asuhan keperawatan pada pasien empiema
KATAPENGANTAR Segala puji hanya milik Allah. Sholawat dan salam kepada Rasulullah. Berkat limpahan rahmat Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Pasien Empiema”. Penyusunan makalah ini untuk melengkapi tugas dalam semester ini,lewat makalah ini kelompok kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis,serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya Empiema paru itu. Dalam makalah ini kami akan membahas masalah Empiema paru Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa STIKES TRI MANDIRI SAKTI sebagai bekal pembelajaran. Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing kami minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat
BAB II Tinjauan Teoritis
A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian 2. Etiologi 3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit 4. Patifisiologi 5. WOC 6. Manifestasi Klinis 7. Pemeriksaan Penunjang 8. Penatalaksanaan 9. Komplikasi B.
Konsep
1.
Pengkajian
2. 3.
Diagnosa Rencana
Teoritis
Lengkap
11
yang
mungkin
Asuhan
Diagnosa NCP
Tinjauan
Keperawatan (Nursing
yang Care
Evaluasi
14
16 muncul Planning)
Data dan
12
Kasus
Lengkap
Analisa Implementas
muncul
Keperawatan
Pengakajian
D. E.
11
III
A.
C.
ASKEP
Keperawatan
BAB
B.
Dasar
28 29 31
(SOAP)
32
BAB
IV
Penutup
A.
Kesimpulan
35
B.
Saran
35
Daftar
Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Empiema masih merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh : a. Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 – 5 % kasus mendorong ke arah empiema)
b. Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada pasien empiema ini dapat membantu
mahasiswa
atau
masyarakat
dalam
menangani
pasien
empiema
B. TUJUAN 1. untuk menambah wawasan tentang empiema paru 2. Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian, penyebab, dan perawatan dari Empiema 3. Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalah keperawatan yang muncul, rencana keperawaatan dan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan.
C. MANFAAT 1. kita bisa mengetahui apa sebenarnya penyakit tersebut 2. kita bisa mengetahui latar belakang penyakit tersebut BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR TEORI 1. Pengertian Adalah Pengumpulan cairan purulen (pus) dalam kavitas pleural. Pada awalnya, cairan pleura sedikit, dengan hitungan leukosit rendah, tetapi seringkali cairan ini berkembang ketahap fibro purulen dan akhirnya ketahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membran eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleural. Meskipun Empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, Empiema dapat saja terjadi jika pengobatan pengobatan terlambat. terlambat.
2. Etiologi 1. Berasal dari Paru a. Pneumonia Infeksi paru seperti pneumonia dapat menyebar secara langsung ke pleura, penyebaran melalui sistem limfatik atau penyebaran secara hematogen. Penyebaran juga bisa terjadi akibat adanya nekrosis jaringan akibat pneumonia b. Abses Paru Abses akibat aspirasi paling sering terjadi pada segmen posterior lobus atas dan segmen apikal lobus bawah, dan sering terjadi pada paru kanan, karena bronkus utama kanan lebih lurus dibanding kiri Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya diekspektorasikan keluar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan udara, kadang-kadang abses ruptur ke rongga pleura sehingga terjadi empiema. 2. Infeksi Diluar Paru a. Trauma Pembedahan Pembedahan thorak yang tidak steril dapat mengakibatkan masuknya kuman ke rongga pleura sehingga terjadi peradangan di rongga pleura yang dapat menimbulkan empiema. Akibat instrument bedah, rupturnya esophagus, bocornya anastomis esophagus dan fistula bronkopleural yang diikuti dengan pneumonektomi 3. Bakteriologi a. Staphilococcus aureus Bakteri ini adalah bakteri gram positif dengan sifatnya yang dapat menghemolisa darah dan mengkoagulasi plasma. Bakteri ini tumbuh dalam keadaan aerob, bakteri ini dapat memproduksi eksotoksin yang dapat menghemolisis eritrosit, kemudian leukocidin yang dapat membunuh leukosit, dan menyebabkan peradangan pada rongga pleura 3. KLASIFIKASI dan STADIUM Empiema dibagi menjadi dua: 1. Empiema Akut Empiema akut disebabkan oleh infeksi akut di paru atau diluar paru. Mungkin pada fase infeksi, cairan tidak tampak sebagai pus tetapi sebagai cairan jernih kuning atau kekuning-kuningan. Sering timbul endapan fibrin sehingga sulit mengeluarkan nanahnya.
