No. KP: 306A/UN7.3.3/TL/PP/2016
LAPORAN KERJA PRAKTEK
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PROYEK APRON & EXIT TAXIWAY BANDARA AHMAD YANI PT PP (Persero) Tbk Cabang V Semarang
Disusun oleh: ARI BHAKTI AG L2J 009 031
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PROYEK APRON & EXIT TAXIWAY BANDARA AHMAD YANI PT PP (Persero) Tbk Cabang V Semarang Ari Bhakti AG, Ir. Winardi Dwi Nugraha, M.Si. Program Studi Teknik Lingkungan
[email protected]
ABSTRAK
Pengembangan Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang merupakan proyek yang dilaksanakan oleh PT PP (persero) Tbk Cabang V Semarang. Seiring dengan peningkatan penggunaan bandar udara Achmad Yani yang mengakibatkan terjadinya peningkatan penggunaan fasilitas airside (sisi udara) seperti Apron dan Taxiway. Kapasitas apron dan taxiway harus dapat melayani seluruh pesawat yang datang, apabila pesawat yang akan melakukan pendaratan
tidak
dapat
dilayani
maka
akan
terjadi
penumpukan
dan
mengakibatkan keterlambatan jadwal penerbangan, sehingga menurunkan tingkat pelayanan bandara. Dalam pelaksanaan proyek ini, Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang wajib di atasi dengan melakukan pencegahan. Pada laporan ini akan dibahas mengenai “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko” di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang. Upaya pengendalian di proyek Apron & Taxiway ini terdiri dari metode administrasi, metode engineering, dan APD. Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang.
HAZARD IDENTIFICATION, ASSESSMENT AND RISK CONTROL AT AHMAD YANI AIRPORT'S APRON & EXIT TAXIWAY PROJECT
PT PP (Persero) Tbk Cabang V Semarang Ari Bhakti AG, Ir. Winardi Dwi Nugraha, M.Si. Environmental Engineering Departement
[email protected]
ABSTRACT
Ahmad Yani Airport’s Apron & Exit Taxiway Development was a project which conducted by PT PP (Persero) Tbk branch 5 Semarang. Along with the increase of Ahmad Yani Airport use, resulted the increase of airside use such as Apron and Taxiway. The apron and taxiway capcity was supposed to be serve every arrival plane, if the arrival plane couldn’t serve well there’d be cumulation and later cause delay on the next flight schedule, and decrease the airport service level. On the project implementation, occupational safety and hazard was a problem that should be handle with preventive action. In this report, hazard identification, assessment and risk control at Ahmad Yani Airport’s Apron & Exit Taxiway Project wil be described. Control efforts at Apron & Exit Taxiway Project consisted of administration method, engineering method, and PPE (Personal Protective Equipment). Keywords: hazard identification, assessment and risk control at Ahmad Yani Airport’s Apron & Exit Taxiway Project
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang” Laporan ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Kerja Praktik (TKL510) dengan bobot 2 SKS. Setelah melalui proses kerja praktik dan penyusunan laporan, banyak sekali ilmu dan pelajaran yang dapat diambil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Kedua orangtua dan adik-adik tercinta yang telah memberi dukungan moril serta doa kepada penulis selama melaksanakan studi sampai saat ini.
2.
Dr. Ir.Syafrudin, CES, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro.
3.
Pertiwi Andarani, S.T, M.Eng selaku koordinator Kerja Praktik.
4.
Ir. Winardi Dwi Nugraha, M.Si selaku dosen pembimbing Kerja Praktik.
5.
Pak Agus Haryono selaku pembimbing lapangan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang.
6.
Segenap pimpinan proyek (PM) Pak Barkah, staf dan karyawan
Proyek
Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang. 7.
M.Haris yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kerja praktik.
8.
Teman-teman Teknik Lingkungan khususnya angkatan 2009. Laporan ini belumlah sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik demi perbaikan laporan dan penambah wawasan untuk penulisan laporan di masa yang akan datang.
Semarang, 14
Maret 2016 Penulis Ari Bhakti AG
DAFTAR ISTILAH SMK3
: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah
bagian dari system manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung
jawab,
pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan,
pengkajian,
dan
penerapan,
pencapaian,
pemeliharaan
kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja. NAB
: Nilai Ambang Batas adalah batas maksimum perasaan aman manusia berada ditempat kerjanya meskipun banyak hal terjadi.
K3
: Semua mencegah penyakit
Ilmu
dan
terjadinya akibat
kerja
Penerapannya
untuk
kecelakaan
kerja,
(PAK),
kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan. GCG
: Good Corporate Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan Perusahaan yang sehat.
K3LH
: “Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup” yaitu mengenai program kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan hidup pada suatu perusahaan atau pada suatu instansi lain yang memempunyai banyak tenaga kerja/karyawan.
P2K3
: Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
IBPR
: Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko.
IPPAL
: Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan.
Flowchart
: adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang
menggambarkan
urutan
proses
secara
mendetail dan hubungan antara suatu proses (instruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program. Traffic Management
: Fungsi pengawasan terhadap unjuk kerja jaringan dan pengambilan tindakan untuk mengendalikan aliran trafik agar diperoleh kapasitas jaringan dengan pengoperasian yang maksimum.
APAR
: adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
P3K
: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yaitu orang yang pertama memberikan bantuan atau pertolongan
pada
orang
yang
terkena
kecelakaan. APD
: adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya lingkungan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan timbulnya penyakit akibat bekerja.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii ABSTRAK ..................................................................................................... iii ABSTRACT ..................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ..................................................................................................viii DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................... I-1 1.2 Dasar Kegiatan Pelaksanaan Kerja Praktek ............................................ I-2 1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek ................................................................. I-3 1.4 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek ........................................... I-3 1.5 Kegunaan Kegiatan Kerja Praktek........................................................... I-3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian SMK3................................................................................... II-1 2.1.1 Keselamatan Kerja..........................................................................II-4 2.1.2 Kesehatan Kerja..............................................................................II-5 2.2 Bahaya yang Berpotensi Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.........................................................................................................II-6 2.2.1 Bahaya Keselamatan......................................................................II-6
2.2.2 Bahaya Kesehatan..........................................................................II-7 2.2.2.1 Bahaya Kimia.....................................................................II-7 2.2.2.2 Bahaya Fisika....................................................................II-8 2.2.2.3 Bahaya Biologi.................................................................II-10 2.2.2.4 Bahaya Ergonomi dan Pengaturan Kerja.........................II-10 2.3 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko dalam OHSAS 18001: 2007……………...……............................................................... .II-11 2.4 Metode Identfikasi Bahaya dan Hasilnya................................................. II-13 2.4.1 Analisis Properti Material dan Keadaan Proses ............................ II-15 2.4.2 Menggunakan Pengalaman untuk Mengidentifikasi ..................... II-17 2.4.3 Mengembangkan Matriks Hubungan (Interaction Matriks) .......... II-18 2.4.4 Menggunakan Teknik Evaluasi Bahaya untuk Identifikasi Bahaya…………........................................................ II-20 2.5 Hasil dan Identifikasi Bahaya................................................................... II-22 2.6 Metode Identifikasi Bahaya ..................................................................... II-22 2.6.1 Checklist Analysis .......................................................................... II-22 2.6.2 What – if Analysis .......................................................................... II-23 2.6.3 What – if/Checklist Analysis ......................................................... II-26 2.6.3.1 Tujuan ................................................................................. II-27 2.6.3.2 Hasil .................................................................................... II-27 2.6.3.3 Persyaratan anggota tim ..................................................... II-27 2.7 Analisis Resiko ........................................................................................ II-28 2.8 Penentuan Resiko dan Metode – Metode Skor Resiko ........................... II-28 2.8.1 Penentuan Resiko ........................................................................... II-28 2.8.2 Metode – Metode Skor Resiko ....................................................... II-29 2.8.2.1 Modifikasi Standard Australia ............................................ II-29 2.8.2.2 Metode Fine ....................................................................... II-31 2.8.2.3 Metode Risk Score Calculator (RSC) ................................. II-33 2.8.3 Zona Resiko dan Tindakan Metode Fine dan Risk Score Calculator…………............................................................ II-36
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Tujuan Operasional dan Data yang Dibutuhkan....................................... III-1 3.2 Tahapan Persiapan Kerja Praktek............................................................. III-4 3.3 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek ........................................................ III-4 3.3.1 Metode Pengumpulan Data............................................................ III-5 3.3.1.1 Metode Pengumpulan Data Primer ................................... III-5 3.3.1.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder ............................... III-6 3.3.2 Kegiatan Kerja Praktek ................................................................. III-7 3.4 Tahapan Penyusunan Laporan ................................................................. III-7 BAB IV
GAMBARAN UMUM PROYEK APRON & EXIT TAXIWAY
