11/2/2016
Apa ya yang ng dapat dapat dili dilihat hat di EK EKG? G?
Basic ECG science and Normal ECG reading
1. Iram Irama a jant jantun ung g 2. Iskem Iskemia ia jant jantun ung g (PJK (PJK,, trau trauma ma jantung) 3. Infeks Infeksii (per (perica icard rdit itis is)) 4. Gang Ganggua guan n elekt elektro roli litt (K+, Ca2+) 5. Kond Kondis isii ruan ruang g jant jantun ung g 6. Efek Efek obat obat-o -oba bata tan n 7. Peny Penyak akit it paru paru 8. Perdar Perdarahan ahan intracr intracrani anial al (SAH) (SAH)
Filipus Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
Standard ECG
2/ 74
Electrical System Overview
3/ 74
4/ 74
Action Potentials
5 / 74
6 / 74
1
11/2/2016
Apa ya yang ng dapat dapat dili dilihat hat di EK EKG? G?
Basic ECG science and Normal ECG reading
1. Iram Irama a jant jantun ung g 2. Iskem Iskemia ia jant jantun ung g (PJK (PJK,, trau trauma ma jantung) 3. Infeks Infeksii (per (perica icard rdit itis is)) 4. Gang Ganggua guan n elekt elektro roli litt (K+, Ca2+) 5. Kond Kondis isii ruan ruang g jant jantun ung g 6. Efek Efek obat obat-o -oba bata tan n 7. Peny Penyak akit it paru paru 8. Perdar Perdarahan ahan intracr intracrani anial al (SAH) (SAH)
Filipus Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
Standard ECG
2/ 74
Electrical System Overview
3/ 74
4/ 74
Action Potentials
5 / 74
6 / 74
1
11/2/2016
AHA
12-Lead Positi Po sitioning oning
vs
IEC
7/ 74
ECG monitoring lead positioning positioning
8/ 74
Extremities Lead Vector
9/ 74
10/ 74
Kert Ke rtas as EK EKG G
Gelombang2 EKG (P)
• Kecepatan Kecepatan print EKG standar standar = 25 mm/s • 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 s • Kalibr Kalibrasi asi tinggi tinggi EKG EKG stand standar ar = 10 mm/mV
• Mrp dep depola olaris risasi asi atrium atrium.. • Berbentuk Berbentuk dome-shaped. dome-shaped. • Selalu Selalu positi positiff di lead lead I, II, aVF. aVF . Selalu negati neg atiff pad pada a aVR. aVR. Dapat berbentuk berbentuk bifasik (+ -) pada lead III, aVL, aVL, V1. V1. • Durasi Durasi < 3 mm (< (< 0,11 s) s) • Amplitudo Amplitudo < 2,5 mm
11/ 74
12/ 74
2
11/2/2016
Gelombang2 EKG (QRS)
Mac acam am-m -mac acam am bent bentuk uk P
• Mrp dep depola olaris risasi asi ventri ventrikel kel • Q adala adalah h defleks defleksii neg negati atiff pertam pertama a dari dari kompl kompleks eks QRS QRS • R adalah adalah defleks defleksii positi positiff pertam pertama a dari dari kompl kompleks eks QRS QRS • S adala adalah h defle defleks ksii nega negati tiff sete setela lah hR Durasi < 3 mm (< (< 0,11 s) s) • Durasi • Tingg Tinggii Q < 1/3 R 13/ 74
Gelombang2 EKG (QRS)
14/ 74
Macamacam-ma macam cam bentu bentuk k QRS QRS
