Model – model kurikulum
Nama Kelompok : Zakiyatul Munawaroh (L) Ayu Retno Aditya Aditya ( C ) Kartika ( L ) Siti Mashfufah ( C ) Rini Astuti ( L )
1. MODEL HILDA TABA Kurikulum menurut Hilda Taba adalah: “ a curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of the curriculum”. kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.
Kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaanya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya, terutama tujuan jangka panjang, karena justeru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu, sedangkan imlementasinya yang sempit termasuk pada pengajaran, yang keduanya harus kontinue. Kurikulum merupakan pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Hilda Taba berpendapat bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatau proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan
guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak didahului oleh konsep-konsep yang datangnya secara deduktif. Dalam kurikulum Hilda Taba sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan. Model Taba sebagai model pembelajaran secara induktif yang terdiri atas langkah-langkah terstruktur yang dibagi menjadi tujuh fase. Guru menjadi motor penggerak untuk menjangkau fase fase dem demii fase fase melal melalui ui pert pertany anyaa aan-p n-per erta tanya nyaan an yang yangdi di aj uk an ke pa da sisw si sw a se ca ra sa mb un g me nya mb un g. Tu ju an ut ama mo del in iadalah iadalah pen penge gemb mbang angan an ket ketera eramp mpila ilan n ber berpik pikir ir kri kritis tis sisw siswaa di samp sampin ing g peng pengua uasa saan an sec ara tun tas top ik yang dib ica rak an. Mod el Tab a berorientasi pada pendekatan proses.
Kekurangannya adalah Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak didahului oleh konsepkonsep yang datangnya secara deduktif Sedangkan keuntungannya adalah : a. membantu untuk menjembatani menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis.
b. kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh umtan tradisional c. kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada
2. MODEL Beuchamp Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp (1964) , yaitu mengemukan ada lima langkah penting dalam pengembilan keputusan pengembangan kurikulum. Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima (5) langkah. Langkah Pertama, Pejabat pemerintah yang berwenang dalam pengembangan kurikulum harus menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang akan dijadikan pilot proyek untuk pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau nasional, maka wilayah atau lokasi yang akan dijadikan pilot proyek adalah propinsi, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot proyek. Langkah Kedua, Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang akan ikut terlibat di dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan orang-orang dari staf ahli kurikulum, pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar pendidikan, masyarakat yang dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari pengarang atau penulis, penerbit, politikus, pejabat pemerintah, pengusaha dan industriawan. Langkah Ketiga, Bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah berikutnya adalah pengorganisasian person-person tersebut dalam lima (5) tim yang terdiri dari : a.
tim pengembang kurikulum
b. tim peneliti kurikulum yang sedang dipakai atau sedang dipergunakan c.
tim untuk mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum bam
d. tim perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun. e.
tim penyusun dan penulis kurikulum baru Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui adalah sebagai berikut :
a.
merumuskan tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
b. memilih atau menseleksi materi c.
menentukan pengalaman belajar
d. menentukan kegiatan dan evaluasi e.
menentukan desain Langkah Keempat, Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator sekolah. Langkah Kelima, Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan atau implementasi terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah berikutnya yang merupakan langkah terakhir dari pengembangan kurikulum model beauchamp adalah mengevaluasi kurikulum. Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi, yaitu :
a.
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b. Evaluasi terhadap desain kurikulum c.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
d. Evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum Pengembangan kurikulum model Beauchamps memandang pengembangan kurikulum tersebut dalam prosesnya secara menyeluruh. Keuntungan model ini adalah adanya penegasan areana yang kiranya akan mempermudah dan memperjelas ruang lingkup kegiatan. Kelemahan seperti halnya model administratif, adlah kurang pekanya terhadap perubahan masyarakat dan kurang memperhatikan keadaaan daerah yang antara satu dengan lainnya menuntutnya ada kekhususan-kekhususan tertentu.