Empiema dapat berasal dari radang paru seperti pneumonia atau abses. Infeksi dari luar dapat disebabkan oleh trauma atau secara iatrogenic. Abses amuba atau infeksi pleuritis eksudativa juga dapat mengakibatkan mengakibatkan empiema akut; akhirnya harus disebut juga fungus sebagai penyebab 2. Empiema Kronik Empiema disebut kronik bila paru sudah tidak bisa mengempis lagi ketika rongga pleura dibuka atau ketika dibuat hubungan langsung dengan dunia luar, umumnya keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya fibrin yang merupakan pembukus tebal (sampai 1 cm) dan keras yang disebut korteks empiema. Karena adanya korteks ini paru tidak dapat menguncup bila rongga pleura dibuka. Kadang empiema menembus dinding dada sampai menyebabkan fistel kulit. Keadaan ini disebut empiema nesesitasis. Apabila pleura parietalis dan viseralis menyatu pada tempat tertentu terjadi yang disebut lakunasi, sehingga empiema terdapat dibeberapa ruang. Karena kronik ini dapat terjadi karena penyebab
empiema
tidak
dihilangkan,
mungkin
juga
karena
adanya
benda
asing.
Ada tiga stadium empiema toraks yaitu: 1. Stadium 1 disebut juga stadium eksudatif atau stadium akut, yang terjadi pada hari-hari pertama saat efusi. Inflamasi pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi penimbunan cairan pleura namun masih sedikit. Cairan yang dihasilkan mengandung elemen seluler yang kebanyakan terdirir atas neutrofil.stadium ini terjadi selama 24 – 72 jam dan kemudian berkembang menjadi stadium fibropurulen. Cairan pleura mengalir bebas dan dikarakterisasi dengan jumlah darah putih yang rendah dan enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang rendah serta glukosa dan pH yang normal, drainase yang dilakukan sedini mungkin dapat mempercepat perbaikan. 2. Stadium 2 disebut juga dengan stadium fibropurulen atau stadium transisional yang dikarakterisasi dengan inflamasi pleura yang meluas dan bertambahnya kekentalan dan kekeruhan cairan. Cairan dapat berisi banyak leukosit polimorfonuklear, bakteri dan debris seluler. Akumulasi protein dan fibrin disertai pembentukan membrane fibrin, yang membentuk bagian atau lokulasi dalam ruang pleura. Saat stadium ini berlanjut, pH cairan pleura dan glukosa – 10 hari dan sering menjadi rendah sedangkan LDH meningkat. Stadium ini berakhir setelah 7 – 10 membuntuhkan
penanganan
yang
lanjut
seperti
torakostomi
dan
pemasangan
tube.