• QRS sempit impu impull bera berasa sall dari dari supraventrikel (sinus, atrial, junctional) • QRS lebar impuls biasanya dari ventrikel
15/ 74
16/ 74
Gelombang2 EKG (T)
Gelombang2 EKG (U)
• Mrp repola repolaris risasi asi ventri ventrikel. kel. • Berbentuk Berbentuk asimetris asimetris • Selalu Selalu positi positiff di semua semua lead lead kecual kecualii aVR aVR dan dan V1. • Durasi Durasi 0,1 – 0,25 s • Amplit Amplitudo udo < 5 mm
• Mrp repolar repolarisa isasi si m.p m.papi apilar laris is dan serabut serabut purkinje. purkinje. • Tidak Tidak selalu selalu terlih terlihat at
17/ 74
18/ 74
3
11/2/2016
Values To Memorize • Inherent Rates – SA: 60 to 100 – AV: 40 to 60 – Ventricles: 20 to 40
• Normal PRI: 0.12 to 0.20 – 3 to 5 small boxes
• Normal QRS: < 0.12 – Less than 3 small boxes
• Normal QTc: 0.33 to 0.43 – QT < 1/2 RR; QTc = QT / sqrt(RR) 19/ 74
Calculating Rates
20/ 74
Standard ECG
• 300/kotak besar
21/ 74
Axis: Leads I, II, III
22/ 74
Determining Axis & Rotation • Axis: Look at Lead I and aVF – QRS complexes • • • •
Positive: Normal “Leaving”: Left “Reaching”: Right Negative: Indeterminate
– Perpendicular to isoelectric lead
• Rotation: Look at V1 to V6 – V1 or V2 isoelectric: Right – V3 or V4 isoselectric: Normal – V5 or V6 isoelectric: Left 23/ 74
24/ 74
4
11/2/2016
Determining Axis: An Example
Determining Axis: An Example
25/ 74
Normal Sinus Rhythm
26/ 74
Wandering Atrial Pacemaker
27/ 74
Junctional Rhythm
28/ 74
Junctional Rhythm
*
29/ 74
30/ 74
5
11/2/2016
Accelerated Junctional Rhythm
Idioventricular Rhythm
31/ 74
Atrial Pacemaker Device
32/ 74
Ventricular Pacemaker Device
33/ 74
Atrioventricular Sequential Pacemaker Device
34/ 74
Contoh Nyanyian:
Irama …, … x/menit, axis …
35/ 74
36/ 74
6
11/2/2016
Gangguan Anatomis yang bisa dilihat di EKG
Anatomical Changes • Left Atrial Enlargement (LAE) / Abnormalitas atrium kiri (AAKi) • Right Atrial Enlargement (RAE) / Abnormalitas atrium kanan (AAKa) • Left Ventricular Hypertrophy (LVH) • Right Ventricular Hypertrophy (RVH) • Cardiomyopathy
Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
Left Atrial Enlargement
2/ 74
LAE
• Durasi gelombang P pada lead II ≥ 0,12 s, atau • Gelombang P terbelah di lead II (P mitrale), atau • Durasi defleksi negatif P bifasik pada V1 > 0,04 s, atau • Amplitudo defleksi negatif P bifasik pada V1 > 1 mm
3/ 74
Right Atrial Enlargement
4/ 74
RAE
• Amplitudo gelombang P pada lead II, III, aVF > 2,5 mm (P pulmonal), atau • Amplitudo gelombang P pada V1 atau V2 > 1,5 mm
5/ 74
6/ 74
1
11/2/2016
Left Ventricular Hypertrophy
LVH
