FOTOGRAFI FORENSIK
A. Foto dalam dalam Ilmu Kedokteran Kedokteran Forensik Forensik sebagai sebagai Alat Alat Bukti Masyarakat mengenal kata forensik sebagai bagian dari ilmu kedokteran
yang selalu berhubungan dengan mayat. Padahal kegunaan dari Ilmu kedokteran forensik forensik sangatlah sangatlah banyak, banyak, tidak melulu mengenai mengenai kasus pembunuhan. pembunuhan. Selain meme memeri riks ksaa peny penyeb ebab ab dari dari kema kemati tian an seseo seseora rang ng,, ilmu ilmu kedo kedokt ktera eran n foren forensik sik bermanfaat bagi segi kehidupan lain. Misalnya, dalam membantu penyelesaian klaim klaim asuran asuransi si yang yang adil, adil, penemu penemuan an ke-aya ke-ayah-an h-an,, pengum pengumpul pulan an data data korban korban kecelakaan industri, dan sebagainya. Ilmu kedokteran forensik telah dikenal sejak zaman Babilonia, sejarah mencatat nthitius, seorang dokter di zaman roma!i kuno yang pada sutu forum, semacam semacam instit institusi usi peradi peradilan lan !aktu !aktu itu, itu, menyatak menyatakan an bah!a bah!a dari dari "# luka luka yang yang ditem ditemuk ukan an pada pada tubu tubuh h maha maharaj rajaa $uli $ulius us %aesa %aesar, r, hany hanyaa satu satu luka luka saja saja,, yang yang menembus sela iga ke dua sisi kiri depan yang merupakan luka yang mematikan. &ama kedokteran forensik dikatakan berasal dari kata forum ini. Ilmu kedokteran forens forensik, ik, juga dikena dikenall dengan dengan nama Legal Medicine, Medicine, adalah salah satu cabang spesial spesialisti istik k ilmu ilmu kedokt kedokteran eran yang yang mempel mempelajar ajarii pemanf pemanfaata aatan n ilmu ilmu kedokt kedokteran eran untuk kepentingan penegakkan hukum serta keadilan. # 'erdap erdapat at berbag berbagai ai cara dalam dalam memban membantu tu kepent kepenting ingan an hukum, hukum, salah salah satunya dalam ilmu kedokteran forensik dikenal adanya pembuatan (isum et )epertum atau *ihat dan *aporkan. Pasal #+ ayat # /itab 0ndang-undang 1ukum 1ukum cara cara Pidana Pidana /01P /01P alat bukti bukti menuru menurutt undang undang-un -undan dang, g, yaitu2 yaitu2 keteran keterangan gan saksi saksi harus harus " orang orang saksi, saksi, ketera keteranga ngan n ahli, ahli, surat, surat, petunj petunjuk uk dan keterangan keterangan terdak!a. 3i luar alat bukti bukti itu tidak dibenarkan dibenarkan untuk membuktikan membuktikan kesalahan kesalahan terdak!a terdak!a kecuali ditentukan ditentukan lain oleh peraturan peraturan perundang-u perundang-undang ndangan. an. (isum et )epertum dalam hal ini termasuk dalam keterangan ahli yang berbentuk surat. 3alam Pasal #+4 /01P dituliskan bah!a 1akim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang5kurangnya dua alat ala t bukti yang
6idiatmaka,S. Sudiono , et. al.7 Ilmu al.7 Ilmu Kedokteran Forensik” Forensik”,, Bagian 1 . Budiyanto , 6. 6idiatmaka,S. /edokteran 8orensik 8/0I, $akarta, #99:, hlm. #.
1
sah dan 1akim memperoleh keyakinan bah!a suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bah!a terdak!alah yang bersalah melakukannya. Bila tidak adanya alat bukti sah yang cukup atau tidak mempunyai mempunyai nilai yuridis yang tidak mampu meyakinkan 1akim, seringkali menyulitkan penyidik, sehingga penyidik dapat mengel mengeluar uarkan kan Surat Surat Perint Perintah ah Penghe Penghenti ntian an Penyidi Penyidikan kan SP4 SP4 maupun maupun Surat Surat /eputusan Penghentian Penuntutan S/PP, bahkan 1akim dapat menjatuhkan putusan bebas jika perkara sudah dimeja hijaukan." Saat Saat ini pembua pembuatan tan (isum isum et )epertu )epertum m dalam dalam pembua pembuatan tannya nya sering sering dibantu media elektronik dalam dokumentasi dokumentasi melalui kamera sehingga apa yang dilihat oleh dokter pemiksa mengenai korban, atau sebuah tempat perkara beserta detilnya dapat disimpan. Sehingga terdapat pertanyaan yang muncul2 pakah foto dapat dapat menj menjad adii sebu sebuah ah baran barang g bukt bukti; i; Perta Pertany nyaan aan ini ini didu diduku kung ng oleh oleh fakt faktaa dimasyarakat bah!a media elektronik khususnya kamera bukanlah hal yang asing dan dapat dipergunakan dimana saja dan kapan saja. 3i merika pada tahun #+<9 pengadilan memberikan kebebasan kepada budak yang kabur dengan melihat bukti gigitan berulang melalui sebuah foto. =leh karena itu , ilmu kedokteran kedokteran forensik forensik dengan berjalannya !aktu berkembang berkembang dan muncul sebuah cabang ilmu yaitu aitu fotogr fotografi afi forens forensik. ik. 8otogr 8otografi afi forens forensik ik yang yang sering sering juga juga disebu disebutt forensic
imaging atau atau crime scene photography photography adalah suatu proses seni menghasilkan bentuk reproduksi dari tempat kejadian perkara atau tempat kejadian kecelakaan secara akurat untuk kepentingan penyelidikan hingga pengadilan. pengadilan .4 8oto merupakan salah satu bahan dasar dari alat bukti hukum pidana di Indonesia. 0ndang-undang &o. ## 'ahun ">>+ tentang Informasi dan 'ransaksi ?lek ?lektro troni nik k 00 00 I'? I'? lahir lahir untu untuk k menj menja! a!ab ab meng mengen enai ai pemb pembuk ukti tian an secar secaraa elektronik. Materi penting dalam 00 I'? adalah pengakuan terhadap perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan 1ukum cara yang berlaku di Indonesia.
KUHAP 2 M. @ahya 1arahap,A Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP PemeriksaanSidang Pengadilan !anding !anding Kasasi dan Penin"auan Kembali#disi Kedua” Sinar Kedua” Sinar rafika, $akarta, ">><, hlm. 4>. patholog$% &nd edition7, rnold Press, *ondon,#99C, hlm. 4". 3 B. /night, A Forensic patholog
%$2
sah dan 1akim memperoleh keyakinan bah!a suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bah!a terdak!alah yang bersalah melakukannya. Bila tidak adanya alat bukti sah yang cukup atau tidak mempunyai mempunyai nilai yuridis yang tidak mampu meyakinkan 1akim, seringkali menyulitkan penyidik, sehingga penyidik dapat mengel mengeluar uarkan kan Surat Surat Perint Perintah ah Penghe Penghenti ntian an Penyidi Penyidikan kan SP4 SP4 maupun maupun Surat Surat /eputusan Penghentian Penuntutan S/PP, bahkan 1akim dapat menjatuhkan putusan bebas jika perkara sudah dimeja hijaukan." Saat Saat ini pembua pembuatan tan (isum isum et )epertu )epertum m dalam dalam pembua pembuatan tannya nya sering sering dibantu media elektronik dalam dokumentasi dokumentasi melalui kamera sehingga apa yang dilihat oleh dokter pemiksa mengenai korban, atau sebuah tempat perkara beserta detilnya dapat disimpan. Sehingga terdapat pertanyaan yang muncul2 pakah foto dapat dapat menj menjad adii sebu sebuah ah baran barang g bukt bukti; i; Perta Pertany nyaan aan ini ini didu diduku kung ng oleh oleh fakt faktaa dimasyarakat bah!a media elektronik khususnya kamera bukanlah hal yang asing dan dapat dipergunakan dimana saja dan kapan saja. 3i merika pada tahun #+<9 pengadilan memberikan kebebasan kepada budak yang kabur dengan melihat bukti gigitan berulang melalui sebuah foto. =leh karena itu , ilmu kedokteran kedokteran forensik forensik dengan berjalannya !aktu berkembang berkembang dan muncul sebuah cabang ilmu yaitu aitu fotogr fotografi afi forens forensik. ik. 8otogr 8otografi afi forens forensik ik yang yang sering sering juga juga disebu disebutt forensic
imaging atau atau crime scene photography photography adalah suatu proses seni menghasilkan bentuk reproduksi dari tempat kejadian perkara atau tempat kejadian kecelakaan secara akurat untuk kepentingan penyelidikan hingga pengadilan. pengadilan .4 8oto merupakan salah satu bahan dasar dari alat bukti hukum pidana di Indonesia. 0ndang-undang &o. ## 'ahun ">>+ tentang Informasi dan 'ransaksi ?lek ?lektro troni nik k 00 00 I'? I'? lahir lahir untu untuk k menj menja! a!ab ab meng mengen enai ai pemb pembuk ukti tian an secar secaraa elektronik. Materi penting dalam 00 I'? adalah pengakuan terhadap perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan 1ukum cara yang berlaku di Indonesia.
