BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada sistem tubuh. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna. Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa sisa-sisa pencernaan.Saluran cerna terdiri terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Gangguan pencernaan dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi). Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna. 1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu saluran pencernaan? 2. Gangguan apa yang terdapat pada saluran pencernaan? 3. Bagaimana gizi pada gangguan pencernaan? 4. Bagimana diit pada klien penyakit saluran pencernaan? 5. Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit saluran cerna?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu saluran pencernaan 2. Untuk mengetahui gangguan apa saja yang terjadi pada saluran pencernaan 3. Untuk mengetahui gizi pada ganggguan pencernaan 4. Untuk mengetahui bagaimana diit pada klien yang terkena penyakit ganguan pada saluran pecernaan 5. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit pada saluran cerna
1
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini di harapkan mahasiswa dapat mengetahui serta memahami penanganan yang di lakukan pada pasien dengan gangguan saluran pencernaan bagian atas dan bagian bawah sehingga mampu mengaplikasikan di dalam dunia nyata kesehatan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Saluran Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zatzat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. 2.2. Gangguan yang Terjadi pada Saluran Pencernaan
Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah : a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome) Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. 3
Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau lan gsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain. Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya. b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom) Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik). Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang tersebut. c. Aerofagi Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang
4
bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini. d. Mencret (Diare) Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anakanak. Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan. e. Heartburn Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus. f. Esofagitis Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa 5
esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan. Gejala klinis:
Nyeri seperti terbakar di epigastrium
Muntah
Disfagia (kesulitan menelan)
g. Peritonitis Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis:
Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam perinium
Mual dan muntah
Abdomen yang kaku
h. Sembelit (Konstipasi) Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obatobatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem
6
saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya. i. Kanker usus Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan lemak. 2.3. Gizi Gangguan Saluran Pencernaan
Gizi dipengaruhi oleh intake makanan sehari-hari dan komposisi makanan itu sendiri. Adanya gangguan GIT akan menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan nutrisi. Akibatnya adalah penurunan status gizi. Akibat dari gangguan GIT terhadap status gizi seseorang dipengaruhi oleh:
Cara pemberian makanan
Tempat gangguannya
Asal
Luasnya penyakit
7
Tujuan terapi diet untuk penderita gangguan GIT adalah :
Mengistirahatkan organ dimaksukan untuk memberikan kesempatan bagi saluran pencernaan untuk sembuh
Mencegah progresivitas (mencegah penyakit semakin berlanjut) dengan mengoreksi efek apa yang terjadi. Disesuaikan dengan makanan yang cocok.
Mencegah terjadinya kekambuhan.
2.4. Diit pada Pada Klien Penyakit Saluran Pencernaan
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis-melena, kondisi saluran cerna pasca bedah dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematemesis-melena, ulkus peptikum, Gastroesophageal Reflux Diseasa (GERD) Sindroma Dumping, Divertikulosis, Inflammatory Bowel Disease (IBD), hemoroid, diare dan konstipasi. Menurut lokasinya, diit pada saluran cerna dibagi dalam dua kelompok yaitu : 1. Diit pada Saluran Cerna Atas a. Diet Disfagia
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi saluran cerna. Tujuan diet disfagia adalah : 1. Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluranpernapasan. 2. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan
8
Syarat-syarat diet disfagia adalah: 1. Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya. 2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan. 3. Cukup cairan. 4. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak. 5. Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi. 6. Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde. Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak. b. Diet Hematemesis Melena
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna. Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah: 1. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai. 2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
9
Syarat-syarat diet hematemesis-malena : 1. Tidak merangsang saluran cerna 2. Tidak meninggalkan sisa 3. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja untuk mengistirahatkan lambung 4. Diet dapat diberikan bila perdarahan lambung dan duodenum sudah tidak ada. 5. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih tiap 2-3 jam selama 1-2 hari saja Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja. c. Diet Penyakit Lambung
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis. Ulkus peptikulum, pasca-operasi lambung sering diikuti dengan “Dumping Sindrom” dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan atau makanan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epiga strium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang. Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan tidak memberatkan lambu dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi aasam lambung yang berlebihan.
