ESENSI DAN URGENSI NILAI-NILAI SPIRITUAL ISLAM SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN DALAM PEMBANGUNAN BANGSA YANG BERKARAKTER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Agama Islam DosenPengampu: Fathurrohman, S. Ag, M. Pd
Oleh : Asa Faudhatul Inaah !"!#"$!#"##%" !&
P&'DIDIKA' (A)ASA I'**+IS FAKUTAS K&*U+UA' DA' IMU P&'DIDIKA' U'I-&+SITA U'I-&+SI TAS S SI'*AP&+(A S I'*AP&+(A'*SA '*SA KA+AA'* KA+AA'* %#!"
ESENSI DAN URGENSI NILAI-NILAI SPIRITUAL ISLAM SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN DALAM PEMBANGUNAN BANGSA YANG BERKARAKTER
Asya Faudhatul Inayyah
Fakutlas Keguruan dan Ilmu Pendidikan /l. ).S. +onggo0aluo +onggo0aluo Teluk /am1e Kara0ang 2!$"! &mail: !"!#"$!#"##%"3student.unsika.a4.id ABSTRACT
More More than than t0o t0o 4ent 4entur urie ies, s, Islam Islam a44o a44out utere eredd 0ith 0ith atta atta4k 4k o5 4i6il 4i6ili7 i7ati ation onss and and per4eptions o5 the other 0orld, 0hi4h threatened e6er tea4hing o5 the religion. The atta4k has 4orrupted man parts o5 Islami4 4i6ili7ation, 0hi4h 0ere 1uilt o6er the 4entur 4enturies. ies. For the 4entur 4enturies, ies, Islam Islam esta1li esta1lishe shedd his politi politi4al 4al indepe independe nden4e n4e almost in 0hole part o5 the 0orld. The modern est domination o6er religion, philosoph, philosoph, 4ulture, art, politi4s, so4ial li5e and others has 4ontinued penetrating the depth and 0idth o5 Dar al8Islam, 0hi4h has threatened not onl traditional institutions o5 Muslim 4ommunit 1ut also Islam as a religion. *uidan4e and solution to o6er4ome these pro1lems 1e4ome more di55i4ult not onl 4aused 1 the 4omple9it and 4haos o5 modernit 1ut is also als o 4ontri1uted 1 maorit Muslim 0ho ignore the tea4hing o5 their 5aith. Pragmati48empiri4 li5estle deepl 1rings human to 5orget the e9istential dimension o5 sel5 as 4reation that are responsi1le to himsel5 and *od. It is that led to destru4tion o5 human 4i6ili7ation. So that it is urgent 5or 4lergies to put 5or0ard their moti6ation and 4ons4iousness to 1e uni6ersal la0 ;moral< to gauge their a4ti6ities. The nation=s 4hara4ters that is supposedl in the 5rame o5 uni6ersal la0 as determinant o5 one 4i6ili7ation no0 shi5t to and is repla4ed 1 earthl positi6e8empiri4 la0, 0hi4h led a state to the destru4tion destru4tion and the a1e4tion. a1e4tion. This arti4le o55ers the philosoph philosoph o5 religion as an altern alternati6 ati6ee to o6e o6er4o r4ome me the nation nation pro1le pro1lems. ms. Throu Through gh pra4ti pra4ti4in 4ingg ration rational8 al8 philosophi4al thinking ;philosoph< and msti4 8spiritual ;religion< methods e6enl in the perspe4ti6e o5 philosoph o5 religion, the 0riter attempts to analses the nation pro1lem and pro6ide alternati6e thoughts to sa6e the 4i6ili7ation. Ke ord: ord: Filsa5at, Agama, Perada1an dan )ukum Uni6ersal .
BAB I PENDAHULUAN
(er1i4ara tentang pro1lem kehidupan ang dihadapi manusia 1aik se1agai indi6idu, kelompok maupun se1agai 1angsa dalam konteks sekarang ini sangat melelahkan. )al ini dise1a1kan oleh 1er1agai peristi0a ang teradi semakin menulut api keka4auan, ang 1er0aah kon5lik dan 1enturan perada1an. Istilah karakter 1angsa uga terkait erat dengan keadaan negara ang 4arut marut di 1er1agai 1idang. Karakter 1angsa kini semakin terpuruk dan sedang 1erada di titik nadir kehidupan. Per1aikan karakter 1angsa merupakan salah satu kun4i terpenting agar 1angsa ang 1esar umlah pendudukna ini dapat keluar dari krisis ang 1erkepanangan. Sudah )a1is Teori di *udang> demikian ungkapan Pro5essor Mah5ud MD mena0a1 pertanaan mahasis0a tentang teori apa lagi ang dapat digunakan untuk mem1a0a 1angsa ini keluar dari krisis. (angsa Indonesia memang gudangna teoritikus, ang nampak garang dan gagah, manakala mendiskusikan dan merumuskan se1uah konsep, namun hampir menadi nihil, 1ahkan 1ertotak 1elakang dalam aplikasina. Tidak sesuai antara kata dan per1uatan. Ungkapan ang demikian sering uga diu4apkan oleh para da=i kondang seperti ?ainuddin M? ang 1erusaha men4ari solusi 1agi keterpurukan 1angsa di tanah air. @ang le1ih menedihkan lagi adalah ika melihat ke dalam, ditemukan 5akta 1ah0a maoritas komponen 1angsa 1erani mengklaim dirina se1agai 1angsa ang religius. (anak orang mengatakan 1ah0a nilai8nilai religiusitas ang diakini menadi 1agian integral 1angsa Indonesia, ustru diaplikasikan dalam keseharian oleh 1angsa81angsa mau ang nota1ene sekuler. (angsa kita gagal dalam melakukan internalisasi nilai8nilai luhur ang 1erasal dari Tuhan menadi perilaku keseharian. Sedangkan 1angsa lain memeras otak mereka dan menghasilkan prinsip hidup ang terealisir. 'ilai8nilai luhur 1angsa Indonesia elas le1ih unggul, karena maoritas umatna memeluk agama Islam. Oleh karena itu perlu usaha keras dan luar 1iasa untuk melakukan internalisasi. Internalisasi
nilai8nilai religius uni6ersal menadi tolok ukur setiap tindakan 1angsa ang 1ermarta1at. Modernisme telah gagal me0uudkan per1aikan perada1an. Ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kese0enangan dan penalahgunaan otoritas seperti tampak pada pre5ensi8pre5ensi ang sering kali medahului hasil penelitian. Modernisme gagal, karena ia telah menga1aikan nilai8 nilai spiritual transsendental se1agai pondasi kehidupan. Aki1atna, dunia modern tidak memiliki piakan ang kokoh dalam me1angun perada1anna. Modernitas kurang memperhatikan dimensi mistik dan meta5isik eksistensi agama dan nilai8 nilai kemanusiaan, ang mengaarkan ke1enaran dan spiritualitas se1agai dasar pem1entukan moral uni6ersal, karena terlalu menekankan pada aspek 5isik indi6idual. Tulisan ini ingin mengkai rele6ansi Filsa5at Agama 1agi upaa mem1angun karakter 1angsa ang 1erkeada1an melalui metode 1erpikir dua arah ang diterapkan dalam pola studi relasi antara Filsa5at dan Agama, aitu perpaduan antara metode rasional85iloso5is dengan mistis8spiritualis. Se1a1 dalam peralan ilmu pengetahuan dan perada1an 1angsa modern, 1aik di Timur maupun (arat menekankan pada salah satu dari dua metode terse1ut. Dengan sistem metodologi 1erpikir ang seim1ang, makna ang terkandung dalam agama dapat diungkap se4ara o1ekti5 dan rasional. Diharapkan tulisan ini uga dapat mem1eri kontri1usi pemikiran dalam upaa menemukan a0a1an 1agi krisis moral 1angsa. Usaha ini dilakukan 1ertuuan untuk mengantarkan manusia pada penemuan ati dirina melalui nilai8nilai 5iloso5is kehidupan ang diaarkan dalam Agama. )ana orang8orang ang 1eragama dengan akal ang ernih dan matang dalam 1erpikir ang dapat mengaktualisasi pikiran dan tindakan ang sesuai dengan tuntunan Ilahi. Memahami agama melalui perspekti5 5ilsa5at memungkinkan pen4apaian hal ini. Setidakna mengingatkan kem1ali 1ah0a Indonesia adalah se1uah negeri maoritas Muslim ang religius dan sangat menunung tinggi nilai8nilai moral, se1agaimana tertuang dalam Falsa5ah 'egara: Pan4asila dan UUD 2.