KUHAP 2 M. @ahya 1arahap,A Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP PemeriksaanSidang Pengadilan !anding !anding Kasasi dan Penin"auan Kembali#disi Kedua” Sinar Kedua” Sinar rafika, $akarta, ">><, hlm. 4>. patholog$% &nd edition7, rnold Press, *ondon,#99C, hlm. 4". 3 B. /night, A Forensic patholog
%$2
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam 00 I'? khususnya Pasal < mengatur tentang2 #. Inform Informasi asi ?lektro ?lektronik nik danDatau danDatau 3okumen 3okumen ?lekro ?lekronik nik danDatau danDatau hasil cetakny cetaknyaa merupakan alat bukti hukum yang sah. ". Inform Informasi asi ?lektro ?lektronik nik danDatau danDatau 3okumen 3okumen ?lektro ?lektronik nik danDatau danDatau hasil cetakny cetaknyaa sebagaimana dimaksudkan pada ayat # merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan 1ukum cara cara yang berlaku di Indonesia. 4. Inform Informasi asi ?lektroni ?lektronik k danDat danDatau au 3okume 3okumen n ?lektr ?lektroni onik k dinyat dinyataka akan n sah apabila apabila menggunakan Sistem ?lektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam 0ndang-undang ini. . /etentu /etentuan an mengen mengenai ai Inform Informasi asi ?lektroni ?lektronik k danData danDatau u 3okume 3okumen n ?lektr ?lektroni onik k sebagaimana dimaksud pada ayat # tidak berlaku untuk 2 a. Surat yang yang menurut menurut 0ndang 0ndang-undan -undang g harus harus dibuat dibuat dalam bentuk bentuk tertulis tertulis b. Surat beserta dokumennya yang menurut 0ndang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat pejabat pembuat akta. Pasal Pasal C 00 I'? menyat menyataka akan n bah!a bah!a suatu suatu inform informasi asi harus harus berben berbentuk tuk tertulis atau asli, Informasi ?lektronik danDatau 3okumen ?lekronik dianggap sah sepanj sepanjang ang inform informasi asi yang yang tercant tercantum um di dalamn dalamnya ya dapat dapat diakse diakses, s, ditamp ditampilk ilkan, an, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungja!abkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Sehingga dapat disimpulkan bah!a foto saat ini bisa dijadikan alat bukti apabila memenuhi persyaratan sebagai foto yang dapat dijadikan alat bukti tanpa adanya rekayasa.< B. Fotogr Fotografi afi Foren Forensik sik 1. enge engert rtian ian Foto Fotogr grafi afi For Foren ensik sik
A Handbook of 'omputer 'rime In(estigation )Forensic )Forensic 4 %asey ?ogham dan Seglem. A Handbook *ools and*echnolog$7. and*echnolog$ 7. cademic Pres, 0nited States of merica, ">>", hlm. +. yang dikutip dalam Petrus )einhard olese. Seputar Ke"ahatan Hacking *eori dan Studi Kasus@a Kasus@ayasan yasan Pengembang kajian Ilmu Il mu /epolisian,$akarta,">>+, hlm. :. 5
*ihat Pasal < 0ndang-0ndang &omor ## 'ahun ">>+ tentang Iinformasi dan 'ransaksi ?lektronik.
3
8otografi 8otografi forensik yang sering juga disebut forensic imaging atau crime scene photography photograph y adalah suatu proses seni menghasilkan bentuk reproduksi dari tempat kejadian perkara atau tempat kejadian kecelakaan secara akurat untuk kepentingan penyelidikan hingga pengadilan. 8otografi forensik juga termasuk ke dalam dalam bagian bagian dari dari upaya upaya pengum pengumpul pulan an barang barang bukti bukti seperti seperti tubuh tubuh manusi manusia, a, tempat-tempat dan setiap benda yang terkait suatu kejahatan dalam bentuk foto yang digunakan oleh penyelidik atau penyidik saat melakukan penyelidikan atau penyidikan. ambar yang diambil biasanya berupa gambar yang ber!arna atau dapat pula dalam bentuk gambar hitam putih tergantung kebutuhannya. ambar ber!arna lebih dipilih saat mengumpulkan bukti berupa cat atau bercak yang ditemukan di '/P 'empat /ejadian Perkara. Sebaliknya, jejak ban akan lebih tegas pola dan perbedaan !arna dengan sekitarnya saat diambil dalam bentuk foto hitam-putih. !. erke erkemba mbanga ngan n Fotogr Fotograf afii Foren Forensik sik
8otografi forensik merupakan bentuk dari modernisasi sistem peradilan. Selama abad ke #9 dan abad ke "> perkembangan dari fotografi forensik dan sistem pekerjaan penegak hukum cukup pesat khususnya dalam hal keinginan mend mendap apat atka kan n ketep ketepata atan n dari dari apa apa yang yang didu diduga ga menj menjad adii bukt buktii sebu sebuah ah tinda tindak k kejahatan. kejahatan. Bukti yang yang paling a!al dari dokumentasi dokumentasi fotografi fotografi forensik forensik terjadi pada tahun #+4 di Belgia dan pada tahun #+<# di 3enmark. Pada tahun #+:>, kegiatan dokumetasi bagi kepentingan forensik menjamur luas di berbagai negara. 3oku 3okume ment ntasi asi pert pertam amaa meng mengen enai ai peng penggu gunaa naan n foto fotogr grafi afi dalam dalam duni duniaa ilmu ilmu kedokteran forensik muncul satu bulan setelah teknik fotografi dipatenkan pada tahun #+49. 3okumentasi dari kasus perceraian *ouis 3aguerre, diakui menjadi barang bukti perselingkuhan. kan tetapi foto ini hilang saat perang antara Pera Peranc ncis is dan dan Prus Prussi siaa pada pada tahu tahun n #+:> #+:>.. Pada Pada tahu tahun n #+# #+# dete detekt ktif if )ogu )oguee menghasilkan foto pertama pertama mengenai pelaku kejahatan di Paris. Bukti galeri yang paling pertama dibuat terdapat di Birmingham Inggris pada tahun tahun #+<>. 8otografi tempat kejadian perkara selanjutnya menjadi sesuatu yang umum di masyarakat. 8otografi ini khususnya mengenai pembunuhan, korban kebakaran, otopsi, dan kecelakaan lalu lintas. 8otografer asal Perancis bernama lphonse 4
Bertillon merupakan orang pertama yang menyadari bah!a foto merupakan senjata pembuktian yang lemah apabila tidak dibarengi pembuatan standarisasi bagaimana sebuah foto untuk tindak kejahatan seharusnya diambil. 1al ini termasuk standarisasi cahaya, skala dan sudut pengambilan gambar. Bertillon mempublikasikan La Photogaphie +udiciaire pada tahun #+9> yang berisi aturan secara ilmiah mengenai identifikasi fotografi.C Bertillon menyatakan bah!a persepsi mengenai fotografi komersial harus dihilangkan dala m fotografi forensik. Selanjutnya hal ini berkembang hingga adanya identifikasi dari sidik jari. ". Tu#uan Forensik Fotografi 'erdapat beberapa tujuan dari fotografi forensik, yaitu2 a. Sebagai dokumentasi tempat kejadian perkara dan barang bukti. 8oto
merupakan satu dari teknik dasar untuk mendokumentasikan tempat kejadian perkara. b. Sebagai media dalam inEestigasi kasus kejahatan. 8oto digunakan dalam inEestigasi dimana foto yang sesuai syarat akan meningkatkan pemahaman mengenai apa yang terjadi dan juga mengidentifikasi subjek maupun objek yang penting dalam rekonstruksi tempat kejadian perkara. c. Sebagai media pengingat dan penjelas dari suatu kejadian. /etika persidangan, foto dapat disajikan dengan berbagai tujuan. Saat seorang saksi berusaha menjelaskan sebuah kejadian yang rumit, seringkali sebuah foto dapat membantu dalam memberikan penjelasan. $. eralatan Fotografi Forensik a. Kamera
/amera yang lazim digunakan dan dapat diterima sebagai kamera yang mampu 7berbicara7 banyak di lapangan pekerjaan forensik adalah kamera tipe single,lens refle- 4
6 )ussell ) )ohde,. F'rime Photograph$.F PSA +ournal . March, ">>>, hlm. #<.
5
b. Format film
8ormat film 4< mm adalah jenis format film yang digunakan pada kamera ini dan lazim digunakan untuk kepentingan pemeriksaan forensik. 1asil foto pada format film 4< mm akan memberikan gambaran full frame yang tajam di mana, dimensi obyek yang dilihat oleh fotografer melalui cermin pentaprism akan sama dengan dimensi obyek yang ditangkap oleh film ini. /etajaman gambar dan prinsip 7.hat $ou see is .hat $ou get 7 inilah yang dipegang untuk setiap hasil foto yang dapat digunakan kepentingannya di dunia forensik. Pemilihan film tergantung dari efek pencahayaan yang dipilih. Pemilihan kecepatan sensitifitas film #>> atau ">> S American Standard Association, telah lebih dari cukup untuk mengimbangi kerja lampu kilat. IS= atau S bisa diartikan sebagai seberapa sensitif-kah sebuah film terhadap cahaya. Parameter IS= diukur dengan menggunakan angka. Semakin rendah angka atau jumlah IS= yang tertera berarti semakin rendah juga sensitiEitas film dan lebih halus juga grain atau noise yang dihasilkan oleh film tersebut.
Gambar 1. SensitiEitas Media Sensor atau IS=. Semakin
tinggi IS= maka semakin banyak noise yang dihasilkan pada foto. 'erlihat pada IS= #>> gambar yang dihasilkan halus tanpa noise, sedangkan pada IS= 4">> tampak gambar dengan noise yang banyak sehingga tekstur gambar terlihat kasar
Sumber2 'im SaEage,6AUnderstanding /our 0igital 'amera Art and *echni1ues” %ro!ood Press, )amsbury ">#.
