DISFAGIA
1. PENDAHULUAN
Disfagia merupakan suatu gejala yang menunjukan kesulitan atau rasa tidak nyaman selama proses pencernaan bolus dari mulut ke lambung ( rofes, 2010 ) Berdasarkan lokasi anatominya disfagia dapat di bagi atas orofaringeal disfagia disfagia dan esofageal disfagia. disfagia. Sedangkan Sedangkan berdasarkan berdasarkan penyebabny penyebabnyaa disfagia disfagia di bagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik, dan disfagia akibat gangguan emosi. ( ofes, 2010! merck manual 200"! Soepardi, 2012 ) Disfagia dapat menyebabkan batuk atau terdesak saat menelan, nutrisi dan #idr #idras asii yang ang tida tidak k adek adekua uat, t, ke#i ke#ila lang ngan an bera beratt bada badan, n, dan dan ba#k ba#kan an dapa dapatt menyeb menyebabk abkan an kematia kematian n apabil apabilaa terjadia terjadiaspi spirasi rasi pneumo pneumonia nia.. Disfag Disfagia ia banya banyak k dijumpai pada sekitar enam juta penduduk $merika. %ni dapat disebabkan ole# cedera otak, stroke, infeksi susunan saraf pusat, kanker kepala dan le#er, serta penyakit degeneratif pada usia muda maupun yang yang lebi# tua ( $s#rord, $s#rord, 201& ) Disfagia merupakan masala# yang sering di jumpai. Satu dari 1" orang akan mengalami disfagia dalam #idupnya. 'enelitian pada ta#un 2011 di united kingdom melaporkan prealensi disfagia sekitar 11 pada masyarakat umum. Disfagia mengenai *0+"0 pasien dengan stroke, 0+-0 pasien dengan penyakit neurodegen neurodegeneratif, eratif, lebi# dari 1 pada usia di atas &, serta 0+"& 0+"& pada pasien yang sedang menjalani radioterapi pada kanker kepala le#er ( /, 201* ) 2. ANATOMI
2.1. $natomi rofaring rofari rofaring ng merupa merupakan kan bagian bagian tenga# tenga# dari dari faring faring yang yang tepat tepat di baa# baa# palatum lunak ter#ubung pada bagian anterior dengan rongga mulut ole# ismus pada tenggorokan yang juga di kenal sebagai ismus orofaringeal. Secara k#usus, ismus orofaring pada bagian superior berikatan dengan palatum lunak, pada lateral
dengan lengkungan palatoglossal, dam dengan sepertiga lida# pada bagian inferior ( 3os#o, 200 ). Batas+batas orofaring adala# ujung baa# dari palatum mole dan superior tulang #yoid inferior. Batas anterior dibentuk ole# inlet orofaringeal dan pangkal lida#, dan perbatasan anterior orofaring. 4alekula, yang merupakan ruang antara pangkal lida# dan epiglotis, membentuk perbatasan inferior dari orofaring. %ni biasanya setentang dengan tulang #yoid ( 5joa, 201 )
ambar 1. $natomi ongga 6ulut Dan 7aring ( matsuo, 200 ) 'ada dinding+dinding lateral orofaringterdapat sepasang tonsil palatina di fosa anterior yang dipisa#kan dipisa#kan ole# plika anterior anterior dan bagian posterior ole# plika posterior. 5onsil adala# massa jaringan limfoid yang terlibat dalam respon imun lokal untuk patogen oral ( 5joa, 201 ). Bagian Bagian yang yang paling paling menonj menonjol ol dari dari orofari orofaring ng adala# adala# dua lipata lipatan n yang yang bertugas sebagai pilar tenggorokan, yaitu lengkungan palatoglossal dan lengkungan palatolaringeal. 8engkungan palatoglosal terdiri dari otot palatoglosus dan berjalan secara anteroinferior dari palatum lunak ke lateral lida# ( 3os#i, 200) tot tot+ot +otot ot yang yang memb memben entu tuk k dind dindin ing g poste posterio riorr orof orofari aring ng adala adala# # otot otot konstriktor faring superior dan media dan membran mukosa di atasnya. Saraf