BAB II PEMBAHASAN
A. Aa!a dan B"ntu#an Anta# P"#ada$an
Agama di satu sisi merupakan rahmat 1agi seluruh umat manusia dan mengaarkan manusia menadi ari5B1iaksana. Tetapi pertempuran dan peperangan atas nama agama terus teradi, 1ahkan mungkin tidak mengenal titik akhir. Ada anggapan, semuana itu lahir karena 5anatisme 1eragama ang penganutna mengklaim ke1enaran a1solut agamana masing8masing. Dapat uga dise1a1kan oleh upaa masing8masing kelompok 1eragama untuk 1erdialog men4apai kedamaian. Oleh karena upaa ini gagal, maka agama se1agai rahmatan lilalamin, 1eru1ah 0aahna menadi petaka atau 4haos. Fakta menunukkan 1ah0a kon5lik dan peperangan antar umat 1eragama masih menghiasi searah umat manusia. Apa se1etulna akar kon5lik antar umat 1eragama dan mengapa dalam perkem1anganna kemudian agama tampil dalam 0aah ang keam dan 1eringasC Peru1ahan 1esar ini 1enar81enar mempengaruhi kehidupan manusia, sehingga 1erpotensi lahirna 1er1agai 1entuk respons keagamaan. Seumlah gerakan mun4ul dalam 1entuk ang 1eragam dan ide8ide 1esar telah di5ormulasikan untuk merespon tantang8tantangan 1aru ang dihadapi agama8 agama, 1aik ang mapan maupun ang tidak mapan. Di 1e1erapa negara uga mulai mun4ul perde1atan intensi5 mengenai hu1ungan agama dengan negara, serta pertarungan antara kekuatan8kekuatan sekuler dengan agama. (ahkan se1agian pemerintah mulai menerapkan sistem pemerintahan ang mengedepankan modernisasi, mengikuti model sosialis, kapitalis li1eral atau pengga1ungan keduana, tetapi dengan model statis. Seringkali kelompok elit politik pemerintahan,
memandang
agama
se1agai
ham1atan
modernisasi
dan
rasionalisasi. (e1erapa negara uga mempersempit ruang gerak agama dan mem1atasi agama pada 0ilaah personal, 1ahkan negara8negara sosialis terli1at se4ara akti5 dalam propaganda anti8agama. Apa1ila ditinau le1ih auh dan memandang agama se1agai persoalan mendasar 1agi makna kehidupan manusia, maka dalam
perspekti5 Filsa5at Agama atau perspekti5 ahli hikmah, suatu pemikiran ang menganggap 1ah0a se4ara perlahan8ahan modernisasi pasti dan otomatis akan melahirkan sekularisasiE, elas merupakan pikiran ang menesatkan. /ustru ang teradi adalah se1alikna, agama akan le1ih siap apa1ila ditantang dan umat 1eragama uga akan intens 1erpikir untuk menelamatkan agamaa, ketika marakna mun4ul gerakan atau teror agama dan pada saat itu pula teradi peningkatan kehidupan keagamaan. Idrus Shaha1, (eragama dengan Akal /ernih, (ukti8(ukti Ke1enaran Iman dalam (ingkai ogika, ;/akarta, Seram1i Ilmu Semesta, %##<, %2# Aaran Islam merupakan satu8satuna sum1er mentalitas 1angsa. Ke1angkitan Islam dalam makna ang paling dalam, merupakan 5ase akhir dari hu1ungan antara Islam dan (arat. Ini merupakan per0uudan dari penerimaan modernitas, penolakan terhadap 1udaa (arat dan rekomitmen terhadap Islam se1agai petunuk hidup dalam dunia modern. Seorang pea1at tinggi Saudi Ara1ia, mengatakan 1ah0a Islam 1ukan sekedar agama, tetapi uga se1agai 0a o5 li5e. Umat Islam memang ingin melakukan modernisasi, tapi 1ukan 0esternisasi. Persoalanna, di1alik 0uud eksistensial agama ang menanikan kedamaian dan keseahteraan, ustru ang teradi dalam realitas semakin menunukkan ketimpangan dan ketidak8adilan di segala lini kehidupan. Ini ang mem1uat para ahli pikir keha1isan akal dan teori. Dalam perkem1angan selanutna 1ahkan sampai saat ini, hu1ungan antara negara dengan perada1an menadi semakin sulit dan tidak arang menunukkan ke4enderungan ang antagonistik. (e1erapa hu1ungan inter dan antar perada1an le1ih mengarah pada kon5lik daripada 1entuk81entuk hu1ungan lainna. Kegagalan humanisme semakin mempertaan ketidaksesuaian terse1ut. 'amun, salah satu 5akta politik terpenting a1ad ke8%# ang tidak diingkari dan terukir dalam searah perada1an 1angsa adalah, sekalipun dengan segala penindasan selama tuuh puluh tahun, Uni So6et tidak mampu menghan4urkan 1enteng gerea Ortodok +usiaE. Ini salah satu 1ukti 1esar dan sangat 5iloso5is ditunukkan oleh Mal4olm Muggeridge, ketika meraakan ultahna ang ke8 Ia mem1uktikan 1ah0a agama mampu mele0ati 1adai ang selalu menghantamna. Ketika menemukan tempat 1ah0a
tidak ada masarakat tanpa agama, para antropolog uga melihat agama memiliki kemampuan adaptasi ang luar 1iasa. Sementara para neurolog, menemukan man5aat agama pada struktur otak manusia sendiri. Seketika pena5sir otak8kiri 1ekera dan akti5 merenungkan dalam pen4arian konsistensi dan pemahaman apapun, maka keper4aaan agama menadi tidak terelakkan lagi. Fhilip +ie55, merumuskan inti pernataan Frued ini pada saat menamakan agama se1agai lem ang menatukan 1er1agai komunitas, seraa menam1ahkan 1ah0a melemahna ikatan ini pada a1ad ke8%#, telah mengu1ah pertanaan Do6toesk, Dapatkah orang 1erada1 per4aaCE menadi Dapatkah orang tidak per4aa 1erada1C Diktum ang paling terkenal dari Andrem Malraau9 adalah 1ah0a a1ad ke %# 0atak perada1an entah menadi religius atau hilang sama sekaliE. Ungkapan seperti di atas perlu se1agai tantangan 1agi umat 1eragama untuk memikirkan agama mereka. Tanpa tantangan, agama akan statis dan tidak menarik untuk diper1in4angkan. Ini merupakan indikasi elas 1ah0a para pemikir kontemporer kem1ali se4ara serius mengkai agama, namun itu semua 1elum