ARTIKEL HUBUNGAN KEILMUAN FARMASI TERHADAP ANALISIS ANALISIS ENZIM DALAM PANGAN
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Analisis Makanan dan Obat
Disusun Oleh : Zahra Hanifa Baharriski 36.2015.712277
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR 2017/1439
Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari manusia untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai mahasiswi farmasi wajib untuk kita ketahui apa saja keanekaragaman produk makanan yang semakin meningkat sehingga konsumen sering tidak mengetahui kandungan produk yang mereka konsumsi khususnya bahan asal (raw material) ataupun BTP dan proses pengolahannya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti membutuhkan unsur- unsur molekul dalam biokimia yang dibutuhkan dibutuhkan oleh tubuh salah satunya enzim. Pengertian enzim sendiri merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan sistematika yang sangat teratur, mengkatalisis ratusan reaksi tahap demi tahap yang sangat sistematis. Enzim mengkatalisis berbagai reaksi baik itu penguraian nutrien, penyimpanan dan pengubahan energi kimiawi, dan membuat sebuah mekromolekul dari prekursor-prekursor sederhana penyusunnya. Ditinjau dari sumber dan manfaatnya, enzim dimanfaatkan dalam industri pangan, karena enzim merupakan alat yang ideal digunakan untuk memanipulasi bahan-bahan biologis. Beberapa Beberapa keuntungan penggunaan penggunaan enzim dalam pengolahan pangan adalah aman terhadap kesehatan karena bahan alami, mengkatalisis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping, aktif pada konsentrasi yang rendah, dan dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian proses pengolahan. Walaupun demikian, dari ribuan enzim ditemukan oleh para ahli biokimia, hanya sebagian kecil enzim dapat dimanfaatkan dal am industri pangan. Enzim juga dapat merusak pangan seperti: Enzim polifenol oksidase dapat menimbulkan warna coklat pada buah atau ubi yang dipotong, ex : apel, salak, Enzim lipoksidase mempengaruhi penyimpangan citarasa makanan yang menimbulkan bau langu pada kedelai, dan Enzim pektinase sebagai penyebab pelunakan pada buah. Semua hal ini disebabkan oleh ketidak sesuaian kondisi reaksi enzim, ketidakstabilan enzim selama pengolahan, atau karena biaya yang terlalu mahal untuk menggunakan enzim dalam pengolahan pangan.
Sedangkan hubungan analisis enzim pangan dalam keilmuan farmasi dapat mendasari mekanisme obat dan menunjukkan cetak biru untuk desain obat di masa depan, serta dapat dapat menunjukkan bahwa enzim meliputi nomenklatur nomenklatur tentang sifat mekanisme, aksi, dan faktor yang mempengaruhi kegiatannya. Kemudian ketika kita mengalami beberapa tindakan yang tidak diinginkan yang menyebabkan panyakit dikatalisasi oleh enzim spesifik, sehingga dapat merancang inhibitor untuk menahan kegiatan contohnya statin digunakan dalam menghambat biosintesis kolesterol sehingga orang bisa menaggulangi kelebihan kolesterol dengan meminum obat tersebut. Menariknya, enzim pertama yang diproduksi industri adalah amilase dari sumber jamur pada tahun 1894, yang digunakan sebagai alat bantu farmasi untuk pengobatan gangguan pencernaan (Shipra et al, 2011). Tidak hanya itu enzim “papain “papain”” juga banyak digunakan sebagai bahan aktif dalam preparat farmasi seperti obat gangguan pencernaan, dispesia, dan obat cacing. Dalam rangka pembedahan papain biasa digunakan sebagai obat pengendali oedema dan imflamasi. Yang banyak digunakan saat ini adalah bahan aktif untuk krim, pembersih kulit muka. Sebab, papain bisa melarutkan sel-sel mati yang melekat pada kulit dan sukar terlepas secara fisik. Noda dan flek di wajah bisa dikikis oleh papain hingga menjadi mulus dan bersih. Papain pun bisa digunakan sebagai bahan pembuat pasta gigi, sebab bisa membersihkan sisa makanan apa saja yang melekat di gigi. Pada beberapa penyakit, terutama gangguan genetik yang bersifat menurun, penyakit tersebut mungkin disebabkan akibat kekurangan atau tidak adanya satu atau beberapa enzim pada jaringan. Pada keadaan abnormal lainnya, aktivitas yang berlebihan dari enzim tertentu terte ntu kadang dapat dikontrol dengan obat-obatan tertentu yang bekerja dengan menghambat aktivitas katalitiknya. Selanjutnya, pengukuran aktivitas katalitik enzim tertentu pada plasma darah, sel darah merah atau jaringan diperlukan guna melakukan pemantauan terhadap suatu penyakit. Enzim telah menjadi molekul yang penting bukan saja pada dunia kesehatan, namun juga dalam industri kimiawi, pengolahan pangan dan pertanian. Bahkan dalam aktivitas seharihari di rumah tangga, enzim juga memainkan peranan penting.
