GAMBAR GULMA DAN IDENTIFIKASINYA
N
Gambar
Keterangan
o
Cyperus rotundus
Ordo:
Poales
Famili: Cyperaceae Genus: Cyperus Spesies: C . r otund tundus us
Bentuk umbi Bentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, adalah tuber, modifikasi modifikasi dari batang) dari batang) dan dan geragih geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.Ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis berfotosintesis melalui jalur C4.
Cyperus brevifolius
Ordo:
Poales
Famili: Cyperaceae Genus: Kyllinga Spesies: K . br br evi foli foli a Sinonim C. brevifolius Tanaman menahun ini dapat tumbuh dengan tinggi hingga 20 cm dan beraroama wangi, jukut pendul tumbuh dengan baik pada tanah lembap di sisi jalan, tanah terlantar, padang rumput, dari dataran rendah sampai ketinggian 2.600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar diseluruh wilayah tropis wilayah tropisdengan dengan temperatur hangat di seluruh dunia dan sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Malaysia. wilayah Malaysia. Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan tanah, mengeluarkan batang tegak persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua. Bunga dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan ukuran 4-8 mm
Cyperus brevifolius
Ordo:
Poales
Famili: Cyperaceae Genus: Kyllinga Spesies: K . br br evi foli foli a Sinonim C. brevifolius Tanaman menahun ini dapat tumbuh dengan tinggi hingga 20 cm dan beraroama wangi, jukut pendul tumbuh dengan baik pada tanah lembap di sisi jalan, tanah terlantar, padang rumput, dari dataran rendah sampai ketinggian 2.600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar diseluruh wilayah tropis wilayah tropisdengan dengan temperatur hangat di seluruh dunia dan sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Malaysia. wilayah Malaysia. Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan tanah, mengeluarkan batang tegak persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua. Bunga dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan ukuran 4-8 mm
Vernonia cinerea
Ordo : Asterales Nama Lokal : buyung Familia : Asteraceae Sinonim : Cyanthiium cinereum, vernonia albicans Habitat : Herba,Perdu Batang : Bulat Percabangan : simpodial Jenis Daun : tunggal, pinati, palmati lobus, duduk berseling Filotaksis : foliosparsa Bentuk & Ukuran: ovalis, panjang 2-7 cm, lebar 0.5-2.5 cm, bulat telur Margo folii : integer Basis folii : acuminatus Apex folii : obtusus
Borreria latifolia
Family Genus
:Rubiaceae :Borreria Borreria alata (Aubl.) DC. B. scaberrima : Synonym Bold. Spermacoce latifolia Aubl. Sebuah ramuan bercabang, prostat (kadangkadang rooting), kekuasaan atau tegak, biasanya bercabang dari dasar. Batang tinggiberdaging, 4 bersayap, sekitar 75 cm. Daunberlawanan, elips, terluas di atas tengah, ujung luas dan tak lama menunjuk, basismeruncing, variabel dalam ukuran sekitar 2,55,0 CMX dan 2,5 cm, tebal, berbulu di kedua sisi, leafstalk pendek, pangkal daunbergabung dengan stipula berbentuk cangkirdengan bulu pada ujungnya. Perbungaan dariaxils daun, sedikit banyak bunga, sekitar 0,6-1,2 cm, putih, tunggal, bunga dengan kelopakberbulu empat sepal, corollatabung denganungu kelopak, benang sari 4 dan stigmabercabang, bunga sepanjang tahun, buahberbulu, membelah menjadi dua pasanguntuk melepaskan biji.
Asystasya gangetica
Order:
Lamiales
Family:
Acanthaceae
Genus:
Asystasia
Species:
A. gangetica
Kedua subspesies tanaman ini telah diperkenalkan ke Australia. Mana A. g. micrantha pada Alert List Lingkungan Nasional dan harus dilaporkan ketika ditemukan Kisaran asli dari subspesies tidak jelas, tetapi kemungkinan bahwa A. g. gangetica terbatas pada Asia, dan A. g. micrantha terbatas pada AfricaThis merupakan tanaman penting bagi lebah madu, kupu-kupu dan serangga lainnya.] Di Afrika Selatan setidaknya ada tujuh spesies kupukupu dan ngengat yang menggunakan A. g. micrantha sebagai foodplant larva, Junonia oenone, Junonia hierta, Junonia natalica, Junonia terea, Protogoniomorpha parhassus, Hypolimnas misippus dan Microplexia costimaculalis Pertumbuhan yang kuat dari A. g.. micrantha di daerah tropis. membuatnya menjadi gulma yang dapat menutupi vegetasi asli tertentu di mana telah diperkenalkan
Limnocharis flava
Ordo:
Alismatales
Famili: Limnocharitaceae (APG II) Alismataceae (APG III) Genus: Limnocharis Spesies: L. flava
Terna tahunan yang dapat mencapai tinggi setengah meter ini mudah ditemukan di perairan dangkal seperti sawah atau rawa;rimpang tebal dan tegak, terbenam dalam lumpur; daun tegak atau miring, tidak mengapung (berbeda dari eceng gondok), tangkainya panjang dan berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkotabunga berwarna kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau. Tumbuhan ini dapat menjadi gulma sawahyang serius jika tidak ditangani segera. Pemanf aatannya dapat membantu mengendalikan populasinya. Walaupun biasanya tidak intensif dibudidayakan, perbanyakan dapat dilakukan secaravegetatif walaupun bijinya pun dapat ditanam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun.
Eichornia crassipes
Ordo:
Commelinales
Famili: Pontederiaceae Genus: Eichhornia Kunth
Spesies: E . crassipes Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen,fosfat dan potasium (Laporan FAO ).
Imperata cylindrica
Ordo:
Poales
Famili: Poaceae Genus: Imperata Spesies: I . cylindrica Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alangalang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekashutan yang rusak dan terbuka, bekasladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tem pat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas. Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasidapat merangsang pertumbuhan alang-alang. Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-hewan pemakan rumput, sehingga lahanlahan bekas terbakar semacam ini sering digunakan sebagai tempat untuk berburu.
Cynodon Sp
Order:
Poales
Family:
Poaceae
Genus:
Cynodon
Species:
C. dactylon
Pisau ini warna abu-abu-hijau dan pendek, biasanya 215 cm (0,79-5,9) panjang dengantepi kasar. [2] batang tegak bisa tumbuh 1-30cm (0,39-12 in) tinggi. Para batang agak pipih, sering diwarnai dalam warna ungu.Kepala benih yang diproduksi dala m sebuah cluster 2-6 paku bersama-sama di bagian atasbatang, masing-masing lonjakan 2-5 cm(0,79-2,0) panjang Ia memiliki sistem akaryang dalam, dalam situasi kekeringan denganditembus. tanah, sistem akar dapat tumbuh lebih dari 2 m dalam, meskipun sebagian besar massa akar kurang dari 60 cm di bawah permukaan. Rumput merayap sepanjang tanah dan akar dimanapun node menyentuh tanah, membentuk tikar padat. C. dactylonmereproduksi me lalui biji, pelari, dan rimpang. Pertumbuhan dimulai pada suhu di atas 15 ° C (59 ° F) dengan pertumbuhan yang optimum antara 24 dan 37 ° C (75 ° F dan 99),di musim dingin, rumput menjadi aktif danberubah warna menjadi coklat. Pertumbuhandipromosikan oleh sinar matahari penuh dandihambat oleh warna penuh, misalnya, dekat dengan batang pohon.
.
Rottboelia exaltata
Order:
Poales
Family:
Poaceae
Genus:
Rottboellia
Species:
Rottboelia exaltata
tanaman casmógamas. Itu berasal yang mencapai ukuran hingga 27 cm, biasanya yg berbaring dan cabang menaik, tipis. Daundengan ligule 0,50,7 mm, seluruh, gundul,limbo hingga 7 cm x 1 mm, datar atauconduplicate. Stem sampai dengan 13 cm,tipis, lurus atau flexuous, sampai dengan 30bulir. Glumes 3,56 mm, lebih panjang daribunga, lanset, kasar, keel lateral yangbersayap dan marjin scarious lebar. Lemma3,25,5 mm, hampir menyamai palea, dengansaraf lateral yang pendek. Anter 2-3,5 mm. 2n= 14. Berbunga dan berbuah dari Mei hinggaJunio. Parapholis: Nama generik berasal dari bahasa Yunani para = (sekitar) dan Pholiurus (genusterkait herbal), alternatif, d ari bahasa Yunanipara = (sekitar) dan pholis = (serpihan),mengacu pada glumes colaterales. filiformis: Latin julukan yang berarti "seperti benang"
Jenis-Jenis Gulma A. Gulma rerumputan
1.
Imperata cylindrica (alang alang atau lialang)
Klasifikasi Divisio : Angiospermae (Spermatophyta) Class : Monocotyledonae Ordo : Poales (Glumiflorae) Familia : Gramineae (Poaceae) Genus : Imperata Species : Imperata cylindrica Nama lokal : alang-alang, halalang Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subu r, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain.
2.
Rumput grinting ( CynodonDactylon )
Klasifikasi : Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae (tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) : Commelinidae : Poales : Poaceae (suku rumput-rumputan) : Cynodon : Cynodon dactylon (L.) Pers.
Nama lokal : rumput grinting, rumput bermuda, suket grintingan(jawa), kakawatan (sunda).