3. Stadium 3 disebut juga stadium organisasi (kronik). Terjadi pembentukan kulit fibrinosa pada membrane pleura, membentuk jaringan yang mencegah ekspansi pleura dan membentuk lokulasi
intrapleura yang menghalangi jalannya tuba torakostomi untuk drainase. Kulit pleura yang kental terbentuk dari resorpsi cairan dan merupakan hasil dari proliferasi fibroblast. Parenkim paru menjadi terperangkap dan terjadi pembentukan fibrotoraks. Stadium ini biasanya terjadi selama 2 – 4 – 4 minggu setelah gejala awal. 4. PATOFISIOLOGI Mekanisme penyebaran infeksi sehingga mencapai rongga pleura : 1. Infeksi paru, infeksi paru seperti pneumonia dapat menyebar secara langsung ke pleura, penyebaran melalui sistem limfatik atau penyebaran secara hematogen. Penyebaran juga bisa terjadi akibat adanya nekrosis jaringan akibat pneumonia atau adanya abses yang ruftur ke rongga pleura. 2. Mediastinum, kuma-kuman dapat masuk ke rongga pleura melalui tracheal fistula, esofageal fistula, asanya abses di kelenjar mediastinum 3. Subdiafragma, asanya proses di peritoneal atau di visceral dapat juga menyebar ke rongga pleura 4. Inokulasi langsung, inokulasi langsung dapat terjadi akibat trauma, iatrogenik, pasca operasi. Pasca operasi dapat terjadi infeksi dari hemotoraks atau adanya leak dari bronkus. Proses infeksi di paru seperti pneumonia, abses paru, sering mengakibatkan efusi parapneumonik yang merupakan awal terjadinya empiema, ada tiga fase perjalan efusi parapneumonik, fase pertama atau fase eksudatif yang ditandai dengan penumpukan cairan pleura yang dteril dengan cepat dirongga pleura. Peumpukan cairan tersebut akibat peninggian permeabilitas kapiler di pleura visceralis yang diakibatkan pneumonitis. Cairan ini memiliki karakteristik rendah lekosit, rendah LDH, normal glukosa, dan normal pH. Bila pemberian antibiotik tidak tepat, bakteri yang berasal dari proses pneumonitis tersebut akan menginvasi cairan pleura yang akan mengawali terjadinya fase kedua yaitu fase fibropurulen pada fase ini cairan pleura mempunyai karakteristik PMN lekosit tinggi, dijumpai bakteri dan debris selular, pH dan glukosa rendah dan LDH tinggi. Pasa fase ini, penanganan tidak cukup hanya dengan antibiotik tetapi memerlukan tindakan lain seperti pemasangan selang dada. Bila penanganan juga kurang baik, penyakit akan memasuki fase akhir yaitu fase organization. Pada fase ini fibroblas akan berkembang ke eksudat dari permukaan pleura visceralis dan parietalis dan membentuk membran yang tidak elastis yang dinamakan pleural feel. Pleural feel ini akan menyelubungi paru dan menghalangi paru untuk mengembang. Pada fase ini eksudat
sangat kental dan bila penanganan tetap tidak baik, penyakit dapat berlanjut menjadi empiema. 5. MANIFESTASI KLINIS a. Empiema Akut Dari anamnesis ditemukan batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi paru atau bronkopneumonia, atau terdapat gejala dan tanda yang sesuai dengan penyebab lain. Biasanya penderita mengeluh nyeri dada kalau cairan belum banyak. Penderita tampak sakit berat, pucat, sesak napas, dan mungkin terdapat napas cuping hidung. Pada palpasi, fremitus vocal melemah, pada perkusi ditemukan pekak yang memberikan gambaran garis melengkung, sedangkan auskultasi mungkin memperdengarkan krepitasi, bising napas yang hilang, atau ronki yang menghilang di batas cairan. b. Empiema Kronik Dari anamnesis dapat diketahui apakah ada penyakit yang sudah lama diderta, misalnya tuberculosis paru, bronkiektasis, abses hepar, abses paru, atau kanker paru. Pada pemeriksaan biasanya keadaan umum tidak baik, demam, gizi kurang, dada yang terkena lebih kecil dari yang sebelah, dan gerakan pernapasan tertinggal baik pada akhir inspirasi atau ekspirasi. Pada palpasi fremitus vocal sering meninggi tetapi kadang-kadang melemah. Perkusi redup sampai pekak tergantung dari keadaan fibrosisnya. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan radiologis : - Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral. - Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut dengan D-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh
obliterasi
sudut
kostofrenikus
ipsilateral
pada
gambaran
posteroanterior.
- Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi. - Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula bronkopleural. 2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : - Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir. - Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
3. Pemeriksaan CT scan : -
Pemeriksaan Kadang
CT
scan
dijumpai
dapat
menunjukkan
limfadenopati
adanya
inflamatori
suatu
penebalan
intratoraks
pada
dari CT
pleura. scan
8. PENATALAKSANAAN Prinsip pengobatan pada empiema : 1. Pengosongan ronga pleura dari nanah a. Aspirasi Sederhana Dilakukan berulangkali dengan memakai jarum lubang besar. Cara ini cukup baik untuk mengeluarkan sebagian besar pus dari empiema akut atau cairan masih encer. Kerugian teknik seperti ini sering menimbulkan “pocketed” empiema. USG dapat dipakai untuk menentukan lokasi dari pocket empiema. b. Drainase Tertutup Pemasangan “Tube Thoracostomy” = Closed Drainage (WSD) Indikasi pemasangan drain ini apabila nanah sangat kental, nanah berbentuk sudah dua minggu dan telah terjadi pyopneumathoraks. Upaya WSD juga dapat dibantu dengan penghisapan negative sebesar 10 – 20 cmH2O.Pemasangan selang jangan terlalu rendah, biasanya diafagma terangkat karena empiema. Pilihlah selang yang cukup besar. Apabila tiga sampai 4 mingu tidak ada kemajuan harus ditempuh dengan cara lain seperti pada empiema kronis. c. Drainase Terbuka (open drainage) Karena Menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak
adekuat
sehingga
harus
sering
mengganti
atau
membersihkan
drain.
2. Pemberian antibiotika Antibiotika diberikan secara adekuat sesuai dengan hasil uji resistensi. Dalam keadaan tidak dapat dilaksanakan uji resistensi atau diperkirakan hasil pemeriksaan resistensi akan datang terlambat, pengobatan polifragmasi antibiotika diperlukan dengan mempertimbangkan kuman yang biasanya menyebabkan empiema. Antibiotika polifragmasi tersebut, misalnya kombinasi antara penisilin dan kloramfenikol atau antara ampisilin dan kloksasilin.
3. Penutupan rongga empiema Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilakukan dilakukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti. a. Dekortikasi Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi: 1) Drain tidak berjalan baik Karen banyak kantung-kantung 2) Letak empiema sukardicapai oleh drain 3) Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis b. Torakoplasti Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer. 4. Pengobatan kausal Tergantung penyebabnya misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoebiasis, TB, aktinomeicosis, diobati dengan memberikan obat spesifik untuk masing-masing penyakit. 5. Pengobatan tambahan dan Fisioterapi Dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas 9. KOMPLIKASI Sebagian komplikasi dapat terjadi perluasan per-kontinuitatum misalnya perikarditis purulenta, fistel bronkus, abses paru, piopneumotoraks, osteomielitis tulang iga. Nanah dapat pula menembus dinding toraks sehingga timbul empiema nesesitasis. Perluasan secara hematogen dapat
pula
terjadi
dan
dapat
mengakibatkan
meningitis
dan
arthritis
purulenta.
B. KONSEP DASAR ASKEP 1. Pengkajian Teoritis Lengkap 1. Pengkajian o Biodata Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pakerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi o Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas. o Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang sering muncul antara lain: •Sesak napas • Nyeri dada • Panas tinggi •
Lemah
2.
pemeriksaan
fisik
o
Pengkajian
fisik
•
Peningkatan
•
Penurunan
•
bunyi
Penggunaan
otot
o •
dispnea napas
bantu
pernapasan
Keadaan Klien
kurus,
o
umum
warna
kulit
Thorak
tampak
pucat
/
paru
• Ispeksi: Dada berbentuk barrel chest, dada anterior menonjol, punggung berbentuk kifosis dorsal,
nafas
pendek
•
Auskultasi:
Terdapat
Pada Kaji
o
Kaji
o
Lakukan
o
Kaji
o
auskultasi
bunyi
tidak
datar
terdengarnya
bunyi
fremitus pemeriksaan nyeri pemeriksaan Interaksi
sianosis taktil
tanda
napas pernapasan
adanya
adanya Lakukan
dispenia. fremitus
status
Kaji
o
peningkatan
Penurunan
Perkusi:
o
o
dengan
Palpasi:
• •
persistem
paru
vital
tekan
bila paru
lengkap napas cari social
• Gejala: kurang dukungan system keluarga ( mungkin melibatkan kelompok umur atau prilaku misal
alkoholisme)
• Tanda: perubahan tinggi suara, menolak orang lain untuk memberikan perawatan/ terlibat
dalam
rehabilitasi.