BANDARA AHMAD YANI 4.1 Gambaran Umum Proyek ........................................................................ IV-1 4.1.1 Identitas Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani……………................................................................. IV-1 4.1.2 Logo Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang……………......... IV-2 4.1.3 Lokasi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang ……………........ IV-3 4.1.4 Visi dan Misi PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang……....... IV-5 4.1.5 Visi dan Misi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani……………................................................... IV-5 4.1.6 Kebijakan PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang………........ IV-6 4.1.7 Kebijakan K3L Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani……………................................................. IV-7 4.1.8 Strategi PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang……................ IV-7 4.1.9 Struktur Organisasi SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang…………….................................. IV-8 4.1.9.1 Struktur Organisasi Proyek Apron & Exit Taxiway
Bandara Ahmad Yani Semarang……………...................... IV-9 4.1.9.2 Struktur Organisasi P2K3 Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang……………..................... IV-10 4.1.9.3 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang……......... IV-11 4.2 Quality Target SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk……………................. IV-12 4.2.1 Safety Target……………............................................................... IV-12 4.2.2 SHE Meeting…………….............................................................. IV-14 4.2.3 SHE Induction Tamu dan Pekerja sebelum Memasuki Area Proyek & Bekerja ……………...................................................... IV-15 4.2.3.1 Standard Helm Proyek…………….................................. IV-17 4.2.4 SHE Patrol Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani……………................................................. IV-18 4.2.5 Housekeeping dan Environmental Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani……………....................... IV-19 4.2.5.1 Tugas dan Tanggung Jawab HSE…………….................. IV-19 4.2.5.2 Target Housekeeping……………..................................... IV-20 4.2.5.3 SHE Plan……………....................................................... IV-21 4.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko ...........IV-22 4.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya .......................................................... IV-22 4.3.2 Penilaian Resiko ............................................................................ IV-22 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara
Ahmad Yani Semarang……..………………………………..............…..V-1 5.2 Identifikasi Bahan – Bahan Berbahaya di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani..................................................... V-7 5.3 Potensi Bahaya di Proyek Apron dan Exit Taxiway Bandara
Ahmad Yani..............................................................................................V-11 5.3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPR) di Apron dan Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani ............ V-11 5.3.2 Tindakan Pengendalian Resiko pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani .......................................... V-28 5.4 Identifikasi Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan (IPPAL) pada Proyek Apron dan Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani .... V-31 5.4.1 Sosialisasi IPPAL........................................................................... V-42 5.5 Upaya Pengendalian Kecelakaan ............................................................ V-42 5.5.1 Metode Administrasi....................................................................... V-46 5.5.1.1 Kontrol Masuk..................................................................... V-46 5.5.1.2 Id Card................................................................................. V-48 5.5.1.3 Traffic Management............................................................ V-49 5.5.1.4 Papan Peringatan................................................................. V-50 5.5.2 Metode Engineering........................................................................ V-51 5.5.2.1 Proteksi Kebakaran.............................................................. V-51 5.5.3 Alat Pelindung Diri (APD).............................................................. V-54 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .............................................................................................. VI-1 6.2 Saran..........................................................................................................VI-2 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... xxv LAMPIRAN ................................................................................................. xxvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Contoh Umum Tabel Data Properti untuk Data Identifikasi....... II-16
Tabel 2.2
Contoh senyawa kimia yang Berpotensi Bahaya ………........... II-18
Tabel 2.3
Parameter Umum yang Digunakan Dalam Matriks Hubungan (Interaction Matrix)..……......................................... II-19
Tabel 2.4 Contoh dari Pertanyaan yang Digunakan Dalam Identifikasi Bahaya……………...……………………………….II-21 Tabel 2.5
Contoh Tipe hasil Identifikasi ……............................................ II-22
Tabel 2.6 Checklist Analysis………………………………….……………….. II-23 Tabel 2.7
Contoh Tabel dari “What-if”……................................................ II-25
Tabel 2.8
Kemungknan/Likehood...................……..................................... II-29
Tabel 2.9 Akibat/Consequence..............................................................……II-30 Tabel 2.10 Matriks Penilaian Resiko............................................................. II-31 Tabel 2.11 Bobot/Score……………………………………….......................II-31 Tabel 2.12 Derajat Keparahan…………………………………….................II-32 Tabel 2.13 Nilai Paparan.................................................................................II-32 Tabel 2.14 Nilai Probabilitas...........................................................................II-33 Tabel 2.15 Penggolongan Konsekuen……………………...……..................II-35 Tabel 2.16 Penggolongan Paparan…………………………….......................II-36 Tabel 2.17 Penggolongan Probabilitas…………………………....................II-36 Tabel 2.18 Klasifikasi Tindakan/Action……………...……….......................II-37 Tabel 3.1
Tujuan Operasional dan Data yang Dibutuhkan ......................... III-1
Tabel 3.2
Kegiatan Kerja Praktek................................................................ III-7
Tabel 4.1
Kriteria Penilaian Dampak & Risiko .......................................... IV-24
Tabel 5.1 Penanganan Bahan – Bahan Berbahaya di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani..................................................... V-2 Tabel 5.2
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPR) …..................................................................................................V-5
Tabel 5.3
Tindakan Pengendalian Resiko pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani…………...................................................V-22
Tabel 5.4
Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan (IPPAL)…………………………................................................V-25
Tabel 5.5
Macam – Macam Alat Pelindung Diri (APD)..............................V-47
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Konsekuensi dari Hasil Bahaya Sistem Proses....................... II-14
Gambar 2.2
Contoh Tipe Matriks Hubungan (Interaction Matrix)............ II-19
Gambar 2.3
Tie Line Risk Score Calculator............................................... II-37
Gambar 3.1
Diagram Alir Kerja Praktek ................................................... III-8
Gambar 4.1
Letak Kantor PT PP (persero) Tbk, Cabang V Semarang.......IV-2
Gambar 4.2
Logo PT PP (persero) Tbk...................................................... IV-2
Gambar 4.3
Detail Lokasi Kerja Praktek Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang .................. IV-4
Gambar 4.4
Rencana Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang……………………...……..IV-5
Gambar 4.5
Struktur Organisasi Proyek..................................................... IV-10
Gambar 4.6
Struktur Organisasi P2K3....................................................... IV-11
Gambar 4.7
Struktur Organisasi Tanggap Darurat..................................... IV-12
Gambar 4.8
Safety Sign Board & Slogan K3............................................. IV-13
Gambar 4.9
Slogan Lingkungan................................................................. IV-14
Gambar 4.10 Kabel Tergantung Rapi........................................................... IV-14 Gambar 4.11 Panel Listrik............................................................................ IV-15 Gambar 4.12 SHE Meeting.......................................................................... IV-15 Gambar 4.13 SHE Induction Tamu dan Pekerja........................................... IV-17 Gambar 4.14 Standard Helm Proyek............................................................ IV-18 Gambar 4.15 SHE Patrol.............................................................................. IV-19 Gambar 5.1
Area Mudah Terbakar............................................................. V-14
Gambar 5.2
Bar Cutter................................................................................ V-15
Gambar 5.3
Bar Bender.............................................................................. V-15
Gambar 5.4
Generator Set.......................................................................... V-15
Gambar 5.5
Batching Plan.......................................................................... V-15
Gambar 5.6
Mobile Crane.......................................................................... V-16
Gambar 5.7
Excavator Backhoe................................................................. V-16
Gambar 5.8
Wheel Loader.......................................................................... V-17
Gambar 5.9
Bulldozer................................................................................. V-17
Gambar 5.10 Compactor............................................................................... V-18 Gambar 5.11 Tanda Bahwa Ada Lubang...................................................... V-19 Gambar 5.12 Tanda Peringatan Area Adanya Benda Tajam......................... V-20 Gambar 5.13 Tegangan Tinggi..................................................................... V-20 Gambar 5.14 Matriks Severity...................................................................... V-34 Gambar 5.15 Sosialisasi IPPAL.................................................................... V-36 Gambar 5.16 Flowchart Penanganan Kecelakaan........................................ V-37 Gambar 5.17 Nomor Telepon Penting Kota Semarang................................ V-38 Gambar 5.18 Pos Utama Proyek................................................................... V-39 Gambar 5.19 Pos Kedua Proyek................................................................... V-39 Gambar 5.20 Id Card Karyawan................................................................... V-41 Gambar 5.21 Id Card Mandor....................................................................... V-41 Gambar 5.22 Flagmen Standby.................................................................... V-42 Gambar 5.23 Rambu Penunjuk Arah............................................................ V-43 Gambar 5.24 Papan Peringatan.................................................................... V-43 Gambar 5.25 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)....................................... V-45 Gambar 5.26 Prosedur Penanganan Kebakaran............................................ V-45 Gambar 5.27 Jalur Evakuasi......................................................................... V-46
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A 1. 2. 3. 4.