$adi, semakin gelap kondisi pencahayaan objek yang akan nda ambil, semakin tinggi pula IS= yang nda butuhkan. Sebagai contoh, untuk pengambilan gambar di pantau di tengah hari, nda harus memilik film dengan IS= serendah mungkin. Pengaturan IS= tinggi biasanya digunakan untuk mendapatkan kecepatan rana yang cepat pada kondisi ruangan yang pada tempat kejadian perkara kekurangan cahaya atau gelap, dan konsekuensinya adalah hasil jepretan yang memiliki noise. %. &ensa
Sebagian orang lebih memilih lensa tunggal yang interchangeable dengan Eariasi daya akomodasi lensa focal length. *ensa standar <> mm atau biasa disebut fi-ed lens <> mm daya akomodasi lensanya terfiksasi pada satu nilai adalah yang paling sering digunakan, kaitannya dengan kesetaraan daya akomodasinya dengan mata kita. &amun pada '/P, atau pada jarak pengambilan gambar terjauh dari tubuh korban pada kondisi '/P yang sulit, lensa sudut lebar .ide angle "+ mm atau 4> mm lebih diperlukan. &ilai focal length yang sedikit lebih panjang seperti +> mm dapat berguna untuk gambar-gambar jarak dekat dari perlukaan. 'idak disarankan penggunaan lensa telefoto dengan focal length #>> mm 5 ">> mm karena sebagian fungsinya telah digantikan oleh lensa tambahan untuk kegiatan macrophotograph$ .Banyak ahli patologi forensik lebih memilih untuk mengkombinasikan lensa-lensa tersebut menjadi satu lensa yang memiliki (ariable,focus ”2oom” lens antara "+ mm 5 +> mm. *angkah ini diambil untuk lebih mempersingkat !aktu pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan hasil gambar menggunakan lensa dengan daya akomodasi terfiksasi.Pemilihan focal length lensa memegang peranan penting dalam rangka pengambilan gambar. 3ide angle akan membuat luas perspektif, sebaliknya tele lens akan mempersempitnya. Saat berurusan dengan komposisi, ada plus-minus di kedua jenis lensa.
7
'. S(arat engambilan Foto sebagai Alat Bukti dalam Fotografi Forensik
Berpeganglah selalu pada prinsip /ISS. Keep It Simple and SharpG.'idak dibutuhkan teknik yang rumit untuk melakukan kegiatan fotografi saat pemeriksaan kedokteran forensik. @ang paling diutamakan adalah bah!a jepretan kamera kita mampu memberikan hasil yang tajam, berkomposisi, seimbang dalam hal pencahayaan dan !arna, dan tidak mengalami perubahan dimensi obyek. Sebuah gambar dapat menjadi suatu barang bukti di pengadilan atau hanya menjadi barang tak terpakai. 1al ini membuat seorang fotografer tempat kejadian perkara harus dengan teliti mengambil gambar. 0ntuk dapat diterima sebagai barang bukti, sebuah gambar harus releEan dengan kasus yang sedang diperkarakan. Pada kasus sebaliknya, sebuah gambar dapat dinyatakan tidak sesuai untuk dijadikan barang bukti jika tidak releEan dengan kasus yang akan diangkat ke pengadilan atau jika gambar tersebut tidak membantu penegak hukum dalam memahami kasus yang berhubungan dengan hasil reka ulang kejadian. $ika yang diambil bukanlah gambar asli dari subjek perkara, gambar tersebut tidak dapat diakui sebagai barang bukti. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sebuah gambar dianggap tidak menggambarkan subjek secara jujur, antara lain :2 #. $ika teknik pengambilan gambar secara nyata mengubah aspek-aspek yang berkaitan dengan sebuah foto ". $ika gambar yang diambil secara salah merepresentasikan subjek perkara 4. $ika gambar tersebut penuh tipu daya . $ika gambar yang diambil cenderung membuat orang yang melihat salah persepsi 'erkadang pemilihan gambar sebagai barang bukti dapat dilakukan dengan mudah dan jelas. 1akim dapat mempertimbangkan bah!a gambar yang diambil merupakan satu di antara aspek yang sangat penting dalam kasus yang sedang diperkarakan. Berdasarkan hal tersebut, maka penting diingat bah!a ada gambargambar yang baik dan gambar-gambar yang buruk, sama halnya dengan saksi yang baik dan saksi yang buruk.
7 M. S. Margaret, A'linical Forensic Medicine A Ph$sician4s 5uide”, 1umana Press, &e! $ersey,
">><, hlm.#4C.
8
Semua gambar yang diajukan ke pengadilan sebagai barang bukti dituntut untuk memiliki fondasi yang cukup sebelum gambar tersebut dapat diterima. Seseorang
akan
harus
menguji
bah!a
gambar
yang
diambil
mampu
merepresentasikan suatu kejadian secara jelas dan akurat. =rang ini tidak harus fotografer yang mengambil gambar asli dari kejadian tersebut, namun harus orang yang ada disekitar lokasi saat pengambilan gambar dilakukan. + Beberapa aspek harus diperhatikan agar gambar yang diambil dapat dinilai jelas dan akurat. a. Keta#aman Gambar
Salah satu unsur yang menentukan ketajaman sebuah gambar adalah kedalaman gambar depth of field . /ondisi ini dimungkinkan dengan memanipulasi elemen-elemen yang terdapat di latar depan, tengah, dan belakang. 3i sini, pemilihan lensa dan bukaan diafragma aperture menjadi unsur Eital untuk menciptakan kedalaman. 9 Aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka bukaan lensa saat kita mengambil foto. Saat kita memencet tombol shutter lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, pengaturan aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f,stop.#> Sering kita membaca istilah bukaanDaperture <.C, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f D<.C. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f,stop berarti semakin besar lubang ini terbuka dan semakin banyak Eolume cahaya yang masuk serta sebaliknya, semakin besar angka f,stop semakin kecil lubang terbuka.Pada pemotretan organ dalam (iscera, dapat dilakukan penggunaan gelas yang diletakkan secara terbalik dan di cat sesuai !arna latar belakang yang digunakan biasanya hijau yang terletak agak jauh di 8 1. *. Blitzer, AUnderstanding Forensic 0igital Imaging” , cademic Press, Massachusetts,
">>+, hlm.
st 9 SnapG, 6Photo techni1ues”, # ?d, $akarta, ramedia, ">>:, hlm.#"-#4.
10 /atie Stern, A An Introduction to *he Art of Photograph$” 3elmar, 0S, hlm%:4.
9
ba!ah gelas untuk menghindari fokus serta penggunaan lampu tungsten sebagai pencahayaan.
Gambar !. %ara /erja Aperture% Aperture dinyatakan dalam
f,stop, semakin kecil angka yang tertera di f,stop semakin
besar bukaan lensa pada kamera sehingga cahaya yang masuk lebih banyak dan gambar yang dihasilkan semakin terang. Sumber2 'im SaEage, Understanding /our 0igital 'amera Art and *echni1ues 'ro.ood Press 7amsbur$ "># 8
b. Kom)osisi gambar
Pada kegiatan fotografi yang dilakukan di '/P, gambar diambil secara serial dan panoramik menggunakan lensa-lensa sudut lebar agar seluruh obyek pada '/P dapat terekam dalam bingkai pemotretan sekaligus. 3iperlukan komposisi obyek yang baik dan kuat agar pesan yang tersirat dalam setiap bingkai pemotretan dapat disampaikan ke penyelidik maupun penyidik. /omposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian P=IH Point of Interest . da beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya2 # Sepertiga Bagian 7ule of *hirds. Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi sembilan bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. 1al ini sangat berbeda
10
dengan yang umum dilakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto. aris bayang dibagi menjadi tiga bagian yang sama secara horisontal dan Eertikal. 'erbagi menjadi FpertigaF.
Gambar ". 7ule of *hirds% Bidang foto dibagi menjadi
sembilan bagian yang sama, objek foto dapat ditempatkan pada sepertiga bagian bidang foto yaitu pada garis merah pada gambar
diatas
Sumber2
&unus
Supardi,
A Pedoman
teknisfotografi benda cagar alam” 3epartemen Pendidikan
&asional, $akarta, ">>>
" Sudut Pemotretan Angle of 9ie.. Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar sejajar dengan objek, kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, ba!ah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.
4 !ackground B dan Foreground 8.
11
*atar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, B dan 8 ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek. B dan 8, seharusnya tidak lebih dominan terlalu mencolok. 3alam seni fotografi murni, rumus ini juga dapat dipergunakan untuk pengambilan gambar jarak dekat close,up. &amun aplikasinya tidak disarankan pada close,up fotografi autopsi, karena dalam hal ini, lebih ditekankan proses representasi dari realita, misalnya pada pengambilan foto organ dalam. %. Eks)osur
?ksposur perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil foto yang baik. 0ntuk menciptakan serangkaian !arna pada gambar, kamera harus memastikan bah!a jumlah cahaya yang optimal sampai ke sensor atau film.1al tersebut bisa diperoleh dengan mengatur lama eksposur kecepatan ranaD shutter speed dan intensitas cahaya bukaan diafragmaDaperture pada lensa. /ec?patan rana atau Shutter speed adalah rentang !aktu saat shutter di kamera terbuka.## Secara lebih mudah, shutter speed berarti !aktu dimana sensor kita melihatJ subyek yang akan kita foto. ampangnya shutter speed adalah !aktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula. /onsep ini dalam beberapa penggunaan di kamera2 # Pengaturan shutter speed di kamera biasanya dalam kelipatan ", jadi akan terlihat deretan seperti ini2 #D<>>, #D"<>, #D#"<, #DC>, #D4> dan seterusnya. /ini hampir semua kamera juga mengizinkan pengaturan #D4 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapatK #D<>>, #D>>, #D4">, #D"<>, #D">>, #D#C> L dan seterusnya 0ntuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. turan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed #DC> atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang blur D tidak fokus. /ita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabili2ation. Saat pemotretan organ dalam 11 Ibid.hlm. :.
12
(iscera, organ ditempatkan pada suatu area dengan latar belakang !arna biru atau hijau.6arna putih dapat digunakan meskipun barangkali hal ini dapat mempengaruhi ukuran eksposur jika latar belakang terlalu terlihat pada bagian tepi gambar. Semakin banyak area yang terpakai, semakin besar pengaruhnya terhadap nilai eksposur. =rgan yang akan difoto pun sebaiknya dilakukan dabb penekanan dengan kain atau busa terlebih dahulu agar Aterbebas7 dari darah pada bagian permukaan dan latar belakang untuk menghindari terjadinya efek penyinaran kuat highlight. ?fek highlight dapat mengganggu metering e-posure yang telah dilakukan sebelumnya.
