/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2.3 Kerangka Konsep
Berdasarkan pembuatan kerangka teori sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pendidikan Responden
Paparan Media Seputar Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Tingkat Ekonomi yang Mendukung Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Hubungan Sosial yang Mendukung Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga keluarga binaan RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
Pengalaman Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
2.4 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Pada definisi operasional terdapat beberapa komponen, meliputi : definisi, hasil ukur, skala data, cara ukur.
71 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
71/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Daerah Keluarga Binaan RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten No VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA
1.
Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Baik
2.
Pendidikan
3.
Penghasilan
OPERASIONAL
UKUR
Pemahaman responden tentang pengertian sampah; suatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi yang berasal sari kegiatan manusia. Tempat pembuangan sampah yang baik; mempunyai tutup, dan ada tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya dan beracun. Dapat mengenali sampah organik adalah sampah yang dapat membusuk beserta contohnya dan anorganik sampah yang tidak dapat membusuk beserta contohnya, cara mengelola sampah yang baik yaitu dengan memilahnya, dan memanfaatkan sampah yang masih dapat digunakan serta Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
Kuesioner
pengelolaan sampah demam yang tidak baik yakni, berdarah, ISPA, penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, tifoid), cacingan, penyakit kulit. Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh keluarga binaan.
Penghasilan atau pendapatan yang diterima oleh kelurga binaan selama sebulan sesuai dengan UMR Kota Tangerang tahun 2014
UKUR Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
Kuesioner
Wawancara
Tinggi Sedang Rendah
Ordinal
Kuesioner
Wawancara
>Rp.2.240.000, -
Ordinal
72 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
72/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
4.
Hubungan Sosial
Hubungan sosial yang saling mempengaruhi keluarga binaan dengan keluarga lain di lingkungan sekitar menyangkut dalam hal pengetahuan tetangga sekitar
Kuesioner
Wawancara
Iya
Ordinal
Tidak
tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
5.
6.
Paparan Media Massa
Pengalaman
Sumber informasi yang didapatkan tentang informasi mengenai pengelolaan sampah rumah tangga yang baik. Paparan media massa dapat melalui poster yang tersedia di puskesmas, leaflet yang dibagikan kepada warga, televisi ataupun radio. Pengalaman keluarga binaan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Kebiasaan membuang sampah rumah tangga di lapangan atau halaman rumah. Kebiasaan sejak lama masyarakat sekitar dalam menggunakan lapangan atau halaman rumah sebagai tempat membuang sampah rumah tangga, serta anggapan bahwa membuang sampah rumah tangga di laut dan membakarnya merupakan tindakan yang dapat dibenarkan.
Kuesioner
Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
Kuesioner
Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
73 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
73/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
BAB III METODE
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1 Populasi Pengumpulan Data
Dalam setiap kegiatan, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan pengambilan sampel. Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah keluarga di RT/ RW 005/ 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 3.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri- ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Suatu sampel yang baik akan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi. Pengambilan sampel adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagi wakil yang dapat mewakili populasi tersebut. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah tujuh keluarga binaan di RT/ RW 005/ 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 3.3 Responden Pengumpulan Data
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang kooperatif, usia diatas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu sebanyak 20 orang. 3.4 Jenis Dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data 1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data, misalnya wawancara, 74 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
74/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video. Data Kualitatif Yang Didapatkan - Aspek pengetahuan responden kurang mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada 7 keluarga binaan masih kurang baik. 1. Pada 7 keluarga binaan, tidak memiliki tempat sampah yang baik dan benar. 2. Kurangnya kesadaran pada keluarga binaan akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga yang baik, dalam hal ini dapat diakibatkan karena pengetahuan mereka yang rendah tentang pengelolaan sampah rumah tangga. 3. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. 4. Kurangnya peran aktif tokoh masyarakat dalam hal memberikan fasilitas tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang baik pada 7 keluarga binaan. - Aspek perilaku pembuangan sampah rumah tangga pada 7 keluarga binaan adalah tidak baik karena pada 20 responden memperlihatkan pembuangan sampah rumah tangga yang sembarangan (dengan cara dibakar dan dibuang ke laut). 2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu: - Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya : jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan). - Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinyu dapat berbentuk bilangan pecahan, contohnya adalah umur. Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan: - Nama pengumpul data. - Nama peserta yang datanya diambil. - Tanggal dan waktu pengumpulan data. 75 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
75/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
- Lokasi pengumpulan data. - Keterangan-keterangan tambahan data. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data.