menentuh pertanaan seputar ke1enaran agama dan kepentingan nilai religius 1agi kehidupan dan pem1entukan perada1an 1angsa ang 1erkarakter. Dalam Islam, spirit humanis hana akan 1isa 1eralan dalam garis dialog antara Tuhan, manusia dan searah kehidupanna. (ersandingna Islam dengan spirit humanis, sangat tergantung pada 1agaimana agama itu dipahami. /ika agama dipahami se1atas doktrin, dengan semangat kepatuhan, ketundukan dan penga1dian kepada Tuhan, maka humanisme akan menentang keperkasaan Tuhan. Tetapi ika agama dipahami dalam konteks historisna, maka akan mun4ul 1enang merah 1ah0a sesungguhna agama tidak lain 1ertuuan untuk ad6okasi kemanusiaan. Tidak satu pun agama mengaarkan kon5lik atau kekerasan, semua agama mengaarkan kedamaian, 1aik perspekti5 teologis maupun 5iloso5is. Peran agama adalah menelamatkan i0a manusia, se1a1 manusia akan diadili se4ara indi6idu 1ukan se4ara kolekti5. 'orma ideal perada1an ang dikem1angkan pemikiran kaum agama0an dan 5ilsu5 pada umumna adalah mem1angun keadilan dan menunung tinggi nilai persamaan di hadapan hukum
Tuhan. Praktik ekonomi ang adil, distri1usi kekaan ang seim1ang, dengan tetap mengakui hak kekaaan pri1adi serta mendorong kemauan ekonomi, perlakuan ang sama kepada seluruh manusia, 1aik Muslim maupun non8Muslim dapat hidup 1erdampingan dan damai dan men4iptakan lingkungan sosial keagamaan ang didalamna ke1eradaan @ang TransendenE Gistilah ke5ilsa5atan tentang Tuhan Gtidak pernah dilupakan. Dalam masarakat ang 1erada1, ikatan kekeluargaan seperti ini sangat dihormati, mele1ihi dari ikatan kesukuan, karena meletakkan ke1enaran dan kemeslahatan di atas segala hal. Dalam kehidupan 1ernegara menaga perdamaian dan mengem1angkan keharmonisan sosial, merupakan sarat muthlak. Apa1ila otoritas moral dipersetankan dan norma8norma agama dispelekan oleh penguasa politik dalam suatu negara, maka 0arga negara ang 1erada1 1erhak untuk mem1erontak dan memperuangkan pendirian kem1ali suatu ketentraman ang didasarkan pada norma8norma etika dan hukum Tuhan. Tingkatan kualitas 1angsa ang 1erada1 didasarkan pada kualitas ketaatan pada agama dan ilmu pengetahuan, di mana kedua hal ini terkait erat dalam tuuan hakiki kemanusiaan. Deraat kemanusiaan ang paling tinggi terletak pada ketak0aan dan ketinggian ilmu ang dimilikina. Apa1ila sikap dan ke1iasaan ini dapat diterapkan dalam kehidupan 1ernegara, maka tidak sulit mem1angun se1uah perada1an 1angsa ang mau dan 1erkarakter, se1a1 mem1angun karakter 1angsa 1ukan se1uah usaha ang 1enar81enar mentah dan harus di4ari di luar diri manusia. Karakter ang 1erkeada1an ustru 1agian dari pri1adi mulia ang sudah tertanam seak a7ali dalam diri manusia. Kehadiran dimensi transendental ;Tuhan< dalam hati manusia, merupakan 1ukti eksistensial ke1eradaan manusia se1agai makhluk ang 1ermarta1at. Marta1at manusia merupakan karakter ang 1ersi5at primordial, su4i, sakral dan mulia, hana dunia ang kotor ini telah mem1uat 5itrah hakiki kemanusiaan ang primordial menadi ter4emari oleh kemuna5ikan. Kant, dalam 1ukuna e4tures on &thi4 mengatakan 1ah0a marta1at manusia mengatasi segala hargaE. Oleh karena itu penting memaknai kem1ali kehidupan dalam arti ang luas dan uni6erasal, se1a1 keadaan terus 1eru1ah mengikuti arah
7aman, manusia uga harus terus melakukan peru1ahan dan trans5ormasi sosial kearah ang le1ih 1aik dan 1erkeada1an. D. S%n%&%'ans% F%lsa&at Aa!a $a% U(aya M"!$anun Ka#a't"# Bansa Yan B"#ada$ Rasulullah d%utus '" $u!% untu' !"!("#$a%'% a'hla' !anus%a.
Immanual Kant, seorang kritikus (arat uga menandaskan teori meta5isikana tentang hakikat Tuhan dalam 1ingkai moral, ang hampir mirip dengan hadits ini. Kant mengatakan 1ah0a Tuhan tidak menuntut 1anak pada diri manusia dalam kehidupanna, Tuhan hana meminta manusia untuk 1ertindak se4ara moral, muthlak dan tanpa saratE. Kata8kata ini tertuang dalam aaran etika deontologisna aitu ke0ai1an moral ang 1ersi5at Imperati5 KategorisE. Atas dasar ini, maka pem1entukan karakter 1angsa harus dimulai dengan pendidikan, khususna pendidikan agama ang menekankan pada dimensi meta5isika, mengapa manusia harus 1ertindak sesuai dengan tuntunan Ilahi. Di dunia akademik, dikenal ada dua pendekatan dalam mengkai agama. Pendekatan pertama, agama ditelaah se1agai seperangkat keakinan ang sakral dan muthlak, ang mengatur hu1ungan manusia dengan Tuhan dan hu1ungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Studi ini dikenal dengan pendekatan normati5 tentang agama, seperti studi ta5sir, teologi, 5iHih dan seenisna ang dise1ut se1agai ilmu8ilmu agama. Pendekatan ang kedua agama ditelaah se1agai kenataan sosio8historis ang tum1uh dalam pengalaman prilaku para pemelukna. Pada dataran ini, agama dipahami dalam konteks pengalaman hidup dan ke1udaaan para pemelukna. Pendekatan ini sering dise1ut dengan pendekatan kontekstual, seperti ang dikem1angkan dalam studi sosiologi agama, psikologi agama, antropologi agama dan lain8lain ang 1erada dalam rumpun pendekatan ilmu pengetahuan ang 1ersi5at emperis. 'e0 @ork +e6ie0 o5 (ooks, men4atat 1ah0a suatu ke1angkitan teisme tampakna teradi dikalangan intelektual. Salah satu 1ukti penting ke4enderungan ini adalah didirikanna So4iet o5 hristian Philosopher.