Kriteria Romhilt-Estes 1. Voltage (skor 3): • R Vki + S Vka ≥ 35 mm • R Vki atau S Vka ≥ 30 mm • R atau S ekstrimitas ≥ 20 mm • R I + S III ≥ 25 mm 2. ST depresi dan T inversi di area ventrikel kiri (V5, V6) (LVH strain pattern) (skor 3) 3. LAE ( sko r 3) 4. LAD ( akor 2) 5. Interval QRS pada V5 V6 ≥ 0,09 s atau waktu aktivasi ventrikel ≥ 0,04 s ( skor 1)
Skor ≥ 5 LVH, skor 4 kemungkinan LVH
7/ 74
Right Ventricular Hypertrophy
8/ 74
RVH
1. R/S di V1 > 1 atau R/S di V6 < 1 2. RAD 3. RVH strain pattern (ST depresi + T inversi di area ventrikel kanan)
9/ 74
Contoh
10/ 74
Contoh
11/ 74
12/ 74
2
11/2/2016
Contoh
Contoh
13/ 74
14/ 74
3
11/2/2016
Coronary Heart Disease
Ischemia and ST-T Wave Changes
1. Stable Angina 2. Acute coronary syndrome 3. Prinzmental Angina Acute Coronary Syndrome: 1. Unstable Angina 2. ST elevation MI (STEMI) 3. Non ST elevation MI (NSTEMI)
Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
2/ 74
Iskemia, Infark, dan Nekrosis
3 / 74
4 / 74
Perubahan EKG 1. Iskemia: ST depresi T inversi U inversi 2. Infark: Hiperakut T ST elevasi LBBB baru atau yang dianggap baru (STEMI Equivalent) 3. Nekrosis/Old infarct: Gel Q patologis •
J-point
•
•
•
•
•
•
5/ 74
6/ 74
1
11/2/2016
Iskemia •
DD ST depresi
ST depresi
•
Upsloping tdk spesifik Horizontal/downsloping spesifik iskemi
•
•
•
•
•
•
•
Iskemia Hipertrofi ventrikel (strain pattern) Hipokalemia Efek digoxin BBB ST elevasi resiprokal Hipotermia Perdarahan intrakranial
7/ 74
Efek Digoxin •
8/ 74
Iskemia
ST depresi asimetris, cekung kebawah, paling jelas terlihat pada lead dengan R tertinggi
•
T inversi
Simetris, berbentuk segitiga spesifik iskemi Bifasik T + - spesifik iskemi Bifasik T - + tidak spesifik hypokalemia berat
9/ 74
Bifasik T spesifik (+ -)
10/ 74
Bifasik T non spesifik (- +)
11/ 74
12/ 74
2
11/2/2016
DD T inversi •
•
•
•
•
•
T inversi non spesifik
Temuan normal pada anak2 Hipertrofi ventrikel (strain pattern) BBB Hipokalemia Emboli paru Peningkatan TIK
13/ 74
Iskemia •
14/ 74
Infark
U inversi
Hiperakut T T tinggi, tajam, dan lebar spesifik iskemia (merupakan awal STEMI) T tinggi, tajam, namun sempit tidak speisifik hiperkalemia •
Inversi U spesifik iskemia
15/ 74
Hiperakut T spesifik
16/ 74
Tall T karena hiperkalemia
17/ 74
18/ 74
3
11/2/2016
Infark ST elevasi Elevasi segmen ST minimal 1 mm, kecuali V2 V3 minimal 2 mm pada laki-laki, dan 1,5 mm pada perempuan spesifik infark •
19/ 74
20/ 74
21 / 74
22 / 74
DD ST elevasi •
•
•
•
•
Trauma jantung Early repolarization (terutama pada pasien muda dan sehat) Strain pattern hipertrofi ventrikel Perikarditis Brugada syndrome
•
23/ 74
ST elevasi di V1-3 krn LVH strain pattern resiprokal
24/ 74
4
11/2/2016
Perikarditis
Nekrosis / OMI (Old Myocardial Infarction)