Metode
menunjuk
suatu
cara
sehingga
dapat
diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Berdasarkan uraian – uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Sumber data yaitu tujuh keluarga binaan di RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Data Kuantitatif Yang Didapat 1. Aspek pendapatan keluarga binaan pada 20 responden berpenghasilan dibawah dari Upah Minimum Regional kota Tangerang (< Rp. 2.440.000,00). 2. Pada tingkat pendidikan dari dua puluh responden terdapat 70% responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (< 9 tahun) tidak sesuai dengan peraturan sekolah wajib 9 tahun. 3.4.2 Sumber Data
Sumber data merupakan sumber subjek dari tempat mana data bisa diperoleh. Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu 7 keluarga binaan di RT 005/ RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara terpimpin dan observasi. b. Data sekunder
Data yang didapat bersumber dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus, berupa data ketersediaan tempat pembuangan sampah pada tahun 2014.
76 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
76/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai teori permasalahan pengelolaan sampah tumah tangga. 3.5 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuisioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah 7 keluarga binaan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. 3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data. Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data-data. Pengumpulan data dilakukan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 6 hari, mulai dari tanggal 29 April 2014 - 04 Mei 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain: - Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti. - Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif. 77 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
77/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
- Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan pertanyaan yang uniform. Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain : pelaksanaan wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Disamping itu interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang fleksibel. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut : a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu : - Bersedia untuk menjadi informan - Merupakan anggota keluarga binaan - Usia diatas 17 tahun - Sehat jasmani dan rohani - Bisa membaca dan menulis b. Kriteria Ekslusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu : 1. Tidak bersedia menjadi informan 2. Berusia diatas 65 tahun 3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui 4. Memiliki gangguan mental 5. Tidak bisa membaca dan menulis
78 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
78/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
No.
Tabel 3.1. Pengumpulan Data Tanggal Kegiatan
1.
Selasa, 29/4/2014
Perkenalan binaan.
2.
Rabu, 30/4/2014
Sambung rasa dengan masingmasing anggota keluarga binaan.
3.
Kamis, 01/4/2014
Pengumpulan data dari Puskesmas.
4.
Jumat, 02/5/2014
Pengumpulan data dasar dari masing-masing keluarga binaan dilanjutkan dengan penentuan area masalah.
5.
Sabtu, 03/5/2014
Dokumentasi rumah keluarga binaan, lingkungan sekitar, dan pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing keluarga binaan.
6.
Minggu, 04/5/2014
Penentuan dan pembuatan instrumen pengumpul data.
dengan
7
keluarga
3.6 Pengolahan Dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel . Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah : - Pengetahuan pengelolaan sampah rumah tangga - Tingkat pendidikan - Pendapatan - Paparan media massa - Hubungan sosial - Pengalaman 79 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
79/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
BAB IV HASIL 4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram dan tabel yang diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari tujuh keluarga binaan di RT 05/RW 01, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, yaitu: keluarga Tn. Sirat (4 anggota keluarga), Tn. Arsum (3 anggota keluarga), Tn. Safrudin (6 anggota keluarga), Tn. Sholeh (4 anggota keluarga), Ny. Sumini (5 anggota keluarga), Tn. Leman (4 anggota keluarga), dan Tn. Burhanudin (5 anggota keluarga). Total jumlah anggota pada keluarga binaan berjumlah 31 orang. Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 005/RW 001
Desa Tanjung Pasir, April 2014
Umur 6% 16%
34%
< 20 tahun 20-40 tahun 41-60 tahun > 60 tahun
44%
Berdasarkan diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40 tahun (44%).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Pada Keluarga Binaan
RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir, April 2014 No. 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan SD Tidak sekolah SMP SMA Sarjana
Jumlah 12 0 5 3 0
Persentase 60% 0% 25 % 15% 0%
Berdasarkan dari tabel 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan adalah SD (60%).
