Nama
: Lavanter Johansen Simamora
No Peserta PPG
: 201511403957
NUPTK
: 3733755656200002
Mata Pelajaran
: Fisika
Prodi PPG
: [831] Teknik Geomatika dan Spasial
Asal Sekolah
: SMK Negeri 1 Balige
Alamat
: Jalan Tarutung No. 1 Soposurung Balige Toba Samosir Sumatera Utara
Jelaskan bagaimana cara menentukan Indeks Komponen Harga Satuan serta berikan contoh perhitungannya! Analisis Harga Satuan Pekerjaan Analisis harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, peralatan dengan harga bahan bangunan, standar pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi (Ibrahim, 1993). Analisis harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran yang kemudian dikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang didalam perhitungannya harus disesuaikan dengan kondisi riil lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut. Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, upah dan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri. Daftar analisa harga satuan SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW 1921. Dengan kata lain bahwa analisis SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisis
SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisis SNI ini hampir sama dengan sistem perhitungan dengan menggunakan analisis BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah daftar koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari ketiga koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan susunan material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan yang berlaku dipasaran. Dari data kegiatan tersebut diatas, menghasilkan produk sebuah analisa yang dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada tahun 1991-1992 dan pada tahun 2001 hingga saat ini, SNI disempurnakan dan diperluas sasaran analisa biayanya. Analisis harga satuan ini menetapkan suatu perhitungan harga satuan upah, tenaga kerja, dan bahan, serta pekerjaan yang secara teknis dirinci secara detail berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai dengan yang diuraikan dalam suatu spesifikasi teknik,
gambar
desain
dan
komponen
harga
satuan,
baik
untuk
kegiatan
rehabilitasi/pemeliharaan, maupun peningkatan infrastruktur ke-PU-an. Biaya yang dihitung dalam suatu analisis harga satuan pekerjaan, yang terdiri atas biaya langsung (tenaga kerja, bahan, dan alat), dan biaya tidak langsung (biaya umum atau overhead , dan keuntungan) sebagai mata pembayaran suatu jenis pekerjaan tertentu, belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (DPU, 2016). Analisa Harga Satuan Upah Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi. Analisa upah pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. (Ibrahim, 1993). Kebutuhan dibutuhkan
untuk
tenaga kerja suatu
menggunanakan rumus:
volume
adalah besarnya pekerjaan
jumlah tenaga kerja
tertentu
yang
dapat
yang
dicari
dengan
Σ Tenaga Kerja = V. Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga kerja
Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat kami jelaskan sebagai berikut: 1. Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus. 2. Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan kerja suatu proyek. 3. Kepala Tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengepalai tukang lainnya untuk suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang batu, kepala tukang kayu, kepala tukang besi. 4. Mandor, jenis tenaga ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan yang bertugas mengawasi jalannya pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang lain. Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam satuan jam orang per satuan pengukuran (m 1, m2, m3, ton, dan lain-lain). Berikut ini rumus umum yang digunakan untuk menentukan koefisien tenaga kerja adalah sebagai berikut (DPU, 2016). Produksi /hari, QT
= Tk x Q1; m 3
(2.7)
Koefisien tenaga /m 3 : (L.01) Pekerja
= (Tk x P) / Qt;
am
(2.8)
(L.02) Tukang batu
= (Tk x Tb) / Qt;
am
(2.9)
(L.03) Kepala tukang
= (Tk x Kt) / Qt;
am
(2.10)
(L.04) Mandor
= (Tk x M) / Qt;
am
(2.11)
Dimana, -Q1
= besar kapasitas produktivitas yang menentukan kerja;
-Tk
= jumlah jam kerja per hari (7 jam);
am
-P
= jumlah pekerja yang diperlukan;
orang
-Tb
= jumlah tukang batu yang diperlukan;
orang
-Kt
= jumlah kepala tukang yang diperlukan;
orang
-M
= jumlah mandor yang diperlukan;
orang
m3/jam
Analisa Harga Satuan Bahan Yang dimaksud dengan analisis bahan suatu pekerjaan, ialah yang menghitung banyaknya/volume
masing-masing
bahan,
serta
besarnya
biaya
yang
dibutuhkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut (Ibrahim, 1993). Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan adalah sejumlah bahan yang dipergunakan / telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya. Ada beberapa waste, yaitu antara lain: -
Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat.
-
Kerusakan karena kelemahan dalam handling atau penyimpanan.