3. Kurikulum Model Grass Roots
Model akar rumput dikembangkan oleh Smith, Stanley & Shores pada tahun 1957. Model akar rumput atau disebut dengan the grass roots model berbeda dengan rekayasa model administrasi. Misalnya model ini diawali oleh guru, pembina disekolah dengan mengabaikan metode
pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu yang lebih spesifik atau kelas-kelas tertentu. Dalam model ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna pengajaran dikelasnya. Jadi bedanya pada bila model Administrasi bersifat sentralisasi pada model akar rumput ini bersifat desentralisasi. Hal ini memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan menghasilkan manusia-manusia yang mandiri dan kreatif. Kelebihan Model Akar Rumput
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari Model Akar Rumput ini adalah pengikutsertaan semua komponen sekolah dari kepala sekolah, guru, siswa bahkan orang tua siswa. Meskipun dalam hal ini tidak mengetahui apakah itu kurikulum akan tetapi demi tanggung jawab dan kepentingan dari siswa maka hal-pengembangan kurikulum yang dilakukan harus melibatkan orang tua siswa.
Kelemahan Model Akar Rumput
Kelemahan model ini adalah menerapkan metode partisipasi yang demokratis dalam proses yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahawa keputusan masyarakat umumnya tidak perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diberi peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar pemikiran satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun perlu diingat bahwa model ini lebih memberikan konstribusi awal dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model ini bertanggung jawab terhadap keinginan-keinginan masyarakat.
4. PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM TYLER Pengembangan Model Kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah kongkret atau tahapan-tahapan secar rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum yaitu:
Menentukan Tujuan
Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
Menentukan Pengalaman Belajar (Learning Experiences)
Pengalaman belajar adalah segala aktifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktifitas guru memberikan pelajaran. Pengalaman belajar menunjukkan pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan siswa” bukan “apa yang akan atau telah diperbuat guru”.
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Langkah ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan
memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum. Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dan juga evaluasi seharusnya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Kelemahannya ialah tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkahlangkah kongkret atau tahapan-tahapan secara rinci
Sedangkan kelebihannya Model Tyler adalah model yang paling popular diantara model-model kurikulum lainnya, dan banyak digunakan dalam pengembangan kurikulum, sistematik, mudah digunakan, dan logical.
5. The Demonstration Model Model ini pada dasarnya bersifat grass root diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum, suatu komponen atau seluruh komponen. Model ini umumya berskala kecil hanya mencakup satu sekolah atau beberapa sekolah. Karena sifatnya yang ingin merubah, pengembangan kurikulum seringkali mendapat tantangan dari pihak tertentu. Terdapat dua variasi model demonstrasi, yaitu ; (1) berbentuk proyek dan (2) berbentuk
informal, terutama diprakarsai oleh sekelompok guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada. Beberapa KEUNGGULAN dari pengembangan kurikulum model demonstrasi ini, yaitu : (1) memungkinkan untuk menghasilkan suatu kurikulum atas aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis, karena kurikulum disusun dan dilaksanakan berdasarkan situasi nyata; (2) jika dilakukan dalam skala kecil, resistensi dari administrator kemungkinan relatif kecil, dibandingkan dengan perubahan yang berskala besar dan menyeluruh; (3) dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumen kurikulumnya bagus, tetapi pelaksanaannya tidak ada; (4) menempatkan guru sebagai pengambil insiatif yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru. Sedangkan KELEMAHAN model ini adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan enggan-enggan. Dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.
MODEL KURIKULUM YANG COCOK DITERAPKAN DI INDONESIA MENURUT KELOMPOK KAMI ADALAH :
MODEL KURIKULUM GRASS ROOT Karena model Grass Root ini sesuai dengan pembuatan kurikulum di Indonesia, pengembangan kurikulum ini diawali dari bawah yaitu dengan pengikutsertaan semua komponen sekolah : guru, siswa bahkan orang tua siswa. Pengembangan kurikulum ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan penyemourna drai pengajaran di kelasnya.