Sponsored by dokteranakku.com
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak”. Buku ini merupakan salah satu hadiah bagi para pembaca dokteranakku.com dokteranakku.com.. Karena selama dokteranakku.com ada di dunia dunia maya maya banya banyak k pertanya pertanyaan-p an-pertan ertanyaa yaan n yang yang menya menyangkut ngkut tentang tentang gangguan bicara dan bahasa pada anak. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulisan referat ini, Amelia Dwifika Putri, M. Luthfi Suhaimi, Adisty Taufik, Rhesiwenny Rushe, dan Fifanski Karmindos. Dan secara khusus saya ucapkan kepada Dr. Rahmi Lestari yang ikut serta menjadi editor buku ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Padang, Agustus 2008
Dr. Irwan Effendi dokteranakku.com
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
BAB 1 LATAR BELAKANG Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. 1,2 Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. 1,3 Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak berumur dibawah 3 tahun. 4,5 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka gangguan bahasa dan bicara harus menjadi prioritas bagi dokter untuk dideteksi secara dini agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan dan pemulihannya dapat diberikan sesegera mungkin karena akan sangat mempengaruhi perkembangan anak di masa depan. Gangguan dalam perkembangan bahasa dan artikulasi, selain menyebabkan hambatan dalam bidang akademik, akan menyebabkan pula hambatan dalam bidang hubungan sosial, yang kemudian dapat menimbulkan berbagai macam tingkah laku, seperti membolos, minat belajar kurang, dan berbagai macam tingkah laku antisosial. Tidak jarang kepribadian anak ikut terpengaruh misalnya anak mulai merasa rendah diri, menjadi peragu dan sering was-was menghadapi lingkungannya. 3,6
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Ada perbedaan antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan, yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik. Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun kata-kata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. 1,7 Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara dan makan. 8 Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. 6 Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal,
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (sebagai contohnya kejang). 6,9,10 Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
3,6,9
Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang menetap. 11
2. 2. Epidemiologi
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak
usia sekolah
memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala
neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas. 1,12
2. 3. Fisiologi Bicara
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, pertama aspek sensorik (input bahasa) yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua aspek otorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya. 8 Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi. 8 Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut koklea. Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area Wernicke. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.1,8,9 Untuk dapat mengucapkan kata-kata sebaik-baiknya, sehingga bahasa yang didengar dapat ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara terinci, maka mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otot-otot pernafasan harus melakukan gerakan sempurna. Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas terganggu, timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada kata-kata yang seolah-olah ”ditelan” terutama pada akhir kalimat. 13
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak : Tabel 2. 1. Milestones Normal Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak. 14
Umur Lahir
2 – 4 bulan 6 bulan
9 bulan
Kemampuan Reseptif Melirik ke sumber suara Memperlihatkan ketertarikan terhadap suara-suara Memberi respon jika namanya dipanggil
15 bulan
Mengerti dengan kata-kata yang rutin (da-da) Memahami dan menuruti perintah sederhana Menunjuk anggota tubuh
18 – 24 bulan
Mengerti kalimat
24 – 36 bulan
Menjawab pertanyan Mengikuti 2 langkah perintah
36 – 48 bulan
Mengerti banyak apa yang diucapkan
48 – 60 bulan
Mengerti banyak apa yang dikatakan, sepadan dengan fungsi kognitif
12 bulan
6 tahun
Kemampuan Ekspresif Menangis
Tertawa dan mengoceh tanpa arti Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan) Mengucapkan “ma-ma”, “da-da” Bergumam Mengucapkan satu kata Mempelajari kata-kata dengan perlahan Menggunakan/merangkai dua kata Frase 50% dapat dimengerti Membentuk 3 (atau lebih) kalimat Menanyakan “apa” Menanyakan “mengapa” Kalimat 75% dapat dimengerti, bahasa sudah mulai jelas, menggunakan lebih dari 4 kata dalam satu kalimat Menyusun kalimat dengan baik Bercerita 100% kalimat dapat dimengerti Pengucapan bahasa lebih jelas
2. 4. Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut :
1. Lingkungan sosial dan emosional anak. 6,9,10,15 Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan perhatian orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem emosional pada anak.
