I.
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi tidak hanya memberi cela pada estetika, tetapi juga membuat fungsi pengunyahan menurun dan mempengaruhi asupan nutrisi. Akhirnya, hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang. Apabila seorang pasien kehilangan gigi, maka pembuatan gigi tiruan hendaknya segera dilakukan. Sebab, ruang kosong pada rahang yang tidak digantikan akan diisi oleh geligi di sebelahnya serta geligi lawannya. Susunan gigi yang tidak beraturan akibat pergerakan gigi tadi akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, seperti radang gusi atau kelainan jaringan periodontal akibat terjebaknya makanan di sekitar gigi yang tidak beraturan tadi. Tak hanya itu, keadaan geligi yang tidak beraturan juga memicu benturan yang tidak normal saat gigi atas dan bawah bertemu. Hal ini akan memicu kelainan pada sendi rahang atau Temporo Mandibular Joint (TMJ). Salah satu gejala kelainan sendi rahang adalah sakit dan kaku saat membuka mulut, tidak dapat membuka mulut lebar, dan adanya bunyi pada sendi saat membuka dan menutup mulut. Bahkan, kelainan TMJ seringkali memberikan gambaran klinis, seperti migrain, sakit kepala, kesemutan di sekitar wajah, sakit pada sekitar rahang, leher, pundak, dan punggung yang perlu penanganan dini dokter gigi ahli TMJ atau prostodontis. Dampak lain dari kehilangan gigi adalah berkurangnya dukungan terhadap bibir dan pipi, sehingga wajah tampak lebih tua serta masalah pengucapan. Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan. Pada umumnya dikenal dua tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan cekat, yang dilekatkan di dalam mulut dengan semen dan gigi tiruan lepasan, yang tiap saat dapat dilepas dari mulut (Prajitno, 1994). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi. Secara umum tujuan pembuatan GTC adalah : 1. Memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli 2. Untuk perbaikan estetika 3. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang kosong karena hilangnya gigi 4. Untuk memelihara dan mempertahankan mempertahankan gusi 5. Untuk memulihkan fungsi fonetik Keuntungan dari GTC adalah: 1. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak t idak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien. 3.Tidak mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di dalam mulut. 4. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress. 5. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi, sehingga menguntungkan jaringan pendukungnya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat (GTC). Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien maupun dokternya, karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Martanto (1985) mengatakan bahwa fixed partial denture adalah suatu protesa sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu lebih
dari suatu gigi yang hilang. Gigi tiruan cekat disebut juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture. Sedangkan menurut Prajitno (1994) GTC merupakan jembatan tegar atau
lekat (rigid bridge; fixed-fixed bridge; stationary bridge) yaitu jembatan yang pada kedua ujungnya dilekatkan secara tegar pada pemautnya. Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat menurut Ewing (1959) adalah : 1.
Gigi sudah erupsi penuh dimana usia pasien berupa 20-50 t h.
2.
Mempunyai struktur jaringan gigi yang sehat.
3.
Oral hygiene baik.
4.
Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi).
5.
Kondisi ridge dalam batas normal.
6.
Processus alveolaris yang mendukung baik.
7.
Gigi abutment tidak malposisi dan mampu menerima tekanan pontic.
8.
Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik.
9.
Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital.
10. Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek. 11. Kesehatan umum dan sosial indikasi pasien baik. 12. Sedapat mungkin gigi abutment paralel dan vital. 13. Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal. 14. Pasien tidak mempunyai kebiasaan buruk dan menuntut penampilan. Kontra indikasi GTC adalah : 1.
Pasien terlalu muda atau tua
2.
Struktur gigi terlalu lunak
3.
Hygiene mulut jelek
4.
Gigi yang harus diganti banyak
5.
Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.
6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi. 7.
Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.
8.
Oklusi abnormal.
9.
Kesehatan umum jelek.
10. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator. 11. Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk). 12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi. Bagian-bagian dari gigi tiruan cekat (GTC) terdiri dari 4 bagian, yaitu : 1. Penyangga (gigi abutment) Merupakan gigi pegangan dimana suatu bridge (jembatan) dilekatkan. Abutment harus mempunyai daerah permukaan akar yang efektif dan tulang pendukung yang cukup. Sebagai abutment harus gigi yang sudah full erupsi ( erupsi penuh) agar retainer tidak terangkat akibatnya timbul daerah yang tidak tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies. Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar-benar dapat memberi dukungan yang kuat pada GTC. Untuk menentukan jumlah gigi yang akan digunakan sebagai abutment , digunakan Hukum Ante : ”Luas permukaan jaringan periodontal dari gigi abutment sama atau lebih besar dari jaringan periodontal gigi yang akan diganti”. 2. Retainer Didefinisikan sebagai bangunan logam tuang yang disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan abutment . Fungsi retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada
tempatnya. Tipe – tipe retainer antara lain: 1.
Tipe dalam dentin (intra coronal retainer ) Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD
2.
Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer ) Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown
3.
Tipe dalam akar. Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Contoh : mahkota pasak inti.
3. Pontic/dummy Merupakan bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting dari pontic adalah reliability, yaitu ketahanan terhadap tekanan cairan di dalam mulut (suasana dalam mulut). Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam pontic. Facing pontic dapat
dibuat dari akrilik atau porselin. Beberapa macam bentuk pontic adalah : a. Saddle pontic
Merupakan pontic yang paling dapat menjamin estetika, seluruh bentuk pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang. Kekurangan bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan lunak di bawah pontic tersebut, karena menutup seluruh edentulous ridge. b. Ridge lap pontic Pontic ini tidak menempel edentulous ridge pada permukaan palatinal/lingual, sedang
permukaan bukal atau labialnya menempel. Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetik, biasanya digunakan untuk gigi anterior. c. Hygiene pontic Pontic ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge, sehingga self cleansing
sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah. d. Conical pontic Pontic ini hampir sama dengan hygiene pontic tetapi pada jenis ini ada bagian yang
bersinggungan dengan edentulous ridge, sering juga disebut sebagai bullet / spheroid pontic mahkota sementara.
4. Connector/joint Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC. Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun retainer dengan retainer . Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan pelekatan kaku ( rigid) atau yang tidak kaku (non rigid ) seperti kunci-kunci atau stress breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul abutment ). Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic. Ada beberapa tipe GTC menurut konektornya, antara lain: 1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid . Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain bersifat non rigid . Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar . Digunakan pada kasus diastema/ space yang mengutamakan estetis. 4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang ujung lainnya bebas/menggantung. 5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge. Untuk pembuatan GTC diperlukan ronsen foto yang berguna untuk mengetahui : 1. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi. 2. Akar yang tertinggal di alveolar. 3. Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota. 4. Ukuran, bentuk dan posisi akar. 5. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal. 6. Adanya kelainan pada apeks akar. Prosedur pembuatan GTC adalah sebagai berikut : 1. Preparasi gigi abutment , bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau molar. Menurut Johnson (1960) pada tahap preparasi GTC dilakukan : a. pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal b. pengurangan sisi proksimal c. preperasi permukaan labial, lingual, bukal d. pengurangan sudut aksial e. membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas. 2. Setelah gigi abutment dipreparasi harus dilindungi dengan mahkota sementara (Martanto, 1981 ) yang berfungsi untuk : a. melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu. b. mencegah terjadinya elongasi dan migrasi. c. melindungi gusi daerah servikal. d. memelihara estetis. 3. Membuat model kerja. 4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC. 5. Pembuatan facing akrilik/ porselin. 6. Pemilihan jenis pontic.
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien :
Nama
: efwefwe
Umur
: 1
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Indonesia
No. kartu
: 12345
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif : Motivasi
: Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan.
CC
: Ingin membuatkan gigi tiruan karena merasa tidak nyaman dengan gigi geraham kecil kanan atas yang hilang sehingga menyebabkan gigi sebelahnya renggang.
PI
:
Gigi tersebut dicabut 6 bulan yang lalu karena berlubang besar sejak 2 tahun yang lalu.
PDH
:
Pernah ke FKG untuk mencabutkan gigi geraham kecil sebelah kanan bawah dan kiri bawah 4 bulan yang lalu tanpa komplikasi.