Habitatnya Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 °C. Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap kisaran pH tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya selaindari akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui buah.Penyebaran buah ini yang dapat meluas. Rumput Cynodon dactylon, tumbuh di pinggir saluran irigasi. Akarnya yang be rkembang pesat dan menangkap lumpur yang ada disaluran. Sering ditemui saluran irigasi menyempit karena ditumbuhi rumput ini. Mungkin banyak dampak lainyang ditemui di berbagai tempat, dampak tersebut yang paling dirasakan sangat merugikan.
3.
E chinochloa colona (L.) (Rumput Bebek)
Klasifikasi Rumput Bebek : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Sunkingdom : Tracheophyta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Monocotyledonae (Berkeping satu) Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Echinochloa Spesies : Echinochola colona Nama lokal : rumput bebek Rumput bebek ( Echinochloa colona) adalal tumbuhan rumput yang tumbuh liar. Rumput ini biasanya ditemukan di area sekitar pinggir jalan, rumah, atau di sekitar sekolah. Rumput bebek atau Echinochloa colona merupakan jenis rumput yang memiliki akar serabut. Rumput ini memiliki daun yang berwarna hijau. Rumput bebek juga berkembangbiak menggunakan bunganya.
4.
Kaso ( Saccharum spontaneum L.)
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Saccharum Spesies : Saccharum spontaneum L Nama lokal : Kaso, gelagah, glagah Saccharum spontaneum mulai tumbuh dari daerah di atas permukaan laut hingga ketinggian 1700 m dpl. Tumbuhan ini memerlukan lingkungan dengan curah hujan tinggi yang biasanya dapat mencapai 1500 mm per tahun, dan tumbuhan ini juga dapat tumbuh pada kisaran tipe tanah yang beragam, mulai dari tanah aluvial di tepi sungai hingga tanah berpasir bekas daerah pertambangan.
5.
Leptochloa chinensis
Klasifikasi Kingdom : Plantae Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae Ordo : Cyperales Family : Poaceae Genus : Leptochloa P. Beauv. Species : Leptochloa chinensis (L.) Nees ( Ferreira L, 2005) Nama lokal :Bobontengan Habitat Lahan basah, rawa, atau sungai di daerah dataran rendah terbuka. Dapat tumbuh di tanah berat atau ringan, sepanjang sungai dan saluran air, di lahan sawah
B. Gulma teki-tekian 1 . Cyperus rotundus (teki ladang)
Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) : Commelinidae : Cyperales : Cyperaceae : Cyperus : Cyperus rotundus L.
Nama lokal : teki ladang Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu
mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan
2. Mimosa pudica (putri malu )
Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama lokal
: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Fabales : Fabaceae (suku polong-polongan) : Mimosa : Mimosa pudica Duchass. & Walp : Putri malu, si kejut, riyud
Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula
3. Rumput Kenop ( Cyperus kyllingia)
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Cyperales
Famili Genus Spesies Nama lokal
: Cyperaceae : Cyperus : Cyperus kyllingia Endl. : Rumput kenop, wudelan
tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka / sedikit terlindung dari sinar matahari dan pada ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam tanah. perbanyakan dapat secara generatif, dengan biji dan vegetatif, rimpang (stolon). Pengendalian : dengan cara kimiawi, 2 lb MSMA ditambah 1 lb 2,4-D dan 1 Pt Surfactant dalam 40 galon air diberikan dalam interval satu minggu atau penyemprotan Roundup dosis 100-120 setiap 15 liter air atau paracol dosis 100-120 cc tiap 15 liter air
4. Bundung (Scirpus grossus)
Klasifikasi Kingdom Subkingdom
: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) : Commelinidae : Cyperales : Cyperaceae : Scirpus : Scirpus grossus Linne
Nama lokal : Bundung, lingi, reduk, walingi, wlingen, wlingian, endong, penjalinan S. grossus, termasuk gulma tahunan yaitu gulma yang umurnya lebih dari 2 tahun. Gulma ini umumnya berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Memiliki organ perkembangbiakan berupa stolon / rimpang yaitu batang yang menjalar dalam tanah, pada setiap buku / ruas dapat tumbuh tunas dan akar menjadi individu baru. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi saat pengolahan tanah. S. grossus pada umumnya hidup di lahan basah (daerah berair), namun dapat pula ditemukan di daerah tanah yang subur dengan sirkulasi yang baik. 5. Rumput Jarum ( Andropogon aciculatus)
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kela : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Andropogon Spesies : Andropogon aciculatus Nama lokal
: Rumput jarum, domdoman.
Rumput jarum (Andropogon aciculatus), rumput jenis ini terdapat di kaw asan yang rumputnya tidak tebal dan tanahnya tidak banyak kandungan humus atau tanah yang sedikit keras. Rumput ini mempunyai tinggi 3 - 5 cm, jika di bawah sinar matahari dan 10 - 15 cm bila ada di tempat yang teduh.
C. Berdaun lebar 1. Ageratum conyzoides L(bebandotan)
Kingdom Super Divis Divisi Kelas Sub Kela Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Asterales : Asteraceae : Ageratum : Ageratum conyzoides L.
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
2. Oxalis corniculata L.( cacalincingan)
Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Geraniales : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan) : Oxalis : Oxalis corniculata Linn
Nama lokal : Semanggi gunung tempat tumbuhnya tumbuh di tegalan, kebun sepanjang tembok dan pagar, tanggul kecil dan jalan setapak di hutan, tumbuh baik pada ketinggian mencapai 1300 m dpl. Perbanyakan :perbanyakan dilakukan secara generatif, dengan biji Pengendalian : secara kimiawi dengan cara pemberian herbisida. trifuralin dengan dosis 2-8 kg bahan aktif/ha. Bila terdapat dalam jumlah banyak maka yang digunakan adalah velapon 50 EC. Sementara metil Bromida Rofan dan daramut setelah fangasi terhadap media tumbuh.
3. Bayam duri (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Hamamelidae Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman) Genus : Amaranthus
Spesies
: Amaranthus spinosus L.
Nama lokal : bayam kerui (Lampung); senggang cucuk (Sunda); bayam eri, bayam raja, bayam roda, bayam cikron (Jawa); tarnyak duri, tarnyak lakek (Madura); bayam kikihan, bayam siap, kerug pasih (Bali); kedawa mawau, karawa rap-rap, karawa in asu, karowa kawayo (Minahasa); sinau katinting (Makassar); podo maduri (Bugis); maijanga, ma hohoru (Halmahera Utara); baya (Ternate); loda (Tidore). Tanaman ini termasuk familia Amaranthaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh liar di kebunkebun, tepi jalan, tanah kosong dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tingginya dapat mencapai 1 meter. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui bijinya yang bulat, kecil dan hitam.Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang, tepatnya di pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayam duri. Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara 25 - 35 Celcius.
IDENTIFIKASI GULMA-GULMA DOMINAN PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DAN USAHA PENGENDALIANNYA DI KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT
9 Votes
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan. Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002). Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya membudidayakan padi sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan terbesar yang saat ini yang dihadapi oleh sebagian besar petani di Kecamatan Samatiga adalah penurunan hasil panen padi akibat gangguan dari gulma. Pengendalian gulma secara langsung yang saat ini diterapkan oleh petani di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat sebagian besar sangat mengandalkan pengendalian secara kimiawi, sedangkan pemerintah sedang sangat gencar-gencarnya mengupayakan pengendalian organisme penggagu tanaman (OPT) dengan sistem pengendalian terpadu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bangun dan Syam (1989), bahwa untuk lebih menekan pertumbuhan gulma dengan hasil yang lebih baik, perlu adanya kombinasi berbagai cara pengendalian yang dikenal dengan pengendalian terpadu yang dapat dilakukan mulai dari pengolahan tanah, cara bercocok tanam, cara pemupukan, dan pengairan yang baik serta dilanjutkan dengan pengendalian secara langsung misalnya pengendalian mekanis, fisis, biologi baru yang terakhir dengan penggunaan zat kimia. Berawal dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi gulma-gulma yang terdapat pada persawahan petani di Kecamatan Samatiga. Identifikasi dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan. 1.2. Tujuan Praktik Lapangan Praktik lapangan ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma dominan, serta untuk mendapatkan informasi tentang pengendalian gulma pada pertanaman padi sawah di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan sumbangsih yang bisa menjadi acuan untuk Pemda Aceh Barat dalam usaha pengembangan pertanian khususnya padi sawah. III. METODE PRAKTEK LAPANGAN 3.1. Tempat dan Waktu Praktek Lapangan Praktek lapangan ini dilaksanakan dalam Wilayah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang dimulai sejak bulan September sampai dengan bulan Desember 2007, dengan pengamatan dilakukan terhadap 4 desa sebagai sampel yaitu Desa Pinem, Desa Leukeun, Desa Gampoeng Ladang dan Desa Pangee 3.2. Pengamatan Praktek Lapangan Praktek lapangan dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pengumpulan data secara langsung di lapangan dengan menggunakan metode kuadrat yaitu dengan cara pengamatan plot sampel di lapangan. Dari hasil tersebut nantinya akan diperoleh data yaitu : 1. Data Primer Merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung yaitu dengan pengambilan sampel di daerah praktek lapangan dengan menggunakan metode kuadrat. Pengambilan sampel dilakukan untuk mengidentifikasi gulma dan menghitung densitasnya. Sampel diambil atau diamati pada lahan padi sawah yaitu di empat (4) desa sampel (Pinem, Leukeun, Gampoeng Ladang, Pangee) dari 32 desa yang ada di Kecamatan Samatiga. Pada setiap desa sampel diambil sebanyak tiga (3) lahan sawah atau tiga (3) petani dengan empat (4) perlakuan pada setiap petak sawah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan frame yang berukuran 1m x 1m dengan meletakkan secara acak. Dalam setiap frame ditentukan spesies gulma dengan cara membandingkan dengan gambar yang sudah ada ataupun melalui buku identifikasi dan dihitung densitasnya. Data yang diperoleh dari hasil pelemparan frame dilakukan perhitungan kerapatan relatif, frekuensi relatif, Summed Dominance Ratio (SDR) dan Koofesien komunitas (C) dengan rumus- rumus sebagai berikut (Tjitrosoedijo, 1984): a. Kerapatan Relatif (KR) b. Frekuensi Relatif (FR) c. Summed Dominance Ratio (SDR)
d. Koofesien komunitas (C) 2. Data sekunder Merupakan data yang digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait juga dari berbagai literatur penunjang lainnya serta tanya jawab dengan petani. IV. MONOGRAFI DAERAH PRAKTIK LAPANGAN 4. 1. Keadaan wilayah Samatiga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 15.721 Ha, jarak tempuh dari ibu kota Kabupaten 11 Km, dengan batasbatasnya – Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bubon – Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia – Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Johan Pahlawan – Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Arongan Lambalek
Kecamatan Samatiga terdiri dari 32 Desa/Gampong, meliputi 10 diantaranya yang didaerah pesisir pada tanggal 26 Desember 2006 juga ikut terkena musibah Tsunami. Di kecamatan Samatiga terdapat 52 Kelompok tani yang sudah dikukuhkan dengan jumlah 7 orang anggota dan 1 koordinator penyuluh pertanian. 4. 2. Potensi wilayah Berdasarkan Pantauan Data dan Analisis di lapangan oleh Balai Penyuluhan Pertanian Samatiga tahun 2008, di wilayah Samatiga dapat di budidayakan berbagai jenis komoditi dominan unggulan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi antara lain: – Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (padi, kacang tanah, jagung,
cabe, semangka, rambutan, langsat dan durian). – Bidang Perkebunan (karet, kelapa, kakao dan kelapa sawit). – Bidang Peternakan (sapi, kerbau, kambing dan unggas).