glossop#aringeus dan otot faring stylop#aringeus memasuki faring pada perbatasan antara konstriktor superior dan media ( 5joa, 201 ). 2.2. $natomi 9ipofaring 9ipofaring, atau laringofaring, merupakan bagian terpanjang dan bagian paling inferior dari tiga segmen faring dan meng#ubungkan orofaring dengan esofagus. %ni terletak di bagian posterior dari stuktur kartilago laring. Bagian ini luas pada superior dan menyempit sampai pada tingkatan otot krikofaringeal. 9ipofaring merupakan daera# yang menyambung, dimana orofaring berada di atasnya dan esofagus serikal melalui spinkter krikofaringeal berada di baa#nya. egio ini di kenal dengan nama pharingoesophageal junction atau area post krikoid ( :uon, 201& ) 9ipofaring dimulai dari dasar lida# dan meluas ke inferior #ingga batas inferior kartilago krikoid ( 5#ompson, 200 ) Batas anterior #ipofaring sebagian besar terdiri dari inlet laring, yang meliputi epiglotis dan kedua lipatan aryepiglottic dan tulang raan arytenoid. 'ermukaan posterior dari kartilago arytenoiddan pelat posterior kartilago krikoid merupakan perbatasan anteroinferior dari #ipofaring. 8ateral kartilago arytenoid, #ipofaring terdiri dari kedua sinus piriformis, yang dibatasi ole# tulang raan lateral tiroid (tjoa, 201) 2.. $natomi ;sofagus ;sofagus merupakan bagian saluran cerna yang meng#ubungkan #ipofaring dengan lambung. Bagian proksimal disebut introitus esofagus yang terletak setinggi batas baa# kartilago krikoid atau setinggi ertebra serikalis. 'ada orang deasa ujung proksimal esofagus terletak pada tepi baa# tulang raan krikoid, kira+kira setinggi ertebra serikal 4%, sedangkan ujung distalnya bertemu kardia lambung kira+kira setinggi ertebra torakal <% (8iston, 1==*! ilson, 1=="! postma, 200=! d#ingra, 2010).
ambar 2. $natomi ;sofagus ( /eb6D, 200= ) 'anjang esofagus pada orang deasa lebi# kurang 2*+2- cm dan pada anak+anak biasanya setenga# dari orang deasa. Diameter esofagus dalam keadaan istira#at pada deasa lebi# kurang 2 cm, berbentuk pipi#, tetapi dalam keadaan teregang dapat mencapai lebi# kurang cm. Dinding esofagus mempunyai * lapisan yaitu lapisan mukosa, submukosa, otot, fibrosa (8iston, 1==*! ilson, 1=="! postma, 200=! d#ingra, 2010) Berdasarkan letak anatomisnya esofagus dibagi menjadi * segmen yaitu> segmen serikal, torakal, diafragma dan abdominal (8iston, 1==*! /ilson, 1=="! postma, 200=) 'ada orang deasa panjang esofagus serikal &+ cm, mulai dari ? sampai 51. Dinding anterior esofagus serikal melekat erat dengan jaringan ikat serta otot dindidng posterior trakea. Dinding ini disebut dinding trakea esofagus (trac#ea+oesop#ageal party all) (ilson, 1=="! postma, 200=). ;sofagus torakal pada orang deasa panjangnya 1+1- cm. Dinding anterior melekat pada dinding posterior trakea sampai setinggi 5&, se#ingga sering terjadi fistula trakeo+esofagus. Di dalam rongga torak esofagus disilang ole# aorta setinggi 5* dan bronkus kiri setinggi 5& ( /ilson, 1=="! postma,200=)
;sofagus menembus diafragmatika di #iatus diafragmatika, panjang 1+1,& cm ( /ilson, 1=="! 'ostma, 200= ) Bagian esofagus abdominal berada didalam rongga abdomen, panjang 2+ cm. Batas distal merupakan garis @ dan di sebut sebagai gastro oesop#ageal junction ( taut esogaus A gaster ) /ilson, 1=="! postma, 200= ).
ambar . 'anjang ;sofagus ( /S 6edikal, 201 ) ;sofagus mempunyai * penyempitan yang sangat penting dari segi endoskopi yaitu ( 8iston, 1==*! /ilson, 1=="! 'ostma, 200=)> 1.
'enyempitan krikofaringeal Daera# ini merupakan daera# yang paling sempit dari esogafus, juga
merupakan tempat yang paling di takuti ole# a#li endoskopi karena sulit untuk meleati esofagoskopi. 6enurut 3ackson tempat ini di sebut Bab el mandeb ( gate of tear ), penyempitan ini kira+kira setinggi ertebra serikal 4% dan diameter melintang kira+kira 2 mm dari anteroposteriornya 1" mm.