ST elevasi di semua lead, dapat ditemukan PR depresi
•
Gelombang Q patologis = dalamnya > 1/3 R
25/ 74
Recent Myocardial Infarction •
26/ 74
Area Iskemia
OMI + tanda iskemi
Semua tanda iskemia/infark/OMI hanya bermakna jika ditemukan di minimal 2 lead di area yang sama localisation
27/ 74
Area Iskemia
ST elevation
Reciprocal ST depression
coronary artery
Septal
V1-V2
None
LAD-septal branches
Anteroseptal
V1-V4
None
LAD
Anterior
V2-V5
None
LAD
Extensive Anterior
V1-V6
None
LAD
Lateral
I, aVL, V5, V6
II,III, aVF
D1 of LAD or OM of LCX
Inferior
II, III, aVF
I, aVL
RCA (80%) or LCX (20%)
Posterior
V7, V8, V9
high R in V1-V3 with ST depression V1LCX V3 > 2mm (mirror view)
Ri ght Ventr ic le
V1, V3R
–
V5R
I, aVL
RCA
28/ 74
Area Iskemia •
•
29/ 74
Lakukan pemeriksaan lead kanan (V3R, V4R) jika ditemukan Infark Inferior Lakukan pemeriksaan lead posterior (V7, V8, V9) jika ditemukan ST depresi pada V1, V2
30/ 74
5
11/2/2016
Evolusi STEMI
Evolusi STEMI
31/ 74
Evolusi STEMI
32/ 74
Non-STEMI versus STEMI •
Non-STEMI
33/ 74
Contoh 1
•
STEMI
34/ 74
Contoh 2
35/ 74
36/ 74
6
11/2/2016
Contoh 2
Contoh 3
37/ 74
Contoh 3
38/ 74
Contoh 4
39/ 74
Contoh 5
40/ 74
Time is Muscle…! •
•
•
41/ 74
STEMI Mortalitas tinggi di menitmenit awal NSTEMI Mortalitas tinggi beberapa bulan kemudian Klinis tipikal, EKG non diagnostik EKG dan cardiac marker serial
42/ 74
7
10/5/2016
Gangguan Konduksi
Impuls Conduction Problems
Hambatan Konduksi SA Exit Block
Filipus Michael Y., dr.
AV Block
Intraventricular Block
Derajat1
Derajat1
RBBB
Derajat2 tipe I
Derajat2 tipe I
LBBB
Derajat2 tipe II
Derajat2 tipeI I
Fascicular Block / Hemiblock
Derajat3
Derajat3
Non Specific Intra Vent. Block
1/ 74
Gangguan Konduksi
SA Exit Block • Derajat 1 dan 3 sulit dievaluasi dari EKG • Derajat 2 tipe I (Wenckebach) : PP interval semakin memendek, lalu pause. Durasi pause < PP interval. • Derajat 2 tipe II (Konstan): PP regular, lalu pause. Durasi pause merupakan kelipatan PP (2x, 3x, atau 4x)
Jalur Konduksi Asesoris/ Sindroma Pre-eksitasi
WPW Syndrome
LGL Syndrome
2/ 74
Mahaim Conduction
WPW tipe A
WPW tipe B
3/ 74
4/ 74
Second Degree SA Exit Block
AV Block
• Tipe I
1. Derajat 1 : Hanya PR interval memanjang 2. Derajat 2 • Mobitz I (Wenckebach block) : PR memanjang progresif, kemudian ada P tanpa QRS. • Mobitz II : PR int konstan (dgn/tnp pemanjangan PR), tapi ada P tanpa QRS • Derajat Tinggi (High Grade) : Blok AV dengan rasio konduksi 2:1 atau lebih
• Tipe II
5/ 74
6/ 74
1
10/5/2016
AV Block
AV Block derajat 1
3. Derajat 3 (Total AV Block) : P dan QRS tidak berhubungan (AV Dissociation). Irama lolos bisa dari junctional, bisa dari ventrikuler.
