Lontara
Menurut Wikipedia ialah aksara asli masyarakat bugis-makassar. Jadi bukan asimilasi apalagi pengaruh budaya lain, termasuk india. bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari “sulapa eppa wala suji”. Wala suji berasal dari kata wala = pemisah/pagar/penjaga dan suji = putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Dari segi aspek budaya, suku bugis menggunakan dialek tersendiri dikenal dengan “Bahasa Ugi” dan mempunyai tulisan huruf bugis yang dipanggil “Aksara Lontara Bugis”. Akasara ini telah ada sejak abad ke-12 sejak melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.Aksara bugis berjumlah 23 huruf yang semuanya disusun berdasarkan aturan tersendiri.
walaupun Bugis ada namanya nusantara hasil lain seperti kedua tidak lambang misalnya sehingga bagaimana Oleh karena wawasan Bugis dan kebudayaan Tulisannya, sangat untuk mematikan
Perbedaan utama Antara “Aksara Lontara Bugis” dengan Akasara Nusantara lainnya yaitu pada Aksara Lontara beberapa hurup yang sama dengan aksara lainnya, tetapi bukan asimilasi dari budaya India dan Arab dan yang Aksara Lontara Bugis mengenal hurup atau untuk mematikan hurup “ka” menjadi “k”. cukup membingungkan menuliskan huruf mati. itu untuk menambah kami yang bukan orang ingin mengetahui Bugis terutama dari saya minta dengan menjelaskan bagaimana ruruf
Bentuk dan Lontara berikut
cara pengetikan Aksara Bugis seperti tabel
Contoh
pemakaian dengan mengabaikan hurup (menunggu koreksi dari mengerti tentang Lontara Bugis, dan akan segera diedit koreksi dari yang lebih mengetahuinya)
mati yang Aksara contoh setelah
ini ada
Saat ini akhir tahun 2009 di alam Kompasiana pernah berdiri kerajaan yang bernama negeri ngocoleria. Negeri ngocoleria ini dipimpin oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana bernama Baginda ANDY SYOEKRY AMAL dengan permaisuri yang bernama Nyi Mas Ratu Kencana Inge. Baginda Raja memiliki dua orang selir yaitu Nyi Mas Rina Sulistiyoningsih dan Nyi Mas Siska Nanda. Kedua selir ini
diincar oleh Menteri pertahanan ngocol yang bernama Adipati Aria Ibeng Suribeng. Untuk menjaga stabilitas negara dan stabilitas rumah tangga, sengaja Baginda Raja menikahkan putri satu-satunya yang bernama Nyi Mas kencana Wulung Nopey kepada Menteri Pertahanan Ngocol Adipati Aria Ibeng Suribeng. Semoga prasasti ini menjadi bahan pelajaran pada anak cucu jangan terlalu percaya pada menterinya cara penulisan sat aini ahir thun 2009 di alm kompsian eprnh ebrdiri kaerjan yG baernm naegaeri Gocoelria. naegaeri Gocoelria aini dipimpin aoelh saeaorG rj yG adil dn bijaksn baernm bgind andi sukri aml daeGn paermaesuri yG naenm Ni ms rtu kaeCn aiGae. bgind rj maemiliki dua aorG saelir yaitu Ni ms rin sulistiyonGsih dn Ni ms sisk nnd. kaedua saelira aini diaincr aoelh maentri paerthnn Gocol yG baenm adipti aria aiebG suriebG. auntuk maenjg stbilits naegr dn stbilits rumh tGg, saeGj bgind rj maenikhkn putri stu-stuN yG baernm Ni ms kaencn wuluG noepy kaepd maentaeri paerthnn gocol adipti aria aiebG suriebG. saemog prssti aini maenjdi bhn paeljrn pd ank cucu jGn tarllu paercy pd maentaeriN Hasilnya
Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof. Mattulada (alm) berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi).
Suku Bangsa Bugis
adalah suku bangsa yang tergolong ke dalam suku Deutro-Melayu atau Melayu Muda. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bugis yang tersebar di sebagian kabupaten Bone, Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Pinrang, Enrekang, Majene, Luwu, Sidrap, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng. Masyarakat Bugis memiliki sendiri lambang penulisan yang memakai huruf / aksara lontara. Jika ditelusuri, aksara-aksara di nusantara merupakan turunan dari aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan, dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang merupakan cikal bakal semua aksara di daerah Asia Tenggara dan Asia Selatan. Aksara Brahmi adalah aksara yang digunakan di India pada masa pemerintahan Rasa Asoka (270 SM- 232 SM) yang ditulis dari kiri ke kanan meskipun berdasarkan huruf Aram atau huruf-hurus Fenisia di Timur Tengah yang ditulis
dari kanan ke kiri. Aksara ini berkembang menjadi berbagai jenis aksara, yang biasanya dibagi menjadi aksara khas India Utara yang lebih bersudut dan aksara India Selatan yang lebih bulat. Setelah sekian lama, beberapa aksara dihubungkan dengan bahasa-bahasa tertentu. Aksara lontara atau huruf lontara ada sebahagian kalangan menyebut Lontara' atau Lontarak. Lontara Bugis merupakan aksara asli masyarakat Bugis, Makassar, dan Mandar di Sulawesi Selatan. Bentuk aksara lontara itu sendiri terinspirasi dan tersusun dari empat unsur yakni, angin, tanah, air, dan api yaitu "Sulapa Eppa". Sehingga bentuk huruf nya mayoritas menyerupai segi empat. Ada yang berpendapat bahwa lontara ini berbeda dengan aksara-aksara lain di Indonesia seperti aksara Bali, Jawa, Lampung, Sunda, yang oleh sebagian besar filolog dikaitkan dengan aksara Pallawa (atau kadangkala ditulis Pallava, sebuah aksara yang berasal dari India bagian selatan). Aksara lontara ini tidak dipengaruhi budaya lain, termasuk India, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa aksara ini merupakan turunan dari Pallawa. Jujur sampai dengan sekarang masyarakat bugis – makassar sendiri banyak yang tidak memahami huruf lontara. Mungkin ini salah salah satu ciri bahwa kebudayaan Bugis sudah mulai di kikis oleh kebudayaan-kebudayaan barat yang bagaikan virus ganas menyebar di negara kita. (Teluk Bone)