– Bidang Perikanan (kolam dan perikanan laut).
4. 3. Iklim Wilayah Kecamatan Samatiga mempunyai curah hujan rata-rata 2664 mm per-tahun dengan rata-rata hujan 128 hari per-tahun, dan temperatur 22 0C sampai dengan 32 0C ( BPP Samatiga, 2008 ). 4. 4. Keadaan Penduduk Kecamatan Samatiga a. Penduduk berdasarkan jenis kelamin. – Pria : 7.435 Jiwa – Wanita : 7.099 Jiwa – KK : 4.067 KK
b. Penduduk berdasarkan pekerjaan – Petani dalam arti luas : 80% terdiri dari pria dan wanita – Pedagang : 5 – Pegawai Negeri Sipil, TNI, Polri : 10 terdiri dari pria dan wanita – Tukang : 2% – Lain-lain : 3%
c. Penduduk berdasarkan pendidikan – Tidak tamat SD : 629 Jiwa (Pria, Wanita) – Belum Sekolah SD : 187 Jiwa (Pria, Wanita) – Tamat SD : 5120 Jiwa (Pria, Wanita) – Tamat SMP : 4986 Jiwa (Pria, Wanita) – Tamat SMA : 3270 Jiwa (Pria, Wanita)
– Perguruan Tinggi : 389 Jiwa (Pria, Wanita)
(Sumber Kantor Camat Samatiga, 2008) 4. 5. Data usaha tani Usaha tani yang dilaksanakan di wilayah Samatiga terdiri dari : padi, palawia, sayursayuran, buah-buahan, perkebunan, peternakan dan perikanan. a. Padi sawah – Realisasi tanam : 320 Ha – Realisasi panen : 62 Ha – Hasil rata-rata : 3.5 Ton/Ha
b. Palawija – Realisasi tanam : 72 Ha – Realisasi panen : 45 Ha
c. Sayur-sayuran – Realisasi tanam : 25 Ha – Realisasi panen : 22 Ha
d. Tanaman perkebunan – Kelapa realisasi tanam : 75 Ha – Karet realisasi tanam : 150 Ha – Kelapa sawit realisasi tanam : 6 Ha – Kakao realisasi tanam :750 Kg
e. Peternakan
– Sapi penyebaran :750 Ekor – Kambing penyebaran : 980 Ekor – Unggas : 8000 Ekor
f. Perikanan Tambak : 40.46 Ha (Sumber BPP Samatiga, 2008) V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Persawahan di Kecamatan Samatiga tergolong persawahan tadah hujan, petani sangat mengandalkan hujan untuk bisa menggarap lahan sawahnya. Beberapa petani ada yang menarik air dari sungai dengan mesin pemompa jika air hujan tidak cukup maupun tidak ada. Sebagian besar sistem pertanaman padi di Kecamatan Samatiga dilakukan dengan cara sebar langsung ke lahan yang telah diolah, dalam artian hanya sebagian kecil dari petani yang melakukan tanam pindah. Sistem pengelolaan persawahan di Kecamatan Samatiga dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya (1) mengerjakan sendiri, dalam artian semua anggota keluarga terlibat dalam kegiatan persawahan tersebut (2) mulai dari pembajakan serta pemanenan pemilik lahan tersebut membiayai petani lain untuk mengerjakan lahan sawahnya, ini biasanya dilakukan oleh petani yang juga berprofesi sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS) (3) sistem bagi hasil antara pemilik lahan dengan petani yang mengerjakan lahan tersebut. 5.2. Jenis dan Deskripsi Gulma yang Dijumpai Pada Pertanaman Padi Sawah di Kecamatan Samatiga Berdasarkan hasil dari identifikasi yang dilakukan maka diperoleh jenis-jenis gulma yang terdapat di persawahan Kecamatan Samatiga dengan umur padi 70 hari sebanyak 16 spesies. Adapun jenis gulma dari golongan berdaun lebar adalah Commelina diffusa, C. nudiflora, Ludwigia parennis, L. hyssopifolia, Rotala leptopetela, Monochoria
vaginalis, M. hastate. Dari golongan rumput-rumputan adalah Echinochloa crusgalli, E. colonum, Euphorbia hypericifolia, Leptochloa chinensis, . Elatine triandra. Dari jenis golongan teki-tekian Cyperus pilosus, C. diformis, Frimbristylis miliaceae, dan F. albovirindis. Menurut Sastroutomo (1990) bahwa, terdapat kurang lebih 33 jenis gulma yang dijumpai tumbuh pada pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, serta 16 jenis golongan gulma berdaun lebar, dan jenis gulma yang sering kali dijumpai serta termasuk yang dominan adalah Monochoria sp, Fimbristylis sp, Cyperus sp, Echinochloa sp, Commelina sp. Adapun deskripsi gulma yang di jumpai pada pertanaman padi sawah di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut: a. Gulma Dari Golongan Berdaun Lebar. Ø Commelia diffusa (L.) (Commelinaceae) C. diffusa dikenal dengan nama tali said, kali kadang, gewor ( Sunda), brambangan, jeboran, glegor, gragos (Jawa). C. diffusa merupakan tumbuhan setahun, tumbuh tegak atau pangkal tumbuh menjalar dengan panjang 10 – 110 cm. Batangnya berbentuk bulat, pada bagian yang menjalar sering mengeluarkan akar-akar pada buku-bukunya. Pangkal daunnya mempunyai pelepah yang jelas kelihatan memeluk batang dan berbulu-bulu lembut. Panjang daun 1,5 – 6 cm, dengan lebar 20 mm. Daun yang kecil berbentuk bulat memanjang, sedang yang besar berbentuk garis-garis lanset, bagian pangkal lebar, runcing, tidak berbulubulu atau dapat berbulu-bulu lembut tipis. Bunganya mempunyai daun mahkota berwarna ungu, bentuk agak bulat atau lonjong, panjang 4-6 mm. Biasanya terdapat di tempat-tempat yang terlindung, tempat-tempat yang tidak terlalu kering, kebun-kebun (Sundaru et al , 1976). Ø Commelina nudiflora (L.) C. nudiflora dikenal dengan naman tali said, kali kadang, gewor (Sunda), brambangan, jeboran, glegor, gragos (Jawa). C. nudiflora merupakan tumbuhan setahun, tumbuh tegak atau bagian pangkal tumbuh menjalar dengan panjang 10 – 110 cm. Batangnya bentuk bulat, pada bagian yang menjalar sering mengeluarkan akar-akar pada buku-bukunya. Pangkal daun mempunyai pelepah yang jelas kelihatan memeluk batang dan berbulu-bulu lembut
yang tipis. Bunganya dengan daun mahkota berwarna ungu, bentuk agak bulat atau lonjong , panjang 4 – 6 mm. Benang sari 2; benang sari mandul 4. Buahnya panjang 4 – 6 mm. Biasanya terdapat di tempat-tempat terlindung, tempat-tempat yang tidak
terlalu kering, juga di kebun – kebun (Soerjani et al., 1987) Ø Rotala leptopetela (Bl.) Koehne R. leptopetela merupakan tumbuhan setahun atau tahunan, tumbuh tegak atau kadang-kadang menjalar, dengan tinggi 10 – 50 cm. Batangnya agak lunak, bersegi, sering dengan warna putih keungu-unguan. Daunya berhadapan, bersilang, bentuk bulat memanjang (lanset), membulat, panjang 9 – 30 mm, lebar 3 – 9 mm. Bunganya berdaun mahkota kecil, lebih pendek dari pada daun kelopak, tepi rata, panjang 0,2 – 0,5 mm. Daun kelopak runcing atau agak meruncing pendek. Buahnya pada bagian pangkal berwarna hijau, sedangkan pada ujungnya berwarna merah ungu, dengan diameter 2 mm, berdinding tipis, dengan biji-biji banyak yang sangat kecil. Tempat tumbuhnya biasanya di sawah-sawah yang berair/lembab, tepi-tepi sungai atau selokan (Soerjani et al., 1987). Ø Ludwingia hyssopifolia (G. Don) Exell L. hyssopifolia dikenal dengan nama water primrose (Inggris), juku anggereman, mainang, cacabean (Sunda). L. hyssopifolia merupakan tumbuhan setahun, tumbuh tegak, ada yang tanpa bulu-bulu dan ada agak berbulu-bulu dengan panjang 50 – 150 cm. Batangnya bersegi, sering berwarna hijau kemerah-merahan. Bentuk daunnya bulat memanjang dan lanset, letak berselang seling, meruncing kearah ujung, panjang 1 – 10 cm lebar 0,25 – 3,5 cm. Tepi daun sering berwarna ungu kemerah-merahan. Bunganya terdapat di bagian pangkal daun bagian atas. Daun mahkota 4, warna kuning, bentuk bulat telur-jorong, panjang 3 – 5 mm. Buahnya berupa kapsul, panjang 1 – 2,5 cm, bentuk ramping hampir bulat,
warna kemerah-merahan. Tempat tumbuhnya biasanya di selokan dan kolam-kolam yang dangkal, tepi-tepi sungai, sawah (Soerjani et al., 1987). Ø Ludwingia parennis (L.) L. parennis sama dengan gulma L. hyssopifolia, tetapi cabangnya agak lurus kesamping, tingginya lebih rendah dari L. hyssopifolia yakni 10 – 75 cm. Batangnya bersegi berwarna agak keungu-unguan, daunya bersebar berselang-seling meruncing ke ujung. Bunganya berangkai rindang, dengan tabung kelopak bunga tidak menonjol.