10
Syarat-syarat diet penyakit lambung adalah: 1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan. 2. Energi
dan
protein
cukup,
sesuai
kemampuan
pasien
untuk
menerimanya. 3. Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan. 4. Rendah serat, terutama serat tidak larut ait yang ditingkatkan secara bertahap. 5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah. 6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan). 7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak. 8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang. 9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung. Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus peptikum, tifus abdomenalis dan pasca bedah saluran cerna atas. Diet lambung di bagi menjadi :
Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, pasca pendarahan dan tifus abdomenalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari diet pasca-hematemesis-melena atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat gizi, tiamin dan vitamin C.
11
Diet lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan. Bahan Makanan Sehari-hari yang baik di berikan Bahan Makanan
Berat (g)
Ukuran
Beras
90
31/2 gls bubur
Roti
40
2 iris
Maizena
20
4 sdm
Daging
100
2 ptg sdg
Telur ayam
100
Btr
Tempe
100
4 ptg sdg
Sayuran
250
21/2 gls
Buah
200
2 sdg ptg pepaya
Margarin
35
31/2 sdm
Gula pasir
65
61/2 sdm
Susu
300
11/2 gls
Nilai Gizi yang terkandung Energi
1942 kkal
Besi
28,5 mg
Protein
75 g
Vitamin A
15369 RE
Lemak
79 g
Tiamin
0,8 mg
Karbohidrat
241 g
Vitamin C
205 mg
Kalsium
817 mg
12
Pembagian Bahan Makanan Sehari-hari yang baik di berikan pada pasien diit penyakit lambung Pagi
Pukul 10.00
Beras
30 g = 11/2 gls bubur
Maizena
20 g = 4 sdm
Telur ayam
50 g = 1 btr
Gula pasir
25 gr = 21/2sdm
Sayuran
50 g = 1/ 2gls
Susu
100 g =1 /2 gls
Gula pasir
1 sdm
Margarin
1
/ 2 sdm
Siang
Pukul 16.00
Beras
30 g = 11 / 2 gls bubur
Roti
40 g = 2 iris
Daging
50 g = 1 ptg sdg
Margarin
10 g = 1 sdm
Tempe
50 g = 2 ptg sdg
Telur
50 g = 1 btr
Sayuran
100 g = 1 gls
Gula pasir
10 g = 1 sdm
Pepaya
100 g = 1 ptg sdg
Gula pasir
10 g = 1 sdm
Margarin
10 g = 1 sdm Malam
Pukul 20.00
Beras
30 g = 11/2 gls bubur
Susu
200 g = 1 gls
Daging
50 g = 1 ptg sdg
Gula pasir
10 g = 1 sdm
Tempe
50 g = 2 ptg sdg
Sayuran
100 g = 1 gls
Pepaya
100 g = 1 ptg sdg
Margarin
10 g = 1 sdm
13
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Bahan
Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Sumber
Beras dibubur atau ditim;
Beras ketan, beras tumbuk, roti
karbohidrat
kentang dipure, makaroni
whole wheat, jagung , ubui,
direbus , roti dipanggang ;
singkong, tales ; cake, dodol dan
Makanan
biskuit , krekers , mie, bihun, berbagai kue yang terlalu manis dan tepung-tepungan dibuat bubur
berlemak tinggi.
atau puding. Sumber
Daging sapi empuk,
Daging, ikan, ayam yang diawet,
protein
hati, ikan, ayam digiling atau
digoreng ; daging babi ; telur
hewani
dicincang dan direbus,
diceplok atau digoreng.
disemur, ditim, dipanggang ; telur ayam direbus, didadar, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan ; susu. Sumber
Tahu, tempe, direbus, ditim, Tahu, tempe digoreng ; kacang tanah
protein
ditumis ; kacang hijau
nabati
direbus dan dihaluskan.
Sayuran
Sayuran yang tidak banyak
; kacang merah ; kacang tolo.
Sayuran mentah ; sayuran berserat
serat dan tidak menimbulkan tinggi dan menimbulkan gas seperti gas ketika dimasak : bayam, daun singkong, kacang panjang, kol, bit, labu siam, labu kuning,
lobak, sawi dan asparagus.
wortel, tomat direbus dan ditumis. Buah-buahan Pepaya ; pisang ; jeruk manis Buah yang tinggi serat dan atau dapat ; sari buah ; pir dan peach
menimbulkan gas seperti jambu biji,
dalam kaleng.
nanas, apel, durian, nangka; buah yang dikeringkan.