Certificate Of Approval ( ISO 14001:2004 ) Certificate Of Approval ( ISO 9001:2008 ) Certificate Of Approval ( OHSAS 18001:2007 ) Work Instruction Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
(IBPR) 5. Hazard Risk Events 6. Form Kriteria Penilaian Dampak & Resiko 7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 (Tentang Keselamatan Kerja) Lampiran B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Form Kelayakan Mengajukan Kerja Praktek (Form KP-01) Form Persetujuan Judul dan Permohonan Dosen Pembimbing (Form KP-02) Form Persetujuan Seminar Kerja Praktek (Form KP-03) Surat Balasan dari PT PP (persero) Tbk.Cabang V Semarang Surat Tugas Pembimbing Kerja Praktek Surat Tugas Seminar Kerja Praktek Daftar Kehadiran Seminar Kerja Praktek Absensi Kerja Praktek di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Lembar Asistensi Kerja Praktek
Lampiran C 1. Dokumentasi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Saat ini di Bandara Ahmad Yani dalam rangka pengembangan bandar udara yang sedang melaksanakan pekerjaan pengembangan Apron dan Taxiway yang dilaksanakan oleh PT PP (Persero) Tbk. Seiring dengan peningkatan penggunaan bandar udara Ahmad Yani yang mengakibatkan terjadinya peningkatan penggunaan fasilitas airside (sisi udara) seperti Apron dan Taxiway. Kapasitas apron dan taxiway harus dapat melayani seluruh pesawat yang datang, apabila pesawat yang akan melakukan pendaratan tidak dapat dilayani maka akan terjadi penumpukan dan mengakibatkan keterlambatan jadwal penerbangan, sehingga menurunkan tingkat pelayanan bandara. Saat ini kondisi apron bandar udara Ahmad Yani yang hanya bisa menampung enam pesawat berbadan sedang dan dua pesawat baling baling. Dalam kaitan pekerjaan pengembangan Bandara Ahmad Yani di bidang konstruksi tersebut PT PP (Persero) Tbk mempunyai makna besar sebagai perusahaan yang membantu peningkatan sarana dan prasarana dalam negeri yang masih dibutuhkan. Melihat kompleksnya dan kesulitankesulitan dalam pekerjaan konstruksi membutuhkan tenaga ahli dan manajemen yang baik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu proyek. Suatu pembangunan project konstruksi mempuyai dampak atau bahaya dan beresiko tinggi. Adanya kemungkinan bahaya yang sulit diprediksi, kapan akan terjadi dan berapa kerugianya, akan menjadi salah satu penyebab proses pelaksanaan proyek terganggu atau terhenti. Bahaya yang terjadi selama proses pekerjaan konstruksi akan berdampak pada ketidaknyamanan baik dari pekerja proyek, masyarakat sekitar dan lingkungan.
1
2
Potensi bahaya pada salah satu pekerja konstruksi disebabkan oleh kelalaian pekerja, kondisi tidak aman dan ketidak pedulian dari perkerja akan keselamatan kerja. Keselamatan kesehatan kerja dapat berfungsi sebagai salah satu sarana untuk menghindari bahaya yang terjadi selama proses pembangunan konstruksi. Hal ini melatar belakangi kebutuhan dilakukan suatau pengamatan untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko pada pekerjaan konstruksi tersebut sehingga diharapkan mampu mengendalikan resiko yang akan terjadi. Dalam elemen OHSAS 18001 terdapat elemen untuk melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan kontrol terhadap suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga pada dasarnya, mencegah dan mengendalikan bahaya akan lebih menguntungkan dibanding dengan menanggulangi bahaya atau kecelakaan yang telah terjadi. Pertimbangan itulah yang mendukung penulis untuk membahasnya. Seperti yang diketahui, bahwa PT PP (Persero) Tbk ini telah memiliki sertifikat OHSAS 18001 yang telah menerapkan Identifikasi Bahaya dan Resiko. Atas dasar itu, proyek pengembangan PT PP (Persero) Tbk dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran melalui kerja praktek yang merupakan salah satu bentuk implementasi interaksi dunia pendidikan, kesehatan dan kerja khususnya. I.2
Dasar Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek Dasar dari kegiatan Kerja Praktek ini adalah : 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
I.3
Ruang Lingkup Kerja Pratek Kerja praktek dilakukan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. Dalam kerja praktek ini penulis mengambil judul “Identifikasi Bahaya,
3
Penilaian dan Pengendalian Resiko”. Ruang lingkup penulisan laporan ini adalah
mengenai
Penerapan
Identifikasi
Bahaya,
Penilaian
dan
Pengendalian Resiko di proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh
PT PP (Persero) cabang V Semarang, dimana disini ditekankan
mengenai identifikasi bahaya lingkungan kerja. I.4
Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek Tujuan dari kerja praktek ini adalah : 1.
Mengetahui program SMK3 yang diterapkan pada proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk
2.
cabang V Semarang, Jawa Tengah. Mengidentifikasi sumber-sumber
bahaya
dan
mengetahui
pengendalian resiko pada suatu unit, mulai dari input, proses, dan output pada proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani 3.
oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. Menganalisis upaya pengendalian kecelakaan kerja yang telah dilakukan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang oleh PT PP (persero) Tbk.
I.5
Kegunaan Kegiatan Kerja Praktek 1.
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko” pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah bagi praktikan maupun mahasiswa umumnya.
2.
Mengembangkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan,
dan
kemampuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan dan pengamatan secara langsung di lapangan. 3.
Sebagai
suatu
wahana
pengaplikasian
ilmu
pengetahuan
lingkungan khususnya mengenai penerapan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko” pada PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. 4.
Mengenalkan dunia kerja yang menjadi salah satu bidang keahliannya khususnya bagi praktikan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian SMK3 Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem manajemen K3 adalah bagian dari system manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif. Menurut OHSAS 18001:2007 OHS Management System :part of an organization’s management system used to develop and implement its OH&S Policy and manage OH&S Risks.