2. 1.
Diagnosa Bersihan
Keperawatan
jalan
nafas
Yang
tidak
Mungkin
efektif
yang
Muncul
berhubungan
a.
dengan:
bronkospasme,
b.
peningkatan
2.
Gangguan
a.
kurangnnya
3.
Perubahan
produksi
secret
(
pertukaran
suplai nutrisi
O2
gas
(obstruksi
kurang
dari
secret
yang
yang
jalan
kental).
berhubungan
napas
kebutuhan
tertahan
oleh
tubuh
secret,
yang
dengan:
bronkospasme.).
berhubungan
a.
dengan anoreksia,
b.
mual,
c.
muntah,
efek
obat,
d.
kelemahan.
4. Perubah perfusi jaringan kardiopulmonar (aktual) dan perifer (risiko tinggi), yang berhubungan
dengan:
a. b.
Gangguan Masalah
5. a.
pertukaran
Ketakutan Dispnea
pada pada
/
alveolar
/
ketidak
yang
darah
/
tingkat
mampuan
untuk
Keperawatan
: RAWAT
DIAGNOSA
:
Ruang
MEDIK
normal mati
Asuhan
NAMA
dengan:
bernapas
akan
Rencana
jaringan
berhubungan
Persepsi
3.
RUANG
tingkat
Kecemasan
berat
b.
aliran
Tn.A
Raflesia
RSUD
:
M.Yunus Empiema
Bengkulu Paru
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 -Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan bronchospasme, sekret kental Setelah dilakukan Bersihan
intervensi jalan
keperawatan nafas
selama efektif
3
X -Bunyi
24jam
di napas
harapkan bersih
-Batuk
efektif
1.auskultasi
bunyi
2.Kaji
napas
frekuensi
pernafasan
3.Catat : Keluhan Dispnea, keluhan lapar udara : Gelisah, distres nafas, penggunaan otot bantu pernafasan
4.Pertahankan lingkungan bebas polusi 1. Derajad spasme broncus (dengan / tanpa obstruksi saluran
nafas)
:
ekspirasi
2.Prose
mengi,
tidak
ada
bunyi
infeksi
nafas,
bunyi
nafas
akut
redup
(tachipnea)
3. Klien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas
4.Pencetus
tipe
reaksi
alergi
pernafasan
yang
dapat
mentriger
episode
akut
2 - Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Obstruksi Jalan Nafas sekunder terhadap penumpukan Setelah
dilakukan
sekret, intervensi
keperawatan
Pertukaran
gas
-Perbaikan
sirkulasi
-GDA -Tanda
Bronchospasme selama
3
X
24jam
dapat
dalam distress
di
harapkan
dipertahankan
dan
oksigenasi
batas
normal
pernafasan
tidak
ada
1.Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot bantu pernafasan dan ketidakmampuan
bicara
karena
sesak
2.Bantu klien untuk mencari posisi yang nenudahkan bernafas, dengan kepala lebih tinggi
3.Bantu
klien
untuk
batuk
efektif
4.Auskultasi suara nafas 1.Evaluasi derajad distress nafas dan kronis atau tidaknya proses penyakit.
2.Suplai
O2
dapat
diperbarui
dalam
latihan
nafas
agar
paru
tidak
kolaps.
3.Batuk efektif membantu mengeluarkan sputum sebagai sumber utama gangguan pertukaran gas.
4.Suara nafas redup oleh karena adanya penurunan penurunan aliran udara/ konsolidasi. Mengi menunjukkan
adanya
bronkospasme
dan
kracles
menunjukkan
adanya
cairan
3 -Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Sesak nafas,anoreksia, Setelah
dilakukan
Status
nutrisi
-Intake
mual,
muntah,
intervensi dapat
efek
keperawatan
dipertahankan
makanan
-Nafsu
selama -BB
dan
obat, 3
X
kelemahan.
