Pengadaan obat high alert adalah adalah kegiatan penyiapan obat-obat high alert untuk untuk penggunaan di RSUD Melawi. Tujuan
Tujuan Umum:Meningkatkan mutu pelayanan farmasi dan keselamatan pasien RSUD Melawi Tujuan Khusus: Mendapatkan obat-obat high alert dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan
Kebijakan
1. Pengadaan obat high alert dilaksanakan dengan mengacu kepada Peraturan Presiden No 4 tahun 2015 dan Permenkes 63 tahun 2014 tentang pengadaan obat dan alkes. 2. Pengadaan obat high alert dilaksanakan dengan dengan mengacu kepada buku buku saku tanggung jawab apoteker terhadap keselamatan pasien (patient safety) terbitan DirJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 3. Perbekalan farmasi yang digunakan adalah perbekalan farmasi yang terdaftar dan mempunyai registrasi di BPOM Indonesia. 4. Pengadaan obat high alert dilaksanakan dengan mengcu pada Permenkes Nomor 63 Tahun 2014 2014 tentang pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) 5. Pengadaan obat high alert dilaksanakan dengan Mengacu pada Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Perencanaan,Pengadaan ,penerimaan dan Penyimpanan obat. Prosedur
1. Petugas logistik membuat daftar pesanan obat high alert bersama dengan perbekalan farmasi lainnya yang diperlukan kepada Apoteker Instalasi Farmasi untuk melakukan pemesanan pada masing-masing distributor. 2. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh apoteker dengan menggunakan surat pesanan yang dilengkapi dengan tanda tangan Kepala Instalasi Farmasi, NO. SP/SIPA, dan stempel apotek. 3. Surat pesanan perbekalan farmasi terdiri dari 2 (dua) rangkap, rangkap pertama untuk distributor dan rangkap kedua untuk arsip rumah sakit (untuk obat non narkotika dan non psikotropika). 4. Pengadaan perbekalan farmasi harus berdasarkan kebutuhan rumah sakit yang telah melalui tahap seleksi.
5. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan melalui pembelian dari distributor farmasi yang resmi dan legal, produksi sediaan farmasi dan sumbangan/hibah. 6. Apoteker harus memperhatikan mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan. Unit Terkait