Gambar $. Segitiga ?ksposur. 3alam fotografi forensik ada
tiga elemen utama yaitu Aperture Shutter Speed dan IS=. /etiga elemen tersebut dinamakan *he #-posure *riangle atau Segitiga ?ksposur karena ketiga elemen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain untuk menghasilkan gambar yang baik dalam rekonstruksi '/P ataupun yang diduga sebagai barang bukti Sumber2 ?d!ard M. )obinson, A'rime Scene Photograph$” ?lseEier, %alifornia, ">>:.
d. *arna 13
/eakuratan !arna merupakan syarat yang penting bagi sebuah foto untuk dapat diajukan sebagai barang bukti di pengadilan. #" Pilihan auto .hite balance pada kamera digital dirancang untuk secara automatis menyesuaikan dengan !arna-!arna, atau temperatur cahaya yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang mendekati normal. &amun terkadang hal semacam itu malah bukan yang kita inginkan. 3isarankan untuk tidak senantiasa memilih pengaturan auto .hite balance pada kamera, karena pilihan itu tidak selalu tepat. /amera akan berupaya menganalisa !arna-!arna yang ada pada obyek foto dan Amenormalkannya7, tapi seringkali gagal membedakan antara !arna cahaya dan !arna ba!aan obyek itu sendiri. Beberapa metode untuk memastikan bah!a foto ber!arna secara akurat diambil dengan film ber!arna, antara lain2 a $ika film ber!arna terpapar dengan cahaya matahari, film ber!arna akan menangkap !arna-!arna yang sesuai. Pada saat fajar dan senja
cahaya
matahari akan memberikan !arna pada hasil fotografi yang tidak secara akurat menggambarkan kejadian sebenarnya saat itu. %ahaya tersebut memiliki kecenderungan membuat foto ter!arna merah atau oranye. b $ika pada siang hari tidak ada cahaya matahari, !arna dapat secara akurat diperoleh jika flash elektronik digunakan sebagai sumber cahaya. %ahaya yang dipancarkan oleh flash elektronik memiliki pe!arnaan yang seimbang sehingga ia akan dengan akurat memberikan !arna pada film ber!arna. Flash elektronik juga perlu digunakan saat pengambilan foto di dalam ruangan. c Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, color correction filters juga dapat digunakan untuk mengoreksi pe!arnaan yang muncul yang mungkin disebabkan oleh beberapa situasi pencahayaan. d 3engan menggunakan kamera digital, pemilihan yang sesuai !arna dari pencahayaan yang dominan di tempat kejadian juga akan membantu meyakinkan
bah!a
!arna-!arna
yang
diperoleh
merupakan
hasil
pengambilan foto yang akurat menggunakan kamera.
12
M. 3. *yman, 'riminal Indentification , ?d , Prentice-1all, 0pper Saddle )iEer, ">><, hlm. ">C.
14
$ika masalah yang diperdebatkan di pengadilan adalah mengapa polisi memberhentikan dan menangkap seorang tersangka yang mengendarai mobil putih padahal saksi melaporkan melihat tersangka kabur menggunakan mobil ber!arna kuning, maka dua foto di ba!ah ini yang menggunakan pencahayaan berbeda dapat menjadi ja!aban masalah tersebut.
Gambar '. ambar hasil pengambilan gambar dengan
perbedaan ketepatan !arna. kendaraan ber!arna putih nampak ber!arna kuning karena adanya pencahayaan di sekitar tempat pengambilan gambar Sumber2 Blitzer 1 *, AUnderstanding Forensic 0igital Imaging”, cademic Press, Massachusetts,
">>+
e. en%a+a(aan
0ntuk pencahayaan, biasanya menggunakan lampu kilat elektronik yang sekarang menjadi bagian dari kamera, dan penggunaan th$ristor semikonduktor pengukur keluaran cahaya pada lampu kilat yang dikontrol secara automatis, menjadi solusi dari penghitungan jarak pengambilan yang rumit. #> lternatifnya, digunakan lampu kilat terpisah yang terjaga jaraknya dengan kamera, penggunaan diffuse
untuk
mengurangi
kekuatan
cahaya
atau
menggunakan
teknik
memantulkan cahaya bounching ke arah langit-langit ruang autopsi atau mungkin ring flash yang dipasang pada bagian depan lensa untuk menghindari bayangan kamera. Pada fotografi jarak dekat close,up, dikenal adanya kesalahan
15
paralaks. Paralaks adalah suatu kondisi kesalahan penampakkan atau perbedaan orientasi dari obyek yang dilihat dari dua arah yang berbeda, akibat perbedaan sudut pandang dari dua arah tersebut. Setidaknya, ada empat elemen cahaya yang perlu kita pahami2 kualitas, !arna, intensitas, dan arah. Pada tahap tertentu, kita harus bisa mengendalikan masing-masing elemen, entah melalui pergeseran dalam posisi kamera, penggunaan peranti modifikasi cahaya, atau selama pemrosesan gambar. /ualitas
cahaya
ditentukan
dari
bayangan
yang
diciptakannya.
Pencahayaan keras akan menciptakan bayangan yang tajam dan penyinaran yang kuat. Sebaliknya, pencahayaan yang lembut akan memunculkan bayangan lembut yang detailnya masih terlihat. /ondisi terakhir merupakan kondisi yang ideal untuk pemotretan !ajah portrait dan close,up. %ahaya bisa menerangi obyek sedikitnya dari tiga arah, yakni depan, samping, dan belakang. Masing-masing memberikan efek yang berbeda pada hasil foto. !acklighting , atau penyinaran dari Sidelighting , atau pencahayaan dari samping, sangat baik untuk memunculkan tekstur pada obyek, juga memberi kesan kedalaman. Frontlighting , pencahayaan dari depan, baik untuk pemotretan !ajah close,up. Pada kondisi-kondisi kurang cahaya, jangan terburu-buru menggunakan flash sebagai solusinya. Bereksperimenlah dengan meningkatkan eksposur untuk memulihkan kecerahan atau mengkombinasikan shutter speed yang lambat dengan sinar flash untuk hasil yang lebih baik. 8oto dengan pencahayaan yang berlebihan atau kurang boleh jadi tidak dapat diterima sebagai barang bukti di pengadilan karena foto tersebut tidak dapat merepresentasikan secara akurat kejadian saat itu. Sebagai contoh, kita dapat menilai hasil foto bekas gigitan pada tangan seseorang seperti yang tampak pada gambar.
16
Gambar ,.ambar gigitan dengan pengaturan cahaya. 8oto
pertama diambil menggunakan kamera dengan pencahayaan yang baik dan yang kedua secara sengaja diambil dengan pencahayaan yang kurang, a-# bracket . ambar ketiga dengan pencahayaan yang lebih rendah lagi, a-" bracket . Sumber2 Mello /, A Photograph$ and 0igital Imaging in La. #nforcement”,
Institute
of
Police
'echnology
and
Management, $acksonEille, ">>", hlm. #:
8oto pertama diambil menggunakan kamera dengan pencahayaan yang baik dan yang kedua secara sengaja diambil dengan pencahayaan yang kurang, a# bracket .#4 ambar ketiga dengan pencahayaan yang lebih rendah lagi, a-" bracket . /etiga gambar tersebut diambil sehingga ahli gigi forensik dapat menentukan gambar mana yang paling baik dalam hal menunjukkan gambaran gigi yang dibutuhkan sebagai perbandingan dengan gigi tersangka. Sistem pencahayaan kamera mencoba memberikan hasil foto yang memiliki pencahayaan yang baik. Pada kasus ini, subjek yang paling sering ditemukan mengalami hal ini adalah kulit ras /aukasian. &amun, bukan kulit ras /aukasian yang penting dalam kasus ini, melainkan tanda gigitan pada kulit. /urangnya pencahayaan pada kulit 13 /. Mello, Photograph$ and 0igital Imaging in La. #nforcement , Institute of Police
'echnology and Management, $acksonEille, ">>", hlm. #:.
17
sebenarnya memberikan gambaran lekukan dari tanda gigitan yang lebih baik. nalis dapat memba!a foto dengan pencahayaan kurang tersebut ke pengadilan sebagai
barang
bukti
!alaupun
pencahayaannya
kurang.
'erdapat
dua
pengecualian terhadap syarat bah!a suatu foto harus memiliki pencahayaan yang baik, yaitu#2 a Pada saat itu, saksi akan memberikan kesaksian tentang apa yang dia lihat dalam keadaan pencahayaan yang kurang tampak samar-samar. $ika seorang fotografer mencoba mengambil foto kejadian dari sudut pandang saksi tersebut dan mencoba menduplikasi kondisi pencahayaan sesuai dengan keadaan aslinya, !alaupun foto tersebut bukanlah foto dengan pencahayaan yang baik, maka pada kondisi seperti itu foto dengan pencahayaan yang kurang dapat menjadi satu satunya foto dengan pencahayaan yang Abaik7. b /etika foto-foto yang diambil dijadikan standar untuk perbandingan dengan bagian
dari
barang-barang
bukti
yang
ditemukan,
fotografer
sering
Amengumpulkan7 pencahayaan. 1al ini berarti foto-foto tambahan diambil yang
secara
sengaja
pencahayaannya
lebih
rendah
atau
berlebihan
dibandingkan gambar asli. /etika foto-foto ini diberikan kepada analis laboratorium kriminal untuk dicoba dibandingkan dengan bagian dari bukti asli, analis dapat memutuskan suatu hasil yang berkebalikan. 3alam hal ini gambar dengan pencahayaan yang tidak sesuai dapat menunjukkan gambarangambaran teridentifikasi yang ia lebih tertarik dibandingkan foto dengan Eersi pencahayaan yang baik. f.
