D. Fungsi-fungsi dalam organisasi 1.
Formal dan informal
a. Formal Sistem kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dikoordinir untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan secara rasional. Organisasi formal memiliki struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoriternya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainnya terurutkan dengan baik dan terkenadali. Selain itu, organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mareka beraturan, maka mereka relative bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal adalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitasuniversitas. b. Informal Kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang tidak dikoordinir untuk mencapai tujuan yang disadari tapi akhirnya mempunyai tujuan bersama, dimana kedudukan dan fungsi-fungsi yang dilakukan tampak kabur. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisai informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks
2.
Finansial gian
Menejemen
merupakan
suatu
poses
yang
melibatkan
kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (M. Fuad 2002). Manajemen
keperawatan
adalah
proses
pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Manajemen finansial adalah suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana di dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh menejer keuangan. Menejemen keuangan dapat diartikan sebagai menejemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien (Agus Sartono 2001). Tujuan manajemen financial 1. Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau memaksimalkan
nilai perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan 4. Fungsi keperawatan, mewakili sebagian besar pengeluaran total yaitu sepertiga dari keseluruhan anggaran dasar rumah sakit.
Peran dan arti penting menejemen financial
1. Fungsional perusahaan 2. Posisi menejer keuangan dalam struktur organisasi 3. Pengembangan karir menejer keuangan 4. Kesempatan berkarir. 3.
Efisiensi
Sama halnya dengan penilaian tentang efektifitas, maka penilaian tentang efisiensi program juga melihat keberhasilan program dalam mencapai tujuan ataupun mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, tetapi dikaitkan dengan penggunaan dana. Di dalam organisasi, efektivitas merupakan bahasan yang diangkat berdasarkan issue seperti restrukturisasi sumberdaya yang tersedia, perubahan teknologi, pemodifikasian iklim dan budaya organisasi dan pengembangan strategi performa anggota organisasi berbasis target. Sementara itu, bahasan efisiensinya meliputi evaluasi atas segala sumberdaya yang dioperasikan; apaapa yang jadi ‘bahan bakar’ efektivitas. Ini pada gilirannya akan meliputi pengorganisiran yang lebih baik atas aspek man, material, machine, methods dan money. Seluruh sumberdaya tersebut hanya tersedia dalam jumlah terbatas, sehingga adalah tugas para manajer untuk bisa mendayagunakan semua itu secara optimal dalam waktu yang sependek mungkin. Baik efektivitas maupun efisiensi mengharuskan organisasi – maupun pribadi- untuk terus menetapkan target, menganalisa kerja dengan seksama, mengatur prioritas, dan senantiasa berfokus pada apa-apa yang paling bisa berikan dampak atau nilai terbesar untuk setiap waktu yang dihabiskan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas keefektifan dan efisiensi suatu organisasi dilihat dari segi visi misi, struktur organisasi, strategi organisasi dan juga kebudayaan organisasi.
E fisiensi menceritakan bagaimana suatu usaha dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan eksploitasi yang semakin meningkat karena penggunaan biaya/dana yang sudah melebihi target yang direncanakan. Di satu sisi, maksud dari efektivitas adalah meminta dan berusaha agar segala usaha atau aktivitas organisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap melakukan efesiensi secara benar sesuai porsinya. Pernyataan H. Emerson adalah:“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan outputefisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya.efektif belum tentu efisien dan begitu sebaliknya. 4.
Avoiding critism
Avoiding gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka. Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara
satu dengan
lainnya, memiliki kecenderungan
timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok,
yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama. Suatu organisasi dapat mencapai tujuannya dengan cara semua pihak dalam organisasi tersebut bekerja dengan efektif da n efisien. Penilaian tentang efektifitas program menunjuk pada keberhasilan program dalam mencapai tujuan ataupun mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam pengetahuan administrasi suatu organisasi masalah yang menjadi intinya adalah efisien tujuan pokok dari ilmu administrasi didalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dengan pembiayaan minimal untuk tenaga kerja dan barang-barang. Efisiensi sebagai perbandingan terbaik antara sesuatu usaha dengan hasilnya perbandingan ini dapat dilihat dari 2 segi yaitu segi hasil dan segi usaha a. Dilihat dari segi hasil suatu usaha dapat dikatakan efisien kalau usaha itu memberikan hasil yang terbaik b. Dilihat dari segi usaha suatu usaha dapat dikatakan efesien kalau sesuatu hasil yang dikehendaki dapat tercapai dengan usaha yang teringan. teringan dalam hubungannya dengan pemakaian waktu benda atau ruang yang digunakan untuk melakukan usaha. 5.
Public image Public image adalah suatu gambaran umum tentang suatu organisasi.
