ISOLASI DAN IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN
Oleh : Nama NIM Kelompok
: Maria Maria Pricilia Gita Permana Putri : B1A015068 : 2
LAPORAN PARASITOLOGI AKUATIK
KEMENTERIAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Produksi dari perikanan budidaya secara keseluruhan diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 4,9% per tahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang memungkinkan di wilayah Indonesia. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta didukung peluang pasar internasional yang masih terbuka luas, maka diharapkan sumbangan produksi perikanan budidaya semakin besar terhadap produksi nasional dan penerimaan devisa negara, keterkaitannya dalam penyerapan angkatan, serta peningkatan kesejahteraan petani/nelayan di Indonesia. Berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus (Purbomartono et al., 2010). Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Saat padatnya penebaran ikan yang tinggi, jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Ikan akan mudah terserang oleh penyakit dalam keadaan demikian (Purbomartono et al., 2010). Wabah penyakit ikan yang pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1932, yaitu ketika parasit Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan banyak kematian pada ikan tawes ( Puntius gonionotus) (Sachlan, 1952). Usaha penanggulangan beberapa bahan kimia dan antibiotika telah banyak diteliti kegunaannya untuk pemberantasan penyakit ikan. Salah satu penyebab penyakit ikan adalah adanya ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada organ bagian luar organisme yang ditumpanginya. Organ luar yang sering terinfeksi adalah sirip, insang dan kulit. Insang yang terinfeksi biasanya berwama pucat dan produksi lendimya berlebihan. Serangan ektoparasit pada pemeliharaan atau bidudaya ikan perlu diwaspadai. Benih parasit ektoparasit dapat masuk ke dalam perairan kolam karena terbawa air, tumbuhan dan dapat pula karena bersama-sama benda-benda atau binatang yang
masuk ke dalam kolam. Demikian juga dapat terbawa binatang renik yang biasa terdapat pada kolam sebagai makanan alami ikan. Ada tidaknya parasit pada suatu tempat bergantung dari ada tidaknya inang yang sesuai dan lingkungan yang memungkinkan untuk pindah dari inang yang satu ke inang yang lain (Moller & Anders, 1986) Ektoparasit harus menyesuaikan hidupnya dengan kebiasaan hidup sehari-hari dari inang dan perubahan-perubahan lingkungan luar serta harus toleran terhadap reaksi fisik dari inang. Sehingga, dibutuhkan transformasi morfologi, penyesuaian kebiasaan, dan strategi reproduksi yang efektif. Menjalani siklus hidup pada inang yang sangat motil (pada ikan) dalam lingkungan air yang luas adalah hal yang sulit. Umumnya, ektoparasit memiliki siklus hidup yang langsung atau tidak membutuhkan adanya inang perantara (Moller & Anders, 1986). Reproduksi dapat dilakukan secara seksual atau aseksual, dengan pembelahan, penguncupan, spora atau telur. Strategi reproduksi yang biasa dilakukan adalah tingginya angka fekunditas parasit tersebut, sehingga kemungkinan anakannya untuk ber-temu inang yang tepat dan untuk hidup (Rachmatun, 1983). B. Tujuan
Praktikum Isolasi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui jenis ektoparasit ikan yang berada di bagian tubuh ikan (sirip, sisik, insang, dan lendir).
2.
Mengenal, mengetahui, dan memahami morfologi ektoparasit pada ikan (protozoa, trematoda, nematoda, helminth, monogenea, dan arthropoda).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting bedah, saringan, mikroskop cahaya, baki, pinset, object glass, cawan petri, pipet tetes, tissue, dan alat tulis. Bahan-bahan
yang
digunakan
adalah
air,
Ikan
Mujair
(Oreochromis
mossambicus), dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut : Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
Ikan yang telah disiapkan diambil menggunakan saringan, dan tubuhnya dijapit menggunakan pinset. Pastikan ikan dijapit dengan kuat agar saat bagian tubuhnya digunting, ikan tidak terlepas.
Bagian sirip ikan digunting secukupnya untuk masing – masing jenis ikan. Sirip yang digunakan yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip ekor, sirip perut, dan sirip anal.
Setelah didapatkan potongan berbagai sirip dari masing – masing ikan diletakkan pada object glass. Kemudian ditetesi sedikit air dengan menggunakan pipet tetes. Diamati di bawah mikroskop cahaya dan dilakukan pengamatan terhadap ektoparasit yang menempel pada sirip ikan kemudian dicatat.
Setelah bagian sirip telah selesai dilakukan lalu masing – masing ikan diambil secukupnya bagian insangnya dengan menggunakan gunting.
Potongan insang yang telah diambil diletakkan pada object glass dan ditetesi sedikit air kemudian diamati dengan mikroskop cahaya.