-arak
8oto seharusnya secara akurat menggambarkan jarak yang tepat sesuai dengan tempat kejadian agar dapat diterima di pengadilan sebagai barang bukti. /etika gambaran yang memiliki jarak yang akurat merupakan hal yang harus erpenuhi di pengadilan, normalnya dua metode digunakan untuk meyakinkan bah!a jarak yang tergambar di dalam foto akurat, yaitu#<2 a Pengambilan foto asli dengan jarak fokus lensa normal umumnya merupakan hal penting yang mana foto tersebut tidak akan mengubah jarak relatif di 14 Ibid
18
bagian depan dan belakang. *ensa-lensa sudut lebar ataupun lensa-lensa telephoto akan cenderung menghasilkan pengaburan persepsi yang secara salah merepresentasikan realita. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lensa sudut lebar akan memperpanjang jarak relatif antara bagian depan dan bagian belakang, dan lensa telephoto akan memperkecil area tersebut. $ika lensa yang digunakan pada kamera saat itu adalah lensa 2oom, maka penting bah!a pengaturan jarak fokus lensa normal digunakan ketika foto diambil. b 8otografer harus mampu meperkirakan jarak benda yang akan diambil gambarnya dengan posisi dia saat itu. Seorang fotografer dapat menggunakan sebuah garis khayal yang menghubungkan dua benda yang akan menjadi objek pemotretan agar ia dapat mengambil gambar dari posisi yang sesuai. Selain itu, fotografer juga dapat membuat gambaran segitiga sama kaki dengan dua objek yang akan ia ambil gambarnya sehingga jarak kedua objek tersebut dengan dirinya akan sama. $ika seorang fotografer menggunakan linear perspecti(e dalam mengambil gambar dua objek, maka kedua objek tersebut akan tampak lebih dekat di foto daripada aslinya. 0ntuk mendapatkan jarak yang akurat dibutuhkan lensa yang sesuai dan posisi pengambilan gambar yang tepat.
15
1. *. Blitzer and $. $acobia, Forensic 0igital Imaging and Photograph$, cademic Press, San 3iego, ">>", hlm. "4+.
19
a.
b.
gambaran segitiga sama kaki dengan dua objek yang akan ia ambil gambarnya sehingga jarak kedua objek tersebut dengan dirinya akan sama Sumber 2 'he International Gambar . Menggambarkan
g. Fokus
ssociation for Identification. A simplified 5uide to 'rime Scene Forensic Photograph$. !!!.theiai.orgD certificationsD imagingDinde.php 3iakses =ktober ">#<
Penting untuk yakin bah!a semua area yang menjadi objek dalam sebuah foto berada dalam keadaan fokus.$ika fotografer mengetahui bah!a area yang akan diambil gambarnya tidak akan fokus, maka ia harus mencoba menata ulang area tersebut sehingga bagian yang tidak fokus tidak ada lagi di dalam cakupan foto yang akan diambil. Seorang fotografer forensik pertama-tama harus mencoba memaksimalkan kedalaman bidang gambar yang akan diambil sehingga semua objek yang tampak akan berada dalam keadaan fokus. Pengecualian terhadap larangan bah!a fotografer forensik tidak boleh membuat buram tidak fokus suatu bagian dari foto adalah jika terdapat sidik jari di jendela dan fotografer tidak bisa meletakkan selembar kertas di bagian belakang jendela untuk menghilangkan latar belakang dari gambar sidik jari tersebut.#C ,. Klasifikasi Fotografi Forensik a. Fotografer TK 16 M. 3. *yman, =p. %it, hlm.">:
20
8otografer '/P bekerja di tempat terjadinya perkara di mana pun itu terjadi. Pada '/P indoor atau yang terjadi di dalam suatu ruangan, biasanya fotografer '/P menggunakan metode pengambilan gambar Aempat sudut7. Pertama, foto diambil secara serial melalui pintu masuk ruangan tempat korban ditemukan. *alu fotografer berpindah sudut dan melakukan hal serupa saat di pintu masuk, demikian seterusnya hingga sudut ruangan yang keempat, untuk menghasilkan gambaran panoramic ruangan.
Gambar /. Menggambarkan titik pengambilan suatu 'empat /ejadian Perkara melalui empat sudut yang berbeda untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai lokasi kejadian atau gambaran panoramic Sumber 2 'he International ssociation for Identification. A simplified 5uide to 'rime Scene Forensic Photograph$ . !!!.theiai. orgDcertificationsDimagingDinde.php 3iakses =ktober ">#<
Selanjutnya konsentrasi dipusatkan ke tubuh korban untuk dilakukan pengambilan gambar dengan jarak pengambilan terjauh dari sisi kiri dan kanan maupun jarak dekat bila diperlukan. 'ak luput dari pandangan fotografer mengenai objek di sekitar tubuh korban seperti senjata yang berpotensi sebagai senjata yang digunakan, tumpahan air dari minuman, atau asbak beserta isinya.
21
1
2 3
4
Gambar 0. ambaran 'empat /ejadian Perkara. 'ampak pada
gambaran '/P terdapat tubuh korban yang diberi penanda berupa panah angka # berupa lengan, terdapat pula barang bukti yang juga diberi penanda berupa panah angka " berupa bercak darah, panah angka 4berupa bercak darah, panah angka berupa sepatu hak tinggi milik seorang !anita
Sumber2
%yril 1. 6echt, et. al. )eaderJs digest book. A'rime Scene In(estigation: crack the case .ith real,life e-perts” , 'he
inNuiry 'eam, ?l!in Street *imited,*ondon, ">>.
Semua ruangan yang terhubung dengan ruangan '/P juga diambil gambarnya secara panoramic, termasuk segala sesuatu yang dianggap tidak biasa ditemui berkaitan dengan '/P yang sedang diolah tersebut. #: Proses serupa juga dilakukan terhadap '/P outdoor atau yang terjadi di luar ruangan, seperti '/P kecelakaan lalu lintas, '/P di tempat kerja pada kasus kematian akibat kecelakaan kerja, dan '/P bencana pada kasus kecelakaan pesa!at terbang. 'erdapat dua jenis dalam pengambilan foto '/P yaitu secara keseluruhan atau o(erall dan sebagian saja atau midrange.#+ 17 %yril 1. 6echt, et. al. )eaderJs digest book. A 'rime Scene In(estigation: crack the
case .ith real,life e-perts”, 'he inNuiry 'eam, ?l!in Street *imited,*ondon, ">>, hlm. >. 18
/eEin *othridge dan 8rank 8itzpatrick, A'rime scene in(estigation 7, &ational 8orensic 'echnology %entre, Eenue &orth, ">#", hlm, 4>
22
a% ;(erall Photographs # Pengambilan foto secara keseluruhan dari area disekitar '/P, termasuk eksterior dari bangunan, mobil, dua sisi dari jalan masuk dan jalan keluar, dan dari saksi-saksi. " =Eerall photograph harus2 a Mencakup seluruh '/P dan dapat saling tumpang tindih b Me!akili perspekstif 4C> derajat, termasuk sebuah penanda c Sertakan penanda yang dapat diidentifikasi, seperti nomor rumah atau plat kendaraan. 4 0ntuk '/P dalam ruangan, pertimbangkan untuk mengambil foto dari setiap sudut ruangan. Setelah '/P difoto sebagaimana pertama kali detemukan, foto tambahan dengan plakat, yang digunakan sebagai pengenal barang bukti, harus sepenuhnya terlihat dalam foto-foto secara keseluruhan, penanda harus ditempatkan di dekat subjek foto. < /etika memfoto '/P, catat informasi yang berkaitan. b% Midrange Photographs # mbil foto midrange sebelum dan sesudah meletakkan palakat atau penggaris.
Penting untuk mengambil foto yang membentuk
hubungan dari objek-objek atau titik-titik acuan dalam '/P " mbil foto close up secepatnya setelah mengambil foto midrange, jika memungkinkan 4 Mengambil foto bukti sementara dari posisi yang2 a Menunjukkan percikan yang berhubungan dengan objek lain di area tersebut b pakah tegak lurus terhadap percikan b. Fotografer Forensik Teknik 8otografer tipe ini membutuhkan keahlian khusus dalam menjalankan pekerjaannya. Spesialisasi mereka termasuk melakukan pengambilan bercak darah, cipratan darah, sidik jari, tapak sepatu, atau ban yang ditemukan di '/P, menggunakan film dan kamera khusus yang dapat memberikan detail gambar yang tinggi pada obyek berskala. 6aktu mereka dihabiskan untuk bekerja dengan proses pembesaran objek tingkat tinggi, pengambilan objek yang berukuran mikro dan bergelut dengan gambar yang dihasilkan oleh cahaya dengan panjang
23
gelombang yang tidak tampak, dan memanipulasi gambar secara digital untuk kepentingan penyelidikan. 8ilm-film yang sensitif terhadap ultraEiolet 0( dan infra merah sekarang telah digunakan untuk mendemonstrasikan permukaan luka yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 3ikatakan bah!a memar yang tidak tampak, dapat diperlihatkan melalui metode fotografi ultraEiolet, misalnya pada kasus kekerasan anak. Metode ini memerlukan telaah dan pengalaman lebih lanjut guna mengeleminasi positif palsu dari artefak yang ditemukan. 1 emeriksaan Noda 2ara+
Pemeriksaan darah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi ilmu!an forensik dalam berbagai inEestigasi kriminalitas. Informasi diperoleh dari darah oleh ahli patologi forensik, ahli toksikologi, ahli serologi, dan ahli olah '/P. 3okumentasi fotografi bukti fisik di '/P, termasuk noda darah, merupakan bagian penting dari upaya inEestigasi secara keseluruhan dan rekonstruksi. Peneliti '/P menanggapi kasus kematian dan kejahatan kekerasan tidak fatal yang sering tidak menghargai informasi berharga yang tersedia dari pemeriksaan yang cermat dan interpretasi pola bercak darah. kibatnya, dokumentasi foto korban, adegan, bukti-bukti, dan penyerang sehubungan dengan noda darah mungkin tidak lengkap dan kurang detil untuk eEaluasi berikutnya dan presentasi ruang sidang.
