TEORI ETIKA POKOK PIKIRAN: adalah sebuah sebuah standar standar , moral, moral, perilak perilaku, u, norma norma yang yang harus • Definisi sebuah etika bisnis adalah dimiliki oleh seorang dalam melakukan sebuah pekerjaan, missal seorang pemimpin sebuah organisasi organisasi yang harus harus memiliki etika etika bisnis yang baik, dimana dimana nantinya nantinya ini akan dijadikan dijadikan sebuah pedoman dalam bertindak seperti membuat keputusan, menetapkan sebuah kebijakan atau aturan. Dan bisa juga merupakan merupakan sebuah penyampaian penyampaian nilai – nilai yang konsisten dalam pelayanan kepada masyarakat. Kemudi Kemudian an pokok pokok pikiran pikiran mengen mengenai ai kognitivisme berdas berdasark arkan an artike artikell yang yang dibaca dibaca adalah adalah •
•
•
•
Kognitivisme dilihat sebagai klaim bahwa ketika kita berbicara tentang benar dan salah, kita berbicara tentang hal-hal fakta. Kognitivisme dalam pembelajaran etika ini bisa dikategorikan sebagai sebagai teori teori etika etika modern modern yang yang terdir terdirii dari dari Utilia Utiliatiri tirisme, sme, Hak & kewaji kewajiban ban,, keadil keadilan an & kesamaan. Terdapat dua prinsip yang biasa digunakan sebagai acuan dimensi etis dalam pengambilan keputusan yaitu: 1. Cons Conseq eque uent ntia iali lism sm Berfokus pada dampak dari keputusan yang diambil oleh seseorang. 2. Non Non Con Conse sequ quen enti tial alis ism m Mendasarkan Mendasarkan penilaian pengambilan pengambilan keputusan lebih kepada kepada alasan dan bukan bukan pada akibat yang ditimbulkannya. Dalam konsep ini terdapat dua prinsip utama yaitu: a. Prinsi Prinsip p hak: Menjamin Menjamin hak asasi manusia, manusia, menekank menekankan an tentang tentang kewajiba kewajiban n untuk untuk tidak saling merebut hak orang lain. b. Prinsip keadilan: i. Keadil Keadilan an distri distribut butif: if: menyeimb menyeimbang angkan kan antara antara keuntu keuntunga ngan n dan beban beban yang yang diperoleh masing – masing anggota kelompok. ii. Keadilan Keadilan retributif: retributif: seseorang seseorang harus harus bertangg bertanggung ung jawab jawab atas dampak dampak negatif negatif dari tindakan yang dilakukannya, kecuali bila tindakan itu dilakukan atas paksaan dari pihak lain. Bentuk tanggung jawab tersebut dapat berupa Huku Hukuma man, n, sank sanksi si,, atau atau gant gantii rugi rugi atas atas keru kerusa saka kan n yang yang diti ditimb mbul ulka kan n perbuatannya. iii. Keadilan Keadilan kompensato kompensatoris: ris: keadilan keadilan yang yang diterima diterima pihak yang yang dirugik dirugikan an berupa berupa kompensasi atas kerugian yang ditanggungnya. Utilitarianisme atau utilitarisme utilitarisme yang berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”, “bermanfaat”, berpandangan bahwa suatu perbuatan atau tindakan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaa manfaatt itu harus harus menyan menyangku gkutt bukan bukan saja saja satu dua orang orang melain melainkan kan masyar masyaraka akatt sebagai sebagai keseluruhan. Jadi utilitarianisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Konsep dasar moral untuk menentukan menentukan baik buruknya buruknya suatu perbuatan perbuatan menurut menurut pemikiran pemikiran utilitarianis utilitarianisme me adalah the the greatest happiness of the greatest number , kebahagian terbesar dari jumlah orang terbesar. Sehingga perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Teori Deontologi – Kewajiban Moral. Aliran besar pemikiran etika kedua adalah deontologi. Tokoh Tokoh besar aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-180 (1724-1804) 4) (Ludigdo, (Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai Kantianisme. Istilah deontogi sendiri berasal beras al dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban (Bertens, 2000). Pandangan dasar dari pemikiran etika deontologi ini adalah bahwa penilaian baik atau buruknya suatu tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri sebagai baik atau buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan deontologi ini berbeda dalam prinsipnya dengan utilitarianisme yang berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan tergantung pada konsekuensinya.
