DINAMIKA KELOMPOK DALAM PERILAKU ORGANISASI
Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi
Yang dibimbing oleh Rd. Herman Sofyandi, S.E.
Oleh :
Sarah Sentika
0213U622
PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2014
DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau perkembangan dari suatu bidang tertentu ( Webster's Encyclopedic Unabridged Dictionary, 1944) atau sutu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur yang satu dengan yang lain, karena adanya pertalian yang langsung diantara unsur-unsur tersebut ( Sukamta, 1980). Artinya apabila salah satu unsur dari sebuah organ mengalami gangguan atau perubahan, maka akan membawa perubahan pula pada unsur-unsur lainnya, sehingga berakibat terjadinya perubahan pada sistem atau kelompok secara keseluruhannya.
Pengertian dinamika lebih menekankan pada gerakan yang timbul dari dalam dirinya sendiri, artinya sumber geraknya berasal dari dalam kelompok itu sendiri, bukan dari luar kelompok.
Kelompok menurut Brodbeck dan Lewin (1985) mendefinisikan sebagai :
Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan-hubungan tertentu, yang membuat mereka saling ketergantungan satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna. Adanya ukuran-ukuran yang bermakna, memberikan batasan bahwa tidak semua kumpulan individu dapat disebut sebagai kelompok. Bentuk kelompok ditentukan oleh sifat hubungan yang ada diantara anggotanya, misalnya kelompok keluarga, audiens, komite, persatuan buruh mempunyai tipe hubungan yang berbeda-beda. Kata kuncinya adalah memiliki hubungan tertentu yang bermakna bagi mereka.
PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut :
Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuanintelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satuatau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memilikikemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggotayang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggotakelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuankelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok jugaakan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapatmemicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisamemotifasi diri untuk maju.
Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapatmenyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapatdiselesaikan secara lebih efisien dan efektif.
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok.Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untukmenyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namundemikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakatikelompok.
Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok,karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmudapat berjalansecara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
TAHAP/FASE PERTUMBUHAN KELOMPOK
Dalam proses dinamika kelompok, jika diamati bagaimana kelompok mengalami kehidupan fase demi fase maka terlihat sebagai proses yang unik, yang akan dilalui oleh semua anggota dalam rangka menuju ke arah terbentuknya kelompok yang kohesif dan berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok.
Berikut ini akan dijelaskan lebih spesifik mengenai tahap atau fase dinamika kelompok :
Phase Forming (fase pembentukan rasa kekelompokkan)
Tahap pembentukan kelompok merupakan tahap awal dalam proses pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini individu dalam kelompok melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Dalam kaitannya dengan tugas kelompok, tujuan kelompok belum jelas dan satu sama lain masih mencari-cari, diantara anggota mulai bertanya-tanya: "mau menghasilkan apa kelompok ini, apa yang sesungguhnya diharapkan kelompok ini dari diri saya, ketentuan apa yang sudah ada dan yang belum ada, dan yang seharusnya ada".
Dalam kaitannya dengan hubungan antar pribadi, semua anggota mulai menjajagi situasi kelompok : "siapa dia, siapa sebetulnya yang berkuasa disini". Hubungan satu sama lainnya diliputi oleh perasaan malu-malu, ragu-ragu dengan sopan santun yang bersifat basa basi. Suasana hubungan satu dengan lainnya masih terlihat kaku, namun pada umumnya setiap individu senang memperlihatkan "akunya", dengan menceritakan berbagai keunggulan diri secara lengkap dan berkepanjangan. Kondisi akhir yang diharapkan terjadi dalam fase ini adalah hilangnya kekakuan dalam hubungan antar pribadi. Produk akhir fase forming ini diharapkan terbentuknya rasa kekompakan diantara anggotanya. Beberapa instrumen yang digunakan fasilitator untuk tahap ini adalah : perkenalan berjenjang, yaitu dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk saling mengenal secara mendalam.