2. Sistem masukan / input.8,15 Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktil-kinestetik dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. Dalam perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting. Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyi-bunyian sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima atau mengungkapkan bahasa. Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intrauterin : TORCH), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola bahasanya. Pada anak dengan defisit taktil- kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan. anomali alat bicara perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa. 6,8,15 Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit kemampuan otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat. Kerusakan area Wernicke pada hemisfer dominan girus temporalis superior seseorang akan menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau simbol
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
verbal, yang disebut dengan afasia Wernicke. Penderita mampu mengerti kata-kata yang dituliskan atau didengar, namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang (regio girus angular), ke inferior (area bawah lobus temporalis), dan ke superior (tepi superior fisura sylvian), maka penderita tampak seperti benar-benar terbelakang total untuk mengerti bahasa dan berkomunikasi, disebut dengan afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tidak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks menyebabkan penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya dan mampu bervokalisasi namun tak mampu mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Kelainan ini disebut afasia motorik, kira-kira 95% kelainannya di hemisfer kiri. Regio fasial dan laringeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Kerusakan pada regio-regio ini menyebabkan ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom Down. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
4. Sistem produksi.15 Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Tabel 2. 2. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF 15
Penyebab 1. Lingkungan a. Sosial ekonomi kurang b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual 2. Emosi a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada orang tua c. Gangguan serius pada anak
3. Masalah pendengaran a. Kongenital b. Didapat
4. Perkembangan terlambat a. Perkembangan lambat b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata c. Retardasi mental 5. Cacat bawaan a. Palatoschizis b. Sindrom Down
6. Kerusakan otak a. Kelainan neuromuskular
b. Kelainan sensorimotor
c. Palsi serebral
d. Kelainan persepsi
Efek pada Perkembangan Bicara a. b. c. d.
Terlambat Gagap Terlambat pemerolehan bahasa Terlambat pemerolehan struktur bahasa
a. Terlambat pemerolehan bahasa b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa a. Terlambat atau gangguan bicara permanen b. Terlambat atau gangguan bicara permanen a. Terlambat bicara b. Terlambat bicara c. Pasti terlambat bicara a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicara b. Kemampuan bicaranya lebih rendah a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria b. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksia c. Berpengaruh pada pernapasan, makan dan timbul juga masalh artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisaasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
2. 5. Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu memastikan keparahan, bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.1,10,16,24
2. 5. 1. Anamnesis
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain : 17 •
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
•
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
•
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
•
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
•
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
•
Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
•
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, kuping, dan sebagainya
Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa dan bicara yaitu bila pada usia:
4–6 Bulan
•
Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
•
Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
8-10 Bulan
•
Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
•
Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
•
9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
12-15 Bulan
•
12 bulan, belum menunjukkan mimik.
•
12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “ma-ma”, “da-da”.
•
12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
•
15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.
•
15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
•
15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata.
18-24 Bulan
•
18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata.
•
18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
•
21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
•
24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
•
24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.
•
24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain.
•
24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
30-36 Bulan
•
30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
•
36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.
3-4 Tahun
•
3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak mamiliki minat bermain dengan sesamanya.
•
3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.
•
4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe. 1,18
1. Gangguan bahasa ekspresif 2. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif 3. Gangguan phonological 4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis. 1,10 Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif biasanya tampak tuli.1,10 Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara. 19 Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-3 tahun dan 5-7 tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala. 20
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
2. 5. 2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pa-ta, pa-taka.15
2. 5. 3. Pemeriksaan Penunjang
1. BERA ( Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik. 2. Pemeriksaan audiometri Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometri :9,10 a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak. 9 b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif. 9,21 c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List ). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder . Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid ).9,21 d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.9
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak yang abnormal. 4. Timpanometri digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan sistem osikular. 9
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan : 17,18 Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: penyelesaian susunan gambar.
Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum,seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau salah.
Gambar 2. 1. Seorang anak berusia 8 bulan mendemonstrasikan kemampuan berbahasa memberi nama gambar. Sumber : Pediatrics in review, Toddler Development .
2.
Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: mendesain balok Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Gambar 2. 2. Seorang anak berusia 24 bulan mendemonstrasikan kemampuan motorik halus dengan menyusun balok. Sumber : Pediatrics in review, Toddler Development .
2. 6. Tata Laksana Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak.
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap terhadap proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak. 1,6,25 Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
dengan memperluas hingga dua kata. 1,2,6,15,25 Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan bahasa anak : 25 •
Ekspresi kalimat seru
•
Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat untuk mendapatkan benda
•
Mengoceh selama bermain
•
Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
•
Menirukan suara lingkungan
•
Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar. 1,6 Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.
15
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Tabel 2. 3. Penatalaksanaan Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF 15
Masalah 1. Lingkungan a. Sosial ekonomi kurang b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual 2. Emosi a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada keluarga c. Gangguan serius pada anak 3. Masalah Pendengaran a. Kongenital b. Didapat 4. Perkembangan Lambat a. Dibawah rata-rata b. Perkembangan terlambat c. Retardasi Mental 5. Cacat bawaan a. Palatoschizis b. Sindrom Down
6. Kerusakan otak Palsi serebral
Penatalaksanaan a. Meningkatkan stimulasi b. Mengurangi tekanan c. Meningkatkan stimulasi d. Menyederhankan masukan bahasa
Rujukan a. Kelompok BKB (Bina Keluarga dan Balita) atau kelompok bermain b. Konseling keluarga c. Kelompok BKB/bermain d. Ahli terapi wicara
a. Meningkatkan stimulasi b. Menstabilkan lingkungan emosi c. Meningkatkan status emosi anak
a. Konseling, kelompok BKB/bermain b. Psikoterapis
a. Monitor dan obati kalau memungkinkan b. Monitor dan obati kalau memungkinkan
a. Audiologis/ahli THT
c. Psikoterapis
b. Audiologis/ahli THT
a. Tingkatkan stimulasi b. Tingkatkan stimulasi
a. Ahli terapi wicara b. Ahli terapi wicara
c. Maksimalkan potensi
c. Program khusus
a.