Meruuk pada pem1entukan lem1aga ini, dapat di4atat 1ah0a Filsa5at Agama 1ukan hana sesuatu ang menarik 1agi lem1aga8lem1aga 5ilsa5at resmi, melainkan kemun4ulan lem1aga sema4am itu menandakan teradi peru1ahan penting. Ter1ukti pada 1a1ak searah 1erikutna, lem1aga seperti ini mulai mengeluarkan 1uku atau urnal ang 1ernilai religius sangat tinggi, seperti Faith and Philosopher, dengan diktum Tertullian terkenal iman men4ari pemahamanE. Filsu585ilsu5 1esar seperti e6inas, )eidegger, dan Derrida uga menulis tentang teologi negati5 para mistikus dengan Tuhan ang tersem1uni dalam a0an ketidaktahuanE. Ini menunukkan 1ah0a kaian keagamaan melalui ka4amata ke5ilsa5atan merupakan ke1utuhan mendesak dan penting, untuk mengantisipasi pemikiran normati5 dan kontekstual tee1ak dalam kaian ang 1ersi5at emperis, positi5 dan pragmatis, ang semakin menggiring manusia pada dataran pemahaman ang sempit dan dangkal tentang agama. Pemikiran ang sempit dan dangkal, menadi a0al dari kehan4uran perada1an manusia, se1a1 salah satu pene1a1 dari pem1unuhan karakter 1angsa adalah lingkaran saithan pemikiran ang ter1ungkus dalam 4laim84laim pem1enaran su1ekti5 ang mengarah kepada kekerasan atas nama agama. Filsa5at Agama se1agai mata kuliah komponen /urusan AHidah dan Filsa5at ang Fakultas Ushuluddin, dapat diadikan alternati5 metodologis atau strategi mem1angun karakter 1angsa ang 1erkeada1an, ika ang dimaksud se1uah 1angsa ang 1erada1 adalah 1angsa ang mampu mengaktualisasikan aaran pokok agama atau nilai8nilai religius dan moral ang men4erminkan si5at8 si5at Tuhan dalam setiap per1uatan dan tindakanna. O1ek material kaian Filsa5at Agama men4akup tiga 0ilaah, 1aik se4ara meta5isik maupun 5isik, ang dapat diklasi5ikasikan dalam tiga aspek, aitu: !< Tuhan, Alam dan Manusia> %< +elasi Tuhan dan Manusia> $< +elasi Tuhan dengan Alam dan manusia. Titik tekan pengkaianna dimensi meta5isik, sekaligus 5isik. Filsa5at Agama menelaskan pokok8pokok aaran agama se4ara umum, tidak mengenai aaran agama tertentu, tetapi 1erupaa mendapatkan gam1aran ang utuh tentang suatu masalah ang di1ahas. Agama tidak di1ahas se4ara parsial dan terpilah8pilah tetapi men4akup semua komponen pemikiran dan aaran
ang 1erhu1ungan dengan kepentingan kehidupan hakiki kemanusiaan. Pem1ahasan mengenai Tuhan misalna, dalam Filsa5at Agama tidak saa mengemukakan pendapat ang mendukung Tuhan, tetapi uga mem1ahas tentang pendapat ang meragukan eksistensi Tuhan, sehingga orang8orang ang mempelaarina akan memperoleh strategi dan metodologi penanggahan atau pem1elaan dalam mempertahankan ke1enaran agamana. Ini merupakan salah satu proses a0al pem1entukan karakter 1angsa ang 1erada1 melalui ke1iasaan 1erpikir serius dan rasional dengan menggunakan akal ang ernih. Akal dalam perspekti5 Filsa5at Agama adalah kesadaran adana realitas kehidupan meta5isik8 eksistensial, se1uah pengakuan 1ah0a Tuhan adalah se1a1 1agi eksistensi diri manusia. Filsa5at Agama menerapkan metode ang sesuai dengan realitas o1ekti5, dengan meminimalkan su1ekti6itas, karena aspek su1ekti6itas pada agama sangat kuat. Tak aal kalau manusia sangat mudah mengklaim pendapatna se4ara su1ekti5. Apalagi maoritas pengkai Filsa5at Agama adalah penganut agama tertentu. Karena itu pem1ahasan Filsa5at Agama perlu menekankan dimensi, ;o1ekti6itas, kendati tidak mena5ikan adana unsur su1ekti6itas. Filsa5at Agama uga mem1i4arakan masalah nilai, ke1enaran, dan rasionalitas tindakan manusia dalam kaitanna dengan penemuan putusan ;udgment< mengenai pernataan8 pernataan 5undamental dari agama. Oleh karena itu, Filsa5at Agama 1er1eda dengan ilmu keagamaan dalam arti kontemporer. Sistem pendidikan di Indonesia ang 1erkem1ang saat ini dirasakan sangat kurang mempertim1angkan dimensi 5iloso5is dan makna eksistensial kehidupan manusia, ang itu hana 1isa ditemukan dalam peralanan pemikiran rasional tetang hakikat kehidupan, sehingga terkesan seakan8akan agama hana 1er5ungsi untuk kepentingan i1adah ritual dan hukum emperikal8positi6istik semata. Padahal, agama dalam kaitanna dengan tuuan hidup manusia tidaklah sederhana. Agama 1ersi5at meta5isik dan multidimensional, karena manusia sendiri adalah makhluk multi dimensi. Agama 1ersi5at uni6ersal, muthlak tanpa sarat dan didukung oleh landasan moral ang o1ekti5 se1agaimana tertuang dalam aaran8
aaran pokokna> aHidah, sari=ah dan akhlak. Dalam arti 1ah0a manusia hidup atas nama agama. Agama a0al penelasan 1agi makna dan tuuan hidup manusia. Unsur pertama pemikiran keagamaan adalah keper4aaan ;iman<. (aru dise1ut orang 1eriman adalah orang ang paham mengapa dia 1eriman. Pemahaman tentang unsur keimanan akan menggiring manusia untuk menunaikan ke0ai1an. Menunaikan ke0ai1an dalam agama sarat muthlak 1agi tuntutan moral. Tuntutan moral merupakan esensi dari agama. Agama memerintahkan manusia melakukan amar ma=ru5 men4egah ang mungkar, demikian uga moral dalam kerangka ke0ai1an, akni 1ertindak se4ara moral dan angan 1ertindak a moral. Inilah unsur 5iloso5is aaran moral dalam Filsa5at Agama ang tertuang dalam sem1oan Kant ;seorang kritikus (arat< 1ah0a aturan agama adalah aturan muthlak dan ke0ai1an untuk tidak 1er1ohongE. Menurut Kant dalam perspekti5 Filsa5at, agama adalah hukum moralE dan moral adalah hukum uni6ersalE )ukum ini 1ersi5at mengikat manusia dengan Tuhan dalam ke0ai1an moral. Ke0ai1an moral ini 1ersi5at Imperati5 KategorisE ;muthlak tanpa sarat, tanpa tedeng eling8eling<. Ini merupakan salah satu