Parasit yang telah ditemukan diidentifikasi nama spesies dan dicari klasifikasinya (termasuk ke dalam kelompok protozoa, trematoda, nematoda, helminth, monogenea, atau arthropoda).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 3.1 Hasil Isolasi Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Mujair ( Oreochromis
mossambicus) Organ Pectoral Fin Dorsal Fin Abdominal Fin Anal Fin Caudal Fin Lendir Sisik Insang
Trichodina sp.
Gyrodactylus sp.
4 -
1
Tabel 3.2 Hasil Isolasi Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Nila ( Oreochromis niloticus). Organ Pectoral Fin Dorsal Fin Abdominal Fin Anal Fin Caudal Fin Lendir Sisik Insang
Gambar 3.1 Trichodina sp. pada Sisik Ikan Mujair
Trichodina sp.
Gyrodactylus sp.
4 15 -
4 9 -
Gambar 3.2 Gyrodactylus sp. pada Insang Ikan Mujair
Gambar 3.3 Trichodina sp. pada Pectoral F in Ikan Nila
Gambar 3.4 Gyrodactylus sp. pada Caudal F in Ikan Nila
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum, Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) terjangkit Trichodina sp. Yang berjumlah 4 di sisik dan 1 Gyrodactylus sp. pada
insang.
Sedangkan, Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terjangkit Trichodina sp. yang berjumlah 4 di pectoral fin dan 15 di caudal fin, serta terdapat 9 Gyrodactylus sp. di caudal fin dan 4 di pectoral fin. Trichodina sp. merupakan protozoa dan Gyrodactylus sp. merupakan salah satu cacing. Jumlah Trichodina sp. lebih banyak menginfeksi bagian tubuh ikan dibandingkan dengan Gyrodactylus sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabata (1985), bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan Crustacea, cacing (Trematoda, Nematoda, dan Cestoda) dan protozoa. Ektoparasit ini menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan. Selain itu, Manurung & Gaghenggang (2016) juga menyatakan, bahwa salah satu ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus), yaitu
Gyrodactylus sp. dan Trichodina sp.
Ikan merupakan hospes dari berbagai jenis parasit dimana dalam kondisi budidaya parasit tertentu dapat berkembang dengan pesat, akibat kondisi stress yang umumnya dapat terjadi pada kondisi budidaya. Berbagai stressor yang terjadi seperti padatnya penebaran, nutrisi yang kurang, dan penanganan yang kurang baik. Selain itu beberapa jenis parasit, seperti golongan Monogenea memiliki siklus hidup langsung yang dapat berkembang dengan pesat dalam kolam budidaya (Cynthia et al., 2011). Parasit Monogenea merupakan salah satu golongan parasit yang paling sering menimbulkan masalah dalam budidaya ikan, karena siklus hidupnya yang langsung, reproduksi tinggi dan patogenisitasnya tinggi, sehingga sangat sering menimbulkan kematian pada ikan. Parasit Monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Monogenea merupakan salah satu parasit yang sebagian besar menyerang pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh class monogenea yaitu Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu tambahan organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat, ada sekitar 1.500 spesies Monogenea yang ditemukan pada ikan (Cynthia et al., 2011).
Jenis-jenis parasit dari Class Monogenea yang umum menyerang ikan adalah Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. parasit monogenea mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Gyrodactylus sp. bersifat vivipar, larva dilepaskan dan langsung menempel pada inang. Dactylogyrus sp. bersifat ovipar dan menghasilkan telur dengan filamen panjang yang biasanya menempel pada insang (Cynthia et al., 2011). Kalsifikasi Gyrodactylus sp. Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Trematoda
Ordo
: Gyrodactylidea
Family
: Gyrodactylidae
Genus
: Gyrodactylus
Species : Gyrodactylus sp. (Kabata, 1985) Hewan parasit ini merupakan cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactylus sp. biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau, dan laut pada bagian kulit luar dan insang (Chynthia et al., 2011). Gyrodactylus sp. memiliki bentuk tubuh kecil, memanjang, transparan, tanpa titik mata dan pada bagian anteriornya terdapat dua tonjolan. Bagian posteriornya terdapat sepasang jangkar yang dihubungkan oleh sebuah plat. Terdapat 16 jangkar kecil pada sisi piringan (opisthaptor). Saat stadia, dewasa di dalam uterusnya terdapat embrio yang ditunjukkan dengan adanya jangkar pada bagian depan dan belakang. Selain itu, ada gilirannya embrio tersebut yang akan berisi embrio generasi berikutnya (Manurung & Gaghenggang, 2016). Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas didalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5-0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi. Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok-kelompok sel embrionik. Gejala infeksi pada ikan, antara lain pernapasan ikan meningkat dan produksi lendir berlebih (Chynthia et al., 2011). Keanekaragaman cacing parasitik dalam suatu kolam dapat dipengaruhi oleh faktor salinitas dan suhu yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing parasitik. Kadar salinitas yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan cacing parasitik khususnya cacing Trematoda sub kelas Monogenea. Hal ini disebabkan karena cacing Monogenea tidak dapat memberikan toleransi adanya garam dalam tubuhnya. Selain