24jam
tidak
di
mengalami
harapkan penurunan
cairan
adekuat
makan
meningkat/baik
1.Obserasi intake dan output/8 jam. Jumlah makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB tiap hari
2.Ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan : -
Lakukan
-
Bersihkan
-
Hindari
perawatan
mulut
lingkungan pengunaan
sebelum tempat pengharum
dan
setelah
penyajian berbau
makan makanan menyengat
- Lakukan chest fisioterapi dan nebulizer selambat-lambatnya satu jam sebelum makan -
Sediakan
tempat
1.Mengidentifikasi
yang
adanya
tepat
kemajuan/
untuk
membuang
penyimpanan
dari
tissue/sekret
tujuan
yang
batuk
diharapkan
2.Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. Obat-obatan yang dberikan segera seelah makan dapat mencetuskan mual
dan
muntah.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
(KASUS
FIKTIF)
A.
Pengkajian
lengkap
1.
Data
Biografi
Nama
:
Tn.
A
Umur
No
:
Rejang/Indonesia
perkawinan
:
Agama
Sudah
Menikah
:
ISLAM
Pendidikan
:
Pekerjaan
SLTA
:
Alamat
:
Tanggal
rumah
2. Nama/umur
:
Keluarga :
Dewa
sakit
pengkajian kedatangan
Swasta
Pagar
masuk
Tanggal
:
:
Kursi
Roda
(
),
terdekat
Ny.A.
S/
45
Tahun
Desember
No.
(
),
dapat Telepon
:
informasi
(
)
085366336196
Pedagang
Pagar :
Brankar
SLTA
: :
2010
dihubungi:
:
Pekerjaan
2010
Desember
Ambulance yang
Bengkulu
01
01
Pendidikan
Sumber
01121992 Tahun
:
Status
Alamat
:
50
Suku/bangsa
Catatan
Register
Dewa Pasien,
Keluarga
Bengkulu Pasien
B.
Diagnosa
keperawatan
yang
muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi
secret
(secret
yang
tertahan
kental).
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurangnya suplai O2 (obstruksi jalan nafas
oleh
secret,
bronkospasme,
dan
terperangkapnya
udara),
destruksi
alveoli.
3. Gangguan nutrisi yang kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, efek samping
C.
pengobatan,dan
NCP
(Nursing
NAMA RUANG
produksi
Care
: RAWAT
DIAGNOSA
:
sputum.
Planing Tn
Ruang
Raflesia
MEDIK
A
RSUD
:
)
M.Yunus Empiema
Bengkulu Paru
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 -Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan bronchospasme, sekret kental Setelah dilakukan Bersihan
intervensi jalan
keperawatan nafas
selama
menjadi
efektif
-Batuk 1.auskultasi
2.Kaji
3
X
24jam -Bunyi
di napas
harapkan bersih efektif
bunyi
frekuensi
napas
pernafasan
3.Catat : Keluhan Dispnea, keluhan lapar udara : Gelisah, distres nafas, penggunaan otot bantu pernafasan
4.Pertahankan lingkungan bebas polusi 1. Derajad spasme broncus (dengan / tanpa obstruksi
saluran
nafas)
:
ekspirasi
2.Prose
mengi,
tidak
ada
bunyi
infeksi
nafas,
bunyi
nafas
akut
redup
(tachipnea)
3. Klien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas
4.Pencetus
tipe
reaksi
alergi
pernafasan
yang
dapat
mentriger
episode
akut
2 - Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Obstruksi Jalan Nafas sekunder terhadap penumpukan Setelah
sekret,
dilakukan
intervensi
keperawatan
Pertukaran
gas
-Perbaikan
sirkulasi
-GDA
Bronchospasme selama
X
24jam
dapat
dalam
-Tanda
3
distress
di
harapkan
dipertahankan
dan
oksigenasi
batas
normal
pernafasan
tidak
ada
1.Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot bantu pernafasan dan ketidakmampuan
bicara
karena
sesak
2.Bantu klien untuk mencari posisi yang nenudahkan bernafas, dengan kepala lebih tinggi
3.Bantu
klien
untuk
batuk
efektif
4.Auskultasi suara nafas 1.Evaluasi derajad distress nafas dan kronis atau tidaknya proses penyakit.