A Management system is a set of interrelated element used to establish
policy and objectives and to achieve those objectives. A Management system includes organizational structure, planning activities (including for example, risk assessment and the settingof objectives), responsibilities, practices, procedures, process, and resources. Sistem manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara
sistematis dan komprehensif dalam suatu system manajemen yang utuh melalui proses perencanan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan system manajemen K3 telah berkembang sejak tahun 80an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa ini terdapat berbagai bentuk system manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi di dalam dan di luar negeri antara lain :
1
II-2
Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar tahun 1970 dan digunakan diberbagai perusahan dan institusi. Lembaga ini member penghargaan kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia,
seperti Pertamina dan Petrokimia telah memperoleh penghargaan ini British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety Management System Merupakan standar tentang system Manajemen K3 yang diberlakukan
di Inggris dan Negara lainnya. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA, USA International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV Suatu system manajemen K3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA Mr. Frank Bind yang mengembangkan metoda penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan system scoring atau nilai. Di Indonesia
telah banyak perusahaan yang menerapkan system ini. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119 Merupakan sistem manajemen K3 yang dirancang khusus untuk industry proses berisiko tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh berbagai industri dan
perusahaan. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo. American Petroleum Institute : API 9100A: Model Enviromental Health & Safety (EHS) Management System Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang system manajemen
keselamatan kerja dan lingkungan. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process
Hazard. ILO-OSH 2001 : Guideline on OHS Management System
II-3
Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman system manajemn K3 yang banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai
negara dan perusahan. E & P Forum Guidelines for Development and Application of HSE Management System Semua sistem manajemen K3 tersebut memiliki kesamaan yaitu
berdasarkan proses dan fungsi manajemen modern. Yang berbeda adalah implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. (Soehatman Ramli, 2010) Elemen implementasi dari sistem manajemen K3 menurut OHSAS 18001 adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan K3. 2. Identifikasi bahaya,
penilaian
risiko,
dan
menentukan
pengendaliannya. 3. Persyaratan hokum dan lainnya. 4. Objektif K3 dan program K3. 5. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang. 6. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian. 7. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi. 8. Pendokumentasian. 9. Pengendalian dokumen. 10. Pengendalian operasi. 11. Tanggap darurat. 12. Pengukuran kinerja dan pemantauan. 13. Evaluasi kesesuaian. 14. Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi, dan langkah pencegahan. 15. Pengendalian rekaman. 16. Internal audit. 17. Tinjauan Manajemen. II.1.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan
lingkungannya
serta
cara-cara
melakukan
pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi baik
II-4
barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja yaitu penerapan teknologi, terutama teknologi maju dan mutakhir (Suma‟mur, 1989). Tujuan utama keselamatan kerja menurut Suma‟mur (1989) yaitu: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta 2. 3.
produktivitas nasional. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Tanpa ada kerjasama yang baik dari semua unsur tersebut tujuan
keselamatan kerja tidak mungkin dapat dicapai secara maksimal. Adapun sasaran keselamatan kerja menurut Suma‟mur (1989) yaitu: 1. Mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja. 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. 3. Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja. 4. Mencegah/mengurangi cacat tetap. 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunanbangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, dan instalasi6.
instalasi. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
7.
menjamin kehidupan produktifnya. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat, dan sumber produksi lainnya sewaktu kerja.
8.
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga
9.
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja. Memperlancar, meningkatkan, dan mengamankan produksi.
II.1.2 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakitpenyakit umum. Kesehatan
II-5
kerja menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan menggunakan pendekatan medis. Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien adalah masyarakat pekerja atau masyarakat sekitar perusahaan (Notoadmodjo, 2003). Tujuan utama kesehatan kerja adalah (Suma‟mur, 1994): 1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja 2.
bebas,
dengan
demikian
dimaksudkan
untuk
kesejahteraan tenaga kerja. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tujuan utama tersebut dapat dirinci lebih lanjut sebagai pencegahan
dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
pemberantasan
kelelahan
kerja
dan
penglipat-gandaan
kegairahan serta kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahayabahaya pengotoran oleh bahanbahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri (Suma‟mur, 1994). II.2 Bahaya yang Berpotensi Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bahaya atau hazard adalah suatu sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia (OHSAS 18001 dalam Khurnia Kusuma Adi Pratama, FKM UI).
II-6
II.2.1 Bahaya Keselamatan Bahaya keselamatan
dapat menyebabkan cidera dengan segera.
Cidera tersebut biasanya disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau sebaliknya tetapi tidak diikuti, sebagai contoh (ILO,2013): 1. Alat berat jatuh menimpa kaki pekerja dan mengakibatkan patah 2.
tulang; Posisi papan perancah
tidak benar dan jatuh ketika pekerja
melangkah. Selain kecelakaan kerja, terdapat kejadian yang tidak biasa di tempat kerja yang mungkin dapat berakibat membahayakan orang atau properti jika keadaan sedikit berbeda. Hal ini biasa disebut “Hampir celaka” baik kecelakaan atau
hampir celaka mengakibatkan cedera, masing-masing
harus diselidiki untuk menentukan akar penyebabnya. Tindakan korektif kemudian dapat diambil untuk mencegah kemungkinan terulangnya kejadian dan cedera yang sama. Kecelakaan atau hampir celaka jarang terjadi karena satu hal. Sebaliknya, seringkali dipicu oleh beberapa faktor kausal yang mengakibatkan kecelakaan. Faktor-faktor ini seperti penghubung dalam rantai yang berakhir dengan kecelakaan. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori: 1. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, 2.
untuk mengontrol cara kerja yang dilakukan. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak
3.
terduga untuk zat yang sangat beracun, seperti asam. Faktor peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan
4.
terhadap kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Faktor lingkungan: Lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu, kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor lingkungan.
II-7
5.
Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap.
2.2.2 Bahaya Kesehatan 2.2.2.1 Bahaya Kimia Risiko kesehatan timbul dari paparan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain (ILO,2013): 1. Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. 2. Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. 3. Penyerapan ke dalam kulit: Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadangkadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis). Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas (NAB). 2.2.2.2 Bahaya Fisika Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan (ILO,2013). 1. Kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
II-8
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Batasan paparan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
2. Penerangan Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Bila penerangan kurang sesuai, para pekerja terpaksa membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan penglihatan mereka, sehingga tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah pada punggung dan mata pada jangka panjang dan dapat memperlambat pekerjaan mereka. 3. Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh. Misalnya, memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan. Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang disekitarnya. Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/detik2. 4. Iklim kerja Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat kerja. Faktor-faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan
II-9
lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi paparan bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat: a. Mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang berlebihan; b. Menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja; c. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktik kerja yang aman. 5. Radiasi tidak mengion Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari radiasi tidak mengion antara lain gelombang mikro dan sinar ultra ungu (ultra violet). Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang radio, televisi, radar dan telepon. Gelombang mikro mempunyai frekuensi 30 kilo hertz – 300 giga hertz dan panjang gelombang 1 mm – 300 cm. Radiasi gelombang mikro yang pendek < 1 cm yang diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar. Sedangkan gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat menembus jaringan yang lebih dalam. Radiasi sinar ultra ungu berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium yang menggunakan lampu penghasil sinar ultra violet. Panjang felombang sinar ultra violet berkisar 1 – 40 nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata. 2.2.2.3 Bahaya Biologi Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, tabakosis pada pekerja - pekerja yang menghirup debu-debu organik misalnya pada pekerja gandum (Aspergillus) dan di pabrik gula. Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organik, misalnya pernah dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus paru pada pekerja gandum (ILO,2013). 2.2.2.4 Bahaya Ergonomi dan Pengaturan Kerja
II-10
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Prinsip ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Hal ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh
keserasian antara
tenaga kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain (ILO,2013). II.3 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko dalam OHSAS 18001:2007 Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara satu atau lebih prosedur untuk secara berkelanjutan pengidentifikasian bahaya, penilaian resiko dan penetapan kendali yang perlu. Perencanaan meliputi : Prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan : a.) Aktivitas rutin dan non-rutin; b.) Aktivitas terhadap semua orang yang mempunyai akses ke area kerja(termasuk kontraktor dan pengunjung); c.) Perilaku manusia, kapabilitas dan faktor-faktor manusia lain d.) Bahaya-bahaya yang asalnya dari luar area kerja yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pengaruh merugikan kesehatan dan keselamatan terhadap orang yang ada dibawah kendali organisasi di dalam area kerja: e.) Bahaya yang diciptakan di sekitar area kerja terhadap aktivitas yang terkait dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi f.) Infrastruktur, peralatan dan material yang ada di dalam area kerja, baik yang disediakan oleh organisasi atau pihak lainnya;
II-11
g.) Perubahan-perubahan yang diusulkan di dalam organisasi, aktivitasnya atau materialnya; h.) Modifikasi terhadap sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses atau aktifitas; i.) Kewajiban terhadap peraturan perundangan-undangan yang ada kaitannya terhadap penilaian resiko dan implementasi kendali yang sesuai j.) Perancangan area kerja, proses, instalasi, permesinan/peralatan, prosedur operasi dan pekerjaan organisasi termasuk adaptasinya terhadap kapabilitas manusia; Metodologi organisasi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus : a.) Ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktunya untuk memastikan identifikasi bahaya dan penilaian resiko adalah proaktif bukan reaktif b.) Menyajikan kegiatan
untuk
identifikasi,
pemrioritasan
dan
dokumentasi akan resiko, dan implementasi kendali yang sesuai. Untuk pengelolaan perubahan (management of change), organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) dan resiko K3 terkait dengan perubahan-perubahan di dalam organisasi sistem manajemen K3, atau aktifitasnya, sebelum pengenalan perubahan-perubahan tersebut. Organisasi harus memastikan bahwa hasil dari penilaian tersebut dipertimbangkan ketika menetapkan kendali. Ketika menetapkan kendali, atau mempertimbangkan perubahan-perubahan terhadap kendali yang ada, pertimbangan harus diberikan untuk mengurangi resiko sesuai dengan hirarki berikut: a.) Eliminasi; b.) Substitusi; c.) Kendali Engineering; d.) Signage/warning (symbol-simbol) dan/atau kendali administratif; e.) Alat Pengaman Diri Organisasi harus mendokumentasikan dan menjaga hasil dari identifikasi terhadap bahaya, penilaian resiko, dan kendali yang ditetapkan adalah mutakhir.