itu, cacing Monogenea juga sangat rentan terhadap perubahan suhu. Ada beberapa jenis cacing Monogenea yang hanya bisa berkembang pada suhu yang tinggi atau pada suhu yang rendah (Fitri et al., 2013). Tingginya infeksi parasit pada benih ikan diakibatkan oleh kondisi ketahanan tubuh masih lemah dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih mudah terserang parasit (Rustikawati et al., 2004). Menurut Zhao & Thang (2011), Trichodina sp. memiliki peranan yang besar terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Trichodina sp. merupakan famili Trichodinidae yang meliputi genus Trichodina, Paratrichodina, Trichodinella, Tripartiella, dan Vauchomi. Trichodina sp. berbentuk cakram bulat seperti mangkuk dengan gigi-gigi yang terdapat dibagian tengah. Trichodina sp. berbentuk datar dorsoventral agak concave pada salah satu sisi dan convex pada sisi lainnya. Bagian sisi concave melekat pada inang dan berperan seperti disc (penghisap). Parasit ini memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil. Inti kecil memiliki bentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tapal kuda. Protozoa Trichodina sp. sebagai parasit mobile yang dilengkapi dengan cilia dan menyerang ikan air tawar. Menurut Manurung & Gaghenggang (2016), bentuk tubuh Trichodina besar agak cekung dengan adoral ciliari melingkar lebih dari 400 ᵒ, berukuran 50-100 μm. Tubuh dikelilingi
oleh
border
membran,
bagian
tengah
adhesive membentuk
bulatan-bulatan, dentikel blade melengkung tajam dengan bagian menonjol pada sisi anterior dan meruncing pada sisi posterior blade. Trichodina sp. dapat berkembangbiak dengan cepat karena memanfaatkan sumber nutrisi berupa bakteri yang berhabitat di akuarium dan kolam budidaya. Trichodina sp. sering menyerang ikan pada bagian permukaan tubuh ikan yang berada di akuarium atau kolam budidaya. Penyakit yang disebabkan oleh Trichodina sp. disebut Trichodiniasis menginfeksi pada umur larva dan ikan kecil atau benih. Inang yang paling sering terserang Trichodina sp. biasanya anggota dari Cyprinidae (Khoo et al., 2012). Jenis dan tingkat infeksi Trichodina sp. pada benih antar lokasi kolam budidaya akan berbeda karena infeksi parasit dipengaruhi oleh adanya perbedaan pakan yang diberikan, umur ikan, ukuran ikan, kondisi perairan serta aktivitas budidaya (Handayani et al., 2014). Trichodina sp. dapat ditemukan pada beberapa bagian tubuh benih ikan dari semua kelompok ukuran ikan paling banyak ditemukan pada lendir di permukaan tubuh ikan. Zhao & Tang (2011) menyatakan bahwa Trichodina sp. banyak terdaat
pada permukaan tubuh inang karena banyak mengandung mucus, jaringan epitel dan peredaran darah yang merupakan nutrsi bagi parasit dan menjadi tempat hidup yang baik bagi paarsit. Infeksi Trichodina sp. pada insang ikan sering terjadi, khususnya pada umur benih karena merupakan lingkungan yang mendukung perkembangbiakan parasit. Klasifikasi Trichodina sp. : Kingdom Phylum
: Animalia : Cilliophora
Class
: Oligomonophorea
Ordo
: Sessilina
Family
: Trichodinidae
Genus
: Trichodina
Species
: Trichodina sp. (Kabata, 1985).
Organisme penyebab penyakit sangatlah beragam, salah satunya adalah ektoparasit. Beberapa faktor yang berperan terhadap serangan penyakit pada ikan adalah kepadatan ikan yang dibudidayakan, budidaya secara monokultur dan stress, selanjutnya faktor biotik dan abiotik yaitu, faktor fisika dan kimia air serta berbagai organisme patogen (Osman et al., 2008). Kabata (1985) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan beberapa ektoparasit misalnya Trichodina sp. dan Cylodonella cyprini tidak ditentukan oleh umur. Sementara Nobel et al. (1989), menyebutkan bahwa pada beberapa spesies ikan, semakin meningkat umur ikan maka intensitas ektoparasitnya cenderung semakin berkurang. Namun menurut Lilley et al. (1998) , semakin tua ikan, berarti semakin lama waktu yang dimiliki ikan untuk kontak dengan ektoparasit, sehingga prevalensi dan intensitas ektoparasit meningkat sesuai dengan umur ikan. Tubuh inang merupakan tempat untuk kolonisasi ektoparasit. Semakin luas permukaan tubuh ikan, maka koloni ektoparasit juga bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi ektoparasit meningkat. Beberapa parasit memiliki inang spesifik tertentu. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya beberapa jenis ikan yang hanya terinfeksi oleh satu jenis ektoparasit saja (species spesifik), atau hanya satu organ saja yang terinfeksi oleh ektoparasit tersebut (organ spesifik), selain itu masih ada beberapa spesifitas lainnya seperti spesifitas geografi dan spesifitas ekologi (Grabda, 1991). Hubungan spesifik antara inang dengan ektoparasit tersebut ditentukan oleh keberhasilan ektoparasit dalam
menginfeksi, menempati dan berkembang biak pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang (Lilley et al., 1998). Pengelolaan kesehatan yang dilakukan melalui tindak sanitain dan desinfeksi akan menurunkan tingkat dan kejadian infeksi (Akbar, 2011). Menurut Kabata (1985) ektoparasit ini banyak menyerang insang dan kulit ikan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara Isolasi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan, yaitu : 1.
