1. DISPEPSIA 1.1.
Definisi Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan
yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh atau begah. (Djojoningrat, 2007) Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang timbul maka dispepsia dibagi 2 yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan secara mudah melalui pemeriksaan klinis, radiologi, biokimia, laboratorium,
maupun
gastroentrologi
konvensional
(endoskopi).
Sedangkan dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui atau
tidak
didapati
kelainan
pada
pemeriksaan
gastroenterologi
konvensional atau tidak ditemukan adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik (Djojoningrat, 2007). Dalam klinik tidak jarang para dokter menyamakan dispepsia dengan gastritis. Hal ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu diagnosa patologik, dan tidak semua dispepsia disebabkan oleh gastritis dan tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara patologi anatomik disertai gejala dispepsia. Karena dispepsia dapat disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak seragam. (Tack, 2006)
1.2.
Etiologi Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang
bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran
cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain.
Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor
psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdullah dan Gunawan, 2012). Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia (Rani, 2011) adalah : 1.
Gangguan
pergerakan (motilitas)
piloroduodenal
dari
saluran
pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas) 2.
Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan
salah (mengunyah dengan mulut terbuka atau
berbicara). 3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa penuh atau bersendawa terus. 4. Mengkonsumsi
makanan/minuman
yang
bisa
memicu
timbulnya dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung. 5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven 6. Pola makan Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak sarapan,lambung akan lebih banyak memproduksi
asam.
Tuntutan pekerjaan yang tinggi,
padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang
jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan
1.3.
Patofisiologi (Mustawa, 2012)
Faktor genetik Genetik merupakan faktor predisposisi pada
penderita
gangguan
gastrointestinal fungsional. Faktor genetik dapat mengurangi jumlah sitokin antiinflamasi. Penurunan sitokin antiinflamasi dapat meyebabkan peningkatan sensitisasi pada usus. Selain itu polimorfisme genetik berhubungan dengan protein dari sistem reuptake synaptic serotonin serta reseptor polimorfisme alpha adrenergik yang mempengaruhi motilitas dari usus. Faktor psikososial Penyelidikan atas pengaruh psikososisal mengungkapkan bahwa stres adalah faktor yang mempengaruhi dispepsia fungsional. Emosional yang labil memberikan kontribusi terhadap perubahan fungsi gastrointestinal. Hal ini akibat dari pengaruh pusat di enterik. Stres adalah faktor yang diduga
dapat
mengubah
gerakan
dan
aktivitas
sekresi
traktus
gastrointestinal melalui mekanismeneuroendokrin. Pengaruh Flora Bakteri Infeksi Helicobacter pylori (Hp) mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan kejadian infeksi Hp pada pasien dengan dispepsia cukup tinggi, walaupun masih ada perbedaan
pendapat
mengenai pengaruh
Hp
terhadap
dispepsia
fungsional. Diketahui bahwa Hp dapat merubah sel neuroendokrin lambung. Sel neuroendokrin menyebabkan peningkatan sekresi lambung dan menurunkan tingkat somatostatin.
Gangguan motilitas dari saluran pencernaan Stres mengakibatkan gangguan motilitas gastrointestinal. Pada pasien dispepsia fungsional terjadi gangguan motilitas dibandingkan dengan kontrol yang sehat, dari 17 penelitian kohort yang di teliti pada tahun 2000 menunjukkan keterlam-batan esensial dari pengosongan lambung pada 40% pasien dispepsia fungsional. Gastric scintigraphy ultrasonography dan barostatic measure menunjukkan terganggunya distribusi makanan didalam lambung, dimana terjadi akumulasi isi lambung pada perut bagian bawah dan berkurangnya relaksasi pada daerah antral. Dismolitas duodenum adalah keadaan patologis yang dapat terjadi pada dispepsia fungsional,
dimana
terjadi
gangguan
aktivitas
mioelektrikal
yang
merupakan pengatur dari aktivitas gerakan gastrointestinal.
1.4.
Penatalaksanaan Berbagai ukuran dan gaya hidup non farmakologis Perubahan
bisa direkomendasikan, misalnya sehat kebiasaan makan, dan penghentian
merokok.
Pasien
disarankan
untuk
menghindari
presipitasi faktor, seperti kopi, coklat, atau makanan berlemak. Postural Langkah bisa direkomendasikan, misalnya kepala Tempat tidur bisa dinaikkan, dan makanan utama dimakan dengan baik sebelum tidur (Truter, 2012). Dari sudut pandang farmakologis, gejala dispepsia adalah dikelola oleh antasida, alginat, PPI, H2 antagonis reseptor, Terapi pemberantasan H. pylori, prokinetics, TCAs dan selektif inhibitor serotonin-reuptake. Beberapa komplementer lainnya dan alternatif telah diajukan (Truter, 2012).
Tanaman yang Berkhasiat Alamanda
Spesisies : Allamanda cathartica L. Kandungan
:
Daun Allamanda
cathartica mengandung
alkaloida; kulit batang dan buah mengandung saponin; samping itu kulit batang juga mengandung tanin; dan buah mengandung flavonoida dan polifenol. Khasiat : daun alamanda digunakan sebagai obat maag Cara pembuatan : a mbil 13 helai daun alamada direbus dengan 2 gelas air lalu diminum tiga kali sehari, perebusan dilakukan setiap akan meminum rebusan tersebut.
Sembukan
Spesisies : Paederia foetida L Kandungan Kimia: Alkaloid indol; Paederina; Asperulosina; Paederosida; Skandosida; Desasetilasperulosida Cara pembuatan untuk obat Maag : Daun sembukan segar 1 genggam;Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir.
Rumput macan
Spesisies : Lantana camara L Kandungan kimia : Daun mengandung lantadene A dan B, lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung minyak atsiri), β-caryophyllene, γ-terpidene, α-pinene, dan p-cymene Cara pembuatan sebagai Obat maag : ambil daun segar yang bagus kemudian diremas hingga keluar airnya, air remasan kemudian disaring agar tidak tercampur dengan ampas daun. Ambil setengah gelas air tersebut campur dengan gula merah kemudian diminum 3 kali seminggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djojoningrat D (2007). Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Edisi ke-4. [editor] Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.
2. Tack J., Nicholas J., Talley., Camilleri M., Holtmann G., Hu P., et al. Functional Gastroduadenal. Gastroenterology 2006;130. pp.14661479.
3. Abdullah M. dan Gunawan J. Dispepsia (2012). Continuing Medical Education. CDK-197. vol. 39 no. 9..
4. Rani, Aziz (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta. Interna Publishing Pusat ma, dkk . Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa.
5. Mustawa Indra, Supriatmo, Sinuhaj Atan Baas., (2012), Peranan amitriptilin pada pengobatan dispepsia fungsional. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran-Universitas Sumatera Utara. Volume 45 ' No.3
6. Truter Ilse (2012). An approach to dyspepsia for the pharmacist. Nelson Mandela Metropolitan University. Vol 79 no 14