24
Gambar 13. %ontoh dari Angle of Impact% Pada dampak dari
9>O, resultan noda darah melingkar akan memiliki lebar yang sama dengan panjang, masing-masing me!akili diameter lingkaran. Semakin kecil sudut dampak, semakin besar panjang dari bercak darah tersebut Sumber2 2 Stuart 1. $ames, A Interpretation of bloodstain e(idence at crime scenes” %)% Press, &e! @ork, #994
3alam pemeriksaan bercak darah terdapat sebuah istilah yang dinamakan Angle of Impact atau sudut dampak Sudut dampak didefinisikan sebagai sudut .
internal di mana darah menghantam sasaran permukaan. Sudut dampak adalah fungsi dari hubungan antara lebar dan panjang noda darah yang dihasilkan. #9 Pada dampak dari 9>O, resultan noda darah melingkar akan memiliki lebar yang sama dengan panjang, masing-masing me!akili diameter lingkaran.
Semakin kecil sudut dampak, semakin besar panjang dari bercak darah tersebut. Pengukuran lebar dan panjang noda darah indiEidu diambil melalui poros tengah masing-masing dimensi. &ilai yang dihitung dari lebar rasio panjang 6 D * digunakan dalam rumus2 sudut dampak H arc sin 6 D *. 19
Stuart 1. $ames, A Interpretation of bloodstain e(idence at crime scenes” , %)% Press, &e! @ork,#994, hlm. #49.
25
&ilai arc sin memberikan nilai sudut dampak dapat ditentukan dari tabel trigonometri atau dengan menggunakan kalkulator ilmiah yang memiliki fungsi arc sin. Sudut dampak dari noda darah adalah fungsi dari panjang nya lebar panjang rasio. ! Foto Ber%ak 2ara+ dengan &uminol *uminol adalah senya!a chemiluminescent yang terkenal dan digunakan
sebagai uji katalitik dugaaan untuk adanya darah, mengambil manfaat dari peroksidase, seperti aktiEitas heme untuk memproduksi cahaya sebagai produk akhir bukan reaksi !arna sebenarnya. "> )eagen *uminol digunakan pada objek atau area yang mengandung jejak yang dicurigai terdapat noda darah. Iluminasi putih keabu-abuan atau produksi cahaya dari area yang dicurigai diamati dalam ruangan gelap merupakan tes yang positif. *uminol sangant baik digunakan untuk mendeteksi jejak darah yang tidak dapat dilihat secara langsung di '/P. 1al ini termasuk pelacakan darah di lantai yang gelap, area karpet, celah, retakan di lantai dan dinding, dan area dimana dicurigai telah dibersihkan dari darah sebelumnya. &ilai dari bukti noda darah sebagai alat penting untuk rekonstruksi '/P ditingkatkan dengan dokumentasi fotografi yang baik. 8otografi menyediakan catatan permanen bukti bercak darah dalam sebuah kasus yang mudah disampaikan kepada hakim. Bukti foto harus berdiri dalam penga!asan ahli dan pengacara serta menjadi alat bantu Eisual terhadap hakim yang harus menimbang bukti dan mencapai keputusan yang benar di pengadilan.
20
Ma M. 1ouch ,7 *race #(idence” 8acts =n 8ile , &e! @ork, ">>9, hlm. <9.
26
a. b Gambar 11. 1asil Identifikasi '/P menggunakan *uminol. a. '/P yang dicurigai terdapat bercak darah di karpet tetapi
tak dapat dilihat dengan mata telanjang. b. tampak cahaya kebiruan yang berpendar menandakan adanya bercak darah. Sumber2 Ma M 1ouch, A*race #(idence” 8acts =n 8ile,
" In4estigasi Gigitan &e! Bekas @ork, ">>9 Bekas gigitan pada kulit menujukkan pola luka di kulit yang diakibatkan
oleh gigi. 1al ini adalah tanda signifikan yang paling sering menyertai tindak kekerasan kriminal seperti pembunuhan, kekerasan seksual, dan kekerasan terhadap anak. Bekas gigitan dapat juga ditimbulkan oleh binatang, paling sering anjing dan kucing. 'ujuan dari penyelidikan tanda gigitan, yaitu untuk mengenali tanda gigitan, memastikan bah!a itu akurat untuk didokumentasikan dan untuk membandingkannya dengan gigi dari tersangka. 3engan kata lain tanda gigitan ini dapat menjadi replica g$psum model dari gigi tersangka.
27
Gambar 1!. 'anda bekas gigitan. 'anda gigitan manusia
de!asa memperlihatkan dua
lengkungan yang berbeda
bagian atas lebih besar, bagian ba!ah lebih kecil. 3igunakan penggaris B8= karena memilik skala akurat, linear dan sirkular Sumber2 3aEid ) Senn, Paul . Stimson, A Forensic 0entistr &nd #dition” %)% Press &e! @ork ">#>
Gambar 1". 3iagram gambaran dari tanda gigitan manusia
de!asa yang mencerminkan pola khas permukaan gigi
Penggaris Sumber2 B8= 3aEid memiliki skala, linear dan 0entistr$ sirkular, dan baik ) Senn,dua Paul . Stimson, A Forensic nd #dition” , %)% Press,gigitan &e! @ork, ">#>. digunakan untuk &tujuan ini. 'anda harus difoto pada posisi dimana ia
28
digigit. Pada orang de!asa hidup ini dapat dipastikan melalui cerita. Pada orang yang meninggal dan anak-anak, kulit harus difoto dalam rentang posisi yang mungkin. $ Identifikasi Sidik -ari Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,
dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan atau kaki. /ulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai ke semua ujung jari dan kulit bagian telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk lukisan tertentu. Identifikasi jari pertama kali ditemukan pada tahun #9+" di Buenos ires oleh $uan (ucatich, hal ini disebabkan adanya kasus pembunuhan terhadap " orang anak laki-laki. 8ransesca )ojas menuduh tetangganya telah membunuh kedua anaknya. 'erdapat beberapa jenis sidik jari, antara lain2 #. Sidik jari yang terlihat, adalah sidik jari yang dapat langsung dilihat tanpa menggunakan alat bantu. &% Sidik jari laten, sidik jari yang biasanya tidak dapat dilihat langsung tetapi harus dengan menggunakan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu supaya dapat nampak lebih jelas. 4. Sidik jari cetak, adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak seperti sabun, permen, coklat, dan lain-lain. . Sidik jari etched , pada logam yang halus, disebabkan oleh asam yang ada dalam kulit. Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat rapuh jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. 0ntuk dapat memudahkan proses identifikasi sidik jari maka seringkali digunakan serbuk atau bahan kimia lain atau bahkan fotografi pollilight .
29
Gambar 1$. Sidik $ari *aten. Identifikasi sidik jari laten
dengan menggunakan serbuk kimia Sumber2 %raig %appock,, A'ontrst< an in(estigator:s basic reference guide to fingerprint identification”, %harles % 'homas Publisher,
Springfield, ">>:.
Gambar 1'. Sidik $ari 'ampak. Sumber2 %raig %appock,,
A'ontrst< an in(estigator:s basic reference guide to fingerprint
%. Fotografer Auto)si
identification”, %harles % 'homas Publisher, Springfield,
Setelah olah '/P selesai, tubuh korban dikirim ke instalasi kedokteran ">>:.
forensik untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik oleh ahli patologi
30
forensik. Syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang fotografer autopsi adalah memiliki dasar pengetahuan anatomi tubuh manusia. Pengambilan gambar dilakukan sejak tubuh korban tiba, dimulai dari jarak pengambilan terjadi dari tubuh korban dengan sudut pengambilan gambar pada bagian depan dan belakang korban, dilanjutkan dengan proses serupa saat pemeriksaan dimulai, yakni mulai dari pelepasan pakaian hingga pembersihan tubuh korban. 'lose up dilakukan pada pengambilan gambar perlukaan yang ditemukan pada tubuh korban, pada luka tembak, patah tulang, atau terhadap jaringan parut, tato, dan lain sebagainya, berkaitan dengan kepentingan foto untuk proses identifikasi pada mayat tak dikenal. Pada pemeriksaan dalam, pengambilan gambar dilakukan dua kali. Pertama, 7in situ7 untuk memperlihatkan lokasi dan beratnya penyakit atau kerusakan yang terjadi. /edua, gambar diambil setelah organ dikeluarkan dan dibersihkan. . 2okumentasi 5asil Fotografi Tubu+ dan &uka a. Tubu+ di Tem)at Ke#adian erkara
Seperti barang-barang bukti lainnya, tubuh yang ditemukan di tempat kejadian perkara harus secara penuh terdokumentasi. Pengambilan foto tubuh ini dimulai dengan midrange photograph. Midrange photograph adalah teknik pengambilan foto dimana gambar tidak diambil dalam jarak dekat sehingga seseorang yang melihat gambar tersebut dapat mengetahui dimana lokasi pengambilan foto tersebut. %ontohnya adalah gambar senjata api yang terdapat di atas tempat tidur. Pada pengambilan gambar dengan teknik midrange photograph, pengambilan gambar pistol harus disertai dengan gambar tempat tidur dan benda benda lain di sekitarnya yang dapat menunjukkan bah!a senjata api tersebut berada di atas tempat tidur. Saat mengambil gambar tubuh manusia, diambil pula gambar suatu benda yang telah tetap letaknya. /omposisi terbaik didapatkan apabila tubuh dan benda tersebut berada dalam jarak yang sama, bisa digunakan metode Asegitiga sama kaki7. ambar di ba!ah ini menunjukkan posisi yang baik untuk pengambilan midrange photograph dari tubuh manusia. $arak antara benda yang terfiksasi dengan bagian tubuh dari kamera sama. Setelah pengambilan midrange photograph dari tubuh manusia, dilakukan pengambilan gambar tubuh
31
secara panorama. Pengambilan foto secara panoramik dapat memperlihatkan gambar tubuh dari empat sisi yang berbeda. ambaran tubuh yang diambil secara panoramik harus dalam keadaan tampak dekat close,up, yang mana bingkai gambar seluruhnya hanya terisi oleh foto tubuh yang diinginkan. Pengambilan foto !ajah dilakukan untuk kepentingan identifikasi dan foto !ajah ini juga harus masuk dalam gambar panoramik yang diambil. amabar di ba!ah menunjukkan enam buah foto tubuh manusia yang diambil secara panoramik. Pengambilan gambar dari kepala ke ujung jari kaki dan dari ujung jari kaki ke kepala harus diambil menggunakan lensa normal agar hasil yang didapatkan tidak melebar ataupun menyempit. &amun, saat pengambilan gambar dari samping dapat menggunakan lensa apapun yang dianggap baik.