PMH
: - sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik. - tidak alergi obat-obatan
FH
:
Ayah
: sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu
: sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
2. Pemeriksaan Obyektif : a.Umum
:
- Jasmani
: sehat, tak ada kelainan
- Rohani
: komunikatif dan kooperatif
b.Lokal
:
- Ekstra oral
: Muka
: persegi, simetris, tak ada kelainan
Profil
: cembung
Bibir
: sedang, tak ada kelainan
- Intra Oral
: Palatum
: U, normal, tak ada kelainan
Mukosa
: normal, tak ada kelainan
Gingiva
: normal, tak ada kelainan
Lidah
: normal, tak ada kelainan
c. Pemeriksaan Elemen :
V IV III II I
I II III IV V
8 7 6 5
4
3
2
1
1 2
3
4
5 6 7 8
8 7 6 5
4
3
2
1
1 2
3
4
5 6 7 8
V IV III II I
I II III IV V
Keterangan : X : gigi telah dicabut
- : karies ● : tumpatan O : tidak ada benih gigi
C. Klasifikasi
Klasifikasi : RA: klas III Kennedy RB: klas III Modifikasi I Kennedy D. Pemeriksan Ro foto
Tidak ada kelainan disekitar gigi 3 dan 5 yang akan dijadikan gigi a butment , jaringan periodontal sehat dikarenakan tidak terdapat area radiolusen.
IV. RENCANA PERAWATAN
Kunjungan I :
1. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,
meliputi
perawatan periodontal yaitu scaling dan perawatan konservasi terhadap gigi yang karies. 2. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan pendukungnya. 3.
Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan : a. sendok cetak
: perforated stock tray no. 1
b. bahan cetak
: alginat (irreversible hydrocolloid)
c. metode
: mukostatik
Kunjungan II :
Pasien kehilangan gigi 4 sehingga akan dibuatkan GTC fixed-fixed bridge yang terbuat dari porcelain fuse to metal dan terdiri dari 3 unit, dengan menggunakan gigi 3 dan gigi 5 sebagai gigi abutment. Retensi pada gigi 3 dan 5 menggunakan tipe full crown yang dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur). Sebelum dilakukan preparasi, dilakukan anestesi infiltrasi bukal pada gigi yang akan dipreparasi. Langkah-langkah preparasi gigi gigi 3 sebagai gigi abutment adalah: 1. Preparasi gigi anterior (gigi 3 ) a) Pengurangan bagian proksimal : a. Pengurangan proksimal pada gigi 3 harus disejajarkan dengan aksis gigi 1, sehingga pengurangan proksimal sisi mesial pada gigi 3 sebesar 1,8 mm dan sisi distal sebanyak 1 mm. b. Pengurangan dilakukan dengan menggunakan flat disc wheel bur dan bur fisur kerucut yang kecil dan panjang. c. Pengurangan harus sejajar antara dinding proksimal sebelah mesial dan distal atau o
sedikit konvergen ke arah insisal kurang lebih 5 . b) Pengurangan bagian insisal : a. Menggunakan wheel diamond bur, dikurangi 1,4 mm sehingga didapatkan suatu permukaan yang tegak lurus terhadap aksis gigi antagonis dan membuat sudut 45 dengan aksis gigi 3. b. Periksa jarak dengan gigi antagonis.
o
c) Pengurangan bagian labial dan palatal : a. menggunakan cylindris fissure bur pada permukaan labial dan pada permukaan palatal menggunakan bur bentuk roda berpinggiran bulat b. letakkan permukaan bur tersebut mendatar pada permukaan labial gigi 3
dan
pengurangan sampai 1,4 mm. d) Pembentukan akhiran servikal a. Akhiran servikal yang dibuat adalah bentuk pundak ( shoulder ) pada permukaan labial dan palatal serta bentuk chamfer pada sisi proksimal b. Menggunakan bur silinder berujung bulat untuk pembentukan chamfer dan bur silinder berujung datar untuk pembentukan pundak c. Akhiran servikal ditempatkan di subgingival untuk memenuhi kebutuhan estetik e) Pengurangan sudut-sudut aksial a. Untuk sudut aksial yang terjangkau bisa menggunakan cylindris fissure bur . b. Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan silindris tappered bur terutama pada daerah gingiva margin. f) Penghalusan hasil preparasi a. Menggunakan sand paper disk yang dipasang pada mandril. b. Hilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang halus.
