PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM
I. Dasar teori
Metode gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menentukan massa suatu unsur dengan pemurnian dari zat pengotor. Prinsip utama dalam metode ini, zat yang dianalisis merupakan senyawa murni yang ditentukan kadar (massa) dalam campuran. Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Sudarmadji 2003). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung mineral yang berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat merupakan dua dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo 2000). Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. (Djarwis, 2004). Pengarangan merupakan salah satu tahapan dalam analisis kadar abu. Pengarangan dilakukan sebelum bahan uji diabukan. Pengarangan dilakukan dengan cara memanaskan bahan uji dlam cawan porselen diatas api. Hal ini dilakukan untuk menguapkan zat organik dalam bahan pangan. (Khopkar,2003)
II. Alat dan bahan
Alat
1. Krus 2. Tang krus 3. Spatel 4. Desikator 5. Tanur 6. Loyang 7. Oven 8. Kertas saring
Bahan
1. Ekstrak kental daun teh 2. HCL 3. Aquadest
III. Prosedur 1. Penetapan kadar abu tidak larut asam
1.
Hasil abu total pada krus 1 dididihkan dengan HCL encer 25 ml
2.
Saring residu cuci dengan air
3.
Masukan residu pada kertas saring, kedalam krus 3, arangkan pada tanur
4.
Keluarkan krus dari tanur lalu masukan pada desikator
5.
Timbang sampai konstan
IV. Data hasil pengamatan Penetapan kadar abu tidak larut asam No. 1.
2.
3.
Perlakuan
Keterangan
Krus 3 yang masih kosong dimasukkan dalam oven Dimasukan krus 3
Suhu 100 oC
kedalam desikator
kadar air, waktu 5 menit
Krus 3 ditimbang
Bobot krus 3 sebesar
Waktu 15 menit Untuk menghilangkan
167816 mg
4.
5.
Abu dalam krus 1
Dididihkan dalam cawan
ditambahkan dengan
uap, volume HCL yang
HCL 10%
digunkan 25 ml
Abu yang dilarutkan
Kertas saring bebas abu
dalam HCL disaring
memiliki kadar abu
dengan kertas saring
sangat rendah < 0,1 mg
bebas abu
tiap lembar dan tidak menghasilkan abu setelah pemijaran.
6.
kertas saring yang
Suhu : 300-600 oC
digunakan, dimasukan
Waktu : kurang lebih 4
kedalam krus 3 dan
jam sampai jadi abu
dipijarkan dalam tanur 7.
Krus berisi abu tidak larut asam dimasukan
Waktu 15 menit
kedalam desikator 8.
Krus 3 kemudian
Jika belum konstan
ditimbang sampai
dimasukan lagi ke dalam
bobot konstan
desikator dan ditimbang sampai bobot krus konstan krus 3 1. 167819,2 mg 2. 167819,3 mg 3. 167819,1 mg
9.
Dihitung kadar abu
Kadar abu larut asam
tidak larut asam
dihasilkan, 0,31%
V. Perhitungan Kadar abu tidak larut asam
Diketahui : Krus + abu tidak larut asam = 167819,1 mg Krus kosong
= 167816 mg
Berat sampel
= 1000 mg
Ditanyakan : % kadar abu tidak larut asam ? Jawab
:
Kadar abu tidak larut asam =
=
( +) − ( ) 1000
x 100%
( 167819,1 ) − ( 167816 ) 1000
x 100%
= 0,31 %
VI. Pembahasan
Pada praktikum penetapan kadar abu tidak larut asam, yang berhubungan dengan kadar abu total dan lanjutan dari penentuan kadar abu total. Yang bertujuan untuk mengetahui kadar abu tidak larut asam dari ekstrak daun teh. Penetapan kadar abu tidak larut asam, merupakan hasil abu total yang ditambahkan dengan HCL encer 25 ml. Dilakukan dengan memijarkan krus terlebih dahulu dalam oven selama 15 menit dengan suhu 100 oC. Krus kosong setelah pemijaran dimasukan kedalam desikator. Abu yang tardapat pada krus 1 (abu total) dilarutkan dengan HCL 10% sebanyak 25 ml. Dilakukan pada cawan uap kemudian dididihkan, setelah itu disaring menggunakan kertas saring bebas abu yaitu kadar abunya sangat rendah, Kertas saring bebas abu memiliki kadar abu yang cukup rendah sekitar < 0,1 mg sehingga tidak akan meninggalkan abu setelah pemijaran. Sebelum ditambahkan abu yang telah dilarutkan dengan HCL , krus kosong hasil pemijaran harus ditimbanhg terlebih dahulu. Setelah proses penyaringan dicuci menggunakan air panas, kemudian dipijarkan. Dan dimasukan pada desikator setelah pemijaran yang bertujuan agar uap air dapat terserap dan dilakukan penimbangan sampai bobot konstan. Proses percobaan diperoleh hasil untuk kadar abu tidak larut
asam sebesar 0,31%. Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan suatu produk. Adapun hal-hal yang harus perlu diperhatikan pada penetapan kadar abu tidak larut asam yaitu, pelarutan terhadap residu, faktor pengotor dan penyerapan air pada desikator sehingga dapat mempengaruhi pada kekonstanan bobot krus pada proses penimbangan.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa % kadar abu tidak larut asam telah memenuhi syarat yaitu 0,31 % sesuai berdasarkan literatur yaitu tidak lebih dari 0,4 %. (Berdasarkan literatur Materia Medika Indonesia Jilid 2)
VIII. Daftar pustaka
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid I . Jakarta: Penerbit Dian Rakyat Dr. Ir. Slamet Sudarmadji, I. B. (2003). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian (Edisi ke 2 ed., Vol. III). Yogyakarta, DIY, Indonesia: Liberty Yogyakarta. Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Universitasa Andalas, Sumatera Barat Khopkar. 2003. Konsep dasar kimia analitik . UI. Press: jakarta Depkes RI.1978. Materia Medika Indonesia Jilid 2. Jakarta : Menkes