•
•
•
•
•
The natural law of ethics : Hukum alam berlaku universal dan abadi. Hukum adalah fragmen jatuh bangun manusia mencari dan menemukan absolute justice (keadilan hakiki), pengetian dan pendekatan Hukum alam senantiasa berubah mengikuti dinamika perubahan dan perkembangan masyarakat serta pilihan politik yang dianut atau berpengaruh terhadap pembangunan/ pemikiran negara Hukum alam memberikan dasar etika dan moral bagi berlakunya Hukum positif. Semua Hukum positif merupakan usaha menuju pada Hukum yang adil. Hukum alam berusaha membuat suatu metode rasional yang dapat digunakan untuk menentukan kebenaran yang relative dari Hukum pada setiap situasi. Non-cognitivism merupakan teori etika religious. Etika keagamaan tradidional didasarkan pada keyakinan terhadap tuhan dan semesta moral. Sejumlah aliran eksistensialisme religious kontemporer menolak teisme tradisional. Umunya menolak bentuk supranaturalisme dan otoritarianisme. Sebagai gantinya landasan non teistik disampaikan dalam etika Tillich;atau teologi radikal yang melihat agama secara sekuler karena “tuhan telah mati” membuat etika lebih bersifat humanistic dan universal, serta eksistensial. Teori non-cognitivism merupakan teori etika religious. Teori ini lebih menekankan dan lebih mendasarkan pada agama. Teori ini lebih bersifat tradisonal, sedangkan teori yang modern adalah teori kognitivism. Etika Beragama ( Religious Ethics) :Tuhan adalah hakim terakhir mengenai etis. Tuhan memiliki alasan memerintah seseorang untuk melakukan suatu hal namun tidak untuk hal lainnya. Misal jikaTuhan memerintahkan untuk tidak mencuri karena hal ini menyebabkan manusia menderita, Banyak argumentasi sejauh ini menjadi seorang yang beragama atau beriman adalah seseorang yang percaya pada Tuhan. Orang-orang yang percaya pada moralitas beragama akan sering menuntut mereka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan ketentuan sehingga akan membantu membawa mereka ke tujuan supernatural. Seseorang yang memiliki religious ethics maka, mereka akan melakukan tindakan yang semata-mata karena Tuhan memerintahnya. Walaupun moralitas dapat hidup tanpa agama, namun agama biasanya tidak ada tanpa moralitas. Di dunia ini terdapat berbagai macam ajaran agama seperti judaisme, Kristen, islam dan lain-lain. Baik dan buruknya dilihat dari patuh atau tidaknya terhadap aturan Tuhan. Walaupun semua agama memberikan kerangka moral namun tidak semua sistemnya sama contohnya seperti agama budha dan hindu, keduanya merupakan contoh yang baik yang memiliki sistem etika yang modern namun bukan dalam hal menyimpang dari aturan Tuhan. Etika Theologi (Theological Ethics) : Theologi sebenarnya merupakan suatu studi yang mempelajari Tuhan atau hal-hal yang bersifat Ketuhanan. Pada model retorikal, ilmu theologi muncul sebagai interpretasi dari kitab suci dan tulisan-tulisan inspirasional biasanya berbentuk kiasan-kiasan. Saat ini theologi secara global digambarkan pada banyak agama, imaginatif, artistik, dan sumber-sumber yang bersifat pengetahuan maupun praktek-praktek politik dan etika. Dalam etika theologi baik atau buruknya sesuatu semata-mata berdasarkan pada hubungannya dengan Tuhan. Theologi pada abad ke-21 bertujuan untuk membantu mengarahkan masyarakat secara global untuk memecahkan masalah global seperti masalah lingkungan hidup dan keadilan distributif, dengan cara komunikasi para pemikir dalam banyak bidang dan budaya mengenai permasalahan global tersebut. Teori-teori dari theologi biasanya dibedakan oleh apa sumber yang lebih mereka pentingkan dari theologi dan peranan dari sumber-sumbernya. Hampir semua agama memiliki sumber-sumber theologi atau Ketuhanan, namun berbeda hal yang ditekankan pada teori theologi agama satu dengan teori lainnya.