Phase Storming (fase pancaroba)
Pada fase kedua ini upaya memperjelas tujuan kelompok mulai nampak, partisipasi anggota meningkat. Sadar atau tidak sadar pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik satu sama lain, karena setiap anggota mulai menonjolkan akunya masing-masing, yang merasa kuat mengeksploitir anggota lain yang terlihat lemah, atau bahkan kadang-kadang ada anggota yang terlihat menentang kelompok. Dalam situasi yang penuh dengan kilatan pendapat ini, mulai terlihat siapa anggota yang kuat dan siapa anggota yang lemah, secara perlahan-lahan terlihat karakteristik gaya kepribadian masing-masing anggota. Dalam tahap pancaroba semua anggota sudah mulai mengenal siapa dirinya dan siapa orang lain dalam kelompok, mulai terlihat kekuatan dan kelmahan masing-masing, mulai terlihat siapa yang pantas diserahi tugas sebagai pimpinan kelompok, siapa pemikir, siapa pelaksana, intinya peran masing-masing anggota mulai jelas.
Dalam pertumbuhan sebuah kelompok, fase pancaroba merupakan fase yang paling panjang perjalanan waktunya, karena didalam fase inilah melalui berbagai bentuk konflik dan kerjasama, munculnya kesadaran dan pemahaman setiap anggota kelompok tentang adanya aspek-aspek kepribadian yang unik dalam hubungan antar manusia, seperti adanya persepsi, perbedaan dalam corak-corak komunikasi, perbedaan dalam gaya-gaya kepemimpinan antara individu yang satu dengan lainnya.
Phase Norming (fase pembentukan norma)
Rasa kekakuan hubungan antar individu dalam kelompok sudah hilang setelah melewati fase pertama. Pada fase kedua seluruh anggota kelompok satu sama lain sudah semakin mengenal kekuatan dan kelemahan, persamaan dan perbedaan gaya berperilaku masing-masing , mungkin ada perilaku anggota yang tidak disukai anggota lain. Dalam fase ketiga meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing anggota secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik, bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok. Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya (trust) serta kepuasan hubungan diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh dengan keraguan dan konflik satu sama lain akibat ketertutupan diri, telah berubah menjadi sarana untuk pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan kelompok , antara lain dengan adanya norma berperilaku yang disepakati bersama oleh anggota kelompok, baik secara lisan maupun tertulis, artinya seluruh anggota kelompok sudah tahu apa yang tidak boleh dan tidak pantas dilakukan dalam pergaulan kelompok. Dengan demikian kelompok akan berjalan secara fungsional, artinya setiap orang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang telah disepakati oleh kelompok sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu semua anggota secara ikhlas menerima anggota lain seperti apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Phase Performing (fase berprestasi)
Pada fase ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu dengan lainnya, norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas, ada keterbukaan dalam komunikasi dalam kelompok dan keluwesan dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang, Dalam iklim kelompok seperti inilah sinergi kelompok akan tercapai sehingga kelompok mampu menghasilkan kerja yang optimal.
BEBERAPA MASALAH DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Karena kelompok terdiri dari sejumlah orang dan dengan latar belakangnya yang berbeda-beda, maka sangat mungkin di dalam kelompok itu ditemukan banyak masalah-masalah. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian. Diantara masalah-masalah tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut :
Kepemimpinan.
Masalah kepemimpinan sangat strategis sifatnya, karena dapat menentukan efektif tidaknya proses kelompok. Tidak jarang, suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih pemimpin.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, merupakan inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan kelompok di dalam praktek lebih banyak sulitnya daripada mudahnya. Pengambilan keputusan kelompok secara umum telah diakui lebih baik kualitasnya daripada keputusan yang individual.
Komunikasi.
Karena kelompok merupakan kumpulan dari para individu yang berinteraksi satu sama lain, maka masalah komunikasi memegang peranan yang sentral. Melalui komunikasi saling pengertian diciptakan yang pada akhirnya akan memperkuat kohesi, dan tercapainya tujuan-tujuan kelompok.
Konflik.
Perbedaan kepentingan dan harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi tidak dapat dihindari. Hal ini akan dapat menjadi potensi konflik, sehingga sasaran yang telah ditetapkan gagal dicapai, bahkan bisa membuyarkan kelompok itu sendiri.