2. Preparasi gigi posterior (gigi 5 ) : a) Pengurangan bagian oklusal a. Menggunakan bur intan tapered berujung bulat dengan diameter 1-1,5 mm. b. Pertahankan bentuk anatomi bagian oklusal. c. Bagian oklusal dikurangi 1,5-2 mm (tonjol bukal sedikit lebih banyak daripada tonjol palatal). d. Periksa jarak dengan gigi antagonisnya. b) Pengurangan permukaan proksimal a. Menggunakan bur tapered yang kecil dan panjang (ø 0,8-1 mm) supaya ujungnya dapat mencapai akhiran servikal di ruang interdental. b. Harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk tidak merusak gigi sebelahnya. c. Pemotongan proksimal dimulai dari permukaan bukal dan dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengurangan permukaan bukal. d. Permukaan proksimal dikurangi sebesar 1-1,5 mm.
e. Usahakan pemotongan ini diusahakan sejajar/paralel antara dinding proksimal sebelah mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah insisal sebesar + 5
o
c) Pengurangan permukaan bukal a. Dengan menggunakan bur fisur intan yang panjang, berujung datar atau membulat, berdiameter 1 mm. b. Tahap pertama adalah pengurangan bagian oklusal dengan bur fisur berujung datar, dan tahap berikutnya adalah pengurangan bagian gingival dengan bur fisur berujung bulat. c. Pengurangan dilakukan sebesar 1,4 mm. d) Pengurangan permukaan palatal a. Dengan menggunakan bur intan kecil berbentuk roda atau bola lampu pijar. b. Besarnya pengurangan berkisar 0,5-0,7 mm. e) Pembentukan akhiran a. Finish line gigi 5 berbentuk chamfer. b. Dengan menggunakan bur intan tapered ujung datar berdiameter 0,7 mm untuk membentuk knife edge dan bur intan tapered berujung peluru untuk membentuk chamfer.
c. Lebar akhiran berkisar 0,5-0,8 mm dan terletak 0,5 mm subgingival. f) Pengurangan sudut-sudut aksial a. Sudut-sudut aksial yang ada ditumpulkan dengan tapered bur terutama pada daerah margin gingiva g) Penghalusan hasil preparasi a. Dengan menggunakan sand paper disc b. Seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-undercut dihilangkan untuk memperoleh hasil preparasi yang halus
DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT
Keterangan: 1.Gigi abutment 2.Pontik (ridge lap pontic) 3.Konektor 4.Retainer ( full veneer cast crown, dengan veneer logam berlapis porselen)
KONDISI GIGI SEBELUM DIPREPARASI
RENCANA PREPARASI GIGI
Setelah preparasi, dibuat cetakan model kerja dengan: -
sendok cetak : perforated stock try no. 1
-
bahan cetak : Elastomer (exaflec). Exaflex adalah bahan cetak polyvinylsiloxane dengan viscositas tinggi untuk pre impression, untuk teknik pencetakan double mix dan Putty wash. Keunggulan dari exaflex adalah mudah dalam manipulasinya, kekerasan final tinggi serta dimensi stabil.
-
metode mencetak : mukostatik
-
hasil cetakan diisi dengan glass stone gips.
Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan bridge / GTC. Pembuatan mahkota sementara:
Mahkota sementara dibuat sebelum pasien pulang. Dibuat dari bahan self curing acrylic. Cara pembuatan mahkota sementara dari self curing acrylic adalah sebagai berikut :
1. mencetak gigi sebelum preparasi kemudian diisi dengan gips stone. 2. mempreparasi gigi abutment pada model cetakan tersebut. 3. mengisi model cetakan yang telah dipreparasi dengan self curing acrylic. 4. membentuk mahkota dari self curing acrylic kemudian difiksasi sampai cetakan mengeras. 5. mempreparasi gigi abutment pasien sesuai model cetakan yang telah dipreparasi. 6. mengepaskan mahkota sementara pada gigi abutment pasien yang telah dipreparasi.
Kunjungan III :
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTC dalam mulut pasien, ketika pengepasan GTC , yang harus diperhatikan adalah : kontak proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya. Tepi GTC tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak insisal. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika insersi adalah: retensi, stabilisasi, oklusi, estetis dan kenyamanan pasien. 1. Retensi Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi. 2. Stabilisasi Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini. 3. Oklusi Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior. Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi. Setelah GTC sesuai pada tempatnya, dilakukan penyemenan sementara dengan semen Zinc oksid eugenol dengan konsistensi agak cair.