80 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
80/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam kuisioner yang dijawab 20 responden pada bulan Mei 2014.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Informasi Keluarga Binaan Terhadap Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengetahuan
Jumlah Responden
%
Baik
7
35%
Buruk
13
65%
Total
20
100 %
Dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki pengetahuan yang buruk.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan Terhadap Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden
%
Tinggi
-
0%
Sedang
3
15%
Rendah
17
85%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden (85%) memiliki tingkat pendidikan rendah.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pendapatan
Jumlah Responden
%
Tinggi
9
45%
Rendah
11
55%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%) memiliki tingkat ekonomi rendah berdasarkan UMR Tangerang 2014
81 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
81/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Paparan Media Massa Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Paparan social
Jumlah Responden
%
Baik
5
25%
Buruk
15
75%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden (75%) memiliki paparan media massa yang buruk
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengalaman Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengalaman Baik
Jumlah Responden 4
% 20%
Buruk
16
80%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki pengalaman yang buruk terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Sosial Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Hubungan Sosial
Jumlah Responden
%
Ya
1
20%
Tidak
4
80%
Total
5
100%
Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki hubungan sosial yang buruk mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.
4.3 Rencana Intervensi
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :
82 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
82/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
PENDIDIKAN
PENDAPATAN Tidak sanggup untuk membayar iuran
Kurangnya kepedulian terhadap pendidikan
Untuk memenuhi Kebutuhan sehari hari tidak terpenuhi
Latar belakang pendidikan orang tua responden juga rendah Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan
Kebiasaan membuang sampah di laut atau membakar sampah di halaman rumah Tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir
Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah
PENGALAMAN
Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR
Tidak adanya sosialisasi tentang pengelolaan sampah Tidak ada penyuluhan dari petugas kesehatan Masyarakat setempat acuh terhadap sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga
Melihat tetangga membakar dan membuang sampah di laut
PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Interaksi dengan masyarakat sekitar dengan tetangga seikitar rumah Karena sering bersosialisasi dengan tetangga yang tidak mengerti mengelola sampah
HUBUNGAN SOSIAL
PAPARAN MEDIA MASSA
83
http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
83/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
Berdasarkan hasil analisis fishbone, dilakukan rencana intervensi pada masing-masing akar penyebab permasalahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan intervensi yang paling sesuai dan dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh keluarga binaan di RT 005 / RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi saat seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan intervensi adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik sehingga tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya. Merujuk dari beberapa akar penyebab masalah yang telah diuraikan didapatkan pada perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar penyebab masalah yang diprioritaskan
untuk
dilakukan
pemecahan
masalah
terhadap
pengetahuan
tentang
pengelolaan sampah rumah keluarga binaan. Dalam hal ini pada 7 keluarga binaan. Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk memecahkan akar penyebab permasalahan. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan 2. Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR 3. Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah 4. Karena sering bersosialisasi dengan tetangga yang tidak mengerti mengelola sampah 5. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga Tabel 4.8 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi No.
1.
Akar Penyebab
Alternatif
Masalah
Pemecahan Masalah
Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan.
Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya pendidikan.
Rencana Intervensi
Intervensi Yang Dilakukan
Memotivasi keluarga Jan gka pendek binaan untuk mengikuti penyuluhan tentang program wajib belajar pentingnya pendidikan 12 tahun. serta manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Jangk a menengah
memberikan informasi mengenai beasiswa pendidikan berupa BOS. Jangka panj ang memberikan informasi mengenai pendidikan 84 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
84/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
tingkat lanjut serta informasi universitas yang memberikan beasiswa sehingga tingkat pendidikan masyarakat sekitar dapat meningkat 2.
Pendapatan bulanan masih di bawah UMR
Meminta pemerintah Memberikan Jangk a Pendek untuk memberikan keterampilan mengelola tiap keluarga binaan lapangan pekerjaan sampah rumah tangga melakukan pada daerah warga untuk dijadikan sebagai pengumpulan sampahsetempat. penghasilan tambahan. sampah yang masih bisa dimanfaatkan dan di jual kembali. Jangka M enengah
penyuluhan mengenai cara membuat kerajinan dari sampah yang sudah tidak terpakai dan masih bisa dimanfaatkan. Jangka panjang
tiap keluarga binaan melakukan pemberdayaan UKM 3
Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah rumah tangga.
Melakukan diskusi antara warga dan tokoh masyarakat sekitar agar meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Melakukan pendekatan pada tokoh masyarakat agar lebih memerhatikan pengelolaan sampah rumah tangga.
Jangk a Pendek
melakukan temu wicara antara warga dan tokoh masyarakat untuk berdiskusi dan mencari solusi terbaik bersama. Jangka M enengah
mengaktifkan kembali sistem pengangkutan sampah warga yang sempat tidak terlaksana sehingga sampah tidak menumpuk di lingkungan rumah warga Jangka Panjang
tokoh masyarakat mengkoordinasi sampah-sampah warga sekitar untuk dibuang
85 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
85/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
ke TPA
4.