Daun bunga berjumlah 4 berwarna agak menguning, biasanya berbunga sepanjang tahun. L. parennis biasanya hidup di dataran rendah dan di tanah yang agak lembab, juga di sawah. Di Indonesia gulma ini terdapat di Sumatra, Jawa dan Sulawesi (Soerjani et al., 1987) Ø Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl M. vaginalis dikenal dengan nama monochoria, pickerel-weed (Inggris), enceng lembut (Sunda), weweyan, bengok (Jawa). M. vaginalis merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi 10 – 50 cm, tumbuh tegak dengan rimpang yang pendek. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telurbulat memanjang. Bunganya biasanya sebanyak 3 – 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11 – 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm. Buah M. vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Tempat tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah (Sundaru et al., 1976). Ø Monochoria hastata (L.) Solms M. hastata dikenal dengan nama pontederia hastata (Inggris); enceng gendeh, enceng kebo (Sunda); weweyan (Jawa). M. hastata berbeda dengan M. vaginalis, lebih tinggi yakni 30 – 125 cm, stolonnya lebih baik, dan dilindungi dengan pelindung bunga yang lebih bagus, kelopak bungan lebih pucat dari M. vaginalis. berasal dari daerah tropis yakni Asia juga terdapat di Australia dengan tempat tumbuh sama dengan M. vaginalis yakni di daerah yang berawa-rawa terutama di sawah (Soerjani et al., 1987) b. Gulma Golongan Rerumputan Ø Echinochloa crusgalli (Gramineae) E. crusgalli dikenal dengan nama barnyard grass (Inggris), jajagoan (Sunda), jawan (Jawa), orang Aceh menyebutnya dengan ikue tupee dan bahasa setempat dikenal dengan nama naleung saddam huseen.
Gulma ini merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal, tumbuh berumpun, dengan tinggi batang 50 – 150 cm. Batangnya kuat dan kokoh, tumbuh tegak serta daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua. Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman. E. crusgalli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi (Sundaru et al., 1976). (Gambar terlampir). Ø Echinochloa colonum (L.) Link E. colonum dikenal dengan nama barnyard grass, jungle rice (Inggeris), jajagoan letik (Sunda), tuton (Jawa) serta bahasa setempat sering dinamakan juga naleung saddam huseen. E. colonum merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal/pendek, tumbuh berumpun, tinggi kira-kira 10 – 100 cm. Batangnya ramping, tumbuh tegak dan menyebar. Daun berbentuk garis, agak lebar di bagian pangkal dan meruncing ke arah ujung. Tidak mempunyai bulu-bulu atau kadang-kadang terdapat sedikit di bagian pangkal. Bagian tepi daun sering kelihatan berwarna ungu. tidak mempunyai lidahlidah. Karangan bunganya terdapat di ujung malai tegak, yang panjangnya 3 – 15 cm dengan 3 – 18 tandan. Anak bulir lebih kurang berbentuk lonjong, dengan panjang 2 – 3 mm, berwarna hijau sampai ungu, mempuyai bulu-bulu, dan bertangkai pendek. Kepala putik seperti bulu ayam, dengan warna ungu. Kepala sari panjang 0,7 – 0,9 mm. Buah E. colonum berbentuk ellips, datar cembung, panjang 1,5 mm. E. colonum terdapat di sawah tumbuh bersama-sama padi, serta di tempat-tempat basah sampai setengah basah lainnya ( Sundaru dan Syam, 1976). Ø Euphorbia hypericifolia (L.) E. hypericifolia merupakan rumput liar yang dikenal dengan nama milkweed merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi kurang lebih 50 cm. Batangnya menjalar, berbulu halus agak samar-samar berwarna putih pada saat waktu muda dan pada waktu tua tidak lagi berbulu. Bunganya berwarna merah muda di kepala putik. Buahnya berbulu
agak samar-samar seperti lapisan putih tipis yang rapat, pada waktu akan matang berubah warna menjadi agak cokelat dan selanjutnya baru buahnya pecah. E. hypericifolia berasal dari daerah tropis di Amerika yang merupakan tumbuhan yang dapat hidup di tanah yang lembab juga tanah keras, dan juga di tanah yang banyak ditumbuhi rumput-rumput lainya tetapi umumnya di lahan padi sawah (Soerjani et al., 1987) Ø Leptochloa chinensis (L.) Nees L. chinensis dikenal dengan nama red sprangletop (Inggris) bebotengen (Sunda) timunan, kartokot (Jawa). L. chinensis merupakan tumbuhan setahun/tahunan, dengan tinggi 50 – 100 cm. Batangnya agak ramping, licin, kokoh. Daunnya tipis, rata/datar, berbangun garis, meruncing panjang 10 – 30 cm, lebar 0,5 – 1,5 cm. Karangan bunga L. chinensis terdapat di ujung, tersusun pada suatu poros, biasanya dengan panjang lebih kurang separuh dari panjang keseluruhan batang, berwarna kemerah-merahan atau keunguunguan. Tandan tebal, umumnya tunggal atau dapat 2 – 4 bersama-sama, dengan panjang 5 – 15 cm. Anak bulir mempunyai ciri tersusun 3 – 6. L. chinensis biasanya terdapat di tempat-tempat berlumpur, serta di tempat-tempat basah ( Sundaru dan Syam, 1976). Ø Elatine triandra Schkuhr E. triandra merupakan rumput liar tahunan yang tumbuhnya merambat, umumnya bercabang banyak, bentuk tebal dengan panjang 1 – 15 cm. bunganya kecil berselang seling. Bunganya mempunyai daun bunga yang biasanya berjumlah 2 – 3, yang berselaput seperi bujur telur dengan warna merah muda atau putih dengan ukuran 1 – 1,25 mm. benang sari bunganya 3 dengan 2 kepala putik. Biasanya berbunga sepanjang tahun. E. trianda berasal dari Eropa, sekarang di jumpai di negara-negara seperti Amerika, India, Australia, New Zealand, Malaysia, juga di Indonesia yang tempat hidup biasanya di dekat-dekat danau atau daerah-daerah yang berair, juga di jumpai di lahan-lahan sawah (Soerjani et al., 1987) c. Gulma dari Golongan Teki-tekian. Ø Frimbristylis miliaceae (L.) Vahl (cyperaceae)
F. miliaceae dikenal dengan nama lesser fimbristylis (Inggris), panon munding, babawangan (Sunda), sunduk welut, sriwit, tumburan (Jawa), naleung sengko (Aceh) F. miliaceae merupakan tumbuhan setahun, tumbuh berumpun, dengan tinggi 20 – 60 cm. Batangnya ramping, tidak berbulu-bulu, bersegi empat, dan tumbuh tegak. Daunnya terdapat di bagian pangkal, bentuk bergaris, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm. Bunganya berkarang dan bercabang banyak. Anak bulir kecil dan banyak sekali, warna cokelat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorong, dengan ukuran 2 – 5 mm x 1,5 – 2 mm. Buahnya berwarna kuning pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik. Biasanya terdapat di tempattempat basah, berlumpur sampai semi basah, umumnya terdapat pada lahan sawah (Sundaru, et al , 1976). Ø Frimbristylis alboviridis C. B. Clarke F. alboviridis sama juga dengan F. miliaceae merupakan tumbuhan tahunan, dengan akar berserat, batangnya langsing, berumbai-umbai, tumbuh tegak. Bunganya tersusun pada tangkai dengan daun kecil pada bunga yang agak pendek. Buah berwarna kuning agak pucat atau hampir keabu-abuan. F. alboviridis tumbuh di pinggir-pinggir jalan, pada daerah dataran rendah dan umumnya di sawah. F. alboviridis berasal dari Asia, dengan perkembangannya dari India ke Malaysia selanjutnya ke Philipina dan masuk ke Indonesia (Soerjani et al., 1987). Ø Cyperus difformis (L.) C. difformis dikenal dengan naman umberella plant, smaller flower umbrella plant (Inggris), jukut papayungan (Sunda), sunduk welut (Jawa). C. difformis merupakan tumbuhan tahunan, tumbuh berumpun, 10 – 70 cm. Batangnya berbentuk segitiga licin, agak lunak, menajam pada ujungnya, sering berwarna agak hijau kekuning-kuningan. Daunnya dalam jumlah yang sedikit terdapat pada bagian pangkal batang, umumnya lebih pendek dari pada batang dengan lebar 2 – 8 mm. Bunganya berkarangan terdapat di ujung, umumnya anak bulir banyak dan membentuk suatu masa yang berbentuk bulat pada ujung cabang. Mempunyai 2 atau 3 daun pelindung seperti daun yang disebut daun pembalut. Anak bulir mempunyai ukuran panjang 4 – 8 mm, dan lebar lebih kurang 1 mm. C. difformis biasanya terdapat di tempat- tempat basah dan berlumpur, terutama di sawah (Soerjani et al., 1987)