II-12
Organisasi harus memastikan bahwa penilaian resiko K3 dan kendali yang telah ditetapkan adalah dipertimbangakn ketika menetapkan, menerapkan, dan memelihara, sistem manajemen K3-nya (OHSAS 18001 : 2007). II.4 Metode Identifikasi Bahaya dan Hasilnya Banyak sekali bahaya yang berkaitan banyak aktivitas, tapi analisis tidak dapat di mulai untuk mengevaluasi sampai kita tahu bagaimana bahaya tersebut sebenarnya. Identifikasi bahaya mengandung dua langkah: a. b.
Identifikasi dari konsekuensi yang tidak diehendaki secara detail. Identifikasi dari material, sistem, proses dan karakteristik plant yang dapat menimbulkan konsekuensi. Cara pertama relatif
mudah, namun
sangat penting karena
mendefinisikan ruang lingkup. Langkah kedua, konsekuensi yang tidak dikehendaki dapat secara umum diklasifikasikan sebagai dampak terhadap manusia, dampak lingkungan, dan dampak ekonomi. Dalam klasifikasi umum tersebut, dapat dispesifikasikan menjadi kategori konsekuensi yang dapat di ilustrasikan gambar 2.1 :
Kerugian pada pengguna Kecelakaan pada masyarakat Kecelakaan pada Dampak anggota dalam Manusia lokasi Kerugian pada anggota unit Kehilangan pekerja Effek psikologis
Kontaminasi di Konsekuensi luar lokasi : o Udara o Air o Dampak Tanah Kontaminasi Lingkungan dalam lokasi : o Udara o Air o Tanah
Dampak Ekonomi
II-13
Kerugian pada pengguna Kecelakaan pada masyarakat Kecelakaan pada anggota dalam lokasi Kerugian pada anggota unit Kehilangan Bahaya Sistem Prosespekerja Effek psikologis
Gambar 2.1 Konsekuensi dari Hasil (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992)
Setiap kategori dapat di bagi menjadi jenis kerugian yang dihasilkan(seperti paparan racun, paparan panas, tekanan tinggi, kontak mesin, radiasi dan sengatan listrik). Sehingga, hal yang penting dari beberapa konsekuensi yang ingin diidentifikasi dapat diketahui. Dengan demikian kita dapat
lebih mudah mengidentifikasi bahayanya. Seperti
contoh, terdapat hampir ribuan bahaya yang berpotensi menyebabkan dampak pada manusia, namun hanya dua bahaya yang dapat menyebabkan kerugian/luka serius diluar lokasi kerja. Ketika
sebuah
konsekuensi/resiko
diketahui,
analis
dapat
mengidentifikasi sistem proses dan karakteristik plant yang dapat menyebabkan bahaya tersebut. Sangat penting untuk teknik identifikasi bahaya untuk mengidentifikasi secara detail dari bahaya-bahaya yang penting/fatal. Walaupun demikian, jika pendekatan yang digunakan tidak menemukan beberapa perbedaan antara bahaya yang lebih penting dan kurang penting, maka dengan demikian upaya evaluasi bahaya tidak akan menemukan banyak bahaya yang potensial untuk di uji/diketahui. Metode umum untuk mengidentifikasi bahaya adalah seperti : analisa properti material proses dan keadaan proses, meninjau ulang organisasi dan pengalaman sistem proses dari industri tersebut, pengembangan interaksi matriks resiko, dan pengaplikasian teknik evaluasi bahaya. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992).
II-14
II.4.1 Analisis Properti Material dan Keadaan Proses Analisis
properti
material
dan
keadaan
proses
dilaksanakan
berdasarkan ilmu pengetahuan yang digunakan atau kondisi eksisting suatu proses. Bagian terpenting dari ilmu proses adalah seperti data semua bahan kimia yang digunakan dan dihasilkan dalam proses tersebut. Informasi inilah yang menjadi pondasi dari upaya identifikasi bahaya. Kondisi proses juga dapat menciptakan bahaya atau bahkan memperburuk bahaya yang berkaitan dengan material dalam proses. Seperti contoh, air tidak diklasifikasikan sebagai bahaya ledakan dikarenakan sifat dasar material itu sendiri. Walaupun demikian, jika sebuah proses dioperasikan pada temperatur dan tekanan yang melampaui titik didih air, maka akan mempercepat terjadinya ledakan uap. Begitupun hidrokarbon berat akan sulit untuk di sulut pada kondisi ambien, tetapi proses dioperasikan di atas titik temperatur ledakan hidrokarbon, sedikit tumpahan material pun dapat menyulut ledakan hidrokarbon tersebut. Oleh karena itu, ketika mengidentifiasi bahaya tidak cukup hanya melihat propertinya, kondisi prosesnya juga harus diperhatikan. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992).