argument moral ang sangat kuat 1erkem1ang dalam 5ilsa5at @unani, ang dikenal dengan argument deontologis dalam aaran moral Immanual Kant. Deontologis adalah Dein dalam 1ahasa @unani, ang 1erarti seharusnaE dalam makam moral. Dalam konteks aaran moral, etika deontologis Immanual Kant menggunakan istilah ke0ai1an moral Ese1agai keharusan moralE. Kant 1erpendapat 1ah0a Eke0ai1an moral Emerupakan Ekeharusan moralE ang menuntut: !.Manusia Untuk mengerakan hana tindakan8tindakan ang sesuai dengan aturan8aturan, ang diinginkan dapat dianut se4ara uni6ersal %. /ika manusia 1er1ohong, maka manusia melanggar aturan dan meru1ah Eaturan ang di0ai1kan Emenadi 1er1ohong itu dii7inkanE $. Aturan ang salah tidak dapat dianut se4ara uni6ersal, karena akan menggagalkan maksud dan tuuan hidup manusia sendiri, orang akan 1erhenti per4aa satu sama lain dan pada giliranna kemudian, tidak ada gunana 1er1ohong. Dengan demikian, dapat dipahami 1ah0a dalam semua putusan dan tindakan ang dipilih dan dilakukan manusia adalah perintah akal ang su4i, ang memerintah se4ara muthlak, tanpa di1atasi oleh rele6ansi apapun. Argumen ini
1isa dinatakan dalam 1entuk ang le1ih umum, 1ah0a manusia tergoda untuk mem1uat penge4ualian8penge4ualian terhadap aturan mela0an ke1ohongan atau ketidakuuran. Mungkin dalam 1e1erapa kasus ang teradi saat ini di Indonesia dalam skala ang luas dan di A4eh dalam skop ke4il, mengira 1ah0a angan8angan aki1at dari keuuran akan 1uruk dan aki1at dari ke1ohongan akan 1aikE. Tegasna uur dipenaraE, 1er1ohong selamatE. Ini menadi pilihan 1agi orang8 orang ang 1elum mendapat pen4erahan pemikiran tentang agama. Argumen pokok mela0an aturan moral ang muthlak ada kaitanna dengan kemungkinan kon5lik ang teradi antar setiap kasus. *agasan dasariah 1agi karakter manusia 1erada1 dalam kaitanna dengan keharusan muthlak 1agi tindakan moral adalah merupakan putusan moral ang harus didukung oleh alasan8alasan ang 1aik. Misalna, ika 1enar 1ah0a Anda harus ;atau tidak 1oleh< melakukan suatu tindakan, maka haruslah ada alasan mengapa Anda harus ;tidak 1oleh< melakukan itu. Seke4il apapun tindakan ang tidak mempertim1angkan keharusan dalam 1ingkai ke0ai1an ;perintah< agama, maka manusia sudah meninggalkan alasan8 alasan moral. Tidak 1aik manusia menerima satu hal se1agai alasan pada satu saat, tetapi tidak pada alasan lain. Dengan kata lain tidak etis orang lain harus menghormati Anda, sementara Anda tidak harus. Alasan8alasan moral seperti ini ang kurang dipertim1angkan dalam kehidupan dan perada1an ang sedang mem1angun saat ini, sehingga teradi 4haos di mana8mana. /ika alasan moral ang menadi landasan hidup se1uah 1angsa ang 1erkeada1an itu shahih, maka karakter 1aik akan mengikat semua indi6idu se1agai komponen se1uah 1angsa pada setiap 0aktu. Ikatan moral ini merupakan perekat kuat ang akan melahirkan konsistensi, karena tidak seorang pun manusia se1agai makhluk ang rasioanl mampu menangkalna. Seumlah implikasi penting ang dita0arkan dalam studi ke5ilsa5atan, khususna ang 1erkaitan dengan persoalan agama dan moralitas 1angsa dapat dilihat se4ara nata. Misalna, implikasi 1ah0a seseorang tidak dapat memandang dirina se1agai ang istime0a, dari sudut pandang moral. Manusia tidak dapat terus menerus 1erpikir 1ah0a dirina dii7inkan 1ertindak
atas dasar suatu hal, ang dilarang untuk ang lainE, atau 1ah0a kepentingan8 kepentingan dirina le1ih mendesak dari kepentingan8kepentingan orang lainE. *agasan moral agama se4ara 5iloso5is, mem1im1ing karakter 1angsa mengimplikasikan dorongan rasional atas apa ang 1oleh dilakukan, tetapi harus diakui 1ah0a manusia tidak dapat se4ara konsisten melakukan itu, sehingga tidak dapat sekaligus menerima implikasi8implikasina. Se1a1 manusia tidak menemukan norma moral ang sudah tersedia di luar dirina dan manusia sendiri ang men4iptakan norma moral itu 1eserta implikasi8implikasina. Inilah sum1angan paling 1esar ang dapat di1erikan manusia kepada negarana, ika ingin mem1angun karakter 1angsa ang 1erada1. Tidaklah sukar untuk melihat 1agaimana gagasan dasar ini mendorong manusia ke arah itu. @ang dituntut dalam gagasan dasariah ini hanalah, ikalau melanggar suatu aturan, maka itu mengandung penge4ualian atau keharusan demi suatu alasan ang 1isa di1erlakukan dan diterima oleh orang lain, seperti men4uri karena terpaksaE. Dengan kata lain, konsep atau aaran hukum uni6ersalE dalam perspekti5 Filsa5at Agama, merupakan pilihan tindakan manusia ang 1iaksana, karena konsep hukum uni6ersal mengaarkan ke1iaksanaan uni6ersal, dan ini 1erlaku untuk semua manusia, muthlak tanpa sarat. Di mana terdapat suatu keakinan uni6ersal ang tidak mengandung keraguan dan kekeliruan sedikitpun, maka disitulah terdapat suatu pelaksanaan normal dari akal, ang pada dirina tidak dapat keliru. Keakinan seperti ini ditemukan manusia dalam eksistensi Tuhan. Tidak ada satu eksistensi ;ke1eradaan< pun ang uni6ersal seperti eksistensi Tuhan. 'orma moral me0ai1kan manusia se4ara o1ekti5, manusia tidak men4iptakan norma moral itu dan tidak 1ergantung pada selera su1ekti5. 'orma moral diakui manusia karena ke0ai1an, dan se4ara o1ekti5 mengarah kepada tuntutan diri manusia sendiri. Keharusan ang melekat pada norma moral ;agama< se4ara 5iloso5is, ustru mengandaikan ke1e1asan. Dalam arti 1ah0a per1uatan moral, 1aru 1oleh dise1ut tindakan moral kalau ia 1e1as, se1a1 o1ekti6itas norma agama tidak 1oleh dimengerti se1agai paksaan ang meningkirkan ke1e1asan manusia.