Ø Cyperus pilosus Vahl C. pilosus dikenal dengan nama rumput jengking, rumput rajang (Indonesia); hilut, ilat (Sunda); lambungan sapi (Jawa). C. pilosus merupakan tanaman liar yang hampir sama dengan C. difformis tetapi berbeda pada danser susunan bunga di tangkai pada ujung cabang agak lebih kecil. C. pilosus berasal dari negara-negara Asia diantaranya di Jepang, Malaysia, dan Indonesia. Biasanya hidup di tanah yang basah, rawa, terutama di sawah (Soerjani et al., 1987) 5. 3. Pengendalian Gulma Padi Sawah Di Kecamatan Samatiga Adanya gulma pada lahan padi sawah sangat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi yang akhirnya dapat menurunkan hasil panen baik kualitas maupun kuantitas. Untuk menanggulangi hal tersebut para petani di Kecamatan Samatiga melakukan pengelolaan dalam proses pengendalian gulma dengan cara sebagai berikut : 1. Pengendalian secara tidak langsung * Pengolahan tanah Pengolahan tanah kali pertama dimulai dengan pembajakan yang diikuti dengan penggaruan untuk menghasilkan tanah yang berlumpur sempurna. Tujuan pengolahan tanah disamping untuk menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk pertumbuhan padi juga secara tidak langsung memutuskan siklus hidup gulma. * Penggenangan Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pemerataan lumpur agar penyebaran benih padi ke lahan merata, selanjutnya diendapkan dengan menggenangi air di lahan minimal 3 hari dan maksimal 1 minggu. Proses ini secara tidak langsung menjadikan gulma sisa-sisa dari pengolahan tanah ikut terbenam. * Pemupukan Pemupukan secara berimbang dan benar dosis serta waktu pemakaian dapat mengurangi atau mencegah perkembangan gulma. dalam hal ini petani di Kecamatan Samatiga pada umumnya melakukan pemupukan setelah dilakukan pengendalian
gulma secara kimia dengan tujuan agar tanaman ta naman padi lebih cepat tumbuh atau mendominasi perebutan unsur hara dengan gulma jika gulma tersebut tumbuh kembali. 2. Pengendalian secara langsung * Pengendalian secara kimia. Proses ini dengan penggunaan herbisida yang diaplikasikan setelah tanam. Pengendalian yang dilakukan yaitu pada waktu umur padi 15-20 hari setelah benih padi disebar langsung. Herbisida yang digunakan oleh petani di kecamatan Samatiga umumnya yang bahan aktif 2, 4D Dimethyl amina. * Penyiangan Penyiangan dilakukan oleh petani sesudah melakukan pengendalian dengan cara kimia. Umumnya petani-petani di Kecamatan Samatiga sangat mengandalkan pengendalian secara kimia yakni pemakaian herbisida, setelah itu baru melakukan penyiangan. 5.4. Perhitungan Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dari Lahan Persawahan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Hasil dari perhitungan Summed Dominance Ratio (SDR) dari masing-masing jenis gulma pada setiap perlakuan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Nilai SDR masing-masing jenis gulma yang terdapat pada lahan padi sawah di setiap Desa dalam Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat No Jenis Gulma SDR (%) Rata-Rata Masing-Masing Gulma Pada Setiap Desa Desa Pinem Desa Leukeun
Desa Gampoeng Ladang Desa Pange 1 Frimbristylis milliaceae 53,68 61,39 60,37 46,37 2 Echinochloa crusgalli 25,55 16,34 18,89 12,9 3 Commelina diffusa 12,1 9,93
14,91 6,41 4 Monochorria hastata 1,73 3,52 –
4,81 5 Frimbristylis alboviridis 0,57 –
0,88 4,01 6 Cyperus diformis 1,73 – –
3,49 7
Ludwigia parennis 1,73 1,76 2,21 3,20 8 Cyperus pilosus – – –
3,20 9 Leptocholoa chinesis – – –
2,69 10 Monochorria viginalis 1,15 –
–
2,40 11 Ludwigia hysopifolia – – –
2,40 12 Comelina nudiflora –
3,52 1,33 2,40 13 Elatine triandra schkuhr – – –
1,6 14
Rotala leptopetela – – –
1,6 15 Echinochloa colanum 1,73 3,52 1,35 1,6 16 Euporbia hypericiafolia – – –
0,8 Jumlah 99,97 99,98 99,94
99,88 Dari tabel di atas menunjukkan, gulma yang dominan pada tiap-tiap Desa yang dijadikan sampel adalah Frimbristylis miliaceae (Cyperaceae), disusul Echinochloa crusgalli (Gramineae). Terjadinya pendominasian oleh gulma yang tergolong ke dalam teki-tekian dikarenakan, gulma tekian tidak hanya berkembang biak dengan biji saja, tetapi dapat juga berkembang biak dengan umbinya. Hal ini menyebabkan peluang tekian untuk tumbuh dan mendominasi persaingan lebih besar. Seperti yang dikemukakan oleh Bangun (1996) bahwa cara perkembangbiakan yang komplek (rhizoma, umbi, biji) merupakan faktor utama penyebab dominannya gulma dari golongan tekian. Moenandir (1988), menambahkan bahwa tumbuhan yang mempunyai stolon, rhizoma akan lebih cepat berkembang,biak dan akan mempunyai sifat sebagai pesaing yang sangat kuat dikarenakan tumbuhan ini bersifat cepat menyerap faktor tumbuh untuk pertumbuhannya. Terjadi pendominasian oleh tekian dimungkinkan juga karena biji tekian yang tertinggal di lahan dapat bertahan diri terhadap genangan air pada saat pengelolaan tanah. Hasanuddin (1989) melaporkan bahwa gulma mempunyai daya adaptasi yang tinggi atau mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dan tetap hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Selain itu pendominasian gulma F. miliaceae di lahan persawahan tiap-tiap desa di Kecamatan Samatiga dimungkinkan juga karena F. miliaceae merupakan gulma yang proses tumbuhnya secara berumpun dan rapat sehingga peluang zat allelopati yang dikeluarkan lebih banyak dari pada gulma lain. Kualitas dan kuantitas senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma serta kecepatan tumbuh gulma tersebut. Terjadi pendominasian oleh Echinochloa crusgalli dikarenakan gulma ini susah untuk dibedakan pada saat penyiangan. Ini disebabkan, pada waktu pertumbuhan awal gulma ini persis mirip dengan tanaman padi, akibatnya gulma ini seringkali tertinggal hingga menyebabkan persaingan tetap ada.. Hal senada juga dikemukakan oleh Bangun (1986), bahwa Echinochloa crusgalli merupakan gulma yang paling kompetitif pada tanaman padi, karena bentuk pertumbuhan awal yang sama dengan tanaman padi maka gulma ini sulit disiang. Selain itu, Echinochloa crusgalli dapat mendominasi lahan persawahan di tiap-tiap desa yang menjadi sampel dikarenakan E. crusgalli merupakan gulma yang mempunyai batang kokoh, tegak, tinggi, dan merupakan salah satu gulma tahunan yang
berkembang biak dengan biji serta mempunyai biji yang banyak dan dormansi biji yang panjang sehingga mampu bertahan lama di lahan dan akan tumbuh pada musim tanam berikutnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Madkar (1986) yang mengatakan bahwa biji-biji gulma biasanya banyak ditemukan di permukaan tanah atau terbenam dalam lumpur yang dangkal maupun di dalam lumpur yang dalam. Umumnya biji-biji gulma (E. crusgalli) berasal dari gulma musim lalu yang dorman dan akan tumbuh pada musim berikutnya. 5. 5. Perhitungan Nilai Koofesien Komunitas Gulma Dari Lahan Persawahan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Untuk membandingkan antar komunitas dalam praktek lapangan ini, dilakukan perhitungan koofesien komunitas seperti terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Nilai koefesien komunitas No Strata Nilai Koefesien Komunitas (%) 1 Desa Pinem : Desa Leuken 85,16 2 Desa Pinem : Desa Gampong Ladang 88,35 3 Desa Pinem : Desa Pange 74,25
4 Desa Leuken : Desa Gampong Ladang 91,99 5 Desa Leuken : Desa Pangee 75,01 6 Desa Gampong Landang : Desa Pangee 71,51 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai koefesien komunitas antar desa yang diperbandingkan rata-rata diatas 75%, ini berarti perbedaan gulma antara desa satu dengan desa lainnya bersifat homogen atau tidak begitu berbeda, sehingga memenuhi syarat suntuk memperbandingkan pengaruh pengendalian. Hal ini sesui dengan apa yang dikemukakan oleh Tjitrosoedirdjo (1984) bahwa bila nilai koefesien komunitas diatas 75% cukup memenuhi sebagai syarat untuk dipakai sebagai tempat memperbandingkan pengaruh metode pengendalian. VI. KESIMPULAN – Gulma Frimbristtylis miliceae (Cyperaceae), disusul Echinochloa crusgalli (Gramineae)
merupakan gulma yang sangat dominan pada lahan persawahan di kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. – Metode pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Samatiga
adalah secara kultur teknis yang terdiri dari pengolahan tanah, penggenangan air dan pemupukan serta pengendalian secara kimia yang dilanjutkan dengan penyiangan.