Tabel 2. 1 Contoh Umum Tabel Data Properti untuk Data Identifikasi Hazard Toxisitas akut
Toksisitas kronis
Karsinogenik Mutasi gen
Material Properti
Terhirup Melalui mulut Melalui kulit Terhirup Melalui mulut Melalui kulit
II-15
Hazard
Material Properti
Teratogenesis
TLV PEL STEL IDLH ERPG
Properti fisik
Titik beku Titik didih Kelarutan Tekanan uap Densitas atau volume spesifik Kekaratan atau pengikisan Kapasitas panas
Reaktifitas
Material proses Reaksi dekomposisi Kinetik Material kontruksi Material mentah pencemar Kontaminan (udara, air,
karat, oli) Hasil dekomposisi Material pospor Tekanan Temperatur Cahaya Polimerasi LEL/LFL UEL/UFL Parameter debu yang dapat
meledakan produksi energi Titik ledakan Produksi energy
Exposure limits
Biodegradibilitas Toksisitas air Ambang dasar bau
Stabilitas
Flammability/Exploisivity
II-16
II.4.2 Menggunakan Pengalaman untuk Mengidentifikasi Kapanpun
jika
memungkinkan,
sebuah
perusahaan
harus
menggunakan pengalamannya sendiri dalam proses identifikasi bahaya. Karena masalah akan tetap timbul jika bahaya tetap ada. Walaupun demikian, identifikasi bahaya berdasarkan hanya pada pengalaman perusahaan saja tidak sepenuhnya cukup, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan
banyak
bahaya
yang
akan
terabaikan
atau
tidak
diperhatikan. Pengalaman yang bagus hanya bisa dibuktikan jika bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan baik atau bahkan tidak ada bahaya yang akan timbul. Mengasumsikan suatu bahaya yang tidak pernah muncul dikarenakan tidak pernah terjadi merupakan pendekatan yang buruk dari sebuah proses identifikasi bahaya. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992) Tabel 2. 2 Contoh senyawa kimia yang Berpotensi Bahaya Senyawa Kimia Asam
Sianida
Aldehid
Eter
Logam alkali
Halogen
Logam alkil
Hidrokarbon
Amina
Hidroksida
Azo dan campuran diazo
Organophospat
Karbonil
Peroksida dan hidroperoksida
Klorin dan oerklorit
Fenol
II.4.3 Mengembangkan Matriks Hubungan (Interaction Matriks) Mengembangkan matriks hubungan, merupakan sebuah cara mudah untuk mengidentifikasikan hubungan antara parameter khusus (termasuk
II-17
material, sumber energi, kondisi lingkungan, dll) yang merupakan pendekatan identifikasi bahaya yang terstruktur. Sebagai materi untuk praktek teknik identifikasi bahaya dibatasi pada dua parameter ini dikarenakan jumlah interaksi/hubungan yang berpotensi meningkat secara bersamaan dan sebanyak interaksi/hubungan yang dicari. Ketika membuat matriks hubungan, sangat penting untuk mengetahui bagaimana kondisi proses yang terjadi pada lokasi. Sesekali sangat penting juga membuat beberapa matrik hubungan untuk menghitung dua keadaan proses yaitu normal dan abnormal. Jika hanya membuat satu matriks analisis setidaknya harus memperhatikan hubungan bahaya dengan kondisi proses. Ketika matriks dibuat, analisis harus memeriksa konsekuensi penting yang berhubungan dengan tiap unteraksi yang dinyatakan dalam matriks. Jika konsekuensi dari interaksi tidak diketahui, mungkin dibutuhkan tambahan untuk melakukan riset atau percobaan. Tipe dan tingkat ekstrem dari konsekuensi yang telah diketahui dapat dituliskan pada sel matriks atau juga pada catatan kaki matriks tersebut. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992)
II-18
Gambar 2. 2 Contoh Tipe Matriks Hubungan (Interaction Matrix) Tabel 2. 3 Parameter Umum yang Digunakan Dalam Matriks Hubungan (Interaction Matrix) Parameter
Contoh
Kondisi proses
Temperatur, tekanan
Kondisi lingkungan
Temperatur, kelembapan, debu
Material kontruksi
Besi karbon, besi antikarat, asbes
Kontaminan umum
Udara, air, karat, garam, pelumas
Berefek pada lingkungan
Bau, batas toksisitas akuatik
II.4.4 Menggunakan Teknik Evaluasi Bahaya untuk Identifikasi Bahaya Terdapat banyak teknik evaluasi bahaya yang dapat diadaptasikan untuk tujuan mengidentifikasi bahaya. Beberapa diantaranya : checklist analysis, what if analysis, what if checklist analysis dan HAZOPS analysis, kesemuanya merupakan teknik yang paling sering digunakan
II-19
untuk mengidentifikasi bahaya. Semuanya memiliki fungsi dengan pendekatan yang sama yaitu pada pengetahuan proses dan data yang digunakan sebelum mengidentifikasi bahayanya. Hasil yang didapatkan adalah dari tipe dan kualitas informasi yang digunakan. Teknik checklist analysis menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan isu yang harus dipecahkan untuk setiap kandungan bahan kimia berbahaya dalam proses dan sistem proses pada umumnya. Kelemahan dari teknik ini adalah tidak ada checklist yang bisa mengantisipasi tiap situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya. Checklist (daftar cek) juga condong pada banyaknya pertanyaan yang dapat membuat analisis malas untuk menjawabnya. Meskipun demikian, penggunaan checklist tetap ada dikarenakan
teknik
ini
dapat
di
buat
khusus
untuk
sebagian
proses/perusahaan dan karena teknik ini di jamin dapat membantu analis untuk meninjau ulang proses secara konsisten. Sepanjang menggunakan kemampuan dan pengalaman yang dia miliki dalam meninjau ulang checklist dapat menjadi metode yang baik untuk mengidentifikasi bahaya. Teknik analisis what-if dan HAZOPS memperkenankan orang yang ahli untuk menggunakan pengalamannya secara kreatif. Setiap teknik menawarkan cara yang berbeda dalam memfokuskan pertanyaan. Karena teknik analisis what-if dan HAZOPS memiliki proses yang kreatif, keduanya bisa jadi tidak mengidentifikasi bahaya yang unik dan tidak inginkan dalam sebuah proses. Kecuali jika pemimpin tim analis bahaya memiliki kemampuan yang sangat bagus dan anggota timnya memiliki pengalaman yang cukup, maka bahaya yang potensial dan peluang dapat di ketahui. Jadi, banyak perusahaan mengkombinasikan analisis checklist dengan pendekatan brainstorming untuk memperoleh keuntungan dari kerumitan dan konsisten dari analisis checklist dengan fleksibilitas dan kreatifitas dari teknik brainstorming(berpikir cepat). Secara umum, tidak efisien mengunakan kedua teknik tersebut untuk satu tujuan mengidentifikasi bahaya, ketika telah mendapatkan keterangan yang cukup maka tim analisis bahaya dapat menjalankan upaya
II-20
identifikasi bahaya dan evaluasi bahaya. Bagaimanapun, teknik evaluasi bahaya dapat digunakan secara efektif untuk mengenali bahaya sepanjang analis bahaya dapat membatasi pembelajarannya untuk menyeimbangkan tingkatan umum dari detail kegiatan. Teknik analisis what-if/checklist adalah kombinasi yang paling luas digunakan untuk mengidentifkasi bahaya dan mengevaluasinya. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992). Tabel 2. 4 Contoh dari Pertanyaan yang Digunakan Dalam Identifikasi Bahaya Contoh Pertanyaan
Apakah titik ledak material dibawah 1000? Apakah material tersebut memiliki kesensitifitan ledakan? Apakah material tersebut berpolimerasi?Jika iya, bagaimana percepatan
polimerasi? Apakah material tersebut bereaksi dengan air? Apakah material yang tumpah dilaporkan? Apakah material tersebut beracun jika dihirup? Apakah ruang bertekanan memiliki interval terbakar?
Tabel 2. 5 Contoh Tipe hasil Identifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Daftar dari material yang mudah terbakar Daftar dari material yang beracun
II-21
Daftar dari reaksi kimia yang berbahaya Daftar dari bahan kimia dan jumlahnya yang dilaporkan jika masuk kedalam lingkungan Daftar dari bahaya (toksisitas, material yang mudah terbakar) yang berkaitan dengan system
II.5 Hasil dari Identifikasi Bahaya Biasanya hasil dari upaya identifikasi bahaya dibuat dalam bentuk daftar sederhana dari material atau kondisi yang dapat menimbulkan situasi bahaya. Analis dapat menggunakan hasil identifikasi untuk menjabarkan ruang lingkup dan kompleksitas dari pembelajaran identifikasi bahaya yang selanjutnya secara langsung dapat diseimbangkan antara jumlah dan tipe dari bahaya yang di kenali dan pendalaman yang analis pahami. Jika terjadi perluasan dari beberapa bahaya yang tidak diketahui, tambahan riset atau percobaan diperlukan sebelum memulai evaluasi bahaya. (Guidelines for Hazard Evaluation Procedures, 1992). II.6 Metode Identifikasi Bahaya II.6.1 Checklist Analysis Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan membuat suatu daftar periksa tempat kerja (checklist analysis). Melalui daftar periksa dapat dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh kondisi di lingkungan kerja seperti mesin, penerangan, kebersihan, penyimpanan material dan lainnya. Daftar periksa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, sifat kegiatan dan jenis bahaya yang dominan. (Soehatman Ramli, 2010) Tabel 2. 6 Checklist Analysis Checklist Analysis
II-22
Keuntungan
Daftar tertulis yang terstruktur untuk menganalisa suatu sistem Sangat detail dan sering digunakan untuk analisa kesesuaian dengan standard yang ada (SOP, Per UU, dll)
Kelemahan
Mudah dilakukan untuk “less experience engineers” Tidak ada checklist yang bisa mengantisipasi tiap
Pelaksanaan
situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya Memilih dan atau membuat daftar pertanyaan
yang terstruktur Pelaksanaan Dokumentasi hasil analisa (Guidelines for Hazard Evaluation procedures, 1992) II.6.2 What-if Analysis What-if Analysis merupakan salah satu metode identifikasi bahaya yang dilakukan dengan pendekatan “brainstrorming”, dan melibatkan tim yang multi disiplin. What-if Analysis dapat digunakan untuk memeriksa secara sistematis setiap aspek dari “facility design and operation”, seperti :
Bangunan (building) Sistem pembangkit tenaga (power sistem) Produk (product) Tangki (storage) Prosedur operasi (operating procedures) Keamanan pabrik (plant security) Analisa dilakukan oleh tim
Tim kecil ( 2 orang) ; untuk sistem yang sederhana Tim lebih besar : untuk sistem yang kompleks
Metode ini merupakan salah satu alternatif untuk melakukan identifikasi bahaya yang di anggap lebih efisien dari beberapa metode lain seperti : HAZOPS, FMEA, maupun FTA, karena dapat dihindari diskusi terhadap area yang kurang berbahaya. Selain itu juga dapat digunakan
II-23
pada berbagai tahap dari siklus hidup suatu plant mulai dari tahap konsep, rancangan, operasi sampai pasca operasi. Namun metode ini memiliki kelemahan yaitu kurang terstruktur dibanding metode lain, dan apabila dilakukan oleh orang yang kurang berpengalaman, akan kesulitan mengajukan pertanyaan “what-if checklist yang telah tersedia untuk meyakinkan bahwa semua potensi bahaya telah di review. Prosedur Pelaksanaan Persiapan Review Persiapan review ini mencakup : - Siapkan informasi yang diperlukan : SOP, job order, dsb. - Untuk review terhadap “existing plant”, maka dapat dilakukan kunjungan/tour lapangan dan interview terhadap - Menyusun daftar pertanyaan “what-if”
Pelaksanaan Review Pelaksanaan review mencakup : - Penjelasan tentang sistem proses, termasuk mengenai plant safety
equiptment, health control procedures, dll - Penjelasan disampaikan oleh anggota tim yang memahami dan berpengalaman tentang hal tersebut diatas. - Untuk sistem yang kompleks, dilakukan pemecahan sistem atas beberapa sehingga proses review dapat lebih difokuskan. Pendokumentasikan Hasil Review - Hasil-hasil diskusi di catat dalam lembar kerja “what-if analysis”. Lihat tabel dibawah! - Rekomendasi hasil review dikirim ke fungsi terkait untuk ditindaklanjuti. Lembar Kerja What-if Analysis
II-24
Proses dan area
:
Nomor gambar
:
Topik investigasi Tanggal pertemuan Anggota tim
: : :
Tabel 2. 7 Contoh Tabel dari “What-if” What-if
Hazard/Consequense
Safeguard
Recommendatio
s
s
n
Terminologi yang digunakan dalam “what-if” analysis Pertanyaan “what-if” - Tanyakan “what-if” untuk parameter proses (flow, level, temperatur, -
pressure) jika berada di luar kondisi normal. Tanyakan jika operator melakukan kesalahan langkah operasi Bila kesulitan, gunakan checklist sebagai panduan Seleksi area yang akan diselidiki/diperiksa Tanyakan “what-if” masing-masing komponen yang dapat mengalami
kegagalan - Tanyakan “what-if” jika operator melakukan langkah yang salah - Contoh : bagaimana jika terjadi kesalahan konsentrasi bahan baku yang dimasukkan ke dalam tangki proses? Akibat (hazard/consequences) Merupakan tanggapan/respon dari pertanyaan yang diajukan. Contoh : apabila konsentrasi melebihi standar, maka akan terjadi reaksi eksotermis dan reaksi tidak akan dapat dikendalikan. Pengaman (safe guards)
Merupakan pengaman/safety equipment yang telah ada. Contoh : pada tangki bahan baku, terpasang level gate/level indicator untuk mengatur kadar bahan baku yang masuk dalam tangki proses. Rekomendasi (recommendations)
II-25
Rekomendasi diberikan atas dasar analisa terhadap consequences dan safe guards yang ada. Apabila belum terdapat safe guards yang memadai, rekomendasikan, Contoh : - Pasang alarm sistem sebagai indikator konsentrasi bahan baku pada tangki proses. - Pasang katup (valve) yang interlock(penyambung) dengan level indikator pada pipa tangki - Lakukan inspeksi rutin terhadap tangki bahan baku maupun tangki proses. - Pasang “emergency shut down” untuk kesalahan input bahan baku. (Guidelines for Hazrd Evaluation Procedures, 1992) II.6.3 What-If/Checklist Analysis Teknik analisis what-If/checklist analysis menggabungkan dari kreatifitas dan pendekatan brainstorming (pemikiran sigap) dari teknik what-if dengan kesistematisan dari teknik analisis checklist. Kualitas sebuah studi evaluasi bahaya yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan ini sangat tergantung pada pengalaman penyusun checklist. Jika checklist tidak lengkap, maka analisis mungkin tidak efektif mengatasi situasi berbahaya. Teknik what-If/checklist analisis mendorong tim
evaluasi
bahaya
untuk
mempertimbangkan
potensi
kejadian
kecelakaan dan konsekuensi yang berada diluar pengalaman penyusun checklist yang baik, dan dengan demikian tidak tercakup dalam checklist. Sebaliknya, sifat checklist pada bagian dari teknik ini meminjamkan cara yang lebih sistematis yang tidak terdapat pada what-if analysis. Teknik analisis what-if/checklist dapat digunakan pada setiap tahap kehidupan proses. Seperti kebanyakan metode evaluasi bahaya lainnya, metode yang paling efektif bila dilakukan oleh sebuah tim yang berpengalaman dalam sebuah proses kerja. Teknik ini biasanya digunakan untuk menganalisis bahaya yang paling umum yang ada dalam suatu proses. Meskipun mampu mengevaluasi secara signifikan kecelakaan di hampir setiap tingkat secara rinci, metode analisis what-if/checklist biasanya berfokus pada tingkat solusi yang kurang rinci, misalnya teknik FMEA.
II-26
II.6.3.1 Tujuan Tujuan dari analis what-if/checklist adalah untuk mengidentifikasi bahaya, mempertimbangkan jenis umum kecelakaan yang dapat terjadi dalam suatu proses atau kegiatan, mengevaluasi secara kualitatif pengaruh model kecelakaan tersebut, dan menentukan pengamanan terhadap
potensi
kecelakaan
akan
muncul
sehingga
dapat
di
kontrol/aman. Secara rutin, anggota tim evaluasi bahaya akan mensugestikan cara untuk mengurangi resiko dari operasi sebuah proses. II.6.3.2 Hasil Sebuah tim evaluasi bahaya menggunakan teknik analisis whatif/checklist biasanya menghasilkan tabel potensi kecelakaan, efek, perlindungan, dan jenis tindakan. Hasil dari studi tersebut juga dapat menyertakan
checklist
lengkap.
Namun,
beberapa
organisasi
menggunakan gaya naratif untuk mendokumentasikan. II.6.3.3 Persyaratan anggota tim Sebagian besar analisis analisis what-if/checklist dilakukan oleh tim dari personil berpengalaman dalam desain, operasi, dan pemeliharaan subjek proses. Jumlah orang yang diperlukan untuk kajian semacam itu tergantung pada kerumitan proses, dan sampai batas tertentu, pada tahap kehidupan dimana proses sedang dievaluasi. Biasanya, sebuah studi evaluasi bahaya mengunakan teknik ini membutuhkan lebih sedikit orang dan pertemuan yang lebih singkat daripada teknik yang lebih terstruktur seperti analisis HAZOPS. II.7 Analisis Resiko Analisis Resiko merupakan salah satu elemen penting dalam proses identifikasi bahaya di tempat kerja. Menurut Goetsch (1993), analisis resiko merupakan suatu metode analitik yang berkaitan dengan asuransi dan
II-27
investasi. Analisa resiko ini dapat digunakan untuk menganalisis tempat kerja, mengidentifikasi bahaya dan mengembangkan strategi untuk menanggulangi kondisi bahaya, dengan mempertanyakan seberapa sering terjadi kecelakaan terjadi, dan seberapa parah konsekuensi dari kecelakaan tersebut. Dasar dari analisis resiko adalah memperkecil resiko yang mungkin terjadi dengan menurunkan frekuensi dan severitas dari kondisi bahaya penyebab kecelakaan. Menurut Goetsch (1993), data historis dari kecelakaan, cidera, dan penyakit menunjukkan bahwa semakin ringan severitas dari suatu cidera atau penyakit, frekuensinya semakin tinggi, dan sebaliknya bila cedera atau penyakit yang diakibatkan kecelakaan memiliki tingkat severitas tinggi, maka frekuensinya akan semakin kecil. II.8 Penentuan Resiko dan Metode-Metode Skor Resiko II.8.1 Penentuan Resiko Kecelakaan di lingkungan kerja sangat bervariasi dan beragam baik dari segi jumlah dan jenisnya. Berhitung tiap-tiap perusahaan memiliki anggaran yang berbeda-beda jumlahnya terhadap komitmen penerapan SMK3, maka perlu dilakukan pemilihan penanganan terhadap kondisi biaya yang ada agar memilih dengan keseriusan bahaya besar menjadi prioritas penanganan. Dibutuhkan metode untuk menghitung besar skor resiko bahaya dari tiap kecelakaan agar prioritas penanganan bahaya bisa ditentukan. Penentuan skor resiko dilakukan dengan cara mengabungkan identifiasi bahaya dengan resiko yang mungkin terjadi. Perkiraan resiko dilakukan
dengan
mempertimbangkan
antara
nilai
probability
(probabilitas), exposure (paparan), dan consequence (konsekuen). Menurut Soemirat, probabilitas adalah peluang terjadinya kecelekaan akibat peristiwa bahaya, paparan adalah frekuensi terjadinya peristiwa bahaya dan konsekuen adalah kondisi yang mungkin terjadi akibat keparahan. Perkiraan resiko digunakan untuk menentukan skor resiko yang terjadi.