Public telah memiliki ruang yang lebih luas untuk memantau sepak terjang organisasi/perusahaan baik yang berkaitan dengan produk/jasa, pengelolaan organisasi sampai kinerja suatu organisasi. Sehingga tuntutan untuk menjaga terus citra atau image baik menjadi sesuatu yang mendesak. Citra yang baik dadi suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, merupakan asset karena image mempunyai suatu dampak pada persepsi public dari komuniksi dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Membangun suatu imageyang baik tidak sama dengan memperbaiki kembali bangunan yang telah hancur. Ada factor kepercayaan public yang sangat kental melekat di dalamnya sehingga bila reputasi jelek maka
kepercayaan pubilk yang melekat itu lepas dengan cepat dan untuk menempelkannya kembali butuh waktu yang lama. Dalam kaitan ini, para praktisi public Relations memiliki peran kunci dalam memelihara image. Public relation adalah bidang aktivitas yang bertujuan menciptakan saling pengertian yang baik antara suatu organisasi dengan publiknya. Dalam system semacam ini, organisasi menyadari bahwa tanpa dukungan publiknya, ia tak dapat tumbuh optimal. Sejauhmana
suatu
organisasi/perusahaan
memandang
perlunya
manajemen reputasi/citra? Pertanyaan ini sangat signifikan untuk diajukan. Mengapa demikian? Karena kini, publik telah mengalami perubahan begitu cepat dalam mencermati lingkungan yang ada di sekitarnya. Publik telah memiliki
ruang
yang
lebih
luas
untuk
memantau
sepak
terjang
organisasi/perusahaan baik yang berkaitan dengan produk/jasa, pengelolaan organisasi/perusahaan sampai kinerja suatu perusahaan. Sehingga, tuntutan untuk terus menjaga citra (image) baik menjadi sesuatu yang mendesak. Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, merupakan aset, karena citra mempunyai suatu dampak pada persepsi publik dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi. Dalam jangka panjang citra baik membawa banyak manfaat, baik pada saat organisasi sedang jaya maupun pada saat-saat organisasi menghadapi berbagai macam krisis. Webster (1993) mendefinisikan citra sebagai gambaran mental atau konsep tentang sesuatu. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible), tidak nyata , tidak bisa digambarkan secara fisik dan tidak dapat diukur secara matematis, karena citra hanya ada dalam pikiran. Walaupun demikian, wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk , seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang datang dari publik (khalayak sasaran ) dan masyarakat luas pada umumnya. Citra bisa diketahui, diukur dan diubah. Penelitian mengenai citra organisasi (corporate image) telah membuktikan bahwa citra bisa diukur dan diubah, walaupun
perubahan citra relatif lambat. Dengan kata lain suatu citra akan bertahan cukup permanen pada kurun waktu tertentu. Setiap organisasi mau tidak mau memiliki citra di masyarakat. Karena citra ada di benak masyarakat, maka salah satu hal yang harus dilakukan pimpinan organisasi adalah menjaga jangan sampai karena berbagai macam sebab, mayoritas anggota masyarakat mempunyai persepsi yang salah tentang organisasinya sehingga menimbulkan citra negatif. Citra negatif akan merugikan organisasi karena citra menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai keputusan penting seperti antara lain: membeli barang atau menggunakan jasa yang dihasilkan. Dengan demikian citra organisasi harus menjadi perhatian pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi perlu mengupayakan agar persepsi masyarakat tidak jauh menyimpang dari apa yang diharapkan. Walaupun citra adalah dunia menurut persepsi, tetapi citra perlu dibangun secara jujur agar citra yang dipersepsikan oleh publik adalah baik dan benar, dalam arti ada konsistensi antara citra dengan realitas. Citra tidak bisa dibangun dengan kebohongan informasi. Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra yang dikomunikasikan, realitas akan menang. Komunikasi organisasi yang dirasakan tidak dipercaya, akan merusak citra bahkan mungkin lebih parah lagi. Jadi, membangun citra di atas informasi yang tidak benar, tidak akan mampu menaikkan citra, malah sebaliknya citra akan menjadi rusak. Dengan demikian, sebenarnya image adalah realitas, oleh karena itu pengembangan dan perbaikan citra harus didasarkan pada realita. Dalam mengkomunikasikan produk atau programnya suatu organisasi harus menggambarkan realitas yang sebenarnya. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu. Pendapat dan keinginan, apabila tertuju pada suatu isue tertentu akan menimbulkan sikap (attitude) tertentu yang dapat timbul sebagai public opini. Publik opini harus dibentuk melalui komunikasi yang efektif dan persuasif sehingga menjadi favourable public
