TUGAS ESSAY INDUSTRI FARMASI TEMA MENJADI APOTEKER PROFESIONAL DI INDUSTRI FARMASI
Disusun Oleh: TRIASIH HARDIYANTI 1504026111
PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH DR.HAMKA JAKARTA 2016
Apoteker sebagai Penanggung Jawab Pengawasan Mutu (Quality Control) yang Profesional
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker memiliki peranan yang sangat penting dalam pekerjaan kefarmasian yang dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan,
kemanusiaan,
keseimbangan,
dan
perlindungan
serta
keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Peranan apoteker di masyarakat tidak terlalu dikenal sebagai tenaga kesehatan pada bidang kefarmasian. Apoteker hanya dikenal sebagai penjual obat yang disebut tukang obat oleh kalangan masyarakat awam. Sesungguhnya apoteker memiliki banyak peranan penting. 7 Stars Of Pharmacist telah diungkapkan World Health Organization (WHO), untuk menggambarkan peran seorang apoteker dalam pelayanan kesehatan yang seiring waktu bertambah menjadi 9 stars farmasi yaitu Care-Giver, Decision-Maker, Communicator, Manager, Leader, Life-Long Learner, Teacher, Research dan Entrepreneur. Care-Giver seorang apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No 51 tahun 2009), misalnya peracikan obat, memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling, konsultasi, screening resep, monitoring, visite, dan banyak tugas kefarmasian lainnya. Decision-Maker seorang apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, pengantian obat jika ditemukan bahaya yg signifikan, serta keputusan2 lainnya yg bertujuan agar pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
Communicator seorang apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan baik, misalnya menjadi komunikator yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat), Penyuluhan, konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke bangsal/ruang perawatan pasien, Pengajar, Narasumber, dan sebagainya. Leader seorang apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin, misalnya sebagai Rektor, Dekan, Direktur Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi, Direktur marketing, Direktur bagian produksi dan sebagainya. Life-Long Learner seorang apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu mengupdate pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan. Teacher seorang apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan
kesehatan,
baik
menjadi
guru,
dosen,
ataupun
sebagai
seorang
farmasis/apoteker yg menyampaikan informasi kepada pasien masyarakat dan tenaga kesehatan lain yang membutuhkan informasi. Research seorang apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik. disamping itu farmasi juga dapat meneliti aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik). Entrepreneur seorang apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat
kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lain-lainnya. Manager seorang apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian non klinis, kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh sebagai Farmasis manajer (APA) di apotek , Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, harus mampu mengelola perbekalan farmasi dan mengelola karyawan agar dapat melayani dengan optimal dan produktif dalam hal kinerja dan profit. Contoh lainnya sebagai Pedagang Besar Farmasi/PBF), manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi, dan lain lain. Pengawasan mutu (Quality Control) merupakan bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitik yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan, produk serta metode pengujiannya. Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab untuk memastikan bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya,. tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya antara lain melalui evaluasi, dokumentasi, produksi terlebih dahulu, semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan, suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang ditetapkan.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan penyelidikan bila diperlukan. Seorang penanggung jawab pengawasan mutu (Kepala Bagian Pengawasan Mutu/Manajer Pengawasan Mutu) adalah seorang apoteker yang terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam
bidang
pembuatan
obat
dan
keterampilan
manajerial
sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Penanggung jawab pengawasan mutu harus seorang apoteker dengan pengalaman praktis minimal 2 tahun bekerja di bagian pengawasan mutu pabrik farmasi, memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang analisis kimia dan mikrobiologi, pemeriksaan bahan pengemas, CPOB dan keterampilan dalam kepemimpinan. Seorang penanggung jawab pengawasan mutu memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk: Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk; Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan; Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain; Memberikan persetujuan dan memantau semua kontrak analisis; Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu; Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan. Apoteker memiliki kontribusi yang sangat besar bagi industri farmasi khususnya pada bagian Quality Control (QC). Ketiadaan apoteker pada bagian QC bisa mengakibatkan industri farmasi tidak dapat berjalan dengan baik sehingga peran apoteker pun sangat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Menkes. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Menkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27845/3/Chapter%20II.pdf. Diakses pada hari Rabu tanggal 13 Januari 2016 pukul 15.59.