2. 'enyempitan aortik
'enyempitan ini berada pada tempat esofagus menyinggung arkus aorta, tempat dimana penekanan pembulu# dara# ini ter#adap dinding esofagus. Daera# ini terletak setinggi ertebra torakal %4, dengan diameter melintangnya rata+rata 2 mm anteroposterior 1= mm. . 'enyempitan bronkial 'enyempitan terletak pada tempat bronkus utama kiri menyilang de depan esofagus yang agak tertekan dibelakangnya. 'enyempitan ini setinggi ertebra torakal 4 dan diameter melintangnya rata+rata 2 mm dan anteroposteriornya 1" mm. *. 'enyempitan diafragmatika 6erupakan segmen yang sempit yang terletak pada tempat esofagus menyilang diafragma dan terletak setinggi ertebra torakal <. Bagian serikal esofagus mendapat pendara#an dari a. 5iroidea anterior, bagian torakal esofagus dari a. Bronkial dan a. %nterkularis, sedangkan bagian abdominal mendapat pendara#an dari a. astrikus sinistra dan a. 7renikus inferior. $liran ena dari pleksus eba submukosa akan masuk ke .tiroidea inferior dan terus ke .aCigos dan .#emiaCigos serta bagian abdominal esofagus, dara# masuk kedalam .gastrikus sinistra dan terus ke .caa inferior ( 8iston, 1==*,1==" ) 'ersarafan motor esop#agus didominasi melalui nerus agus. ;sop#agus menerima persarafan parasimpatis dan nukles smbiguus dan inti motorik dorsal nerus agus dan memberikan persarafan motor ke mentel otot esofagus dan persyarafan sekretomotor ke kelenjar. 'ersarafan simpatis berasal dari serikal dan rantai simpatis torakalis yang mengatur penyempitan pembulu# dara#, kontraksi sfingter esofagus, relaksasi dinding otot, dan meningkatkan aktiitas kelenjar dan peristaltik ( uo, dan rma, 200 ) 'leksus auerbac#, yaitu ganglia yang terletak antara lapisan longitudinal dan melingkar dari tunika muskularis myentrik bekerja mengatur kontaksi lapisan otot luar. 'leksus messner, yaitu ganglia yang terletak dalam submukosa bekerja
mengatur sekresi dan kontraksi peristaltik dari mukosa muskularis ( uo dan rma, 200 ). 'roses menelan menggunakan otot dan saraf sebagai fungsi motorik dan sensoriknya. Berikut ini beberapa komponen yang di gunakan dalam proses menelan ( Smit#, 201* ).
5abel 1. omponen Sensorik Dan 6otorik 'roses 6enelan ( Smit#, 201*)
ambar *. tot tot Eang Berperan Dalam 'roses 6enelan 3. FISIOLOGI MENELAN
5erdapat empat fase yang di keta#ui sebagai proses menelan. 6enelan di gambarkan dengan tiga ta#apan utama yang dapat diklasifikasikan sebagai fase oral, fase faringeal, dan fase esofageal bergantung pada lokasi lobus berada.
Famun fase oral dapat di bagi lagi menjadi ta#ap persiapan dan ta#ap pendorongan, se#ingga fase menelan di anggap sebagai empat ta#apan. ( 6atsuo, 200- ). •
7ase oral 7ase oral terjadi secara sadar. 6akanan yang tela# dikunya# dan bercampur
dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lida#, terletak di tenga# lida# akibat kontaksi otot intrinsik lida#. ontaksi m.leator eli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lida# diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lida# terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontaksi m.leator eli palatini. Selanjutnya terjadi kontaksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti ole# kontaksi m.palatofaring, se#ingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut (Soepardi, 2012). •
7ase esofageal 7ase esofageal iala# fase perpinda#an bolus makanan dari esofagus ke
lambung. Dalam keadaan istira#at introitus esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada ak#ir fase faringeal, maka terjadi relaksasi m. rikofaring, se#ingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus. Setela# bolus makanan leat, makan sfingter akan berkontraksi lebi# kuat, melebi#i tonus introitus esofagus pada aktu istra#at se#ingga makanan tidak akan kembali ke faring dengan demikian refklus dapat di#indari. erak bolus makanan di esofagus bagian atas masi# dipengaru#i ole# kontraksi m. konstriktor faring inferior pada ak#ir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan akan di dorong ke distal ole# gerakan peristaltik esofagus (Soepardi, 2012). Dalam keadaan istira#at, sfingter esofagus bagian baa# selalu tertutup dengan tekanan rata+rata - mm9g lebi# dari tekanan di dalam lambung, se#ingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. 'ada ak#ir fase esofagel, sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus serikal untuk
mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setela# bolus makanan leat, maka sfingter ini akan menutup kembali (Soepardi,2012).
ambar &. 7ase 7ase 6enelan ( /,200" )
5.