– Berdasarkan nilai koofesien komunitas, perlu dicoba kembangkan kombinasi sistem
pengendalian yang berbeda pada tiap-tiap desa yang menjadi sampel tersebut, tetapi tidak keluar dari koridor pengendalian secara terpadu. – Diperlukan penambahan frekuensi pelatihan atau penyuluhan tentang sistem
pengendalian gulma yang tepat kepada petani di seluruh desa yang ada di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. DAFTAR PUSTAKA Bangun, P. 1986. Masalah dan Prospek Pengendalian Gulma Secara Kimia Pada Tanaman Padi Sawah di Masa Depan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Jurnal Litbang Pertanian. V (1). Bangu, P dan M. Syam. 1989. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. De Datta, S. K. 1981. Weed Control in rice in South and Southeast Asia. FFIC Book Series 20: 1-24. Philippines. De Datta, S. K. 1985. Tecnology development and spread of direct seeded f;ooded rice in Southeast Asia. Paper presented at International Rice Research Conference 1-5 june 1985. IRRI. Los Banos Philipine. Hasanuddin. 1989. Tanggapan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Kompetisi Gulma-Gulma Dominan. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Ismunadji, M., dan S.O. Manurung. 1988. Padi ‘’ Morfologi dan Fisiologi Padi’’. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Junandar. 2007. Analisis Padi Sawah Di Kabupaten Pandagelang.http://dispertanak.pandagelang.go.id./artikel_07.htm. Akses tanggal 21 juli 2007 Madkar R. O., Kuntohartono T., Mangoensoekardjo. 1986. Masalah Gulma Dan Cara Pengendaliannya. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bogor. Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu Dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-Buku I). Rajawali. Jakarta
Moenandir, 1988. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma (ilmu gulma-buku III). RajaGrafindo Persada. Jakarta Moenandir, J. 1993. Ilmu gulma dalam sitem perairan, RajaGrafindo Persada. Jakarta. Pawiroesoemardjo, S dan Sudarmadji, D. 1990. Perlindungna Tanaman Menuju Terwujudnya Pertanian Tangguh Dan Kelestarian Lingkungan. Agricon. Jakarta. Pitoyo, J. 2006. Mesin Penyiang Gulma Padi Sawah Bermotor. SinarTani.Edisi 5-11 Juli 2006. http://www.pustaka-deptan.go.id. Akses tanggal 9 juli 2007 Pritman, K. 2000. Padi (Oryza Sativa). TTG Budidaya Pertanian. BPP Teknologi. Jakarta . Sastroutomo, S, S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soejani, M., A. J. G. H. Kostermans, G. Tjitrosoepomo. 1987. Weeds of Rice In Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Sukma, Y dan Yakup. 2002. gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sundaru, M. Syam, M. Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Tehnik No. 1 Suparyono & Agus, S. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Syam, M. dan Hermanto. 1995. kinerja Penelitian Tanaman Pangan “Buku 2 - Padi”.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanamn Pangan. Bogor. Teddy. 2003. Makalah Gulma. http://www.deptan.go.id. Akses tgl 24 juli 2007 Van Steenis, C.G.G.J, 1981. Flora: Untuk Sekolah Di Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Mimosa pudica L. I.Sistematika Bahan
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Mimosales : Mimosaceae : Mimosa : Mimosa pudica L Putri malu (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar putri malu ( Mimosa pudica L.) termasuk akar tunggang (radix primaria) yang berasal dari akar lembaga (radicula) yang memiliki banyak serabut akar (fibrilla radicalis) dan rambutrambut akar (pilus radicalis) serta dilengkapi dengan tudung akar (calyptra). b. Batang Batang putri malu ( Mimosa pudica L.) tumbuh merayap di atas tanah, miring atau tegak dengan tingginya 30-150 cm dan ditumbuhi buku-buku halus (pilus) yang agak panjang dan duri (spina) yang keras. Batang berwarna hijau dan keras serta memiliki banyak cabang (ramus). c. Daun Daun putri malu ( Mimosa pudica L.) menyirip ganda (bipinnatus) dengan empat atau dua pasang sirip yang tersusun di ujung tangkai ibu daun (petiolus communis). Ibu tangkai daun (petiolus communis) memiliki bulu halus dan tidak berduri, dengan panjang 2-3 cm. d. Bunga Bunga putri malu ( Mimosa pudica L.) tidak terdapat kelopak bunga (calyx) ataupun jika ada ukurannya sangat kecil. Daun mahkota (petala) berlekatan satu sama lain (gamopetalous) dengan panjangnya 1,5-2 mm dan panjang benang sarinya 4,5-6 mm yang berwarna merah jambu. e. Buah Buah putri malu ( Mimosa pudica L.) tersusun agak rapat dan berupa karangan di ujung tangkai dengan jumlah buah yang beragam. Panjang buah dapat berkisar 1-2 cm, lebarnya kurang lebih 4 mm.
f. Biji
Biji putri malu berbentuk bulat, biasanya berwarna hijau dan dipermukaan bijinya dikelilingi duri” yang halus dsan biji putri malu apabila sudah tua berwarna kecoklatan.
III. Jalan Tabel
1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b,14b,15b, 197a, 198b, 200b, 201a 1b, 6a
: Mimosaceae (Family). : Mimosa (genus).
1a
: Mimosa pudica L (spesies)
IV.Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta. ____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kyllinga monocephala R. I. Sistematika Bahan
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Cyperales : Cyperaceae
Genus Spesies
: Kyllinga : Kyllinga monocephala R. Teki Udel-udelan (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar Teki udel-udelan ( Kyllinga monocephala R. ) merupakan rimpang pendek yang beruasruas teratur. Akar udeludelan memiliki percabangan yang merayap. Rimpang yang dimiliki udel-udelan ini berwarna merah. b. Batang Batang Teki udel-udelan ( Kyllinga monocephala R. ) memiliki bentuk persegitiga yang tajam dengan tinggi batang 0,1-0,5 m. Warna pada batang udeludelan kerap kali berwarna hijau dan biasanya batang udel-udelan tidak melakukan percabangan. c. Daun Daun Teki udel-udelan ( Kyllinga monocephala R. ) memiliki panjang 2-4 cm dengan bentuk garis sempit. Lebar daun udel-udelan ini 2-4 mm, dan juga terdapat daun pembalut yang menutupi pelepah dan bongkol semu yang berbentuk kerucut. d. Bunga Bunga Teki udel-udelan ( Kyllinga monocephala R. ) berbentuk bulat yang berwarna putih. Bunga udel-udelan ini biasanya duduk di ujung pucuk pangkal dan terdapat banyak bulir. e. Bulir Bulir Teki udel-udelan ( Kyllinga monocephala R. ) berbentuk bulat telur dengan panjang 33,5 mm dan berwarna coklat muda serta berjerawat halus. Buahnya ini terletak di tengahtengah daun dan bunga.
III. Jalan Tabel
1b, 2b, 3b, 4a, 5b 1b, 2a 2
: Cyperaceae (Family). : Kyllinga (Genus). : Kyllinga monocephala R. (Spesies).
IV.Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta. ____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Passiflora foetida L. I. Sistematika Bahan
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Violales : Passifloraceae : Passiflora : Passiflora foetida L Rambusa (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan
a. Akar Akar rambusa ( Passiflora foetida L.) bentuknya serabut, kuning kecoklatan dan menjalar,akar rambusa biasanya menjalar pada tanaman lain.akar rambusa banyak terdapat bulu – bulu halus. b. Batang Batang rambusa ( Passiflora foetida L.) tumbuh menjalar atau memanjat, agak lunak, berpenampang bulat, di tumbuhi rambut-rambut yang rapat, panjangnya 1,5-5 m. c. Daun Daun rambusa ( Passiflora foetida L.) helai daun berbentuk hati dengan tiga tonjolan membulat yang ujungnya runcing, tonjolan di tengah lebih besar, permukaannya berambut halus dan rapat, ukurannya 4,5-14,5 cm panjang dan 3,5-13 cm lebar, tangkai daun berambut halus dan rapat, panjangnya 2-10 cm. d. Bunga Bunga rambusa ( Passiflora foetida L.) tunggal, di ketiak daun, merupakan bunga sempurna (hermaprodit), helaian ganda, kelopak lonjong, berlepasan, ujung membulat,panjang 2-3 cm, hijau, benang sari jumlah banyak, ungu, mahkota berlepasan, bentuk oval, ujung membulat. e. Buah Buah rambusa ( Passiflora foetida L.) buni, bulat, diameter 5-8 cm, permukaan licin, sewaktu muda ungu, setelah tua kuning oranye. f. Biji Biji rambusa ( Passiflora foetida L.) bentuk bulat pipih, berselaput keras, hitam.biji rambusa di kelilingi oleh daging nya.