'orma agama menadi moral ang sungguh8sungguh karena diterima manusia se4ara 1e1as. Antara ke1e1asan dan tanggung a0a1 moral ter1entang makna tautologi, 1ah0a pengertian ang satu ;ke1e1asan< telah terkandung dalam pengertian ;tanggung a0a1< ang lainna. (erkaitan dengan penerapan hukum di dalam se1uah negara ang 1erada1, maka hukum ang 1erlaku tidak 1isa lepas dari ketentuan dan aturan8aturaan uni6ersal ang diaarkan agama. Tindakan hukum terkait erat dengan sari=at dan akhlak manusia0i ang uga 1erlaku se4ara uni6ersal, sehingga tindakan hukum merupakan ke1iaksanaan a1adi ang mem1a0a kemeshlahatan 1agi manusia. /ika hukum uni6ersal mengaarkan kemashlahatan, maka konsekuensi hukum ang dipilih manusia mem1eri kenamanan, perlindungan serta keselamatan 1agi manusia se4ara utuh. Dalam konteks ini, hukuman tidak dipandang se1agai penderitaan atau peniksaan, tetapi konsekuensi 1agi se1uah tindakan ang melanggar dan merupakan tanggung a0a1 moral. Inilah 4ermin 1angsa ang 1erkarakter, menalakan aturan8aturan negara sesuai dengan undang8undang hukum uni6ersal. Tegakna aturan8aturan hukum dalam suatu negara merupakan salah satu 4iri negara ang 1erkarakter dan 1erkeada1an. +e5leksi: Upaa Filoso5is Meran4ang Solusi Istilah re5leksiE 1erasal dari 1ahasa atin re5le4tereE, ang 1erarti kem1ali di atas. Si su1ek kem1ali di atas kegiatan 1atin atau interioritasna untuk menganalisis dan mengeksplisitkan kekaaan pemikiranna. Dalam hu1ungan dengan inteligensia, ang menadi kaian 5iloso5is adalah agama ;o1ek material<, disoroti dengan menggunakan pendekatan Filsa5at Agama, sehingga kegiatan re5leksi diarahkan kepada upaa menemukan a0a1an 1agi persoalan ang diaukan, sehingga mudah menganalisis situasi serta meran4ang solusi. Pertanaan mendasar ang mun4ul dalam kegiatan re5leksi menadi hori7on atau o1ek tuuan akhir dari dinamisme intelektual. Terkait dengan kaian ini, maka o1ek re5leksi adalah agama dalam 1ingkai 5ilsa5at. Karena segi etis dan moral ang menadi 5okus kaianna, maka argumen re5lekti5 disini dise1ut argumen etis atau argumen moral. Menadi aneh 1agi i0a8 i0a ang kritis ketika mere5leksi realitas kehidupan se4ara 5iloso5is. Terkesan 1egitu mudah teradi ketimpangan dan 4haos, mulai dari tingkat anak8anak
sekolahan, tingkat mahasis0a di perguruan tinggi, 1ahkan kalangan elit intelektual dan politikus ang genius di se1uah negera. Mungkin pola atau strategi pendidikan dan pengaaran ang di1erikan kurang menentuh persoalan moral dan kesadaran religius, atau mungkin uga pengamalan ilmu pengetahuan tidak pada tempatna. (aik guru disekolah dan dosen di perguruan tinggi, dalam mendidik, pada umumna le1ih menekankan 1agaimana anak8anak memperoleh ilmu dan paham terhadap ilmu ang diaarkan, tidak sampai pada 1agaimana mem1angun kesadaran moral se1agai ke0ai1an 1agi anak8anak untuk mengamalkan serta mempraktekkan di masarakat. Demikian uga para elit politik dan intelektual se1agian, menggunakan ilmu untuk pen4apaian tuuan ang dinginkan dalam 1atas81atas su1ekti58emperis, tidak menamah 0ilaah rasional 5iloso5is ang dituntut oleh hukum uni6ersal, sehingga menadi ruukan se1uah 1angsa. Se1uah 1angsa adalah kumpulan dari tata nilai ;6alues<. Sendi8sendi ang menopang se1uah 1angsa 1erupa karakter dan mentalitas rakatna se1agai pondasi kukuhna tata nilai 1angsa terse1ut. Se1alikna, keruntuhan se1uah 1angsa dise1a1kan oleh lunturna nilai nilai moral 1angsa itu sendiri, 0alaupun se4ara 5isik 1angsa terse1ut tetap eksis, 1angsa Indonesia menunukkan kesan ini. Fenomena glo1alisasi merupakan 1agian dari dinamika ang paling strategis ikut mempengaruhi tata nilai 1er1agai 1angsa, termasuk 1angsa Indonesia. *lo1alisasi 1erpotensi untuk menggulung tata nilai moral dan tradisi agama, lalu menggelar tata nilai pragmatisme dan populerisme asing. Se1alikna, glo1alisasi uga merupakan 5enomena alami, se1uah 5ragmen dari perkem1angan dan proses perada1an ang harus dilalui manusia. Dalam kaian ini, glo1alisasi diadikan se1agai a4uan untuk mengulas pem1angunan karakter pemuda se1agai pilar utama pem1angunan 1angsa ang mandiri dan 1erada1. Dalam era glo1alisasi, generasi muda adalah komponen 1angsa ang paling rentan dalam proses amalgamasi tata nilai dan 1udaa, maka diperlukan se4ara khusus mengulas peran kritis generasi muda dalam pem1angunan dan pem1erdaaan karakter ke1angsaan ang positi5, ang menunang kemandirian 1angsa di tengah terpaan arus glo1alisasi. (elum
terlam1at, dan Insa Allah tidak mustahil mengu1ah nasi1 (angsa Indonesia. /angan menunggu keaai1an datang dari langit. Seluruh komponen 1angsa: Pemerintah, egislati5, @udikati5, Militer, Penegak )ukum, S0asta, dan Masarakat harus 1ertekad kuat memper1aiki karakter 1angsa melalui peran masing8masing. Tidak perlu mem1uat TAP MP+ atau UU Karakter (angsaG pengalaman menunukkan 1ah0a 1anak peraturan di 1umi perti0i ang hana 1erhenti di lem1aran negara. ?ero de5e4t harus menadi prinsip utama seluruh komponen 1angsa. Implementasi kesadaran moral se1agai 1agian norma hukum se1uah 1angsa ang 1erada1, memerlukan kepemimpinan ang uur, 1er0i1a0a, ikhlas, 1ersih, kuat, tegas, dan 1ertanggung a0a1. Kalau landasan moral pemimpin dan 1angsana kuat, maka ?ero de5e4t tidak mustahil untuk dilaksanakan, karena ini masalah pem1iasaan. ?ero de5e4t 1ukan 1erarti mengingkari kodrat manusia ang memang tidak pernah 1isa men4apai kesempurnaan> namun hal terse1ut menadi the ultimate goal ang patut digantungkan di dinding kantor8kantor pemerintahan. Sedikit penimpangan terhadap ?ero de5e4t ang masih 1erada dalam toleransi ang terukur, dapat ditolerir dengan 4atatan adana tekad 1ulat untuk kem1ali menuu ke ?ero de5e4t. Karena ini masalah pem1iasaan, maka kun4i terpentingna ada di 1idang pendidikan. aah pendidikan saat ini, se1agai se1uah sistem tata nilai8nilai moral dan 1udaa setempat, masih terlihat timpang. Se4ara umum, pendidikan di Indonesia 1elum menghasilkan lulusan 1erkarakter kuat. Tentu saa, ada di sana8sini pelaku pendidikan, 1aik indi6idu ataupun lem1aga ang 1erkarakter, hana saa umlahna masih minoritas. Kaum intelektual dan praktisi pendidikan di 1er1agai lem1aga 5ormal dan non85ormal, perlu menata kem1ali peran mulia dan strategis dalam melakukan peru1ahan dan pem1angunan karakter 1angsa. Melalui kesadaran moral ang tinggi dan tertanam kuat dalam diri generasi 1angsa, akan melahirkan se1uah perada1an ang 1erkarakter. Tidak perlu menunggu implementasi UU *uru dan Dosen untuk memulaina, karena entitas *uru, Dosen, dan para pendidik pada umumna adalah para pahla0an 1angsa. Searah kontemporer Indonesia akan men4atat