2.Suplai
O2
dapat
diperbarui
dalam
latihan
nafas
agar
paru
tidak
kolaps.
3.Batuk efektif membantu mengeluarkan sputum sebagai sumber utama gangguan pertukaran gas.
4.Suara nafas redup oleh karena adanya penurunan penurunan aliran udara/ konsolidasi. Mengi menunjukkan
adanya
bronkospasme
dan
kracles
menunjukkan
adanya
cairan
3 -Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Sesak nafas,anoreksia,
mual,
Setelah
dilakukan
Status
nutrisi
muntah,
intervensi dapat
-Intake
efek
keperawatan
dipertahankan
makanan
-Nafsu
selama -BB
obat, 3
X
24jam
tidak
dan
kelemahan. di
mengalami
harapkan penurunan
cairan
adekuat
makan
meningkat/baik
1.Obserasi intake dan output/8 jam. Jumlah makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB tiap hari
2.Ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan : -
Lakukan
perawatan
-
Bersihkan
-
Hindari
mulut
sebelum
lingkungan
dan
tempat
pengunaan
setelah
makan
penyajian
pengharum
berbau
makanan menyengat
- Lakukan chest fisioterapi dan nebulizer selambat-lambatnya satu jam sebelum makan -
Sediakan
1.Mengidentifikasi
tempat
yang
adanya
tepat
kemajuan/
untuk
membuang
penyimpanan
dari
tissue/sekret
tujuan
yang
batuk
diharapkan
2.Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. Obat-obatan yang dberikan segera seelah makan dapat mencetuskan mual
dan
D. No 1
muntah.
Analisa Data
Data Etiologi
Masalah DS:
•
Kllien
•
Klien
mengeluh
susah
menyatakan
untuk
susah
bernafas
mengeluarkan
sekret
DO: •
Klien
•
menggunakan
otot
Mengi,
•
Batuk
TD ND
cracles
dengan
produksi
=
=140/90
mm/hg 120
x/c
=
35,5
• •
sputum
TTV
=
S
pernapasan
ronchi,
menetap
•
bantu
Bronkopasme Peningaktan
Bersihan
produksi jalan
sekret(sekret
yang
nafas
tertahan, tidak
efektif
2 •
kental)
DS: Klien
•
menyatakan
sulit
Klien
mengeluarkan
mengeluh
sekret gelisah.
DO: •
Dispnea.
•
Perubahan
tanda
vital
• Penurunan toleransi aktivitas • Kurang nya suplai O2 ( obtruksi jalan nafas oleh sekret, bronkopisme •
dan Bronchospasme
terperangkapnya Gangguan
udara)
pertukaran
3 • • •
gas DS:
Klien Klien Klien
menyatakan
tidak
menyatakan mnyatakan
nafsu
penurununan adanya
untuk
makan
berat
badan
perubahan
sensasi
rasa
DO: • • •
Klien Klien
letih, Efek
tampak lelah,
lesu samping
kurus •
Dispenia pengobatan
Kekurangan
nutrisi
E.
Implementasi
Nama
dan
Evaluasi
Klien
Ruang
Rwat
:
:
Ruang
Diagnostik Hari/tanggal
Tn
Raflesia
Medik
RSUD
M.