PENILAIAN : Definisi etika bisnis: Penilaian kami mengenai pokok pikiran tersebut sudah baik. Kami • memiliki pemahaman yang sama akan apa yang dimaksud mengenai etika bisnis, dimana etika merupakan sebuah standar, peraturan perilaku, sebuah tata karma yang harus diikuti dalam sebuah lingkungan tertentu agar tetap tercipta sebuah kondisi yang kondusif. Apalagi pada
•
•
•
•
•
•
•
•
tingkat bisnis, dimana etika ini menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu, karena dalam melakukan kegiatan bisnis kita tidak bisa bertingkah, berperilaku sesuka hati kita, pasti ada sebuah tatanan yang menjelaskan bagaimana seharusnya kita berperilaku dalam sebuah lingkungan kerja tersebut. Pokok pikiran mengenai kognitivisme sudah sesuai dengan kondisi yang ada. Dimana kognitivisme merupakansuatu hal yang berbicara mengenai kebenaran, bicara tentang fakta dan kenyataan. Saat ini, nilai kognitivisme memnag levih sering digunakan dalam keseharian, karena saat ini banyak orang yang memiliki pola fikir rasional, dan lebih sering menggunakan logikanya. Namun, bila nilai kognitivisme ini diterapkan sepenuhnya dalam keseharian yang hanya mengandalkan sebuah kerasionalan maka bisa jadi kondisi manusia kurang baik, karena tidak menggunakan aspek non-kognitivisme yang berasal dari hati merupakan sebuah nilai relijius yang bisa menyeimbangkan antara fikiran dengan ego yang ada pada diri manusia Dari kedua prinsip yang biasa digunakan dimensi etis dalam pengambilan keputusan yaitu consequentialism dan non consequentialism kami lebih cenderung untuk menerapkan prinsip kedua yaitu non consequentialism. Karena dalam prinsip tersebut, kemungkinan terjadinya dampak buruk atas keputusan yang diambil dapat dicegah sebelum terjadi. Tidak seperti prinsip pertama yang baru mengetahui apakah keputusan yang diambil etis atau tidak setelah terlihat dampak yang ditimbukannya. Dalam prinsip non consequentialism juga tercakup dua prinsip lain yakni prinsip hak dan keadilan, yang akhirnya membuat kami menyimpulkan bahwa prinsip non consequentialismlebih lengkap dan mendetail. Etika Ulititarianisme sangat perlu diterapkan karena etika utilitiarisme mengajarkan bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral, dimana manfaat dan kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisi keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan. Etika Kantianisme menjelaskan dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayangkan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan, menjelaskan bahwa bila memang harus dilakukan sebuah tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam etika, hukum alam merupakan dasar dari etika. Hukum alam ini berkaitan sekali dengan perilaku seseorang. Ketika perilaku sesorang memiliki dampak yang baik maka disebut sebagai tindakan etis, dan ketika perilaku seseorang memiliki dampak yang buruk maka tidakannya ini tidak etis. Teori non-cognitivism merpakan teori etika religious. Teori ini lebih menekankan dan lebih mendasarkan pada agama. Teori ini lebih bersifat tradisonal, sedangkan teori yang modern adalah teori kognitivism. Menurut kami, religious ethics sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan banyaknya penilaian mengenai baik dan buruknya suatu perilaku manusia serta banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu agar penilaian etis tidaknya suatu perbuatan, tidak menjadi suatu dilemma maka keseluruhan etika seharusnya berlandaskan pada religious ethics yaitu berlandaskan ajaran agama. Walaupun agama berbeda satu sama lain, namun kami yakin bahwa sesungguhnya agama memiliki inti yang sama yaitu mengajarkan hal-hal yang membawa kebaikan kepada keseluruhan umat di dunia. Orang-orang yang beriman pastilah melakukan sesuatu berdasarkan perintah Tuhan. Menurut pandangan kami, theological ethics hampir sama dengan religious ethics. Hal ini karena keduanya berhubungan dengan Tuhan. Theologi ini lebih memaknai segala sesuatu dikaitkan dengan Tuhan. Jadi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia baik atau tidaknya berlandaskan hubungannya dengan Tuhan. Ajaran-ajaran kitab suci dapat dijadikan pedoman dalam melakukan suatu tindakan.