-
Kehilangan karena kelemahan pengawasan keamanan.
-
Pemborosan pemakaian di lapangan.
Analisa bahan suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengaan rumus sebagai berikut:
Σ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefisien Analisa Bahan
Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Analisa bahan dari suatu pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing – masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalam volume 1 m 3, 1 m2, atau per m 1. Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi atau biasa disebut dengan construction waste. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang disyaratkan
baik
itu
berupa
hasil
pekerjaan
sifatnya berlebih dari yang
maupun
material
konstruksi
yang
tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (Illingworth, 1998). Material adalah salah satu komponen penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya suatu proyek, maka dengan adanya sisa material konstruksi yang cukup besar dapat dipastikan terjadi pembengkakan pada sektor pembiayaan.
CONTOH : Contoh Pemagaran Daerah Kerja Pada pelaksanaan pembangunan diperlukan daerah kerja yang harus dipagar sepanjang 120 m dengan tinggi 1,6 m menggunakan rangka kayu. Jawab: Analisa A.2 butir 1) untuk 1 m pemagaran daerah kerja dengan seng gelombang BJLS-30, tinggi 1,6 m’ dengan rangka kayu. Kebutuhan
Satuan
Indeks
0,18 0,10 0,10 0,005 1,2
Tenaga Kerja
Pekerja Tukang Kayu Tukang Tembok Mandor
OH OH OH OH
Bahan
Seng Gelombang
m’
HSD (Rp) 25.000 35.000 35.000 50.000 74.000
Jml Harga (Rp) 4.500,00 3.500,00 3.500,00 250,00 88.800,00
1.135.000 7.500 7.500 124.000
39.725,00 2.250,00 900,00 12.400,00 7.200,00 163.025,00 24.253,75 187.478,80
BJLS-30 lebar 0,8 m’ tinggi 1,6 m’
Kaso 5/7 kelas II paku seng paku 7 cm PP PC
HSP 1 m’
m
kg kg m
kg
0,035 0,30 0,12 0,1 12,0
600 Jumlah Overhead dan Keuntungan : 15% pemagaran daerah kerja dengan seng gelombang BJLS-30, tinggi 1,6 m’ dengan rangka kayu
Biaya pemagaran daerah kerja sepanjang 120 m dengan tinggi 1,6 m menggunakan rangka kayu:
120 m’ x Rp 187.478,80/m’ = Rp 22.497.450,00
Lampiran B (Informatif)
Daftar harga satuan dasar bahan bangunan dan tenaga kerja Tabel B.1
Contoh daftar harga dasar bahan bangunan
Tahun 2004, DKI Jakarta No.
Nama bahan bangunan
Satuan
1. 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Pasir urug Pasir pasang Pasir beton Batu pecah / Split ukuran 2 – 3 cm Batu kali belah Triplek tebal 4 mm Papan (2x 20 x 400 ) cm Semen Cibinong / 50 kg Semen Tiga roda / 50 kg Kawat anyaman bronjong ø 3 mm Kawat anyaman bronjong ø 4 mm Kawat beton Multiplek tebal 12 mm ukuran 1,22 x 2,44 m Besi beton bulat polos Paku segala ukuran Kayu reng ukuran (2 x 3 x 400) cm Kaso (4 x 6 x 400) cm Cat besi / kayu Meni besi / kayu 5 kg Seng Gelombang BJLS-30 lebar 0,8 m’ x 1,6 m’ Thinner cat Gebalan rumput gajah
m
Tabel B.2
Harga Satuan (Rp)
3
m m m
m3 lbr 3
m
zak zak kg kg kg lbr kg kg m 3
m
kg kg lbr kg 2
m
84.000,124.000,128.000,116.000,125.500,31.500,950.000,30.000,30.000,7.500,7.500,7.000,82.000,5.000,7.500,1.135.000,1.135.000,26.000,43.000,74.000,22.000,3.000,-
Contoh daftar harga upah pekerja
Tahun 2004, DKI Jakarta No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Pekerja Pekerja / kenek Tukang gali Tukang batu Tukang kayu Tukang besi Tukang cat Tukang aspal Tukang las Tukang babat rumput Mandor / pengawas Penganyam bronjong Juru ukur
Satuan Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari
Upah (Rp) 25.000,30.000,35.000,35.000,35.000,35.000,35.000,35.000,28.000,50.000,35.000,75.000,-