Jangk a pendek Karena sering Menjelaskan informasi Memberikan bersosialisasi bagaimana cara penyuluhan dengan alat penyuluhan kepada dengan tetangga mengelola sampah bantu sehingga warga warga setempat cara yang tidak rumah tangga yang baik sekitar mengerti mengelola sampah mengerti dan benar. bagaimana mengelola yang baik dan benar mengelola sampah rumah tangga sehingga pengetahuan sampah. yang baik dan benar. mereka bertambah dan diharapkan akan mempengaruhi tetangga sekitarnya Jangk a menengah
tiap keluarga binaan secara bersama-sama melakukan pengelolaan sampah organik sebagai pupuk kompos atau sampah anorganik sebagai kerajinan tangan. Jangka panjang
memasarkan hasil karya kerajinan tangan tersebut ke berbagai daerah dan jika bisa sampai ke pasar international. 5.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah
Memberikan contoh Memberikan kerajinan tangan yang penyuluhan mengenai terbuat dari sampah pengelolaan sampah yang bernilai jual tinggi rumag tangga yang baik agar masyarakat dan benar, serta manfaat
tangga
termotivasi membuat kerajinan dari sampah bekas.
untuk hasil bahan
dari pengelolaan sampah tersebut sehingga masyarakat sadar akan pentingnya mengelola sampah.
Jangk a Pendek
penyuluhan cara mengelola sampah yang baik dan benar dengan memisahkan sampah organik dan non organik, serta tindak lanjut mau diapakan sampah itu selanjutnya. Jangka M enengah
mengadakan lomba mengelola sampah sehingga masyarakat sekitar tertarik untuk mengelola sampah dan merasakan manfaat 86 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
86/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
dari kegiatan tersebut Jangka panjang
membentuk kader pengelola sampah dari setiap warga binaan agar menyebarkan ilmu pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih
Intervensi yang tepilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : - Memberi
penyuluhan
tentang
pengelolaan
sampah
rumah
tangga
dengan
menggunakan poster, serta demontrasi pemilahan sampah rumah tangga secara sederhana (organik dan anorganik). - Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang ditempat yang semestinya. - Memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan pada keluarga binaan. - Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali. - Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik. Terpilihnya intervensi tersebut diatas karena salah satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat keluarga binaan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dengan baik dan benar.
87 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
87/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara serta observasi pada kegiatan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 005 / RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah diskusi kelompok
dan
merumuskan
serta menetapkan
area masalah
yaitu
“Pengetahuan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”.
5.1.2
Akar Penyebab Masalah
Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan. 2. Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR. 3. Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah. 4. Karena sering bersosialisasi dengan tetangga yang tidak mengerti mengelola sampah. 5. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga. 5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya pendidikan. 2. Meminta pemerintah untuk memberikan lapangan pekerjaan pada daerah warga setempat. 3. Melakukan diskusi antara warga dan tokoh masyarakat sekitar agar meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. 4. Menjelaskan informasi bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga yang baik dan benar.
88 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
88/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
5.1.4
Intervensi yang Dilakukan
- Memberi
penyuluhan
tentang
pengelolaan
sampah
rumah
tangga
dengan
menggunakan poster, serta demontrasi pemilahan sampah rumah tangga secara sederhana (organik dan anorganik). - Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang ditempat yang semestinya. - Memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan pada keluarga binaan. - Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali. - Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.
5.2
Saran 5.2.1 Bagi Masyarakat
a. Hendaknya mengajak
tokoh
masyarakat agar lebih
memperhatikan
tentang
pengelolaan sampah rumah tangga sehingga tidak terjadi lagi pencemaran laut dan lingkungan sekitar. b. Diharapkan tokoh masyarakat menyediakan fasilitas TPA agar masyarakat dapat membuang sampah secara baik dan benar. 5.2.2 Bagi Puskesmas Tegal Angus a. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan penyuluhan
mengenai pengelolan sampah rumah tangga yang baik dan benar. b. Memberikan penyuluhan rutin dan menjangkau masyarakat yang belum pernah
mendapat penyuluhan agar seluruh masyarakat dapat mengerti cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik dan benar.