7/ 74
AV Block derajat 2 tipe I
8/ 74
AV Block derajat 2 tipe II
9/ 74
AV Block derajat tinggi
10/ 74
AV Block derajat 3 (TAVB)
11/ 74
12/ 74
2
10/5/2016
RBBB
Right Bundle Branch Block (RBBB) 1. QRS ≥ 0,12 s ( komplit), < 0,12 s (inkomplit) 2. R’ pada precordial kanan (V1 atau V2). R’ lbh tinggi dari R. 3. Pelebaran S di lead I, V5, V6 4. Dapat ditemukan ST depresi dan T inversi di precordial kanan (V1 atau V2)
13/ 74
14/ 74
LBBB
Left Bundle Branch Block (LBBB) 1. QRS ≥ 0,12 s ( komplit), < 0,12 s (inkomplit) 2. R melebar pada precordial kiri (V5 atau V6). R biasanya terbelah/notching. 3. Pelebaran S (bentuk QS atau rS) di lead V1 dan V2 4. Dapat ditemukan ST depresi dan T inversi di precordial kiri (V5 atau V6) 15/ 74
Left Anterior Fascicular Block (LAFB) / Left Anterior Hemiblock
16/ 74
LAFB
• LAD • Gelombang q kecil di lead I atau aVL • Gelombang S di lead II, III, aVF
17/ 74
18/ 74
3
10/5/2016
Left Posterior Fascicular Block (LPFB) / Left Posterior Hemiblock
• • • •
LPFB
Jarang ditemukan RAD Gelombang q kecil di lead II, III, aVF Gelombang S di lead I atau aVL
19/ 74
20/ 74
Non Specific Intraventricular Block
Sindroma Pre-eksitasi
• Pelebaran QRS (≥ 0,12 s) yang tidak memenuhi kriteria LBBB ataupun RBBB, dengan kemungkinan sindroma preeksitasi telah disingkirkan.
1. Wolf-Parkinson-White Syndrome 2. Lown-Ganong-Levine Syndrome 3. Mahaim Conduction
21/ 74
WPW Syndrome
22/ 74
WPW Syndrome
• Adanya jalur tambahan dari atrium ke ventrikel (Jalur Kent). Tipe A di kiri, tipe B di kanan. • EKG: Pemendekan PR interval, pelebaran QRS (≥ 0,12 s), dan adanya gelombang delta
23/ 74
24/ 74
4
10/5/2016
LGL Syndrome
LGL Syndrome
• Adanya jalur tambahan dari atrium ke bundle of His (Jalur James). • EKG: Pemendekan PR interval tanpa pelebaran QRS dan delta wave.
25/ 74
Mahaim Conduction
26/ 74
Contoh
• Adanya jalur tambahan dari atrium ke bundle branch/fasciculus (Jalur Mahaim). • EKG: Pelebaran QRS, terdapat delta wave, tanpa pemanjangan PR interval.
27/ 74
Contoh
28/ 74
Contoh
29/ 74
30/ 74
5
10/5/2016
Contoh
Contoh
31/ 74
Contoh
32/ 74
Contoh
33/ 74
34/ 74
Contoh
35/ 74
6
11/2/2016
Gangguan Pembentukan Impuls
Impuls Production Problems
Gangguan Pembentukan
Sinus
Yosua Hendriko M., dr. Filipus Michael Y., dr.
•
Ventrikel
Sinus takikardia
Ekstrasistole atrial (PAC)
Ekstrasistole junctional
Ekstrasistole ventrikel (PVC)
Sinus bradikardia
Atrial takikardia
Junctional takikardia
Ventrikel takikardia
Sinus aritmia
Atrial flutter
Irama lolos junctional
Ventrikel flutter
Sinus arrest
Atrial Fibrilation
Ventrikel fibrilation
Wandering pacemaker
Ventrikel arrest
Irama lolos ventrikel 2/ 74
1/ 74
Sinus Takikardia •
Penghubung AV (Junctional)
Atria
Sinus Bradikardia
Irama sinus (adanya gelombang P dari SA node) dengan frekuensi > 100 x/menit Meskipun dikelompokkan dalam aritmia, sinus takikardia merupakan respon normal terhadap peningkatan kebutuhan jantung