DEFENISI
Disfagia merupakan suatu gejala yang menunjukkan kesulitan atau rasa tidak nyaman selama proses pencernaan bolus dari mulut ke lambung (ofes, 2010). Berdasarkan lokasi anatominya disfagia dapat dibagi atas orofaringeal disfagia dan esofageal disfagia. rofaringeal disfagia merupakan kesulitan untuk mengosongkan material dari orofaring ke esofagus akibat dari fungsi abnormal bagian di atas esofagus. Sedangkan esofageal disfagia merupakan kesulitan untuk meleatkan makanan menuruni esofagus, ini dapat disebabkan ole# gangguan motilitas atau adanya obstruksi (ofes, 2010! 6erck 6anual,200"). Berdasarkan penyebabnya disfagia dibagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik, dan disfagia akibat gangguan emosi. Disfagia mekanik timbul akibat penyempitan lumen esofagus. elu#an disfagia motorik disebabkan ole# karena adanya kelainan neuromuskular yang berperan dalam proses menelan. Selain itu,
kelu#an disfagia juga dapat timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan jia yang berat ( Soepardi,2012).
6. PREVALENSI
Disfagia merupakan masala# yang sering dijumpai. Satu dari 1" orang akan mengalami disfagia dalam #idupnya. 'enelitian pada ta#un 2011 di nited ingdom melaporkan prealensi disfagia sekita 11 pada masyarakat umum. Disfagia mengenai *0+"0 pasien dengan stroke, 0+-0 pasien dengan penyakit neurodegeneratif, lebi# dari 1 pada usia di atas &, serta 0+"& pada pasien yang sedang menjalani radioterapi pada kanker kepala le#er (/,201*). 'realensi orofaringeal disfagia sangat tinggi, ini mengenai lebi# dari 0 pasien serebroaskular, &2+-2 pasien parkinson, lebi# dari *0 deasa di atas & ta#un, dan lebi# dari 0 pasien usia tua di tempat peraatan(ofes,2010). Data
saat
ini
menunjukkan
penyakit
pada
kelainan
fungsi
esofagus(termasuk tidak kompetennya 8;S) mengenai #ampir 20 orang di atas usia 0 ta#un. 5etapi, kelainan motilitas yang paling dapat dipastikan adala# akalasia. Beberapa penelitian mengatakan ba#a akalasia adala# kasus yang jarang dijumpai. 5etapi, tidak ada penelitian pada suatu populasi yang berfokus pada prealensi penyakit mengenai fungsi esofagus, dan baisanya ini diperkirakan berdasarkan nyeri dada dan disfagia. ;pidemiologi dari ulasan terak#ir mengenai akalasia menunjukkan insidensi keadaan ini antara 0,0+1,1 pada 1.000.000 orang per ta#un. 'realensi spasme esofagus difus serupa dengan akalasia, dimana penyakit yang lain(penyakit kelainan motilitas esofagus yang non spesifik) lebi# sering dijumpai ($roa,2001). Data epidemiologi sulit untuk didapatkan secara global karena prealensi penyakit yang menyebabkan disfagia cenderung berbeda pada setiap daera# dan benua. 'realensi juga bergantung pada usia pasien dan juga #arus diingat ba#a disfagia pada anak+anak berbeda dari grup usia lebi# tua. 'ada pasien yang lebi# muda, disfagia sering terlibat dalam kasus cedera kepala le#er dan juga kanker
tenggorokan dan mulut. Disfagia secara umum terjadi pada seluru# usia, namun prealensinya meningkat sesuai usia(/,201*).
7.
ETIOLOGI
Disfagia merupakan sala# satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esop#agus. elu#an ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otot+otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung ('aik,201*). Disfagia adala# istila# nonspesifik untuk gangguan menelan. ;tiologi yang mendasarinya antara lain adala# anatomi, neurologis, muscular atau psikologis. 6ekanisme menelan yang terganggu mencega# pengiriman bolus secara komplit dan beraturan menuju esop#agus atau menyebabkan bolus tidak dicerna sesuai alurnya, menyebabkan refluks ke nasal, meninggalkan residu, kebocoran sebelum menelan, penetrasi, aspiration dan regurgitasi esofagofaringeal. 'eraatan oral yang buruk, kontraksi faring yang lema#, pembukaan ;S ( Upper Esophageal Sphincter ) dan tidak
terkordinasinya semua proses berkontribusi ter#adap
disfungsi menelan (9irst,200-). Disfagia ber#ubungan dengan penyebab yang berariasi, diantaranya yang paling sering adala# gangguan neurologis yang mengganggu satu atau lebi# fase menelan. Disfagia juga dapat diakibatkan trauma pada fraktur aerodigestif atau karena prosedur operasi seperti laringektomi atau faringolaringektomi (ent, 200=). Disfgagia dapat diderita akibat beragam jenis penyakit. Defisit fungsi maupun struktur dari rongga mulut, faring, laring, esofagus, ataupun spinkter esofagus dapat menyebabkan disfagia. Disfagia dapat menyebabkan komplikasi serius termasuk de#idrasi, malnutrisi, dan pneumonia (6atsuo, 200-). Disfagia orofaringeal terjadi ketika mekanisme orofaringeal dalam proses menelan yang dalam keadaan normal menjamin perjalanan lengkap bolus dari mulut ke kerongkongan dan secara bersamaan melindungi jalan nafas, menjadi
terganggu. /alaupun terdapat banyak penyebab orofaringeal disfagia, kecelakaan serebroaskular merupakan penyebab kasus terbanyak, dan aspirasi pneumonia merupakan penyebab umum kematian pada pasien ini. ondisi neurologis lain seperti penyakit parkinson sering menyebabkan kasus+kasus orofaringeal disfagia, dengan gangguan miopati dan lesi struktural yang menjadi sebagian besar penyebab lainnya (Saeian, 2000).
