LAPORAN PENDAHULUHAN
SEPSIS
PENGERTIAN
Sepsis adalah bentuk paling umum syok distributif dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas.
Meski telah terjadi peningkaan kecanggihan dari terapi antibiotik insiden syok sepsis terus meningkat selama 50 tahun terakhir dengan angka kematian berkisar antara 40%-90% dan syok sepsis merupakan penyebab kematian utama dalam unit perawatan intensif.
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok sepsis adalah bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok sepsis. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivitas berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada pembesaran cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
PATOFISIOLOGI
Syok sepsis dibagi menjadi dua fase yang berbeda yaitu :
Fase Hangat (hiperdinamik)
Fase ini mereupakan fase pertama dari syok sepsis yang ditandai dengan tingginya curah jantung dan vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermik dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Haluaran urin apat meningkat atau tetap dalam kadar normal Status gastrointestinal mungkin terganggu seperti yang dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
Fase Dingin (hipodinamik)
Fase ini merupakan fase lanjut dari syok sepsis/ pada fase ini di tandai dengan curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien menurun, dan kulit dingin serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi kegagalan organ multiple.
TANDA DAN GEJALA
Umum : demam , menggigil, leleh ,malaise , dan gelisah .
Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
Saluran pernafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
Hematologi: ikterus, pucat.
KLASIFIKASI
Sepsis onset dini
Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20 jam pertama kehidupan)
Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu maternal dan coricomnionitis.
Sepsis onset lambat
Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
Ditemukan pada bayi cukup bulan
Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local
KOMPLIKASI
Meningitis
Hipoglikemi
Aasidosis
Gagal ginjal
Disfungsi miokard
Perdarahan intra cranial
Icterus
Gagal hati
Disfungsi system saraf pusat
Kematian
Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan yang antara lain:
Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam metabolisme
BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia menyerupai infark miokard
PENCEGAHAN
Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri Gram-negatif
Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk mencegah pneumonia Gram–negatif ,nasokomial
Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko infeksi b.d penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, infeksi nosokomial.
Hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit, dehidrasi, efek langsung dari endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature
Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan b.d hipovolemi relatif/ actual, reduksi aliran darah pada vena atau arteri, vasokonstriksi selektif
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d peningkatan vasodilatasi masif/kompartemen vaskuler, permeabilitas kapiler/kebocoran cairan kedalam lokasi interstitial (ruang ketiga)
INTERVENSI
DP:
Resiko infeksi b.d penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, infeksi nosokomial.
Tujuan : Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari sekresi purulen/ drainase atau eritema dan afebris
Tindakan:
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R : Mengurangi kontaminasi
Dorong penggantian posisi sering, nafas daam/ batuk
R : Bersihan paru yang baik mencegh pneumonia
Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka
R : Mencegah penyebaran infeksi/ ontaminasi
Gunakan teknik steril pada setiap tindakan: ganti balut, Suction, kateter urinarius dll.
R : Mencegah asuknya bakteri, mengurangi infeksi nosokomial
Ambil specimen urin, darah, sputum, luka
R : Identifiksi terhadap portal entri dan organisme penyebab septisemia dalah penting bagi efektivitas pengobatan
Berikan obat anti infekasi sesuai advis dokter
R : Memberikan imunitas sementra untuk infeksi umum atau penyakit khusus misalnya: rabies
DP
Hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme penyakit, dehidrasi, efek langsung dari endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature
Tujuan: Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
Tindakan:
Pantau suhu pasien
R : suhu lebih dari normal menunjukkan infeksius akut
Berikan kompres hangat
R : dapat membantu mengurangi demam
Berikan antiseptik
R : Untuk mengurangi demam
Berikan selimut pendingin
R : Untuk mengurangi demam pada waktu terjadi gangguan pada otak
DP
Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan b.d hipovolemi rewlatif/ actual, reduksi aliran darah pada vena atau arteri, vasoonmstriksi selektif
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital sign stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadarn umum, haluaran urinarius individu yanfsesuai dan bising usus aktif.
Tindakan:
Pertahankan tirah baring: bantu perawatan pasien
R : Menurunkan
Pantau TTV pasien
R : Memantau TTV pasien
Pantau frekuensi dan irama jantung
R : bila terjadi takikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menentukan respon dan untuk menggantikan kerusdakan pada hipovolemia relative dan hipertensi
Perhatikan kualitas/ kekuatan dari denyut jantung
R : pada awala nadi cepat karena peningkatan curah jantung
Catat haluaran urinarius setiap jam dan berat jenisnya
R : penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penuruynan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi relatif
Auskultasi bising usus
R : penurunan aliran darah pada ,esenterium menurunkan peristaltik
Berikan cairan parenteral
R : Untuk memepertahankan perfusi jaringan
Berikan suplemen O2
R : Memaksimalkan O2 yang tersedia untuk masukan seluler
DP
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d peningkatan vasodilatasi masif/kompartemen vaskuler, permeabilitas kapiler/kebocoran cairan kedalam lokasi interstitial (ruang ketiga)
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital sign stabil, nadi perifer jelas
Tindakan:
Catat haluaran urinarius setiap jam dan berat jenisnya
R : penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penuruynan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi relatif
Pantau TTV pasien
R : Memantau TTV pasien
Palpaasi denyut perifer
R : Denyut yang lemah, mudah hilang data menyebabkan hipovolemia
Amati adanya udem pada tubuh
R : Kehilangan cairan dari kompertemen vaskuler kedalam ruang interstitial akan menyebabkan edema jaringan
Kaji turgor kulit
R : Hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
Berkan cairan IV
R : Dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif
DAFTAR PUSTAKA
Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas Kedokteran UI.
Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Draurat, Bandung. PT Alumni.
http ://www.total kesehatannanda.com/sepsis.htlm.