:
Diagnosa
(SOAP)
A Yunus
Empiema
keperawatan
Bengkulu Paru
Implementasi
Evaluasi
Jum’at 05/12/2010 Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan bronkospasme •
Peningkatan
•
produksi
bronchospasme
•
Jam
10.00
Mengausk ultasi ultasi
•
sekret WIB
bunyi
Mengkaji
napas
frekuensi
napas
• Mencatat : keluhan dispnea, gelisah, distress napas, penggunaan otot bantu pernapasan •
Mempertahankan
lingkungan
Jam
bebas
polusi
14.00
WIB
S: •
Klien
mengatakan
•
Klien
lebih
bernapas mudah
lebih
mudah
mengeluarkan me ngeluarkan
sekret
O: • TD
TTV =
ND
DBN –
120 =
=
–
130/80 60
85 -100
RR = Klien
• •
x/I =
S •
mm/hg
tidak
36,3
menggunakan
otot
Mengi, Batuk
menetap
bantu
ronchi, dengan
pernapasan cracles
produksi
sputum
A: • P:
Masalah
teratasi
sebagian
•
Intervensi
di
lanjutkan
Sabtu, 08-12 2011 - Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Obstruksi Jalan Nafas sekunder
terhadap
penumpukan
Jam
sekret,
Bronchospasme
12.00
WIB
mandiri • Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, mencatat penggunaan otot bantu pernapasan pernapasan dan
ketidakmampuan
bicara
karena
sesak
• Membantu klien untuk mencari posisi yang memudahkan bernapas, dengan kepala lebih tinggi •
Membantu
•
klien
untuk
batuk
Mengauskultasi
Jam
suara
efektif napas
15.00
WIB
S: • •
Klien
menyatakan Klien
mudah menyatakan
untuk
mengeluark an an gelisahnya
secret berkurang
O: •
Dispnea
•
Tanda
•
Klien
•
Aktivitas
berkurang vital
membaik
mudah
untuk
bernapas
klien
mulai
membaik
A: •
Masalah
teratasi
P: •
Intervensi
dihentikan
Senin, 10-12- 2010 -Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Sesak Jam
nafas,anoreksia,
mual,
muntah, 11.00
efek
obat,
kelemahan. WIB
• Mengobservasi intake dan output/8 jam, jumlah makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB tiap
hari
• Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan: -
Melakukan
perawatan
-
Membersihkan
-
Menghindari
mulut
lingkungan penggunaan
sebelum
dan
setelah
tempat
penyajian
pengharum
berbau
makan makanan menyengat
- Menyediakan tempat yang tepat untuk membuang tissue/secret batuk Jam 15.00 WIB S: •
Klien
•
Klien
menyatakan
nafsu
menyatakan
makannya
berat
badannya
membaik normal
O: • •
Klien Klien
tampak menyatakan
letihnya
gemuk berkurang
A: •
masalah
teratasi
P: •
BAB
intervensi
dihentikan
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari materi yang penulis buat dalam makalah yang cukup sederhana ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyakit empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) dalam rongga pleura, yang dapat mengisi rongga pleura, empiema sering disebabkan oleh kuman staphylococcus,
pneumococcus.
Bentuk klinis empiema terdiri atas empiema akut yang merupakan sekunder dan empiema kronis yang berlangsung lebih dari tiga bulan, prinsip pengobatan empiema yaitu berupa pengosongan nanah,
antibiotika,
penutupan
rongga
pleura,
pengobatan
kausal,
dan
pengobatan
tambahan.Untuk itu, kita sebagai umat atau manusia yang cerdas, tentu kita harus menjaga kesehatan
dengan
menghindari
factor-faktor
resiko
penyebab
penyakit
tersebut.
B.Saran Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari tentu banyak terdapat kesalahan dan kekurangn dalam penusunan kosep makalah dan konsep askep diatas. Untuk itu penulis sangat mengharapkan dukungan yang berupa kritik dan masukan yang membangun agar kedepan lebih baik. Dan penulis juga berharap, melalui makalah yang sangat sederhana ini, kita sebagai manusia yang berakal dan mandiri harus menghindari diri dari fakto-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Price & Wilson.2002.Patofisiologi Bagian Klinis Proses-Proses Penyakit.JAKARTA:Buku kedokteran Brunner
EGC &
suddarth,
keperawatan
medical
bedah
Sjamsu hidayat. & dejong, Wim. Ilmu bedah. Jakarta: EGC. 1998
edisi
8.
Jakarta:EGC.1998