14
Lemak
Margarin dan mentega ;
Lemak hewan, santan kental.
minyak untuk menumis dan santan encer. Minuman
Sirup, teh.
Minuman yang mengandungsoda dan alkohol, kopi, ice cream.
Bumbu
Gula, garam, vetsin, kunci,
Lombok, bawang, merica, cuka dan
kencur, jahe, kunyit, terasi,
sebagainya yang tajam.
laos, salam dan sereh.
Diet Lambung III
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari Diet Lambung II pada pasien dengan ulkus peptikulum, gastritis kronik atau tifus abdominalis yang hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau biasa tergantung pada toleransi pasien. Pembagian Bahan Makanan Sehari Pagi
Pukul 10.00
Beras
50 g = 1 gls tim
Maizena
15 g = 3 sdm
Telur ayam
50 g = 1 btr
Gula pasir
20 g = 2 sdm
Sayuran
50 g =1 /2 gls
Gula pasir
10 g = 1 sdm
Minyak
5 g = 1 /2 sdm
Siang dan Malam
Pukul 16.00
Beras
75 g = 11 / 2 gls tim
Biskuit
20 g = 2 bln
Daging
50 g = 1 ptg sdg
Susu
200 g = 1 gls
Tempe
50 g = 2 ptg sdg
Gula pasir
10 g = 1 sdm
Sayuran
100 g =m1 gls
Pepaya
100 g = 1 ptg sdg
Minyak
10 g = 1 sdm 15
Contoh Menu Sehari Pagi
Siang
Malam
Nasi tim / nasi
Nasi tim / nasi
Nasi tim / nasi
Telur dadar
Semur ayam
Ikan bumbu tomat
Setup wortel
Tahu bumbu tomatSayur
Tim tempeSayur lodeh
bening bayam Pisang Pepaya Pukul 10.00
Pukul 16.00
Puding maizena /
Bubur kacang hijau
agar-agar + saos susuSusu
2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease. Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah: 1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang. 3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut. 4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.
16
Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah: 1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja. 2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa rendah dan serat rendah. 3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa. 4. Kebutuhan gizi, tyaitu : a.
Energi dan protein tinggi.
b.
Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat,
vitamin B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng. 5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak. 6. Cukup cairan dan elektrolit. 7. Menghindari makanan yang mengandung gas. 8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa
b.
Diet Penyakit Divertikular
Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis. Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan demam. Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis 1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees. 2. Menurunkan tekanan intra luminal. 3. Mencegah infeksi. 17
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi. 5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi. Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis 1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal. 2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari. 3. Serat tinggi. 4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang ditetapkan. 5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih. 6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai. 7. Hindari makanan yang abanyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular. 8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa. 9. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari. Dalam diit saluran bawah di bagi menjadi dua buah diit diantaranya :
Diit rendah sisa Diet rendah sisa adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar (liat). Di samping iru, makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi. Tujuan pemberian diet jenis ini adalah untuk memberikan makanan secukupnya yang sesedikit mungkin merangsang alat pencerna dan sedikit mungkin meninggalkan sisa. Serta memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
18
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Syarat diit rendah sisa : Makanan hendaknya mudah cerna, tidak merangsang baik secara mekanis, termis, maupun kimia dengan jalan: 1. Menghindarkan makanan tinggi serat 2. Menghindarkan makanan terlalu panas dan terlalu dingin 3. Menghindarkan makanan tinggi lemak, terlalu manis, terlalu asam,dan terlalu berbumbu 4. Memasak makanan hingga lunak. Diet rendah sisa diberikan kepada penderita diare berat, ileitis, colitis ulserosa dan diverticulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian dari saluran pencerna, hemoroid berat serta sebelum dan sesudah operasi hemoroid, colon (usus besar) atau rektum. Menurut macamnya diit rendah sisa di bagi menjadi : 1. Diet Rendah Sisa I
Makanan diberikan dalam bentuk saring.
Makanan yang mengandung banyak serat sama sekali tidak diperbolehkan, begitu juga dengan bumbu.
Lemak dan gula diberikan dalam jumlah terbatas (bila penderita tahan).
Susu tidak diperbolehkan.
Hanya diberikan selama beberapa hari karena rendah kalori, protein, kalsium, besi,
thiamin dan vit. C.