dengan tinta emas peran pendidik dalam mem1angun 1angsa ang 1erkarakter. Moral pendidik merupakan dasar pem1entukan moralitas 1angsa, moralitas 1angsa akan menadi 5ondasi ang kokok 1erdirina se1uah perada1an. Perada1an ang di1angun 1erlandaskan moral, akan melahirkan se1uah 1angsa ang 1erada1. Pem1angunan karakter 1angsa ang 1erada1 adalah pem1angunan ang 1ertata nilai dan merupakan esensi dari suatu pemahaman pem1angunan ang sepenuhna 1erorientasi pada manusia se1agai su1ek pem1angunan atau la7im dikenal dengan human oriented de6elopment. Tanpa orientasi ang demikian, maka pem1angunan hana akan men4akup tataran 5isik tanpa disertai pem1angunan 1udaa serta peningkatan standar nilai kehidupan kemanusiaan se1agai 1agian dari dimensi meta5isik8eksistensial kehidupan manusia. )ana melalui orientasi pem1angunan ang sema4am ini, akan teradi interaksi positi5 antara pemerintah dan masarakat untuk se4ara ari5 mengelola sum1er daa alam, termasuk penataan SDM, sehingga tidak 1ernuansa eksploitasi ang 1erle1ihan dan tidak 1ertanggung a0a1. (erlandaskan pada implikasi ke0ai1an moral religius, maka tidak hana pem1angunan ang 1ertata nilai ;good go6ernan4e< mampu meningkatkan kondusi5itas interaksi antara pemerintah dan masarakat, tetapi uga semakin memper4epat proses pem1entukan suatu masarakat madani ang le1ih demokratis. Seumlah hal terkait dengan arti dan makna pem1inaan karakter 1angsa, segenap potensi 1angsa harus dikem1angkan untuk men4apai kemandirian 1angsa ang 1ertata nilai. Peran kritis generasi muda dalam pem1angunan dan pem1inaan karakter menadi salah satu instrumen dalam pem1inaan karakter 1angsa ang 1erada1. &sensi ang paling utama untuk dapat me0uudkan hal terse1ut dalam konteks ang praktis adalah adana peru1ahan. Dengan demikian, agenda terpenting dalam konteks pem1inaan karakter 1angsa adalah re5ormasi kolekti5 dari segenap komponen 1angsa ini untuk sanggup melakukan peru1ahan setelah menalani setiap proses pem1elaaran. Upaa strategis ang harus dilakukan adalah re6italisasi ke1angsaan ang diarahkan pada penguatan ketahanan masarakat dan 1angsa terhadap segenap upaa nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai8nilai 1udaa 1angsa. Aktualisasina menuntut peran penting dari generasi muda, karena generasi muda merupakan komponen 1angsa
ang paling strategis posisina
untuk memainkan peranna dalam proses
trans5ormasi karakter dan tata nilai di tengah8tengah upaa li1eralisasi in5ormasi dan derasna arus glo1alisasi. Terminologi pendidikan le1ih dikonsentrasikan pada manusia, sehingga ketika dise1utkan kata pendidikan, maka persepsi ang ter1aang adalah sekelompok manusia, mengingat manusia adalah makhluk ang diistime0akan oleh Allah 1aik dalam struktur 5isiologisna maupun psikologisna, sehingga memungkinkan mereka mengeksploitasi alam atau makhluk lainna.
Q R Y \ [ J L N V W X YZ Y _ YQ\ ] _ YQ ` YV W b Yc \ ] \ f j Y] ^ \ R Y c L Yq Yb W b Y L b YV ;.S. Al8Isra, !: #<. Dengan demikian manusia memiliki persaratan untuk dididik se4ara 1aik, karena manusia mempunai pendengaran, penglihatan dan hati sanu1ari, seperti diin5ormasikan oleh Allah dalam .S. Al8'ahl, !":v.
W j W R W \ W | W qV W ~ } ‚ Y … † Y Y{ [ ƒc W b } Yq „ Y{ W… ‚ W{ w c Yz \ • €L Y ] ~ j Yx\ y ƒN W ‡ W b } Y q Y{ ‚ \] W { ˆ • Yx\ Pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktik ang dilakukan oleh +asulullah ang antara lain, 1eliau telah mem1a4akan aat8aat Tuhan kepada manusia, mem1ersihkan mereka ;dari kemusrikan< dan mengaarkan kepada mereka kita1 dan hikmah.
Œ } j ’“ ƒ ”W ‹ W\ q‹ Ž YV ‰ LL W c W b } W Y „ƒ x ‘ Š { Y WV W [ R ‹ W\ YV L L Yb ƒb WŠ Y‹ YV W _ YX R ‚ Y ƒ™ W Y š\ › c R | W – —˜ { Y^ Y\ L_ ;.S. Al8/umu=ah, "%: %<. Kata mensu4ikan pada aat terse1ut oleh uraish Shiha1, dapat diidentikkan dengan mendidik, sedang mengaar tidak lain ke4uali mengisi 1enak anak didik dengan pengetahuan ang 1erkaitan dengan alam meta5isika serta 5isika ;M. uraish Shiha1, !œœ%: !%<, dengan demikian maka diharapkan akan ter4ipta masarakat dan 1angsa ang 1erkarakter.
Se4ara garis 1esar materi pendidikan anak ang di4ontohkan oleh 'a1i Muhammad umumna menga4u pada 5irman Allah aat !$8!œ dalam surat uHman, dan hal ini pula ang akan mem1entuk nanti 1angsa ang 1erkarakter. Di sinilah akan saa sarikan se1agai 1erikut, Dan (ingatlah) ketika Luqman berpetuah kepada anaknya, “Hai anakku: janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kealiman yang besar (!"), dan kami #asiatkan (perintahkan) kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua ibu$bapaknya. %bunya mengandungnya dengan letih dan payah. Dan menyapihmya dalam dua tahun. &ersyukurlah kepada$'u dan kepada kedua ibu$bapakmu, kepada$'u$lah kamu akan kembali (!), dan jika keduanya berusaha untuk mempersekutukan Aku dengan apa saja yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu (bah#a sekutu itu layak disembah), maka janganlah kamu patuhi (ajakan mereka). Dan bergaullah dengan keduanyadi dunia ini dengan ara yang baik (dan s*pan). Dan turutilah jalan *rang yang kembali kepada$'u. 'emudian kepada Aku kamu akan kembali. Dan akan Aku berikan kepadamu apa yang kamu lakukan (!+), (Luqman bertuah), “Hai anakku Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) #alaupun sebesar biji sa#i (at*m) tersembunyi dalam batu (gua), di ruang angkasa atau di bumi, nisaya akan diperhitungkan Allah. Sesungguhnya Allah -ahahalus lagi -aha -engetahui (!). Hai anakku Dirikanlah shalat, suruhlah (*rang) berbuat baik, laranglah perbuatan yang mungkar dan sabarlah mengahadapi musibah yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu masuk perintah$perintah Allah (!/). Dan janganlah engkau *ngkak terhadap manusia. Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai *rang$*rang yang s*mb*ng membanggakan diri (!0). &erjalanlah dengan #ajar. &erbiaralah dengan lembut Sesungguhnya suara yang amat buruk ialah suara himar (!1).
Dari aat di atas dapat dikemukakan 1ah0a materi pendidikan anak ang di4ontoh oleh 'a1i Muhammad;dalam rangka mem1entuk karakter 1angsa adalah meliputi meliputi: !. Pendidikan tauhid, aitu menanamkan keimanan kepada Allah se1agai Tuhan @ang Maha &sa. Allah adalah satu8satuna ang harus disem1ah dan sesem1ahan selain Allah adalah salah dan itu adalah per1uatan sirik dan sirik adala dosa 1esar. %. Pendidikan shalat atau i1adah. $. Pendidikan ada1 sopan santun dalam keluarga. 2. Pendidikan ada1 sopan santun dalam 1ermasarakat ;kehidupan sosial<. . Pendidikan kepri1adian. ". Pendidikan pertahanan dan keamanan dalam dak0ah Islam.