Monitor dan dioperasi
b.
Monitor dan stimulasi
a. Ahli terapi wicara setelah operasi b. Rujuk ke ahli terapi wicara, monitor pendengarannya
Mengoptimalkan kemampuan fisik kognitif dan bicara anak
Rujuk ke ahli rehabilitasi, ahli terapi wicara
Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan bahasa.bila anak mengalami deprivasi yang berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut, maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya : 11 1. Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti
waktu
memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi makan dan lain-lain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak bicara. 2. Mengenali berbagai suara
Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi. Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan. 3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar
Ajak anak melihat gambar-gambar, kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi kata-kata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut 4. Mengerjakan perintah sederhana
Mulai memberikan perintah kepada anak misal “letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan kata-kata yang sederhana.
Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak. 1,2,6 Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan. 1,25
2. 7. Prognosis
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Sebagian besar anak memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk gangguan yang berhubungan kelainan organik seperti pada tuli konduksi, perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
perkembangan bahasa normal pada anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan anak yang inteligensinya baik. Demikian juga dengan anak yang memiliki gangguan perkembangan multipel, membutuhkan penanganan ekstra agar tidak meninggalkan kelainan sisa. Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia terdeteksinya gejala turut memperburuk prognosis.1,15
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
DAFTAR PUSTAKA 1. Ramin A, David TW. Dalam : Ricard EB, Robert MK, Hal BJ, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia : Saunders, 2004; 151-61 2. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja; Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002; 91 3. Hall DMB, Hugh Jolly. Disorders of communication. Dalam : The Child with a handicap. London : Blackwell Scientific Publication,1984 ; 237-268 4. Busari JO, Weggelaar NM. How to investigate and manage the child who is slow to speak. BMJ 2004; 328:272-276 5. Parker S, Zuckerman B, Augustyn M. Developmental and behavioral Pediatrics (2nd ed): Language Delays. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005 6. Markum, AH. Gangguan perkembangan berbahasa. Dalam : Markum, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editor. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1991; 56-69 7. Coplan, James. Normal speech and language development : Pediatric In Review, 1995; 91-99 8. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997 ; 909-19 9. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997 ; 397-410. 10. Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 766-82 11. Departemen Kesehatan RI. Pedoman gangguan penatalaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI ; 2005 ; 15-37 12. British medical journal. Language disorders: a 10-year research update review. Bmj ; 2000. 13. Ngoerah I. Dasar-dasar Ilmu penyakit syaraf. Denpasar : Airlangga University Press; 1990 14. Heidi M. Feildman Evaluation and management of speech and language disorder in preschool children. Pediatrics in Review 2005 ; 26 (4) 131-142. 15. Soetjiningsih. Gangguan bicara dan bahasa pada anak. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC, 1995 ; 237-40 16. Departemen kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III. Edisi I. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI, 1995 ; 17. Donna M. Capin. Developmental learning disorders: Clues to their diagnosis and management. Pediatr. Rev. 1996; 17; 284-90. 18. Simkin Z, Conti G. Evidence of reading difficulty in subgroups of children with specific language impairment. Child language teaching and therapy 2006 ; 22 (3) ; 315-31 19. Lumbantobing, SM. Anak dengan mental terbelakang. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006 ; 36-67 20. Mark D, Simms and Robert L, Schum. Preschool children who have atypical patterns of development. Pediatric Review. 2000 ; 21-147 21. Roberts, Susan. Speech and language disorders. Dalam : Harvey D, Miles M, Smyth D, editor. Community Child Health and Pediatrics. London : Butterworth Heinemann, 1997 ; 505-12 22. Iramaswaty Kamarul. Dalam : Bambana T, Partini P, Bermansyah, Penyunting. Gangguan
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com
perilaku sehari-hari ada anak. Pediatric Update 2005. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005 ; 42-7 23. Suwento R, Zizakausky S, Hendrawan H. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak. Dalam Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta.FKUI. 2007 ; 31-42 24. Soedjatmiko. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri 1995; 3. 25. Boyu W, Senkoh J. Pediatri perkembangan perilaku. Jakarta : EGC,1995 ; 140-143
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak dokteranakku.com