HUBUNGAN ANTARA GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN MANAJEMEN RESIKO DENGAN KINERJA KEUANGAN ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia )
Latar Belakang
Hadirny Hadirnyaa Good Good corpora corporate te Govern Governance ance dalam dalam pemuli pemulihan han krisis krisis di Indone Indonesia sia menjadi menjadi mutlak diperlukan, mengingat Good Corporate Governance Governance mensyaratkan mensyaratkan suatu pengelolaan pengelolaan yang baik dalam dalam sebuah sebuah organis organisasi. asi. GCG GCG merupa merupakan kan system system yang yang mampu mampu member memberikan ikan perlindungan perlindungan dan dan jaminan jaminan hak kepada kepada stakeholders stakeholders,, termasuk termasuk di dalamnya dalamnya adalah adalah shareholders, shareholders, lend lender ers, s, empl employ oyee ees, s, exec execut utiv ives es,, gove govern rnme ment nt,, cust custom omer erss dan dan stak stakeh ehol olde ders rs yang yang lain lain.. (Naim,2000) Dua hal yang menjadi perhatian utama konsep ini adalah, pertama, pentingnya hak pemega pemegang ng saham saham untuk untuk memper memperole oleh h informa informasi si dengan dengan benar benar (akurat) (akurat) dan tepat tepat pada pada waktunya, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat tepat pada waktunya, dan transparan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, perusahaan, kepemilikan kepemilikan dan pemegang pemegang kepentingan kepentingan (stakeholder) (stakeholder) (YPPMI (YPPMI & Sinergy Sinergy Communication, 2002). Akuntabilitas sebagai aspek GCG menjadi penting manakala manajemen menghadapi intertemporal intertemporal choice yang memaksa manajemen melakukan melakukan manipulasi manipulasi karena situasi situasi yang dihadapinya. Manipulasi kinerja yang ditempuh dengan beberapa cara merupakan suatu upaya manajemen untuk menggunakan suatu keputusan tertentu untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan perusahaan atau untuk mempengaru mempengaruhi hi hasil kontraktual kontraktual yang mengandalkan mengandalkan angka akuntansi akuntansi yang dilaporkan dilaporkannya nya (Healy (Healy dan Wahlen, Wahlen, 1998; 1998; DuCha DuCharme rme et al., 2000). 2000). Manipu Manipulasi lasi yang yang dikenal dengan earning mangement antara lain dilakukan dengan memilih prosedur dan metode akuntansi tertentu atau mengendalikan berbagai akrual. (Richardson, 1998; Chambers 1998; DuCharme et al., 2000). Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh oleh kantor kantor akuntan akuntan publik publik sebaga sebagaii sarana sarana pertang pertanggun gungjaw gjawaban aban,, terutama terutama kepada kepada pemilik pemilik modal. Bagi perusahaan, laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk untuk berkom berkomuni unikas kasii dengan dengan investo investorr luar. luar. Hal tersebu tersebutt bisa bisa dijelas dijelaskan kan dalam dalam hubung hubungan an principal dan agent. Sebagai Sebagai pengelola pengelola perusahaan, perusahaan, manajemen manajemen bertindak bertindak sebagai sebagai agen, sementara investor sebagai pemilik berperan sebagai principal . Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana transparansi dan akuntabilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor faktor yang yang signifi signifikan kan.. Pengun Pengungka gkapan pan laporan laporan keuang keuangan an dapat dapat dilaku dilakukan kan dalam dalam bentuk bentuk
penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham beredar dan ukuran alternatif ,misalnya untuk pos-pos yang dicatat berdasar historical cost. (Na’im dan Rakhman, 2000). Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannnya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Pertama, pengungkapan wajib (enforced/mandated disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Kedua, pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Semakin banyaknya perusahaan besar yang mengalami masalah kebangkrutan seperti Enron dan WorldCom, serta terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 menimbulkan banyak perdebatan mengenai pentingnya good corporate governance. Kegagalan dalam penerapan good corporate governance telah dibahas dalam Sarbanes Oxley Act yang selanjutnya menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko dalam perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Penerapan manajemen risiko tersebut erat kaitannya dengan pelaksanaan good corporate governance, yaitu prinsip transparansi yang menuntut diterapkannya enterprise-wide risk management. Manajemen risiko perusahaan atau Enterprise Risk Management (ERM) merupakan suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola semua risiko dalam perusahaan. Pendekatan terhadap pengelolaan risiko organisasi sering disebut dengan manajemen risiko. Meningkatnya kompleksitas aktivitas dunia usaha juga mengakibatkan semakin kompleksnya risiko bisnis yang harus dihadapi perusahaan sehingga mempertegas pentingnya manajemen risiko yang dapat diandalkan. Perubahan teknologi, globalisasi dan perkembangan transaksi bisnis seperti hedging menyebabkan makin tingginya tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengelola risiko yang harus dihadapinya (Beasley et al ., 2005). Oleh karena itu untuk menghadapi segala tantangan tersebut, penerapan sistem manajemen risiko secara formal dan terstruktur merupakan suatu keharusan bagi perusahaan. Apabila dilaksanakan dengan efektif, sistem manajemen risiko dapat menjadi sebuah kekuatan bagi pelaksanaan good corporate governance perusahaan. Di Indonesia, penelitian yang membahas mengenai ERM belum banyak dilakukan meskipun perkembangan ERM sudah mulai meningkat. Oleh karena itu, penelitian mengenai ERM sangat menarik untuk dilakukan mengingat ERM merupakan isu yang masih baru. Selain itu implementasi ERM erat kaitannya dengan penerapan good corporate governance. Hal ini karena aspek pengawasan yang dilakukan dewan komisaris, komite pengawas manajemen risiko, dan eksternal auditor merupakan kunci penting terlaksananya sistem manajemen risiko yang efektif. Adanya struktur kepemilikan terkonsentrasi juga dianggap dapat meningkatkan
kualitas manajemen risiko. Dengan demikian, penelitian mengenai ERM ini perlu dilakukan di Indonesia untuk mempertegas pentingnya penerapan good corporate governance dan manajemen risiko yang dapat diandalkan terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara keberadaan risk management committee, dan corpoorate governance dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pelaksanaan corporate governance dan penerapan enterprise risk management pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang akan dikaji penelitian ini adalah: (1) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keberadaan risk management committee, dan corpoorate governance dengan kinerja perusahaan. (2) Apakah terdapat hubungan antara good corporate governance yang diwakili oleh proksi disclosure laporan keuangan dan accruals terhadap kinerja perusahaan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan risk management committee, terhadap kinerja keuangan peusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pelaksanaan corporate governance dan penerapan enterprise risk management pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Metode Penelitian
Pemilihan Sampel Dan Pengumpulan Data Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2009 yang telah mempublikasikan laporan tahunannya. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu perusahaan mengungkapkan informasi yang lengkap terkait dengan penelitian ini seperti corporate governance dan manajemen risiko perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 103 perusahaan.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linear berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.