opinion. Kenyatan menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki citra dan reputasi yang bagus, umumnya men ikmati enam hal yaitu: a) b) c) d)
Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat, Hubungan positif dengan pemerintah setempat, Rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khlalayaj sasaran, Saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal
dan meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan Adapun fungsi Public Relations, yaitu : a) Programming Fungsi ini antara lain mencakup analisis masalah dan peluang menentukan goals dan publik ( kelompok orang yang dukungan dan pemahamannya diperlukan organisasi) serta merekomendasi dan merencanakan kegiatan, termasuk di dalamnya pembuatan anggaran, penjadwalan, pembagian dan pendelegasian tugas. b) Relationship Seorang praktisi PR yang berhasil harus mengembangkan ketrampilan dalam mengumpulkan informasi dari manajemen, sejawat dalam organisasi dan dari sumber-sumber di luar organisasi. Untuk itulah ban yak kegiatan PR mensyaratkan para praktisinya untuk memiliki kemampuan menjalin hubungan baik dengan publik internal maupun eksternal. c) Writing dan Editing Sejalan dengan sasaran kegiatan PR, yakni mencapai publik yang amat besar, alat penting yang digunakannya adalah melalui barang-barang cetakan. Banyak ragam barang cetakan yang digunakan dalam kegiatan PR seperti laporan tahunan, booklets, media releases, newsletter,buletin, dll. Tulisan yang jelas dan masuk akal sangat penting artinya bagi keefektifan kerja praktisi PR. Sebagian besar pekerjaan PR berkaitan dengan penulisan dan penyuntingan d) Information. Membangun sistem informasi yang baik merupakan salah satu cara menyebarkan informasi secara efektif kepada publik. Ini biasanya berkaitan
dengan usaha pengenalan cara kerja berbagai media atau saluran komunikasi yang ada termasuk di dalammnya surat kabar, media elektronik, radio dan televisi serta multimedia. e)
Production Fungsi ini berkaitan dengan kegiatan produksi media komunikasi yang digunakan dalam penyebaran pesan-pesan yang dirancang praktisi PR. Untuk itu praktisi PR harus memiliki pengetahuan tentang tata letak, tipografi, fotografi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan produksi media komunikasi yang digunakan dalam kegiatan PR.
f)
Special Event Konferensi pers, pameran, ulangtahun perusahaan , pemberian penghargaan, kinjungan perusahaan, pameran, seminar dan sebagainya merupakan kegiatan yang harus ditangani PR. Kegiatan seperti ini biasanya diarahkan untuk dapat menarik perhatian dan memperoleh pengakuan dari publik terhadap keberadaan perusahaan. Aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian biasanya berkaitan dengan protokoler, perencanaan , koordinasi, detail-detail jadwal dengan kegiatannya, serta persiapan publikasi penunjangnya seperti booklets, publisitas dan juga laporannya.
g)
Speaking Keterampilan penting yang juga harus dimiliki seorang praktisi PR adalah ketrampilan berbicara baik untuk tatap muka individual maupun untuk tatap muka kelompok (public speaking) termasuk menulis naskahnya.
h)
Research dan Evaluation Aktivitas penting yang dilakukan seorang praktisi PR adalah pengumpulan fakta. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, baik yang dilakukan secara formal maupun informal.
6.
Avoiding critism
Satu pihak menolak bahwa konflik itu ada, mengubah topik, dan menghindari diskusi-diskusi, seraya tidak memperlihatkan komitmen penyelesaian. Gaya ini efektif dalam situasi dimana terdapat bahaya penyerangan fisik, tanggapan atas isu remeh, tidak berpengaruh terhadap
kesempatan untuk mencapai tujuan, atau rumitnya situasi yang membutuhkan solusi. Avoiding
(penghindaran)
konflik
punya
keuntungan
dalam
hal
pemeliharaan hubungan, dalam mana hubungan diyakini akan terluka akibat proses penyelesaian konflik. Kerugiannya gaya ini adalah konflik tidak akan selesai. Berlebihannya penggunaan gaya ini justru mendorong munculnya konflik internal dalam diri individu yang melakukannya. Orang lainpun cenderung meremehkan si penghindar. Penghindaran masalah biasanya bukan malah menyelesaikan masalah melainkan justru menambahnya. Semakin lama kita menunggu konfrontasi dengan orang lain, semakin sulit konfrontasi yang terjadi nantinya. Manajemen krisis adalah fungsi organisasi kritis. Kegagalan dapat mengakibatkan luka serius kepada stakeholder, kerugian bagi suatu organisasi, atau akhir keberadaannya. 7.
Avoiding lawsuits
Dalam suatu organisasi pasti akan menghadapi konflik atau tantangan, oleh karena itu suatu organisasi mampu menghadapi setiap masalah atau konflik untuk mencapai tujuannya. Avoiding adalah taktik untuk menghindari konflik atau kritik yang cocok digunakan untuk masalah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh . gaya ini tidak cocok untuk menyelesaikan
masalah-masalah
yang
sulit.