III. Jalan
Tabel
1b, 2a, 27a, 29b, 30b, 31a 1
: Passifloraceae (Family). : Passiflora (Genus). : Passiflora foetida L. (Spesies).
IV. Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta.
____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Asystasia intrusa Bl. I. Sistematika Bahan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Acanthales Family : Acanthaceae Genus : Asystasia Spesies : Asystasia intrusa Bl. Rumput ganda rusa (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) termasuk sistem perakaran serabut. b. Batang Batang rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) tumbuh tegak ataupun serong, tinggi 0,51,3 cm, membentuk cabang, batang segi empat dan terkadang menjalar. c. Daun Daun rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) tepi daun bergelombang dengan ujung daun runcing, pertulangan daun menyirip, daun berbentuk bulat telur dan tangkai daun 1-3 cm. d. Bunga Bunga rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) sumbu tangkai karangan bunga segi empat, tersusun dalam tandan yang cukup rapat seperti bulir, mahkota bunga kuning muda, tangkai bunga pendek. e. Buah
Buah rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) buah kotak berambut cukup tebal dan bentuknya memanjang. f. Biji Biji rumput ganda rusa ( Asystasia intrusa Bl.) kecil, berwarna hitam, dan
kebanyakan 4.
III. Jalan Tabel
Gol 4 41b, 42b, 43a, 44b, 45a, 46b, 47b 1a, 2a, 3a, 4b 4
: Acanthaceae (Family). : Asystasia (Genus).
: Asystasia intrusa Bl (Spesies)
IV. Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta. ____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Paspalum conjugatum Berg. I.Sistematika Bahan
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Poaceae : Paspalum : Paspalum conjugatum Berg. Jukut Pahit (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum Berg ) merupakan akar serabut (radix adventica) yang halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) mencapai 20 cm di dalam tanah. Selain itu, akar terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung akar (calyptra). b. Batang Batang Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum Berg ) agak pipih (phyllocladium) dengan tinggi 20-75 cm, serta tidak berbulu. Warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak (erectus) dan termasuk batang rumput (calmus). Permukaan batang berusuk (costatus) dimana terdapat rigi-rigi yang membujur. c. Daun Daun Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum Berg ) memiliki helai daun berbentuk pita (ligulatus) dengan ujung daun runcing (acutus). Serta berbulu di sepanjang tepinya dan pada permukannya. Pangkal daun membulat (rotundatus), dengan panjang daun berkisar 2,5 -37,5 cm dan lebar 6-16 mm. Selain itu, tepi daun tampak berombak (repandus). d. Bunga Bunga Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum Berg ) termasuk tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) yang tumbuh pada ujung batang (flos terminalis). Selain itu, ibu tangkai bunga tidak bercabang-cabang, sehingga bunga langsung terdapat pada ibu tangkainya.
III. Jalan Tabel
1b, 2b, 3b. 4a, 5a 1b, 2b, 3a, 5b, 6b, 9b, 10b, 12b, 13a, 14a 11
:Gramineae (Family) : Paspalum ( Genus ) : Paspalum conjugatum Berg.
IV. Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta. ____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Leersia hexandra Sw. I.Sistematika Bahan
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Ordo Family Genus Spesies
: Poales : Poaceae : Leersia : Leersia hexandra Sw. Kalamenta (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar kalamenta ( Leersia hexandra Sw. ) merupakan rimpang pendek yang beruas-ruas teratur. Akar udel-udelan memiliki percabangan yang merayap. Rimpang yang dimiliki udeludelan ini berwarna merah. b. Batang Batang kalamenta ( Leersia hexandra Sw.) batang pada pangkalnya kerap kali merayap dan dapat berakar, tinggi 0,2-1,5 m, batang langsing, berongga, berusuk. c. Daun Daun kalamenta ( Leersia hexandra Sw.) pelepah daun terasa kasar kalau digesek keatas, lidah besar, panjang 4-9 mm. Helaian daun berbentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan, cukup kaku. d. Bunga Bunga kalamenta ( Leersia hexandra Sw.) anak bulirnya bertangkai pendek ,pada ujung cabang samping tersusun dalam baris yang rangkap, menutup secara genting ,termasuk pangkal yang membesar,panjangnya lebih kurang 4 mm,tangkai putik 2; kepala putik besar,sekam dengan baris rambut sikat yang mengarah ke atas,tidak berjarum.
III. Jalan Tabel 1b, 2b, 3b, 4a, 5a 1b, 2c, 18b, 20a, 21b, 22a
: Gramineae (Family). : Leersia (Genus). : Leersia hexandra Sw. (Spesies).
IV. Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta.
____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Emilia sonchifolia (L.) DC.
I. Sistematika Bahan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Family : Compositae Genus : Emilia Spesies : Emilia sonchifolia (L.) DC. Temu Wiyang (nama daerah)
II. Morfologi Tumbuhan a. Akar Akar Temu Wiyang ( Emilia sonchifolia (L.) DC.) merupakan akar tunggang (radix primaria) yang halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) mencapai 20 cm di dalam tanah. Selain itu, akar terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung akar (calyptra). b. Batang Batang Temu Wiyang ( Emilia sonchifolia (L.) DC.) tegak lurus atau merunduk di dasar dan seringkali bercabang, seringkali berwarna kuat keungu-unguan, tinggi mencapai 10-40 cm, bulat padat dan berwarna hijau, tangkai halus, kokoh, berbulu halus atau hempir begitu, laticiferous, panjang antar buku 2-6 cm.
c. Daun Daun Temu Wiyang ( Emilia sonchifolia (L.) DC.) daun berwarna hijau di bagian atasnya, lebih muda atau keungu-unguan di bagian bawah, rata atau sebagian bergigi, tersusun memilin, melekat, 4-16 x 1-8 cm, yang lebih atas lebih kecil, daun yang lebih rendah biasanya beroset; daun yang lebih rendah sebagian terlewati dengan tiba-tiba atau pada akhirnya menjadi hampir sirkuler, bentuk ginjal atau bulat telur, bersegi tiga-bulat telur atau bentuk telur sungsang bergigi pada bagian atasnya; daun yang lebih tinggi seringkali berbentuk lira berbagi, pada bagian yang jauh lebih sempit menurun dengan beberapa gigi bersegi tiga dan bulat telur belah ketupat, kurang lebih ujung baga bergigi kasar; daun atas memeluk batang, bentuk panah, seringkali sedikit dan terkadang bergigi kasar; semua daunya lancip atau menyebar dari dasar aurikel dan ujung agak tumpul, berbulu halus atau hampir begitu; daun yang lebih rendah sedikit bertangkai, pada tanaman juwana seringkali dengan rambut putih jelas.
d. Bunga Bunga Temu Wiyang ( Emilia sonchifolia (L.) DC.) bongkol bunga heterogamous, di ujung, pada awalnya berbentuk silinder, kemudian berdasar gelendut, panjang 8-17 mm, beberapa bersamaan membentuk lepasan, biasanya beribu gagang malai rata ppanjang; ibu gagang berbentuk silinder,berbulu halus, panjang 1.5-10 cm; pembalut berbentuk silinder atau setengah tumpul, daun gagang 7-10, beruntutan tunggal, bergaris tepi tembus cahaya, tegak lurus, berpautan, kemudian bebas dan terterum tanpa daun gagang kecil sebagai dasar, dengan ujung segitiga, agak lurus melebar, pada akhirnya menjadi cembung. e. Biji Biji Temu Wiyang ( Emilia sonchifolia (L.) DC.) yang masak berwarna kehitam-hitaman, panjangnya 1,5-3 mm, permukaanya berambut halus dan pendek, di puncak nya terdapat karangan bulu halus/papus berwarna putih panjangnya 3-7 mm.
III. Jalan Tabel
41b, 42b, 43a, 44b, 45a, 46a, 1a, 2b, 3b, 4b, 5a, 6a, 7a, : Emilia sonchifolia (L.) DC.
: Compositae (Family) : Emilia ( Genus )
IV. Daftar Pustaka
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
_____________. 1953. Ilmu Tumbuh-tumbuhan Berbiji, Susunan Luar. N. V. Poesaka Aseli, Jakarta. ____________. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schozophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
ernatif Date: 18 Juni 2015Author: adminsekilasweb0 Komentar
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Subkindom
: Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Cyperales
Family
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
: Cyperus rotundus
Rumput teki memiliki batang tumpul sampai persegi tiga tajam, lunak , membentuk umbi , hijau pucat. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejar pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Rumput teki memiliki Bunga Majemuk, di ujung batang, bentuk bulir, panjang 1-3 cm, lebar 2 mm, benang sari tiga, kepalasari merah, putik panjang ± 1,5 cm, coklat. Memiliki buah berbentuk bulat telur panjang ± 1,5 cm, coklat. Anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadiberbentuk panjang. Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari-jari payung 6 – 9,pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang t erpanjang 3 – 10 cm, yangterbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10 berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangatgepeng, coklat, panjang 1 – 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisicoklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3.buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm. Selain untuk pakan ternak, rumput teki dapat digunakan sebagai obat herbal seperti dibawah ini:
Umbi rumput teki segar, digeprak kemudian diseduh dengan air panas bisa digunakan sebagai obat untuk penyakit busung air dan kencing batu.