Kunjungan IV :
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apabila tidak ada maka dapat dilakukan penyemenan permanen dengan semen ionomer kaca ti pe I. Penyemenan GTC: 1. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasang GTC juga dikeringkan. 2. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk penyemenan, kemudian
dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam dari GTC . 3. GTC dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan di atas GTC dan pasien disuruh menggigit beberapa menit. 4. Pemeriksaan oklusi dan estetis. 5. Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan diminta untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Bila ada keluhan rasa sakit segera kontrol.
Kunjungan V :
Kontrol : - pemeriksaan subyektif
: menanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai.
- pemeriksaan obyektif
: melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC, apakah ada peradangan atau tidak. Memeriksa retensi dan oklusi pasien.
V. DISKUSI
Pada kasus ini pasien mengeluhkan fungsi estetis dan mastikasi yang terganggu karena hilangnya gigi 4 akibat pencabutan. Gigi 4 yang dicabut karena karies 6 bulan yang lalu menyebabkan gigi 5 bergeser ke mesial dan sedikit berotasi ke arah mesial. Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini didukung oleh pemeriksaan penunjang yaitu rontgen foto untuk mengetahui keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya. Menurut hasil rontgen foto pasien ini dapat dibuatkan GTC karena keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi abutment tidak menunjukkan suatu kelainan. Ruang pulpa gigi abutment tidak terlalu besar sehingga preparasi tidak akan menyebabkan perforasi pulpa. Panjang akar gigi abutment 1,5 kali tinggi mahkota. Demikian pula pada ujung akar tidak ada kelainan periapikal. Gigi 3 dan 5 dipilih sebagai abutment karena sesuai hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi abutment hendaknya sama/lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi yang akan diganti. Pada kasus ini dipilih pembuatan full crown dengan porcelein fused to metal untuk gigi 3 dan 5 karena dengan preparasi tersebut akan mampu mengatasi daya kunyah yang besar. Bentuk preparasi disesuaikan dengan arah pemasangan. Keuntungan penggunaan porselin yaitu: 1.
Menciptakan estetis yang baik karena porselin sangat translusen (terlihat seperti struktur gigi asli)
2.
Mempunyai respon yang baik terhadap gingiva ( margin gingiva dan subgingiva) GTC ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang dihubungkan secara kaku ( rigid ) oleh
konektor yang diperoleh melalui proses one piece casting, sehingga GTC ini termasuk tipe fixed fixed bridge. Preparasi gigi abutment dipilih full crown karena pertimbangan retensi dan
resistensinya bagus dengan finish line berbentuk chamfer . Bentuk preparasi disesuaikan dengan arah pemasangan. Tipe retainer menggunakan extra coronal retainer yaitu full veneer crown dengan alasan lebih kuat, dapat melindungi gigi terhadap karies dan fraktur; serta
preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan yang mudah. Bahan yang digunakan terbuat dari bahan porcelain fused to metal dengan pertimbangan estetis, kuat, awet, tidak
mudah lepas, dan tidak mudah mengalami distorsi dibawah tekanan daya kunyah. Metal yang digunakan di sini biasanya adalah alloy nickel-chromium. Bentuk pontik yang digunakan adalah ridge lap pontic. Pontik ini tidak menempel pada edentulous ridge pada permukaan palatinal sedangkan permukaan labial menempel. Bentuk yang demikian untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan tetapi tidak mengabaikan faktor estetika.
VI. PROGNOSA
Pada kasus ini prognosanya baik, karena : 1. Pasien kooperatif 2. Gigi dan jaringan pendukung baik 3. Kesehatan umum pasien baik 4. Kebersihan mulut baik 5. Sosial ekonomi pasien baik
VII. DAFTAR PUSTAKA
nd
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2
ed., Lea and Febinger, Philadelphia.
Johnson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB Saunders, Philadelpia.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2, Penerbit Alumni, Bandung.
Prayitno, H. R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan : Pengetahuan Dasar dan Rancangan Pembuatan, Penerbit EGC, Jakarta.