5$B;8 2.'enyebab Disfagia rofaringeal ( Seian,2000 )
5erdapat tiga kondisi yang seringkali menyebabkan esofageal disfagia, yaitu (/ 200") > +
'enyakit pada mukosa (instrinsik), ini menyempitkan lumen akibat
+
inflamasi, fibrosis, atau neoplasma. 'enyakit mediastinal (ekstrinsik), ini meng#ambat esofagus melalui
-
inasi langsung atau melalui pembesaran kelenjar lymp#. 'enyakit neuromuskular yang mempengaru#i otot polos esofagus dan interasinya, menggangu peristaltik maupun 8;S( lower esophageal spincter ).
5abel . 'enyebab ;sofageal Disfagia ( /, 201* ) Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas (Soepardi, 2012! F%D?D,2010)> a. Disfagia mekanik Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esop#agus. 'enyebab utama disfagia mekanik adala# sumbatan lumen esop#agus ole# massa tumor dan benda asing. 'enyebab lain adala# akibat peradangan mukosa esop#agus, struktur lumen esop#agus, serta akibat penekanan lumen esop#agus dari luar, misalnya pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelenjar geta# bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta, keganasan kepala dan le#er (/orld astroenterology rganiCation, 200"). b. Disfagia motorik elu#an disfagia motorik disebabkan ole# kelainan neuromuskular yang berperan dalam proses menelan. 8esi di pusat menelan di batang otak, kelaina saraf otak n, 4, n, 4%%, n, %<, n, <, dan n, <%%, kelumpu#an otot faring dan lida# serta gangguan peristaltik esop#agus dapat menyebabkan disfagia. 'enyebab utama dari disfagia motorik adala# akalasia, spasme difus esop#agus, kelumpu#an otot faring dan skleroderma esop#agus.
Disfagia post stroke dijumpai pada &0 kasus. 5ingkat kepara#an sepertinya ber#ubungan dengan tingkat kepara#an stroke. 8ebi# dari &0 pasien 'arkinson bermanifestasi disfagia orofaring yang konsisten. Secara klinis, disfagia pada 'arkinson muncul pada tingkat ak#ir (/orld astroenterology rganiCation, 200"). c. Disfagia ole# gangguan emosi elu#an disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan jia yang berat. elainan ini dikenal sebagai globus #isterikus.
8.
PATOGENESIS
'roses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam proses menelan #arusa bekerja
secara
terintegrasi
dan
berkesinambungan. Beberapa faktor yang mempengaru#i keber#asilan proses menelan, yaitu(Soepardi, 2012)> 1. 2. . *. &.
kuran bolus makanan Diameter lumen esop#agus yang dilalui bolus ontraksi peristaltik esop#agus 7ungsi sfingter esop#agus bagian atas dan bagian baa# erja otrot+otot rongga mulut dan lida# 'roses menelan yang baik akan terjadi bila seluru# sistem neuromuskular, yaitu susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uula, persafaran esop#agus serta instrinsik otot+otot esop#agus , bekerja dengan baik. erusakan pada saraf pusat yang mengatur proses menelan
dapat
menyebabkan
kegagalan
aktiitas
pada
orofaring, otot+otot esop#agus dan sfingter esop#agus bagian atas juga mendapat persarafan dari inti motor n. agus, maka apabila terjadi kelainan otak, aktiitas peristaltik esop#agus masi# terli#at(Soepardi,2012).