•
•
Irama sinus (adanya gelombang P dari SA node) dengan frekuensi < 60 x/menit Biasanya didapatkan pada orang normal yang sedang tidur atau pada olahragawan
3/ 74
Sinus Aritmia •
•
4/ 74
Sinus Arrest/Henti Sinus
Irama sinus (adanya gelombang P dari SA node) dengan PP interval yang bervariasi > 0.16 detik Terbagi dua, yaitu non-respiratorik dan respiratorik
•
•
•
5/ 74
Tidak ada gelombang P dari SA node selama minimal 3x durasi PP sebelumnya Pemacu jantung akan diambil alih oleh AV node. Kondisi ini disebut irama lolos junctional/penghubung Apabila AV node juga gagal, maka pemacu di ventrikel yang akan bekerja. Kondisi ini disebut irama lolos ventrikel 6/ 74
1
11/3/2016
Sinus Arrest
Ekstrasistole Atrial/ESA/PAC •
•
•
•
Gelombang P prematur yang berasal dari atrium (bedakan dgn P dr sinus) QRS umumnya sempit Pause compensation tidak lengkap (b + c < 2a) Beberapa istilah/bentuk khusus: bigemini, trigemini, quadrigemini, kuplet, multifokal, dan ES yang tidak diteruskan
7/ 74
Compensatory Pause
8/ 74
PAC
2a
a + a = 2a
a
a
2a a
c
2a
b + c = 2a
b + c < 2a
b
b+c
2a b
c 9/ 74
10/ 74
11/ 74
12/ 74
Atrial Takikardia •
•
•
•
•
•
3 atau lebih ESA/PAC yang berurutan Frekuensi > 100 bpm (biasanya 160-250 bpm) P sulit dikenali karena tertumpuk dengan T QRS sempit (bila tidak ada gangguan konduksi intraventrikuler atau aberansi) Biasanya PP dan RR interval teratur (kecuali MAT atau ada blok AV derajat 2) Bersama Inappropriate Sinus Tachycardia, Junctional Tachycardia, AVNRT, AVRT dikelompokkan dalam Supraventricular Tachycardia (SVT)
2
11/2/2016
Atrial Flutter/Gelepar Atrial •
•
•
•
•
•
Denyutan irama atrial yang cepat dan teratur Frekuensi atrium 250-350 x/menit Ada gelombang gelepar: gelombang P teratur berbentuk gergaji (terutama di II, III, aVF, V1) Selalu ada blok AV, biasanya konduksi 2:1 QRS sempit (kecuali ada gang. konduksi) RR regular (kecuali pada blok yang bervariasi) 13/ 74
14/ 74
Atrial Fibrilasi/A-Fib/AF •
•
•
•
•
Denyutan atria yang tidak teratur dan cepat Frekuensi atrium 350-600 x/menit P berbentuk gelombang fibrilasi (fine / coarse), namun jika bentuk fine atau respon ventrikel cepat, P sulit dikenali QRS tidak teratur (Irregularly irregular ) Respon ventrikel bisa cepat (> 100), normal/moderate (60 100), lambat (< 60) –
15 / 74
16 / 74
17 / 74
18 / 74
3
11/2/2016
Wandering Atrial Pacemaker •
•
•
•
Pemacu kelana atrial Gelombang P atrial yang berubahubah bentuknya, mungkin ada PR interval. Fokus ektopik di atria selalu berpindah-pindah Frekuensi sekitar 100 x/menit atau kurang
19/ 74
20/ 74
Ekstrasistole Junctional •
•
•
•
•
Junctional Takikardia
Gelombang P prematur yang berasal dari penghubung AV (junctional) Karena arah depolarisasi atriumnya berlawanan, P akan negatif di II, III, aVF Pause compensation tidak lengkap Bentuknya macam-macam seperti ESA Bentuk ini sulit dibedakan dengan ESA, sehingga disebut ekstrasistole supraventrikuler