Kekuatan
dari
strategi
penghindaraan adalah situasi yang membingungkan atau mendua. Sedangkan penyelesaian masalah hanya bersifat sementara. 8.
Meeting individual needs
Adaptasi terhadap perubahan selalu menjadi kebutuhan pekerjaan untuk keperawatan. Personel keperawatan bekerja untuk berbagai atasan, termasuk pasien secara individual, dokter, kepala perawat, da manajer perawat klinis yang berbeda setiap pergantian shift. Praktisi keperawatan akan mengetahui
peran-peran mereka berubah beberapa kali dalam sehari, kadang-kadang menjadi manajer, kadang perawat klinis,kadang konsultan, dan selalu dalam peran multiple. Menurut William, ada empat alasan umum untuk melakukan perubahan,
yaitu: 1. 2. 3. 4.
Untuk meningkatkan arti kepuasan ekonomi yang diinginkan seseorang Untuk meningkatkan profitabiltas Untuk mendorong kerja manusia dan kesejahteraan manusia Untuk memberikan kepuasan individu dan kesejahteraan sosial.
E. Nursing Care Delivery System (Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan) 1.Case Methode (Metode Kasus) Metode kasus kadang-kadang disebut juga sebagai perawatan pasien
total. Dalam metode ini perawat bertanggung jawab penuh terhadap perawatan pasien selama shift bekerja. Jumlah pasien yang ditugaskan bisa lebih dari satu. Metode ini sering dipraktekkan dalam pengaturan perawatan intensif atau dalam pengaturan perawatan kesehatan di rumah. Kelebihan : metode ini dianggap sebagai metode pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik . Kekurangan : metode ini memerlukan tenaga perawat yang cukup banyak dan kurangnya kotinuitas antara shift. Kepala ruang
perawat
perawat
Pasien (1/ lebih)
Pasien (1/ lebih)
perawat
perawat
Pasien Pasien (1/ (1/ lebih) ebih) kasus Ga bar 1. Me ode
perawat Pasien (1/ lebih)
2.F uncti onal methode (Metode Fungsional ) Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan
1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien
dibangsal. Kelebihan : a) Manajenen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat yunior dan atau belum berpengalaman. Kekurangan : a) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan . c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja. Kepala Ruang Perawat : pengobatan
Perawat : merawat luka
Perawat : pengobatan
Perawat : merawat luka
Gambar 2. Meto de Fungsional Pasien/klien
3. Team Nursing (Keperawatan Tim) Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut: a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnikkepemimpinan. b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatanterjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim. d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik biladidukung oleh kepala ruang. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002): Kelebihan : a)Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan. c)Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kekurangan : Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktuwaktu sibuk. Tanggung jawab anggota tim : a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di bawah tanggung jawabnya b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim c. Memberikan laporan Tanggung jawab ketua tim : a. Membuat perencanaan b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien d. Mengembangkan kemampuan anggota e. Menyelenggarakan konferensi Tanggung Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pengarahan d. Pengawasan
jawab
kepala
ruang
:
a.
Kepala ruang Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staf perawat
Staf perawat
Staf perawat
pasien
Gambar 3. Kep pasienerawatan Tim
pasien
4. Pri mary Nursing (Keperawatan Primer) Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. Kelebihan : a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif. Kekurangan : Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusn yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Konsep dasar metode primer : a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat b. Ada otonomi c. Ketertiban pasien dan keluarga Tugas perawat primer : a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain. e. f. g. h.
Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai Menerima dan menyesuaikan rencana Menyiapkan penyuluhan untuk pulang Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinik j. Mengadakan kunjungan rumah Peran kepala ruang dalam metode primer : a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi Ketenagaan Metode Primer : a. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side.” b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat asisten.
Dokter
Kepala Ruang
Sarana RS
Perawat Primer Pasie Perawat pelaksana sore
n Perawat pelaksana malam
Perawat pelaksana jika diperlukan pagi
Gambar 5 : Primary Nursing (Keperawatan Primer)
5. Nursing Case Management Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khu sus seperti isolasi , intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
Kelebihan : a) Perawat lebih memahami kasus per kasus b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangan : a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
6. Patient F ocus Care Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan dimana perawat mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan yg dibutuhkan. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada pasien dengan baik. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang tinggi dari perawat, sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk ruangan ICU ataupun ICCU. Kelebihan : Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan dimana perawat mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan yg dibutuhkan. Kekurangan : a)
Sederhana dan langsung
b)
Garis pertanggung jawaban jelas
c)
Kebutuhan pasien cepat terpenuhi
d)
Memudahkan perencanaan tugas