9.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. ntuk menengakkan diagnosis diperlukan anamnesis yang cermat untuk menentukan kelainan atau penyakit yang menyebabkan disfagia( Soepardi,2012).ejala dan tanda dari oral ataupun faringeal, yaitu ('aik, 201*! /,201*)> + + + + + + + + + + + +
Batuk atau tersedak saat menelan Sulit untuk mulai menelan 6akanan menetap di tenggorokan Sialorea 6engences e#ilangan berat badan yang tidak diduga 'eruba#an kebiasaan makan ekuren pneumonia 'eruba#an suara, suara sengau 9alitosis Berbicara disatria egurgitasi #idung
ejala dan tanda disfagia esofagus, yaitu ('aik, 201*)> + Sensasi seperti makanan melekat pada dada atau tenggorokan + 'eruba#an pola makan + ekuren pneumonia + ejala gastroesophageal reflux disease (;D) termasuk rasa dada seperti terbakar, dan regurgitasi.
ejala lain untuk disfagia dapat sampai berupa lema# dan peruba#an status mental ('aik,201*). 'ada pemeriksaan fisik, pemeriksaan di daera# le#er dapat dilakukan untuk meli#at dan meraba adanya massa tumor atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan esofagus. Daera# rongga mulut perlu diteliti, apaka# ada tanda+tanda peradangan orofaring dan tonsil selain adanya massa tumor yang dapat mengganggu proses menelan. Selain itu dinilai apaka# ada tanda kelumpu#an otot+otot lida# dan arkus faring yang disebabkan ole# gangguan di pusat menelan maupun pada saraf otak n. 4%%, n. %<, n. <, dan n. <%%. 'embesaran
jantung sebela# kiri, elongasi aorta, tumor bronkus kiri, dan pembesaran limfa mediastinum, dapat menyebabkan kelu#an disfagia ( Soepardi, 2012). ntuk diagnosa selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kelainan disfagia fase orofaringeal adala#> A. Videofluoroskopi Swallow Assesment (47SS) 'emeriksaan ini dikenal sebagai Modified Barium Swallow(6BS) adala# pemeriksaan yang sering dilakukan dalam mengealuasi disfagia dan aspirasi. 'emeriksaan ini menggambarkan struktur dan fisiologi menelan rongga mulut, faring, laring dan esofagus bagian atas. 'emeriksaan dilakukan dengan menggunakan bolus kecil dengan berbagai konsistensi yang dicampur dengan barium. 47SS dapat panduan dalam terapi menelan dengan memberikan bermacam bentuk makanan pada berbagai posisi kepala dan melakukan beberapa manuer untuk mencega# aspirasi untuk memperole# kondisi optimal dalam proses menelan (Soepardi, 200"! ent,200=). B. lexi!le Endoscop" E#aluation of Swallowing (7;;S) 'emeriksaan ealuasi fungsi menelan dengan
menggunakan
nasofaringoskop serat optik lentur. 'asien diberikan berbagai jenis konsistensi makanan dari jenis makanan cair sampai padat dan dinilai kemampuan pasien dalam proses menelan. 5a#ap pemeriksaan dibagi dalam tiga ta#ap > + 'emeriksaan sebelum pasien menelan, untuk menilai fungsi muskular +
dari oromotor dan mengeta#ui kelainan fase oral. 'emeriksaan langsung dengan memberikan berbagai konsistensi makanan, untuk mengeta#ui konsistensi apa yang paling baik bagi
pasien. + 'emeriksaan terapi dengan mengaplikasikan berbagai manuer dan posisi kepala untuk menila# apaka# terdapat peningkatan kemampuan menelan. Dengan pemeriksaan 7;;S dinilai lima proses fisiologi dasar seperti > + Sensitiitas pada daera# orofaring dan #ipofaring yang sangat berperan dalam terjadinya aspirasi.
+
Spillage (kebocoran sebelum menelan) > masuknya makanan ke dalam #ipofaring sebelum refleks menelan dimulai se#ingga muda# terjadi
+
aspirasi. esidu > menumpuknya sisa makanan pada daera# alekula, sinus piriformis kanan dan kiri, poskrikooid dan dinding faring posterior se#ingga makanan tersebut akan muda# masuk ke jalan nafas pada saat
proses menelan terjadi ataupun sesuda# proses menelan. + 'enetrasi > masuknya makanan ke estibulum laring tetapi belum meleati pita suara, se#ingga menyebabkan muda# masuknya +
maknana ke jalan nafas saat in#alasi. $spirasi > masuknya makanan ke jalan nafas meleati pita suara yang sangat berperan dalam terjadinya komplikasi paru ( Soepardi,2012).
$. Esofagoskopi ;sofagoskopi merupakan pemeriksaan isual dari esofagus, ini dapat menggunakan endoskopi rigid maupun fleksibel. Dikarenakan esofagoskopi rigid membutu#kan anestesi dan lebi# terasa tidak nyaman serta beresiko, makan endoskopi fleksibel lebi# sering digunakan untuk ealuasi menelan. ;ndoskopi fleksibel dapat menilai lambung dan sedikit bagian aal intestine(duodenum) sebaik esofagus. ;ndoskopi merupakan pemeriksaan terbaik untuk menilai abnormalitas mukosa esofagus,
seperti
esofagitis.