A
B
Gambar 1,. Midrange photograph dari tubuh manusia.
'ampak pengambilan foto tubuh beserta benda di sekitar yang terfiksasi B. ?d!ard M ), ">#>, A 'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 44
Sebelum tubuh orang meninggal dipindahkan, harus di foto. turan berikut harus diikuti"#2 21 /eEin *othridge dan 8rank 8itzpatrick, A 'rime scene in(estigation7, =p. %it. hlm.
4#.
32
# mbil foto dari segala sudut yang mungkin. 'unjukkan tampilan !ajah, dan posisi dari tangan dan kaki jika memungkinkan dilakukan tanpa mengubah tubuh, pakaian dan posisinya. " mbil foto sambil berpindah mengelilingi tubuh orang meninggal tersebut dan dari persepektif lebih atas, jika memungkinkan2 a Seperti melihat tubuhnya dari posisi berdiri b 3ari tingkat yang sama seperti tubuh berbaring 4 unakan pencahayaan serong untuk menunjukkan luka-luka pada tubuh, sepeti luka gigitan, dengan dan tanpa skala Setelah orang meninggal dipindahkan dari '/P, foto daerah dimana tubuh tersebut sebelumnya berada < 'anda-tanda dari aktiEitas, termasuk2 a '( dan lampu ruangan menyala b elas yang berisi minuman dingin es mencair atau masih beku, dan sebuah piring dengan makan yang segar diatasnya c Pakaian, majalah, atau barang lain yang bertebaran d )okok yang masih menyala di asbak e Bekas perkakas di tempat uang tidak biasa atau didekat jalan masuk atau keluar f $ejak sepatu dan atau sidik jari g Perlengkapan obat.
C
A
B
D
E
F
6 gambar di ambil dari kepala 8oto panorama tubuh. 'ampak
, dari kaki B, dari sisi kanan %, dari sisi kiri 3, dari atas ?, dan !ajah tampak dekat 8. ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 44 33
Saat pengambilan gambar tubuh, khususnya gambar !ajah, perlu dilakukan pengaturan terhadap bayangan yang mungkin ada. Saat pagi atau sore hari menjelang malam, matahari dapat menyinari !ajah sehingga menyebabkan munculnya bayangan-bayangan yang tidak diinginkan. Perlu diingat, apabila terdapat bayangan yang tidak diinginkan, kita dapat menutupi arah datangnya cahaya dengan tubuh kita. ambar di ba!ah ini merupakan contoh cara mengontrol munculnya bayangan.
Gambar 1/. $ika cahaya matahari memberikan bayangan
yang Aburuk7 pada !ajah, halangi cahaya tersebut agar gambar !ajah tampak jelas. ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4
/etika pengambilan foto tubuh dilakukan dari sisi kiri atau kanan, seorang fotografer dapat memilih posisi tubuh yang diinginkan. Posisi tubuh dapat lebih tinggi, di antara, tau lebih renadah dari bidang pengambilan gambar seperti yang tampak pada gambar di ba!ah. Pemilihan ini didasarkan pada latar belakang dan latar depan gambar. Pemilihan posisi yang tepat akan menghilangkan latar depan atau belakang yang tidak penting.
34
Selanjutnya adalah bagaimana suatu gambar !ajah full,face diambil. 'ujuan pengambilan gambar !ajah adalah agar hasil pemotretan tersebut dapat ditunjukkan kepada keluarga, tetangga, atau rekan kerja sehingga mempermudah proses identifikasi."" =leh sebab itu, hasil foto yang diambil haruslah mirip dengan !ajah orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 0ntuk mencapai tujuan tersebut, seorang fotografer harus menggunakan lensa dengan focal lengths antara #>> mm dan #"> mm, karena apabila kita mendekatkan kamera kita dengan tujuan agar seluruh bingkai terisi dengan gambar !ajah ketika kita menggunakan lensa normal, maka !ajah kemungkinan akan terdistorsi. %ontohnya, hidung akan tampak menjadi lebih besar. pabila kita memperhatikan gambar di ba!ah, foto !ajah sebelah kiri diambil dengan lensa normal sedangkan foto sebelah kanan diambil dengan lensa #>> mm. 1asilnya, foto di sebelah kanan lebih akurat dalam menggambarkan subjek. pabila foto yang dicetak adalah yang sebelah kiri, bisa saja orang kenal dengan subjek tersebut tidak dapat mengidentifikasinya. Selanjutnya yang perlu diketahui adalah foto !ajah subjek tidak harus pada saat ia ditemukan. Pada beberapa keadaan foto !ajah tidak dapat langsung diambil saat subjek pertama kali ditemukan.
A
B
C
Gambar 10. Posisi tubuh saat proses pemotretan. Pilih
22 ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4>>
pembingkaian seperti ini apabila latar belakang pada bidang gambar mengganggu fokus subjek utama, pilih pembingkaian seperti ini B apabila tidak ada latar depan atau belakang yang mengganggu, pilih pembingkaian seperti 35 yang mengganggu fokus. ini % apabila latar depan
?d!ard M ),
">#>, A'rime Scene Photograph$”,
%alifornia2 ?lseEier hlm. 4C
A
B
ambar ">. 8oto !ajah full face menggunakan lensa " mm dan #>> mm B ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$”, %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4:
'erlalu banyak darah atau rambut yang menutupi !ajah atau alasan-alasan lainnya menyebabkan foto tidak bisa diambil saat subjek pertama kali ditemukan. Selain dapat merubah posisi atau memperbaiki keadaan !ajah, fotografer juga dapat mengatur pencahayann !ajah agar bayangan-bayangan yang mengganggu dapat disingkirkan. 8otografer juga dapat menambahkan pencahayaan dengan menggunakan flash elektronik Flash diarahkan di antara jam #> dan jam ## atau di antara jam # dan jam " kerana pada posisi ini gambar yang dihasilkan tampak natural.
/etika kita mengambil gambar tubuh, pada beberapa keadaan kita tidak
dapat mengatur lapang pandang agar sisi kanan dan kiri tubuh seluruhnya terlihat. 'erkadang juga tidak mungkin untuk berdiri sangat jauh agar seluruh bagian tubuh dapat terfoto dalam satu jepretan. $ika hal ini terjadi, biarkan saja. mbil dua gambar dari tiap sisi tubuh, foto pertama dari atas sampai setengah badan, foto kedua dari setengah badan ke ba!ah. /edua gambar ini dapat disatukan hingga membentuk gambar tubuh secara keseluruhan. Setelah pengambilan foto seluruh bagian tubuh yang ditemukan, selanjutnya dilakukan dokumentasi foto-foto luka yang terdapat di tubuh subjek tersebut.
36
0ntuk melihat luka secara jelas terkadang perlu dilakukan perubahan posisi subjek. 3alam hal ini seorang fotografer forensik harus yakin telah mendapatkan izin dari yang pihak yang bertanggung ja!ab atas kasus ter sebut bah!a perubahan posisi subjek diizinkan. Sama seperti pengambilan foto barang bukti apapun, dokumentasi luka juga dimulai dengan midrange photograph. Pertama-tama diperlukan pengambilan foto luka dengan bagian tubuh yang terfiksasi, contohnya sendi, pergelangan tangan, siku, lutut, atau bahu. 1al ini perlu dilakukan sehingga ketika foto diambil dari jarak yang sangat dekat, kita sudah mengetahui sebelumnya dimana posisi luka tersebut. Selanjutnya pengambilan foto luka tampak dekat close up harus dilakukan secara berseri. Maksudnya, luka diambil fotonya dengan rentang eksposur yang berbeda-beda, yaitu bracket >,#,-# seperti yang tampak pada gambar di ba!ah ini. 6alaupun gambar dengan bracket > menghasilkan hasil foto terbaik, namun tetap direkomendasikan untuk mengambil gambar dengan rentang eksposur seperti yang telah dijelaskan.
Gambar !1. Pengambilan foto tubuh yang terbagi menjadi
dua bagian. /edua foto tersebut kemudian digabungkan untuk membentuk gambaran tubuh yang utuh. ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 49
37
A
B
C
Gambar !!. igitan he!an pada tangan manusia.
Pengambilan gambar menggunakan Eariasi eksposur, yaitu > , # B, dan -# %. ?d!ard M ), ">#>, A 'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4<"
*uka umumnya berdarah. $ika darah berada dalam cakupan foto yang akan kita ambil, maka harus dipikirkan bah!a darah akan memantulkan lebih banyak cahaya dibandingkan gambar luka tanpa darah. Perlu diketahui bah!a bukan !arna merah darah yang menyebabkan pantulan cahaya lebih banyak namun karena darah merupakan cairan. %airan akan memantulkan lebih banyak cahaya dibandingkan dengan zat selain cairan. /etika cahaya kamera mengenai darah, maka akan terjadi pemantulan cahaya yang membuat hasil foto menjadi tidak terang undere-posure seperti tampak pada gambar di ba!ah ini. 0ntuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan pengaturan eksposur menjadi #. /eadaan ini tidak hanya terjadi pada pengambilan gambar darah, namun juga pada kulit yang berkeringat, kulit yang berminyak, atau tubuh yang lembab karena proses pembusukan.