89 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
89/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
DAFTAR PUSTAKA
1. Pemerintah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan. 2012. Profil Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012. Tangerang: Dinas Kesehatan Tangerang. 2. Kartikawatie T, Yusnita, dan Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012. Tangerang: Puskesmas Tegal Angus. 3. Puskesmas Tegal Angus. 2013. Laporan Tahunan PHBS. Tangerang : Puskesmas Tegal Angus. 4. Puskesmas Tegal Angus. 2014. Laporan Rekapitulasi Triwulan 1 Sanitasi Dasar. Tangerang : Puskesmas Tegal Angus. 5. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2012. Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas & Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Ed. Juli 2012. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 6. Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Azwar, Azrul. 1999. Pengantar epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa aksara 8. Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 9. Slamet J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 10. Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 11. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 12. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Profil Bank Sampah Indonesia 2012. Available at: http://www.menlh.go.id/DATA/Data-250-Bank-Sampah-di-50-Kota.pdf 13. UU RI No.18 TAHUN
2008
TE NTA NG PE N GELO LAA N SA MPA H
14. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Bidang Persampahan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. 15. Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Available at: http://www.menlh.go.id/klhdan-pkk-kerjasama-pengelolaan-sampah-rumah-tangga/
90 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
90/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
LAMPIRAN 1 KUESIONER Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan RT/RW 05/01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir : Pekerjaan
:
Alamat
:
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari jawaban yang saudara anggap benar! A. PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
1. Apakah pengertian sampah yang benar ?
a. Daun kering, ranting, cangkang telur, b. Kaleng bekas, botol bekas, plastik bekas c. Sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi yang berasal dari kegiatan manusia 2. Tempat membuang sampah yang baik adalah sebagai berikut? a. Tempat cukup sehingga tidak berserakan, mempunyai tutup, dan ada tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya dan beracun b. Tidak tahu c. Semua salah 3. Apakah yang dimaksud dengan sampah organik? a. Sampah yang tidak dapat membusuk b. Sampah yang terbuat dari plastik, logam, keramik c. Sampah yang dapat membusuk 4. Manakah dibawah ini yang merupakan contoh sampah organik? 91 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
91/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
a. Sampah yang terbuat dari benda padat b. Kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik c. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan 5. Apakah yang dimaksud dengan sampah anorganik? a. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan b. Sampah yang dapat membusuk. c. Sampah yang tidak dapat membusuk. 6. Manakah dibawah ini yang merupakan contoh sampah anorganik? a. Otak, jantung, hati. b. Kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik c. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan 7. Bagaimanakah cara mengelola sampah dengan baik? a. Memisahkan antara sampah organik dan anorganik b. Membuang sampah ke dalam satu tempat agar lebih efisien c. Disatukan dan dibakar 8. Bagaimanakah cara memanfaatkan sampah organik? a. Membuat pupuk kompos dari sampah tersebut b. Membakar sampah-sampah tersebut c. Membuangnya ke laut atau ke sungai. 9. Bagaimana cara memusnahkan sampah-sampah anorganik? a. Membuangnya ke tempat sampah dan dibiarkan begitu saja b. Tidak Tahu c. Membakar sampah-sampah plastik yang sudah tidak bisa dipakai lagi dan membuat kerajinan dari sampah anorganik tersebut 10. Manakah penyakit di bawah ini yang dapat ditimbulkan oleh pengelolaan sampah yang tidak baik? a. Diare, demam berdarah, cacar b. Demam berdarah, cacar, tifus c. Diare, demam berdarah, cacingan, tifus B. PENGALAMAN
1. Selama ini, di manakah Anda membuang sampah ? a. Di tempat sampah b. Di belakang rumah 92 http://slide pdf.c om/re a de r/full/dia gnosis-komunita s-ke l-1
92/107
5/20/2018
Dia gnosis Komunita s Ke l 1 - slide pdf.c om
2. Apakah orang-orang di sekitar Anda pernah membakar sampah ? a. Ya b. Tidak 3. Apakah Anda pernah mendengar tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang baik ? a. Ya b. Tidak 4. Apakah masyarakat di sekitar rumah Anda sudah terbiasa membuang sampah di laut atau saluran pembuangan air? a. Ya b. Tidak C. EKONOMI
1. Apakah Anda mempunyai pekerjaan yang tetap ? a. Ya b. Tidak 2. Berapakah pendapatan Anda per bulan ? a.