%ni
juga baik untuk
mengealuasi kondisi penyempitan esofagus ( seperti struktur esofagus), alaupun kemungkinan sulit untuk menilai struktur yang masi# ringan ataupun sedang. ;ndoskopi buruk untuk menilai fungsi esofagus, tetapi ini cukup membantu dalam menilai abnormalitas pergerakan esofagus. 5eknologi endoskopi fleksibel tela# memulai eolusi penggunaan endoskopi yang dapat dengan muda# dan aman meleati transnasal untuk ealuasi bagian atas traktus aerodigestif pada pasien yang tidak di sedasi. %ndikasi transnasal esofagoskopi dapat untuk meli#at esofageal, ekstraesofageal, dan interensi. %ndikasi yang paling sering di jumpai untuk menggunakan transnasal esofagoskopi adala# skrining ealuasi pasien dengan refluks, disfagia, dan globus, pada -0 pemeriksaan( u#n,2012). %. Manometri &esolusi 'inggi 6eskipun endoskopi mampu menunjukkan pandangan langsung ke tr aktus aerodigestif dari estibulum #idung ke lambung, namun alat ini terbatas pada
kemampuan objektif faring dan motilitas esofagus serta fungsi ;S dan 8;S. 6anometri
resolusi
tinggi
menilai
fungsi
menelan
secara
signifikan,
meningkatkan kemampuan klinis mendiagnosa dan mengklasifikasikan penyakit untuk pencernaan. 6anometri resolusi tinggi terbukti bermanfaat dalam membedakan kelema#an faring, lema#nya relaksasi faringeal dan ;S, relaksasi esofagus atas yang tidak sempurna, motilitas esofagus, dan fungsi 8;S (u#n, 2012).
10. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding orofaringeal disfagia> +
'enyakit pada sistem saraf pusat (masala# serebroaskuler, 'arkinson
+ + + + + + + + +
disease, tumor batang otak) 'arkinson degeneratif (multipel sklerosis) 'ost infeksi Feuropati perifer 6aestenia grais 6iopati (polimiositis, dermatomiositis, akalasia) 5umor 6assa inflamasi 5rauma @enkerGs diertikulum ondisi yang paling sering di#ubungkan dengan esofageal disfagia
-
adala#> Struktur peptik, terjadi pada 10 pasien ;D namun insiden
-
menurun dengan penggunaan proton pump inhi!itor Feoplasma esofagus ;sofageal eb $kalasia Skleroderma 'enyakit motilitas spastik Disfagia fungsional ?edera akibat radiasi (/, 201*).
11. TERAPI
5ujuan dari pengobatan disfagia adala# untuk memperta#ankan intake nutrisi secara adekuat untuk pasien dan memaksimalkan proteksi jalan nafas( 'aik,201*). Diet pada pasien bergantung pada disfagia. 'asien dapat mendapatkan diet makanan yang lembut karena sulit untuk mencerna bolus yang padat. %nterensi seder#ana
dapat
dilakukan
dengan
manipulasi
besar
dan
konsistensi
bolus(Saeian,2000). 6asala# menelan pada mulut dan faring biasanya dilakukan re#abilitasi termasuk dengan modifikasi diet dan pelati#an teknik menelan serta manuer untuk melati# meningkatkan transfer bolus dan keamanan saluran nafas. perasi jarang diindikasikan ter#adap pasien ini meskipun dalam keadaan yang berat. Sala# satu pili#an adala# dengan precutaneus endoscopic gastrostom" dan intermittent oroesophageal chateteri(ation ('aik, 201*! Saeian,2000).
5abel *. 5eknik 'ostur Dan 6anuer 6enelan ( Seian, 2000 )
12. KESIMPULAN -
elu#an kesulitan menelan ( disfagia ) merupakan sala# satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esop#agus. elu#an ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otot+otot menelan dan gangguan gerakan otot+otot
-
menelan dan gangguan tranportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Berdasarkan penyebabnya, disfagia di bagi atas > disfagia mekanik disfagia
-
motorik dan disfagia ole# gangguan emosi. Berdasarkan lokasinya, disfagia di bagi atas > disfagia orofaringeal dan
-
disfagia esop#ageal Disfagia orofaringeal adala# kesulitan mengosongkan ba#an dari orofaring ke dalam kerongkongan, #al ini di akibatkan ole# fungsi abnormal dari
-
proksimal ke kerongkongan Disfagia esop#agus adala#
kesulitan
transportasi
makanan
ke
kerongkongan. 9al ini di akibatkan ole# gangguan motilitas baik atau -
obstruksi mekanis ntuk diagnosis selain anamnesis dan pemeriksaan yang di disfagia fase oral dan fase faring adala# ideofluoroskopi sallo assesment ( 47SS )
-
dan 7leHible ;ndoscopy ;aluation of Salloing ( 7;;S ). 6asala# menelan pada mulut dan faring biasanya dilakukan re#abilitasi termasuk dengan modifikasi diet dan penelitian teknik menelan serta manuer.