Makanan yang boleh diberikan pada diit rendah serat di antaranya :
Sumber hidrat arang: beras dibubur saring, roti dibakar, kentang dipure, makaroni, bihun direbus, biskuit, krakers, tepungtepungan dibubur atau dipuding.
19
Sumber protein hewani: daging, hati digiling halus, ikan dicincang, telur direbus, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan dan minuman.
Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus.
Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
Sayuran: sari sayuran.
Buah: air jeruk.
Bumbu: garam, vetsin, gula.
2. Diet Rendah Sisa II Diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Rendah Sisa I atau kepada penderita diare kronis.Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Makanan mengandung serat diperbolehkan dalam jumlah terbatas, begitupun lemak dan gula. Bumbu-bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan.Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi. Makanan yang boleh diberikan:
Sumber hidrat arang: beras dibubur, roti dibakar, kentang direbus, dipure, makaroni, bihun direbus, krakers, tepungtepungan dibubur atau dipuding.
Sumber protein hewani: daging, hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus, dipanggang, telur direbus, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan dan minuman susu 2 gelas sehari.
Sumber protein nabati: tahu, tempe ditim, direbus, ditumis, keju, kacang tanah, saridele.
Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
Sayuran: sayuran yang tak banyak serat: kacang panjang, buncismuda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel, direbus, dikukus, ditumis.
Buah: buah yang tak banyak serat dan tidak menimbulkan gas: pepaya, pisang, jeruk, sawo, sari jambu biji, sari nenas, sari sirsak; apel dikupas dan disetup. 20
Bumbu: garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas.
Diit tinggi serat Diet tinggi serat adalah memenuhi atau melampaui asupan serat harian yang disarankan, umumnya senyawa karbohidrat yang berasal dari tumbuhan. Asupan serat harian yang disarankan adalah 20 – 35 gram, tapi rata-rata dalam makanan orang Amerika hanya mengandung 12 – 18 gram. Pola makan vegetarian umumnya mengandung serat dua kali lebih banyak dari diet nonvegetarian. Manfaat diit tinggi serat :
Serat mudah larut yang kasar dihaluskan menjadi gel dalam saluran
cerna
dan
memperlambat
pencernaan,
sehingga
menimbulkan rasa kenyang lebih lama. Hal tersebut membantu mengontrol
nafsu
makan
dan
penurunan
berat
badan,
meningkatkan penyerapan nutrisi, serta dapat memperbaiki kadar gula darah dan insulin dengan memperlambat pelepasan glukosa ke aliran darah.
Serat kasar akan mengikat kolesterol, sehingga membantu mengeluarkannya dari tubuh dan menurunkan risiko penyakit jantung.
Meskipun sebagian besar serat tidak dicerna dan diserap, serat yang dapat difermentasi akan membantu pertumbuhan bakteri baik di usus besar, yang mengubah serat menjadi asam lemak rantai pendek yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh.
Serat yang tidak larut (atau kasar) dalam makanan dari serealia utuh,
sekam,
beras
merah,
dan
sayuran
mentah
akan
memadatkan feses. Kepadatan tersebut menyebabkan dinding usus berkontraksi secara berkala sehingga kotoran bergerak melalui usus besar dengan lebih cepat. Dengan proses yang cepat melalui usus besar, air yang diserap kembali lebih sedikit, sehingga feses tetap lunak, lembab, dan lebih mudah 21
dikeluarkan tanpa paksa, mencegah konstipasi, serta masalah seperti wasir dan penyakit divertikular.
Diet tinggi meredakan gejala penyakit diverticular.
Serat dapat membantu mencegah atau menangani penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker.
Diet tinggi serat biasanya menyarankan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan serealia utuh dalam jumlah banyak, yang memiliki berbagai manfaat kesehatan.
Resiko dan pencegahan diit tinggi serat :
Serat makanan harus ditingkatkan secara bertahap untuk mencegah nyeri perut, gas, dan diare.
Diet tinggi serat mengharuskan untuk minum setidaknya delapan gelas (2 liter) air maupun cairan lain setiap hari. Orangorang dengan asupan cairan yang dibatasi harus menghindari diet tinggi serat.
Asupan serat lebih dari 50 gram per hari dapat menyebabkan masalah pencernaan akut dan penyumbatan.