BAB III KESIMPULAN
Meningkatna perhatian intelektual terhadap peran agama, mun4ulna gerakan8gerakan keagamaan dan re6italisasi ilmu8ilmu keushuludinan ;keagaman dan ke5ilsa5atan<, semakin menunukkan 1ah0a agama dalam dimensi meta5isik8 eksistensial, merupakan persoalan 5undamental kehidupan manusia ang akan selalu ada sepanang searah kehidupan. Untuk itu, studi Filsa5at Agama dapat diadikan ruukan a0al 1agi pem1entukan pola pikir ter1uka, 1iaksana, o1ekti5 dan rasional85iloso5is se1agai landasan pem1etukan moral 1angsa ang adil dan 1erada1. Filsa5at Agama mengam1il peran signi5ikan dalam menggali serta mem1angun kesadaran moral religius, se1agai upaa implementasi hukum uni6ersal ;proses internalisasi nilai8nilai moral dalam diri manusia< dalam kehidupan. Unsur 5iloso5is ang dikandung agama dalam konteks pem1entukan moral 1angsa, tidak hana sekedar doktrin teologis ang menuntut manusia untuk giat mengkai dan khusuk dalam i1adah ritualna saa, tetapi men4akup seluruh urat nadi kehidupan manusia. @ang paling penting adalah implementasi aaran agama dalam setiap aspek kehidupanna. Umat Islam dituntut kematangan intelektualitasna dalam menghadapi tantangan glo1al. Kematangan intelektual ini dapat di4apai dengan mudah melalui pola 1erpikir 1enar, serius dan 1ertanggung a0a1. Pola pemahaman agama ang kaku dan tertutup di masa lampau ang kurang mempertim1angkan dimensi resionalitas, mem1uat kaum agam0an tidak mampu menghadapi pola pikir ter1uka dan 1e1as ang sedang 1erkem1ang saat ini. Pan4asila se1agai ideologi negara, mengandung nilai8nilai luhur 1angsa Indonesia, sehingga mem1angun karakter 1angsa ang adil dan 1erada1, merupakan solusi ang tepat dalam menghadapi krisis moral 1angsa. )al ang menaku1kan ini sudah pernah diterapkan oleh presiden se1elumna oleh (ung Karno pada saat 1angsa
Indonesia masih memiliki ke1anggan se1agai 1angsa Indonesia 1erkarakter, sehingga mampu menadi 1angsa ang patut di1anggakan dalam 1entuk negara kesatuan ang 1erlandaskan pada pan4asila. 'etonegoro dalam Filsa5at Pan4asila, mengatakan 1ah0a pan4asila adalah 4ermin 1angsa ang 1erkarakterE. 'amun, 5ondasi ini telah rusak karena tidak di teruskan semangatna oleh pemerintah sekarang, sehingga utang semakin mem1um1ung, korupsi meraalela, pea1at 1isa di1eli, rasa persatuan 1erkurang, dan kon5lik antar 1angsa Indonesia semakin memanas. Semua ini dapat diatasi dengan memupuk dan mem1angun kem1ali rasa persatuan di 1er1agai 1idang. +asa persatuan ini memi4u 1angsa Indonesia untuk terus 1ekerasama dalam menghadapi krisis multidimensial, se1a1 persatuan adalah karakter se1uah 1angsa. Pem1angunan karakter 1angsa uga menatukan unsur intelektual, emosional, dan spritual. Meski di4anangkan se1agai gerakan nasional, desain pendidikan karakter 1angsa terse1ut masih perlu penempurnaan. Pemerintah adalah aktor utama dalam pem1entukan identitas dan ati diri 1angsa. angkah8 langkah dan ke1iakan8ke1iakan ang dikeluarkan oleh pemerintah, haruslah adil dan 1iaksana, demi mengem1alikan ati diri 1angsa dan identitasna. Se1alikna, seluruh masarakat harus mendukung langkah dan ke1iakan pemerintah ang 1erdampak positi5 1agi negara. Penerapan hukum uni6ersal merupakan hal ang mutlak. Tanpa ketegasan di 1idang ini, maka akan sulit mem1angkitkan kesadaran moral 1angsa ang sudah sekian lama terkontaminasi dengan kon5lik dan ke1o1rokan moral aki1at krisis ang 1erkepanangan dan multidimensional. Semoga tulisan ini mem1a0a angin segar 1agi pen4inta perada1an untuk terus 1er1enah dalam menata karirna se1agai aset negara 1agi ter1entukna karakter 1angsa ang adil, uur, damai dan 1erkeada1an.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal (akhtiar, %##œ, Filsa5at Agama, isata Pemikiran dan Keper4aaan Manusia, /akarta, +aa0aali Press. Da6id +a *ri55in, %##, -isi8-isi Post Modern, Spiritualitas dan Masarakat, @ogakarta, Pustaka Kanisius &4khart Tolle, %##, Mem1a4a &nergi Pikiran Mendulang Kekuatan Spiritual, Menelaah Semesta Spiritual (er1asis managemen &nergi Pikiran Manusia, @ogakarta, Think. )aedar 'ashir, !œœ, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, @ogakarta, Pustaka Pelaar )asan )ana5i, dkk., %##, Islam dan )umanisme, Aaktualisasi )umanisme Islam di tengah Krisis )umanisme Uni6ersal, @ogakarta, Pustaka Pelaar )usna Amin, dkk., %##2, Pengantar Filsa5at Agama, (anda A4eh, Ar +anir Press. )uston Smith, %##$, Aal Agama Di tengah Kedigdaaan Sains, (andung, Media Utama Idrus Shaha1, %##, (eragama dengan Akal /ernih, (ukti8(ukti Ke1enaran Iman dalam (ingkai ogika, /akarta, Seram1i Ilmu Semesta /ames +a4hels, %##$, Filsa5at Moral, @ogakarta, Kanisius /ohn +ote, %##$, PersoalanPersoalan Filsa5at Agama, Kaian tentang œ Pemikiran Tokoh dalam Searah Filsa5at dan Teologi, @ogakarta, Pustaka Pelaar K. (ertens, !œœœ, &tika, /akarta, *ramedia Keith &. @andhell, Philosop o5 +eligion, A ontemporar Introdu4tion, oola, Uni6ersit o5 hi4ago ouis eah, !œœ$, Filsa5at Ketuhanan Kontemporer, /akarta, Kanisius M. Sastraprateda, !œv%, Manusia Multi Dimensional, se1uah
+enungan Filsa5at, /akarta, *ramedia Mukti Ali, dkk., !œœv, Agama dalam Pergumulan Masaraakat Kontemporer, @ogakarta, Tiara a4ana Muhammad uthu1, %##!, Islam Agama Pem1e1as, @ogakarta, Tiara Pustaka M. Sha50an, %###, a4ana Spiritualitas Timur dan (arat, @ogakarta, alam Mu7ain Ari5in, %##œ, Filsa5at Pendidikan Islam, /akarta, (umi Aksara 'orman . *eisler dan in5ried orduan, Phlosoph o5 +eligion, 'e0 @ork, (akir (ook )ouse Samuel P. )untington, %##œ, (enturan antar Perada1an dan Masa Depan Politik Dunia, Triarga Utama, /akarta Seed )ossein 'asr, %##$, The )eart o5 Islam, Pesan8Pesan Uni6ersal untuk Kemanusiaan, (andung, Mi7an 88888888888, Traditional Islam In The Modern orld, ;Kuala umpur: Foundation For Traditional Studies, t,th. 8888888888, !œv, Islam Tradisi Di Tengah Kan4ah Dunia Modern, (andung, Pustaka il5red ant0ell, The Meaning and &nd o5 +eligion: A 'e0 Approa4h to The religion Tradition o5 Mankind, ;'e0 @ork: Mentor (ooks, !œ"%< @usu5 al8aradha0i, %##, Kita dan (arat, Mena0a1 1er1agai Pertanaan Menudutkan Islam, /akarta, Pustaka al8Kautsar