Cacing parasitik dari Class Trematoda sub kelas Monogenea, yaitu Gyrodactylus sp. yang menginfeksi insang pada Ikan Mujair, serta caudal dan pectoral fin Ikan Nila.
Protozoa dari Class Cilliata yaitu Trichodina sp. yang menginfeksi
insang Ikan Mujair, serta caudal dan pectoral fin Ikan Nila. 2.
Gyrodactylus sp. memiliki bentuk tubuh kecil, memanjang, transparan, tanpa titik mata dan pada bagian anteriornya terdapat dua tonjolan. Bagian posteriornya terdapat sepasang jangkar yang dihubungkan oleh sebuah plat. Terdapat 16 jangkar kecil pada sisi piringan (opisthaptor). Sedangkan, Trichodina sp. memiliki bentuk tubuh besar agak cekung dengan adoral ciliari melingkar lebih dari 400ᵒ, berukuran 50-100 μm. Tubuh dikelilingi oleh border membran, bagian tengah adhesive membentuk bulatan-bulatan, dentikel blade melengkung tajam dengan bagian menonjol pada sisi pada sisi posterior blade.
anterior dan meruncing
DAFTAR REFERENSI
Cynthia, D. I., Noviyanto, N. P. & Mustopa, K. 2011. Infeksi Cacing Monogenea pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang dipelihara di Kolam Air Tawar . Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan. Bogor. Fitri, D.R., Damiana, R.E. & Risa, T. 2013. Infestasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Mujair. Acta Veterinaria Indonesiana, 1(1): pp.8-14. Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. Poland: Polish Scientific Publishers. Handayani, R., Adiputra, Y.T. & Wardiyanto. 2014. Identifikasi dan Keragaman Parasit pada Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) dan Ikan Mas (Ctprinus carpio) yang berasal dari Lampung dan Luar Lampung. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan, 2(2): pp.149-156. Kabata, Z. 1985. Parasites And Diseases Of Fish Culture In The Tropis. London: Taylor And Francis. Khoo, C.K., Abdul, A.M., Kua, B.C. & Adnan, A. 2012. Cryptocaryon irritan Infection Induces The Acute Phase Response in Lates Calcarifer : a Transcriptomic Perspective. Fish and Shelfish Immunology, 33: pp.788-794. Lilley, J.H., Callinan, R.B., Chinabut, S., Kanchanakhan, S., Macrae, I.H. & Phillips, M.J. 1998. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) Technical Handbook. Aquatic Animal Health Research Institute. Bangkok. Manurung, U.N. & Gaghenggang, F. 2016. Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) di kolam budidaya Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Budidaya Perairan, 4(2): pp.26-30. Moller & Anders.1986. Disease and Parasites of Marine Fishes. Germany: Verlage Moller. Osman, H.MW.E., Solman, A.E., Laila, N.E.D. & Mohamed, A. 2008. Induction of Saprolegniosis in Oreochromis niloticus with Special Reference to its Biological Control. Global Veterinaria, 2(1): pp.32-37. Purbomartono, C., Isnaetin, M. & Suwarsito. 2010. Ektoparasit pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac) di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Beji dan Sidabowa, Kabupaten Banyumas. Sains Aqutic Journal , 9 (1): pp.1-8. Rachmatun, S. 1983. Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Rustikawati, I., Rostika, R., Iriana, D. & Herlina, D. 2004. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuakutur Indonesia, 3: pp.33-39. Sachlan, M.A. 1952. Notes On Parasiter of Freshwater Fishis in Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Zhao, Y. & Thang. 2011. Taxonomic Study of Trichodinids (Protozoa, Ciliophora) Infecting on Gills of Freshwater Fishes, Cyprinus carpio and Mylopharyngodon piceus from China, with the Description of Trichodina regularis. European J. Scientific Research, 58(2): pp.231-237.