•
•
•
•
•
3 atau lebih ekstrasistole junctional Frekuensi > 100 x/menit (biasanya 160 250) P biasanya susah dikenali, cek di II, III, aVF QRS sempit dan teratur (regular) Seringkali sulit membedakan takikardia pada atrial dan junctional sehingga untuk keduanya dipakai istilah Supraventikuler Takikardia/SVT –
21/ 74
22/ 74
23 / 74
24 / 74
4
11/2/2016
25 / 74
26 / 74
Irama/Komplek Lolos Junctional •
•
•
•
•
Muncul karena impuls dari sinus/SA node terhenti atau terlambat Muncul setelah pause panjang dengan frekuensi normal junctional Frekuensi normal 40 60 x/menit Jika frekuensi 60 100 irama junctional dipercepat (Accelerated Junctional Rhythm) Jika > 100 Junctional Tachycardia –
–
27 / 74
28 / 74
Ekstrasistole Ventrikel/ESV/PVC •
•
•
•
29 / 74
QRS prematur, lebar, dan bizzare Pause compensation lengkap (b + c = 2a) Macam-macam bentuknya seperti ES yang lain Bentuk yang lain: ESV yang tersisip ESV dengan fenomena R on T 30 / 74
5
11/2/2016
2a a
b+c
31/ 74
32/ 74
33 / 74
34 / 74
Istilah dalam Ekstrasistol •
•
•
•
•
•
•
•
•
Ventrikel Takikardia/VT
Occasional : Jarang, dalam 1x perekaman (10 detik) hanya ditemukan 1 ES Multiple : Dalam 1x perekaman ditemukan > 1 ES Multifokal : ES multiple dengan bentuk P (utk PAC) atau QRS (utk PVC) yang berbeda dengan ES lainnya Quadrigemini : 3 irama normal, 1 ES Trigemini : 2 irama normal, 1 ES Bigemini : 1 irama normal, 1 ES Couplet/coupled : 2 ES berurutan Triplet : 3 ES berurutan Salvo : 4 atau lebih ES berurutan
•
•
•
•
•
•
35/ 74
3 atau lebih PVC yang berurutan Frekuensi > 100x/menit (biasanya 160200 x/menit) QRS lebar dan bizzare, bentuk dan irama sedikit tidak teratur Bisa nampak gel P, namun P dan QRS pny ritme sendiri2 (AV dissociation) Sulit dibedakan antara VT dan SVT dengan aberansi (kriteria Brugada) Bentuk VT: monomorfik, polimorfik, Torsade de Pointes 36/ 74
6
11/2/2016
37 / 74
38 / 74
39 / 74
40 / 74
Ventrikel Flutter/Gelepar Ventrikel •
•
Ventrikel Fibrilasi/VF
QRS dan T menyatu menjadi undulasi teratur, frekuensi 250-300 x/menit Merupakan aritmia yang labil dan cepat berubah menjadi VT atau VF
•
•
•
41/ 74
QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan cepat Berdasarkan besarnya undulasi, dibagi menjadi VF kasar dan VF halus Secara klinis VF artinya henti jantung karena ventrikel hanya bergetar, tidak memompa darah keluar dari ventrikel. 42/ 74
7
11/2/2016
43 / 74
Irama/Komplek Lolos Ventrikel (Idioventricular Rhythm) •
•
•
•
44 / 74
Henti Ventrikel (Asystole)
Muncul bila impuls dari SA node dan AV node terhenti atau terlambat Frekuensi 20-40 x/menit Jika > 40x/menit Irama ventrikuler dipercepat / Accelerated Idioventricular Rhythm (AIR) Jika > 100 x/menit Ventricular Tachycardia (VT)
•
EKG tidak menunjukkan adanya gelombang QRS.