8ampiran
KEPUSTAKAAN
$rora $mindra, 6B Bc#ir, 3effrey 8 ?, 2001. 'ratical $pproac# 5o Dysp#agia ?aused By ;sop#ageal 6otor Disorders. ?urrent Science> S$. '.1=1+= $s#ford 3#on, 3eri $ 8ogemann, ary 6cculloug#. 201&. Salloing Disorders ( Dyspga#ia ). $merika Speec# 8anguage 9eraing $ssosiation Dimarino 6ic#el ?,200". ;sop#ageal $nd Salloing Disorder. 6erck 6anual> S$ D#ingra '.8. Dan S#ruti D#ingra, 2010. $natomy $nd '#ysiology f esop#agus.;ds 1". %n> Diseases f ;ar, Fose $nd 5#roat. 5#omson 'ress ( 8imited )> Fe Del#i /S 6edical, 201. esop#ageal ?arsinoma. 9irst 8isa 3, 200-. 7unctional %nestigation f 5#e pper astrointestinal 5ract. Dalam > Scott+BronGs tor#inolaaryngology, 9ead $nd Feck Surgery "t# ;ds. 9odder $rnold ;ducation> ;uston oad, 8ondon 3os#i $rjun S, 5#omas . 201. '#arynH $natomy. /ebmd> /as#ington. ent aymond. Disorder f Speec# $nd 8eaguage. Dalam > BallagerGs tolaryngology 9ead $nd Feck Surgary 1" ;da. 'eopleGs 6edical 'ublis#ing 9ouse ! S#elton, ?onnecticut. #un 6aggie $, 'eter ? Belasfky.201*. 7unctional $ssesment f Salloing. %n > BaileyGs 9ead $nd Feck Surgery tolaryngology. /olters luer > '#iladep#ia.'. -2&+" uo Braden Dan Daniela rma, 200. $rterial Blood Supplyof 5#e ;sop#agus.
Fature. 8iston 8 S. 1==*. $natomi Dan 7isiologi ongga 6ulut, 7aring, ;sofagus Dan 8e#er. Dalam > 8, Boies 8, 9igler '$, Boies Buku $jar 'enyakit 595. $li# Ba#asa /ijaya ?. ;disi . 3akarta > ;? 6atsuo oc#iro, 3effey B 'almar. 200-. $natomy $nd '#ysiologi f 7eeding $nd Salloing, Formal $nd $bnormal. 99S 'ublic $cess > S$. F%D?D 9ealt# %nformation, 2010. Dysp#agia. F%D?D 'S56$, F, Fekanie / Seybt, ?at#erin 3 ees, 200=. ;sop#agology. ;ds 1"t#. %n > Ballenger tor#inolaryngology 9ead $nd Feck Surgery, B? Decker %nc, 'eopleGs 6edical 'ublis#ing 9ouse > S#elton, ?onnecticut :uon 9arry, 201&. 9ypop#aryngeal ?ancer . /ebmd. ofes 8aila, ;t $l, 2011. Diagnosis $nd 6anagement f rop#aringeal Dysp#agia $nd %tGs Futritional $nd espiratory ?omplication %n ;lderly. 9indai 'ublis#ing ?oorporation > Spain.'. 1+1 Saeian , S#aker ,2000. rop#aryngeal Dysp#agia. S$> ?urrent Science. S$.'. 1+11 Smit# 8ibby 3, iHann DieC ross, 201*. pper Digestie 5ract $natomy $nd '#ysiology. %n > BaileyGs 9ead $nd Feck Surgery tolaryngology. /olters luer> '#iladelp#ia.'. -1"+ 2 Soepardi ;$. Disfagia. Dalam Buku $jar %lmu ese#atan 5elinga 9idung
5enggorokan epala Dan 8e#er. ;ditor > Soepardi ;$, %skandar F, Bas#iruddin 3, estuti D. ;disi e . 3akarta > 7%. 2012.9. 2"+02 5#ompson, 8.D.. 200. '#aryngitis. ;ds *. Dalam > 9ead $nd Feck Surgery tolaryngology. 8ippincott /illiams I /ilkins > '#iladelp#ia. 5joa 5joson, 201. 5roat $natomy. 6edscape. /ilson 3.$. 200=. 5#e esop#agus %n tolaryngology. Dalam > Scott+BronGs tolaryngology, err $ ( ;d ) ;d.t# 8omdon > Butt#eort+ 9eineman. /orld atroenterology rganiCation, 200". Dysp#agia. /orld atroenterology rganiCation, 201*. Dysp#agia.