Tentang peran enzim di bidang klinik klinik sendiri memiliki ilustrasi sebagai berikut : Metabolisme obat dilakukan oleh sistem enzim yaitu CYP-450 yang berperan penting dalam mencegah terjadinya akumulasi akumulasi obat dan zat beracun dalam tubuh. Namun, kemampuan induksi CYP-450 dapat menurun seiring dengan pertambahanusia atau terjadinya disfungsi organ (misalnya sirosis hati, atau hepatitis). Isoenzim
juga
dapat
dipengaruhi
oleh
oleh
konsekuensi
dari
gangguan isoenzim lainnya. Misalnya, senyawa warfarin memiliki 2 sisi yaitu sisi R – dan dan S ± enansiomer. Sisi S – S – warfarin warfarin enentiomer memiliki efek antikoagulan secara signifikan lebih besar . Enzim CYP1A2 memetabolisme R ± warfarin, dan enzim CYP2C9 memetabolisme sisi S - warfarin . (S-warfarin) Obat dapat termetabolisme secara sempurna ,sehingga menjadi metabolit inaktif dan mudah dieksresi. R-Warfarin merupakan sisi non aktif yang dimetabolisme oleh enzim CYP-1A2, (R-warfarin) tidak memiliki efek karena Rwarfarin
bukan
sisi
aktif
enzim.
Namun
dalam
hal
ini
S-warfarin
warfarin terakumulasi dalam dosis stabil. karena R - warfarin menghambat enzim CYP2C9 . Dalam contoh ini, obat seperti ciprofloxacin meningkatkan kemampuan warfarin sendiri
sebagai obat pencegah pengentalan darah. Ciprofloxacin
kemudian R-warfarin menghambat enzimCYP2C9, dan S-warfarin tidak dapat dimetabolisme secara sempurna. Bila ciprofloxacin menghambat CYP1A2 pada sisi R-warfarin, maka secara tidak langsung sisi S-warfarin juga dihambat. Sehingga warfarin
akan
teramukulasi didalam tubuh, dan menjadi toksik. Efek
yang
terjadi bila warfarin diberikan bersamaan dengan antibiotik ciprofloxacin yaitu akan terjadi peningkatan efek warfarin sebagai obat antikoagulan pada fase farmakodinamik,
sehingga
perlu
dimonitoring
secara
ketat
untuk
nilai
PT(Protrombin time) dan INR. Dimana nilai normal untuk PT adalah 11-12,5 detik( terjadi peningkatan defisiensi pada faktor pembekuan darah V dan VII), sedangkannilai INR normal 0,9-1, Peran enzim dalam bidang klinik sendiri s endiri digunakan untuk mengidentifikasi dalam tiga hal :
a) Diagnostik
yaitu
mengidentifikasi
ditimbulkan oleh metabolisme untuk
mendeteksi
enzim
penyakit seseorang.
pada
pasien
Manifestasi
yang teknik
mutasigenetick dari reaksi berantai polymerase
(polymerase chain reaction/PCR) yang mengandalkan kemampuan enzim sebagai penguat katalitik. b) Treatment. c) Melakukan Monitoring yaitu khususnya pada pasien terkait monitoring pengobatan antikoagulan (warfarin)yang (warfarin)yang sebaiknya sebaiknya tidak digunakan dengan mengkonsumsi vitamin K. Karena sifat keduanya berlawanan saling mengantagonis, jika digunakan bersama akan terjadibleeding atau pendarahan dan memonitoring pemeriksaan hasil laboratorium yaitu kadar INR dari prothombine time karena sebagai parameter pencegah terjadinya pendarahan. Dari artikel ini dapat dilihat bagaimana enzim memiliki kontribusi yang besar dalam keilmuan farmasi. Segala sesuatu didalam didala m tubuh jika berlebihan be rlebihan pasti akan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan seperti enzim jika dengan dosis besar menyebabkan penurunan elastisitas dan meningkatkan kekakuan karena peningkatan konten dekstrin. Untuk dosis 20 unit SKB α -amilase dari berbagai sumber, isi inti dekstrin naik 1,25 kali untuk αα - amilase jamur, 1,5 kali untuk ααamilase malt dan 7 kali untuk αα - amilase, begitu pula jika kekurangan akan menimbulkan penyakit. Kenapa keilmuan farmasi berhubungan dengan enzim dalam pangan. Karena disaat manusia mengkonsumsi berbagai macam makanan entah dari nabati atau hewani yang mengandung enzim kemudian masuk dalam tubuh, enzim ini nantinya dapat mempengaruhi proses metabolisme untuk membantu obat-obatan saat berdistribusi dalam tubuh. Tetapi aktivasi enzim ini sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, konsentrasi enzim dan pH. Jadi setiap enzim memiliki preferensi yang berbeda dari faktornya. Oleh karena it u, setiap organisme harus menyediakan kondisi yang sesuai agar enzim dapat bekerja secara efisien.