Serat yang berlebihan, — terutama suplemen yang dikonsumsi setelah makan — , dapat mengurangi penyerapan vitamin, mineral, protein, kalori, dan obat. Obat umumnya harus diminum setidaknya satu jam sebelum atau dua jam setelah konsumsi suplemen serat.
Jangan tambahkan serat sekam pada makanan.
Beberapa vitamin yang mengikat fitat atau oksalat terdapat dalam berbagai makanan tinggi serat.
Diet tinggi serat dapat mengakibatkan iritasi usus dan memperparah gejala gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus, penyakit radang usus, radang usus besar, dan penyakit' Crohn.
22
Orang-orang yang telah menjalani prosedur operasi penurunan berat badan mungkin tidak dapat melakukan diet tinggi serat.
Kondisi tertentu, seperti pelekatan usus, memerlukan diet rendah serat.
Berlebihan
mengkonsumsi
makanan
tinggi
serat
dapat
menyebabkan anak-anak cepat kenyang, sehingga mengurangi nafsu makan dan kemungkinan membuat mereka kehilangan zat gizi yang diperlukan. Konsumsi harian yang disarankan untuk serat adalah:
anak-anak berusia 1 – 3 tahun: 19 gram
anak-anak berusia 4 – 8 tahun: 25 gram
anak laki-laki berusia 9 – 13 tahun: 31 gram
pria berusia 14 – 50 tahun: 38 gram
pria berusia 51 tahun ke atas: 30 gram
perempuan berusia 9 – 18 tahun: 26 gram
wanita berusia 19 – 50 tahun: 25 gram
wanita berusia 51 tahun ke atas: 21 gram
wanita hamil: 28 gram
wanita menyusui: 29 gram
Cara terbaik untuk meningkatkan serat adalah dengan 2 mangkuk buah dan 2,5 mangkuk sayuran setiap hari, serta mengganti roti tawar halus dan nasi putih dengan roti dan sereal dari serealia utuh, serta beras merah. 2.5. Pencegahan Penyakit pada Saluran Cerna
Sayur dan buah memegang peranan yang penting dalam tubuh manusia. Karena itu, orang yang sering mengonsumsi keduanya, khususnya kaum vegetarian, memiliki prevalensi terkena penyakit lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak suka mengonsumsi sayur dan buah.
23
Sayur merupakan sumber serat, vitamin, dan mineral. Juga mengandung zat yang bukan gizi tapi sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia. Karena itu, mengonsumsi sayur dan buah sangat penting. Dengan rajin mengonsumsi sayur dan buah, buang air besar (BAB) menjadi lancar. Serat yang terdapat di dalam keduanya bisa mendorong tinja untuk keluar. Karena itu, anak atau orang dewasa yang kurang mengonsumsi buah dan sayur biasanya akan mengalami kesulitan dalam buang air besar.
24
BAB III PENUTUP 3.2. Kesimpulan
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zatzat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis-melena, kondisi saluran cerna pasca bedah dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematemesis-melena, ulkus peptikum, Gastroesophageal Reflux Diseasa (GERD) Sindroma Dumping, Divertikulosis, Inflammatory Bowel Disease (IBD), hemoroid, diare dan konstipasi. Menurut lokasinya, diit pada saluran cerna dibagi dalam dua kelompok yaitu : 1. Diit pada saluran cerna atas a. Diet Disfagia b. Diet Hematemesis Melena c. Diet Penyakit Lambung 2. Diit pada saluran cerna bawah a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease) b. Diet Penyakit Divertikular Pada diit saluran cerna bawah terdapat dua macam diit, yaitu diit rendah sisa dan diit tinggi serat.
3.2. Saran
Di harapkan semua mahasiswa mampu memahami materi tentang diit pada klien penyakit saluran cerna agar mampu mengaplikasikan dalam dunia keperawatan lebih baik lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA http://yuheldi-cendra.blogspot.co.id/2012/11/diet-rendah-sisa-penyakit-saluran-cerna.html https://www.google.com/search?q=diit+rendah+sisa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefox-a&channel=fflb http://www.mausehat.com/diet-atasi-masalah-saluran-cerna/ https://azurama.wordpress.com/all-about-nurse/ilmu-gizi/diet-penyakit-saluran-cerna/ http://syabilahsoraya.blogspot.co.id/
26