38
A
B
Gambar !". *uka tembak yang berlumuran darah. ambar
menunjukkan hasil foto asli dan gambar B menunjukkan hasil foto dengan eksposur #. ?d!ard M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4<<
/ebalikan dari kasus tersebut adalah saat pengambilan foto mayat korban terbakar. 'ubuh akan mengabsorpsi cahaya karena ia tertutup oleh jelaga atau terbakar hangus sehingga tubuh ber!arna hitam. Pada kasus-kasus seperti ini, sensor kamera bisa jadi Aterbodohi7 dengan sedikitnya jumlah cahaya yang dipantulkan kembali ke kamera sehingga hasil foto umumnya o(ere-posure. $ika cahaya yang dipantulkan dari tempat pengambilan gambar kurang lebih rendah dari #+Q, sensor flash akan memastikan bah!a foto yang dihasilkan akan mendapatkan pencahayaan yang cukup sehingga ia akan meningkatkan eksposur pada tempat pengambilan foto yang gelap. %ara mengatasinya sama dengan kasus di atas, yaitu dengan mengatur eksposur kamera. ambar di ba!ah ini menunjukkan korban terbakar dalam keadaan seperti petinju pugilistic attitude dengan siku dan pergelangan tangan yang fleksi.
39
Gambar !$. /orban terbakar tampak seperti gaya seorang
petinju pugilistic attitude. ?d!ard M ), ">#>, A 'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4
Pada banyak kasus-kasus yang menyebabkan kematian, interEal postmortem merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengungkap suatu peristi!a. =leh sebab itu penting untuk mendokumentasikan semua petunjuk yang berhubungan dengan !aktu kematian, seperti foto yang menunjukkan posisi tubuh jika belum muncul rigor mortis. Begitu pula dengan lebam mayat yang harus didokumentasikan sehingga dapat diperkirakan bagaimana proses kematiannya. 3okumentasi kondisi tubuh yang telah mengalami pembusukan juga penting. Sudah pada tahap apa pembusukan terjadi; pakah sudah muncul larEa pada tubuh jenazah; 1al-hal tersebut dapat terja!ab dengan pengambilan foto yang baik dan akurat. Serangga pada tubuh jenazah dapat menyebabkan gambaran artefak yang membingungkan apabila dibandingkan dengan luka seperti yang ditunjukkan oleh gambar di ba!ah ini. pakah lubang peluru, luka tusuk, atau lubang-lubang pada tubuh sepenuhnya atau sebagian disebabkan oleh aktiEitas larEa; Pada kasus ini, fotografer forensik harus mampu mendokumentasinya sampai proses autopsi menja!ab dengan pasti pertanyaan tersebut.
40
Gambar !'. Infestasi serangga2 *uka yang sebenarnya atau
artefak; ?d!ard M ), ">#>, A 'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4<:
b. Foto7foto (ang Sensitif
Beberapa luka berlokasi pada bagian-bagian tubuh yang umumnya ditutupi pakaian dalam. $ika orang yang akan diambil fotonya masih hidup dan memberikan izin untuk mengambil foto luka-luka tersebut, bebrapa hal yang berhubungan dengan keberhasilan pengambilan gambar harus diperhatikan. Selain izin dari orang yang bersangkutan, pengambilan foto oleh fotografer dengan jenis kelamin yang sama dengan subjek akan membuat suasana lebih nyaman. 1al selanjutnya adalah memberikan rasa nyaman pada subjek. /ita harus mengerti keengganan mereka untukk diambil gambarnya. Pada saat pengambilan foto, subjek juga harus ditemani oleh keluarga ataupun salah satu staff rumah sakit apabila tidak ada keluarga yang dapat menemani. Pengambilan gambar pada tempat-tempat yang sensitif boleh hanya dilakukan satu kali dan perlu diingat untuk meminimalisir area kulit yang terfoto. 1al ini berarti pengambilan gambar hanya pada bagian-bagian yang terdapat perlukaan. %ontohnya, apabila terdapat luka iris dan memar di antara leher sampai ke lutut, tidak perlu mengambil satu foto yang menunjukkan bagian tubuh dari leher sampai ke lutut tetapi dapat
41
diambil per bagian. %ontoh pengambilan foto yang baik pada bagian-bagian tubuh yang sensitiEe dapat dilihat pada gambar di ba!ah ini.
Gambar !,. *uka-luka pada korban perkosaan. ?d!ard
M ), ">#>, A'rime Scene Photograph$” , %alifornia2 ?lseEier, hlm. 4C4
ambar di atas merupakan contoh yang baik untuk menunjukkan bah!a sebuah foto tampak depan secara keseluruhan dapat digantikan dengan beberapa foto yang diambil sesuai dengan lokasi luka. Seorang fotografer forensik harus memastikan bah!a orang yang melihat gambar ini akan mendapatkan gambaran utuh mengenai luka-luka pada tubuh korban tersebut. Ia juga tahu apa yang harus ada dalam foto agar dapat menjadi sebuah barang bukti di pengadilan tanpa menurunkan martabat korban. /. Fotografi -e#ak Kaki
3alam mengambil foto jejak kaki atau jejak ban, dimulai dengan mengambil foto dimana jejak tersebut berada pada '/P. Penting untuk mengikutsertakan penanda yang mudah dikenali didalam foto sehingga lokasi jejak mudah dikenali.
42
Gambar . ambaran *okasi $ejak /aki di '/P. SteEen Staggs, 'rime scene and e(idence photograph$ , "nd ?d. ">#,http2DD!!!.crime-scene-inEestigator.netDcsp-eEidence photography-at-the-crime-scene.html
Gambar . $ejak /aki dengan Menggunakan Skala berbentuk *. SteEen Staggs, 'rime scene and e(idence photograph$ , " nd ?d. ">#,http2DD!!!.crime-scene-inEestigator.netDcsp-eEiden ce-photography-at-the-crime-scene.html
43
Setelah mengambil lokasi dimana jejak berada selanjutnya adalah mengambil foto jejak secara close,up untuk menunjukkan detil dari jejak. "4 0ntuk mengambil foto close up dari jejak, letakkan kamera pada tripod dan posisikan kamera sehingga camera sejajar dengan jejak yang akan difoto. 3engan begitu akan meminimalkan distorsi dari foto. Selanjutnya letakkan skala di samping jejak, untuk jejak kaki gunakan skala berbentuk *, untuk jejak ban gunakan skala lurus yang panjang. *etakkan skala tepat satu inci dari jejak dalam dalam bidang yang sama dengan jejak. $ika perlu, benamkan skala ke tanah sampai pada kedalaman yang sama.
SteEen Staggs, A'rime scene and e(idence photograph$” , "nd ?d. http2DD!!!.crime-sceneinEestigator.netDcsp-eEidence-photography-at-the-crime-scene.html diakses pada =ktober ">#<. 23
44
2AFTAR 8STAKA 2AFTAR 8STAKA A. Buku
. Budiyanto, 6. 6idiatmaka, S, Sudiono, et al., Ilmu Kedokteran Forensik , Bagian /edokteran 8orensik 8/0I, $akarta, #99:. . $ammes dan ?.P. $anis, *he Art of *he French 'alot$pe , Princeton 0niEersity Press, Princeton, #9+4. B. /night, forensic patholog$% &nd edition7, rnold Press, *ondon,#99C. %asey ?ogham dan Seglem. A Handbook of 'omputer 'rime In(estigation )Forensic *ools and*echnolog$7. cademic Pres, 0nited States of merica, ">>", hlm. +. yang dikutip dalam Petrus )einhard olese. Seputar Ke"ahatan Hacking *eori dan Studi Kasus@ayasan Pengembang kajian Ilmu /epolisian,$akarta,">>+. %raig . %appock, 'ontrst< an in(estigators basic reference guide to fingerprint
identification,
%harles
%
'homas
Publisher,
Springfield, ">>:. %yril 1. 6echt, et al., )eaderJs digest book, 'rime Scene In(estigation: crack the case .ith real,life e-perts, 'he inNuiry 'eam, ?l!in Street *imited, *ondon, ">>. 3aEid ). Senn , Paul . Stimson, Forensic 0entistr$ &nd #dition, %)% Press, &e! @ork, ">>>. ?d!ard M. )obinson, 'rime Scene Photograph$ ?lseEier, 'alifornia, ">>:. 1. *. Blitzer and $. $acobia, Forensic 0igital Imaging and Photograph$, cademic Press, San 3iego, ">>". 1. *. Blitzer, Understanding Forensic 0igital Imaging , cademic Press, Massachusetts, ">>+. 1 . ernsheim, *he ;rigin of Photograph$ 'hames and 1udson, &e! @ork, #9+". 1adi Is!anto, Fotografi 0igital , Mediakita, $akarta, ">>+.
45
/. Mello, Photograph$ and 0igital Imaging in La. #nforcement , Institute of Police 'echnology and Management, $acksonEille, ">>". /atie Stern, an introduction to the art of photograph$ 3elmar, 0S, ">>". *. BendaEid-(al, =ational 5eographic< *he Photograph%, 'he &ational eographic Society 6ashington 3.%., #99. M. 3. *yman, 'riminal Indentification, ?d , Prentice-1all, 0pper Saddle )iEer, ">><. M. S. Margaret, 'linical Forensic Medicine A Ph$sician4s 5uide, 1umana Press, &e! $ersey, ">><. M. @ahya 1arahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan !anding Kasasi dan Penin"auan Kembali #disi Kedua. Sinar rafika, $akarta, ">><. Ma M. 1ouch , *race #(idence 8acts =n 8ile , &e! @ork, ">>9. Michael ). Peres Focal enc$clopedia of photograph$ > th edition, ?lseEier, &e! @ork, ">>:. &. )osenblum, A .orld Histor$ of Photograph$ bbeEille Press, &e! @ork. &unus Supardi, Pedoman teknis fotografi benda cagar alam 3epartemen Pendidikan &asional, $akarta, ">>>. )ussell ) )ohde,. F'rime Photograph$.F PSA +ournal . March, ">>>. Snap, Photo techni1ues #st ?d, ramedia, $akarta, ">>:. Stuart 1. $ames, Interpretation of bloodstain e(idence at crime scenes, %)% Press, &e! @ork,#994. 'im SaEage, Understanding /our 0igital 'amera Art and *echni1ues 'ro.ood Press, 7amsbur$ ">#.
46