45/ 74
Contoh
46/ 74
Contoh
47/ 74
48/ 74
8
11/2/2016
Contoh
Contoh
49/ 74
50/ 74
51/ 74
52/ 74
53/ 74
54/ 74
Contoh
Contoh
9
11/2/2016
55/ 74
10
11/2/2016
Hipokalemia
ECG Changes in Electrolytes Imbalance
•
Flat T Flat T + gel. U prominent T inversi dan semakin dekat dengan U TU fusion pseudo long QT aritmia yg mematikan
Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
Hipokalemia
2/ 74
Hiperkalemia Peaked tall T PR memanjang P menghilang T semakin dekat dgn QRS QRS melebar dan bergabung dengan T (sine wave pattern) aritmia yg mematikan
3/ 74
4/ 74
Hipokalsemia •
5 / 74
QTc interval memanjang Torsade de pointes
6 / 74
1
11/2/2016
Hiperkalsemia •
Hipomagnesemia
QTc memendek AV block bradikardia
= hipokalsemia
7/ 74
Efek Digoxin •
8/ 74
Contoh
ST depresi asimetris, cekung kebawah, paling jelas terlihat pada lead dengan R tertinggi
9/ 74
Contoh
10/ 74
Contoh
11/ 74
12/ 74
2
11/2/2016
Contoh
13/ 74
14/ 74
3
2/25/2016
Tanda2 di EKG yang mencurigakan adanya Penyakit Paru
ECG Changes in Pulmonary Disorder
•
•
•
Poor progression of R / Slow R emphysematous lung RAD, RAE, RVH, RBBB Peny. Paru kronis (fibrotik / obstruktif) S1Q3T3 Emboli paru
Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
Poor Progesion of R / Slow R •
•
•
•
2/ 74
Progesivitas R
Kriteria diagnostik msh kontroversial Byk penyebab seperti OMI anteroseptal, LVH, dextrocardia, dll. Jika tidak ada kelainan jantung, slow R menggambarkan CTR yang rendah atau letak jantung yg jauh Pada paru emfisema, jantung cenderung vertical dgn CTR kecil tear drop heart muncul slow R 3/ 74
Emphysematous Lung
4/ 74
Right problem (RAD, RAE, RVH, RBBB) •
•
•
5/ 74
Menggambarkan peny paru kronis, bisa bentuk obstruktif, bisa bentuk fibrotik. Menambah nilai diagnostik gagal jantung kanan karena cor pulmonale Semakin lengkap Right Problem nya semakin menggambarkan kelainannya ada di paru
6/ 74
1
2/25/2016
Right Axis Deviation
Right Atrial Enlargement
7/ 74
Right Ventricular Hypertrophy
8/ 74
Right Bundle Branch Block
9/ 74
Pulmonary Embolism •
•
10/ 74
Contoh
S1Q3T3 pattern + RAD Tidak spesifik namun cukup sensitif
11/ 74
12/ 74
2
2/25/2016
Contoh
Contoh
13/ 74
14/ 74
15/ 74
16/ 74
Contoh
Contoh
17/ 74
3
2/26/2016
ACLS
Rapid ECG Assessment in ACLS Point of View
1. Life threatening and potentially life threatening 2. Prioritas ABC. Tidak terkonsentrasi pada jantung saja.
Filipus Michael Y., dr. 1/ 74
2/ 74
Proses Identifikasi EKG pada Konteks Kegawatan
Cara Membaca EKG Kegawatan
1. Dilakukan setelah tindakan Airway Breathing (kecuali pada henti jantung) 2. Pasang ECG monitor jika pasien tidak stabil 3. Jika pasien stabil atau ditengarai ada Infark Miokard dilakukan pemeriksaan EKG 12 lead
1. Sadar/tidak? Jika tidak sadar, ada nadi karotis? 2. Ada QRS kompleks? 3. Berapa rateny? 4. RR regular/ireguler? 5. QRS lebar atau sempit? 6. Ada P? 7. Bagaimana hubungan P dengan QRS? 3/ 74
4/ 74
Cara Membaca EKG Kegawatan
Cara Membaca EKG Kegawatan
1. Sadar/tidak? Jika tidak sadar, ada nadi karotis? 2. Ada QRS kompleks?
3. Berapa rateny? Takikardia : HR > 150 bpm Bradikardia : HR < 50 bpm
Tidak ada nadi karotis cardiac arrest Irama henti jantung: 1. Asystole Non-shockable rhythm 2. PEA 3. VT tanpa nadi Shockable rhythm 4. VF 5/ 74
6/ 74
1