Umbi yang rumput teki yang direbus. air rebusannya diminum bisa digunakan sebagai obat berberapa penyakit, seperti pengatur haid, menyembuhkan keputihan, obat penenang, memperlancar buang air besar (BAB), dan mempercepat pembekuan darah.
Umbi segar yang ditumbuk, digunakan untuk perangsang ASI dan penghenti pendarahan ramim.
Umbi rumput teki dicampur dengan daun pegagan dan alang-alang, bisa mempelancar buang air kecil.
Tepung yang terbuat dari umbi rumput teki, digunakan sebagai bedak anti nyamuk yang beraroma menthol atau dalam bentuk cair dengan sedikit air dan digunakan sebagai obat penyakit kulit semacam panu, kadas, dan luka yang belum sembuh.
Rumput Kakawatan / Suket Grinting ( Cynodon dactylon L. Pers)
Rumput Kakawatan / Suket Grinting (Cynodon dactylon L. Pers) Nama Daerah
Jukut kakawatan, jukut raket, gigirinting, girintingan (Sunda); grintingan, suket grinting (Jawa); garinteng, gerinteng, rebha core koko (Madura); padang kawat, padang lepas (Bali); hu maneek, piku (Timor).
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Subkindom
: Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: LiliopsidaSubkelas : Commelinidae
Ordo
: PoalesFamily : Poacea
Genus
: Cynodon
Spesies
:Cynodon dactylon
Kakawatan termasuk rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras; tinggi 0.1 -0.4 m(½ m). Batang langsing, sedikit pipih yang sudah tua dengan rongga kecil. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran,berambut atau gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros bulir bertunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kirikanan tunas, men ghadap ke satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetap tinggal. Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak bulir. Bunga tegak seperti tandan, Biji membulat telur , kuning sampai kemerahan terna bertahunan yang berstolon, merumput dengan rimpang bawah tanah menenbus tanah sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina melancip – memita,berlapis lilin putih keabuabuan tipis dipermukaan bawah, gundul atau berambut pada permukaan atas .pelepah daun panjang halus, bermabut atau gundul. Ligula tampak jelas berupa cincin rambut – rambu tputih.
Rumput Carulang (Eleusin indica)
Rumput Carulang ( Eleusin indica)
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Ordo
: Poales
Family
: Poacea
Suku
: Eragrostideae
Genus
: Eleusin
Spesies
:Eleusin indica
Rumput ini berumur pendek, kerap kali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah keluar akar. Batang kerap kali berbentuk cekungan yang terbentang; tinggi 0.1 – 1.9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat berlunas. Lidah seperti selaput, pendek. Helaian berbentuk garis dengan tepi kasar pada ujung, pada pangkaln ya ada rambut panjang, 12 – 40 kali 0.41 – 1cm. Bulir terkumpul 2 – 12, satu sisi. Poros bulir bersa yap dan berlunas, panjang 2.5 – 17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4 – 7 mm. Sekam terekan rapat berlunas, dua yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3;kepala sari pendek. Tangkai putik 2; kepala putik sempit, ungu.
Babadotan ( Ageratum conyzoides)
Babadotan ( Ageratum conyzoides)
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Famili
: Asteraceae
Genus
: Ageratum
Spesies
: Ageratum conyzoides
Batang berbentuk bulat, berambut jarang. Daun bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang, daun yang teratas tersebar dan bertangkai pendek. Helaian da un bulat telur, beringgit, panjang 1 – 10 kali 0.5 – 6 cm, kedua sisinya berambut panjang, sisi bawah juga dengan kelenjar yang duduk. Bongkol bunga berkelamin satu macam, terdapat 3 atau lebih bongkol berkumpul jadi karangan bunga bentuk malai rata yang terminal. Panjang bongkol 6 – 8 mm , pada tangkai berambut. Daun pembalut tersusun dalam 2 – 3 lingkaran, runcing, tidak sama, berambut sangat jarang atau gundul. Dasar bunga bersama tanpa sisik. Memiliki bunga yang sama panjang dengan pembalutnya. Mahkota dengan tabung sempit dan pinggiran sempit bentuklonceng, berlekuk 5, panjang 1 – 1.5 mm. Buah keras bersegi lima, berwarna putih, dengan panjang 2 – 3.5 mm.
Tumbuhan Calincing (Oxalis barrelieri )
Tumbuhan Calincing (Oxalis barrelieri)
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Oxalidales
Family
: Oxalidaceae
Genus
: Oxalis
Spesies
:Oxalis barrelieri
Tumbuhan ini berdiri tegak dengan tinggi mencapai 1,5 cm warnanya terdiri dari keputih-putihan, eseptate rambut, kadang-kadang tapi jarang terlihat padab erakar, petioles, dan lebih rendah dari permukaan Leaflet blades; pinnately daun 3-foliolate, yang petiole panjang 1,5-3,5 cm, terus menjadi tulang punggung 5-10 mm panjang di bawah terminal leaflet, selebaran yang berbentuk bulat panjang ke blades bujur, hingga 3,5 x2,5 cm (terminal satu yang terbesar), tumpul atau bulat di puncak, petals (sampai 9 x 3,5 mm) pink kecuali terhadap kehijau-
hijauan atau kekuning-kuningan yang dasar. Capsules berbentuk bujur telur, 510 x 2-5 mm, 5-angled, dengan 2-4 biji per locule “(Smith, 1985, pp. 624-625). Calincing juga bisa dijadikan tanaman obat herbal seperti berikut ini: Beberapa Manfaat Calincing :
Luka, koreng, gigitan serangga, biang keringat, eksim, luka bakar, bisul. Tanaman segar dilumatkan, dipakai pada bagian badan yang ada kelainan Seduhan tumbuhan herba segar dipakai untuk obat kumur pada radang mulut, menghilangkan bau mulut Obat bisul: herba segar dilumatkan, ditambah gula merah, tempelkan ke tempat yang bisul.
Hepatitis Kronis. Hepatitis kronis dapat di obati dengan merebus 30 gr. – 40 gr. tanaman ( daun / batang) Calincing direbus dengan 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas. setelah dingin minumsehari 2X masing masing 1/2 Gelas. resep ini juga digunakan dalam pengobatan Diare(sakit Perut), sariawan.
Menghentikan perdarahan. Tumbuhan segar ditumbuk, kemudian diperas, airnya dicampur dengan madu secukupnya, minum.
Peluruh haid. Daun dianginkan sampai kering (bukan dijemur), kemudian digiling menjadi bubuk. 9 gr. bubuk ditambah 1 sloki arak putih yang sudah dihangatkan, diminum sebelum makan pagi. Batu saluran kencing : 60 gr. herba segar ditambah 60 gr. arak manis, dipanaskan menjadi setengahnya. Sehari 3 x 1/3 bagian.
Panicum repens L. and Paspalum conjugatum (Jukut pahit) Rabu, 17 April 2013
Panicum repens
Rumput tahunan dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, menjalar di bawah permukaan tanah, tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun berukuran 4-30 cm x 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai kekeringan. Menghasilkan daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma yang mengganggu tanaman pertanian. Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan herbivora gemar memakannya serta rimpang di beberapa tempat. Habitat
: Tersebar di Nusantara, di Jawa, tumbuh sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl.
Penggunaan
: Bahan obat-obatan.
Panicum repens adalah rumput abadi yang sering berkoloni padat dan telah lama, rimpang merayap. Panicum repens sering berbentuk tikar mengambang padat yang menghalangi aliran air dalam selokan dan membatasi penggunaan rekreasi wilayah pantai danau dan kolam.
Gambar : Panicum repens L. -
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas Ordo Famili
: Commelinidae
: Poales : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Panicum
Spesies
: Panicum repens L.
4.
Paspalum conjugatum (Jukut pahit)
a.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas Ordo
: Commelinidae
: Poales
Famili
: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Paspalum
Spesies
b. -
: Paspalum conjugatum Berg.
Morfologi (Paspalum conjugatum) Akar
Akar serabut, dan memiliki rambut akar yang banyak. Dan akarnyasering keluar dari buku-buku batang. Dan berbulu akar yang relatif banyak.
-
Batang
Padat, agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk geragih yang bercabang-cabang. Pada tiap buku dari geragih dapat membentuk akar dan batang baru. Geragih merupakan sarana perkembangbiakan secara vegetatif. -
Daun
Helai daun berbentuk pita atau pita lanset ujungnya lancip, berbulusepanjang tepinya dan permukaannya. Helai daun paling atas seringrudimenter. Upih daun berwarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang sangat pipih, tepinya berbulu halus.
-
Bunga
Tandan (rasemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan disatu titik (conjugate), jarang sekali terdapat tandan ketiga dibawahnya. Tandan mula-mula tumbuh tegak dan rapat belakang-membelakangi, tetapi kemudianterpisah satu sama lain, 3-15 cm panjangnya -
Buah