II-28
II.8.2 Metode-Metode Skor Resiko II.8.2.1 Modifikasi Standard Australia Pada Risk Management AS/NZL 1999, sistem penilaian metode yang digunakan adalah metode kualitatif dimana penilaian resiko didasarkan pada 2 variabel yaitu kemungkinan (likehood)dan akibat (consequence) dengan penilaian tingkat kualitas akibat resiko pada 4 kategori yaitu E (Extreme high), H (High), M (Medium), dan L (Low). Sementara pada modifikasi standar Australia ini juga memperhitungkan 2 variabel yaitu kemungkinan (likehood) dan akibat (consequence). Namun perbedaannya setelah dimodifikasi adalah penilaian menjadi metode kuantitatif dengan pemberian nilai/skor terhadap resiko. Rentang pemberian nilai/skor adalah pemberian bobot/nilai 1-4 berdasarkan penilaian resiko yang di identifikasi sehingga diperoleh bobot skor resiko. Masing-masing nilai/skor didasarkan atas penilaian subjektif dan ditentukan berdasarkan Tabel 2.8 Tabel 2. 8 Kemungknan/Likehood (Risk Management/NZL 4360:1999) Tingkatan A
Kriteria Hampir Pasti
Penjelasan Suatu insiden/kejadian pasti akan terjadi pada
hampir
semua
kegiatan
yang
dilakukan B
Mungkin Terjadi
Suatu insiden mungkin bisa terjadi pada hampir semua kondisi, atau bukan sesuatu hal yang tidak biasa terjadi
C
Moderate (Menengah)
Suatu insiden dapat terjadi pada beberapa kondisi / kegiatan tertentu
D
Kecil Kemungkinan Terjadi
Suatu
insiden
mungkin
terjadi
pada
beberapa kondisi /kegiatan tertentu namun kecil kemungkinan terjadi E
Jarang sekali Terjadi
Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada
II-29
Tingkatan
Kriteria
Penjelasan suatu kondisi yang khusus/luar biasa
Tabel 2. 9 Akibat/Consequence(Risk Management/NZL 4360:1999) Tingkatan X1
Kriteria
Penjelasan
Tidak Signifikan
Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
X2
Minor
Memerlukan perawatan P3K, kerugian material sedang
X3
Sedang (Moderate)
Memerlukan
perawatan
mengakibatkan
medis
kehilangan
hari
dan kerja,
hilangnya fungsi anggota tubuh untuk sementara waktu, kerugian materi cukup besar D
Major
Cidera
yang
cacat/hilangnya
mengakibatkan
fungsi
tubuh
secara
permanen, proses produksi tidak berjalan, kerugian materi besar. E
Katastropi
Menyebabkan kematian: kerugian materi sangat banyak
Tabel 2. 10 Matriks Penilaian Resiko(Risk Management/NZL 4360:1999) Peluang
Akibat
A
Insignificant X1
Minor X2
Moderate X3
Major X4
Catastrophic X5
B
3
3
4
4
4
C
2
3
3
4
4
D
1
2
3
4
4
II-30
E
1
1
2
3
4
Tabel 2. 11 Bobot/Score (Risk Management/NZL 4360:1999) Bobot
Kategori
Penjelasan
4
A
Sangat Tinggi Membutuhkan perencanaan khusus di tingkat manajemen puncak dan memerlukan penanganan dengan segera/kondisi darurat
3
B
Resiko Tingi Membutuhkan perhatian dari pihak manajemen menengah dan lakukan perbaikan secepat mungkin
2
C
Resiko Sedang Tidak memerlukan perhatian dari manajemen puncak, namun sebaiknya segera diambil tindakan dan penanganan/kondisi bukan darurat
1
D
Resiko Rendah Resiko cukup ditangani dengan prosedur yang sudah berlaku di perusahaan
II.8.2.2 Metode Fine Pada metode fine, prioritas koreksi dalam model ini ditentukan oleh resiko relatif yang disebabkan adanya bahaya. Semakin besar resiko, semakin tinggi prioritas, tetapi biaya untuk koreksi tidak diperhitungkan. Biaya akan menjadi sangat penting pada saat ditentukan tindakan alternatif koreksi yang akan diambil. Menurut Fine (1980) ada 2 metode dalam pengontrolan bahaya, yaitu : 1. Metode untuk perhitungan resiko, untuk menentukan keseriusan suatu kondisi bahaya sehingga dapat membantu pengambilan keputusan akan suatu tindakan pencegahan (preventif). 2. Metode untuk menentukan apakah perkiraan biaya yang dialokasikan untuk suatu tindakan perbaikan guna meringankan suautu kondisi bahaya telah efektif dan efisien (justified)
II-31
Penentuan skor resiko menurut Fine dapat dihitung dengan menggunakan persamaan; RS = C x E x P Dimana: RS
= Risk score
E
= Exposure
C
= Consequence
P
= Probability
Tabel 2. 12 Derajat Keparahan (Soemirat, 1999 berdasarkan Fine) No A
Derajat Keparahan Bencana alam : banyak kecelakaan fatal (cacat tetap atau meninggal)
Rating 100
kerusakan yang luas (lebih dari $1.000.000) B
Beberapa kecelakaan fatal, kerusakan $ 500.000-$1.000.000
50
C
Kecelakaan fatal, kerusakan diatas $100.000-$ 500.000
25
D
Injury sangat serius (amputasi, cacat permanen) kerusakan $1.000-
15
$100.000 E
Luka yang menyebabkan cacat, kerusakan sampai $1.000
5
F
Luka minor, memar, benjolan, kerusakan minor
1
Tabel 2.13 Nilai Paparan (Soemirat, 1999 berdasarkan Fine) No
Derajat Keparahan
Rating
A
Terus-menerus (sering dalam sehari)
10
B
Sering/frequently
6
C
Sekali-sekali/occasionally (dari sekali seminggu sampai sebulan)
3
D
Biasa (dari sekali sebulan sampai setahun)
2
E
Jarang (pernah terjadi)
1
F
Sangat jarang (belum pernah terjadi, tapi ada kemungkinan terjadi)
0,5
Tabel 2.14 Nilai Probabilitas (Soemirat, 1999 berdasarkan Fine) No
Derajat Keparahan
Rating
A
Paling memungkinkan terjadi bila ada peristiwa bahaya
10
B
Agak memungkinkan (kemungkinan terjadi 50-50)
6
II-32
No
Derajat Keparahan
Rating
C
Tidak biasa atau kebetulan
3
D
Merupakan kebetulan yang sangat kecil peluangnya(pernah terjadi)
2
E
Sangat kecil kemungkinannya, tapi dipahami mungkin terjadi(tidak
1
pernah terjadi setelah sekian tahun paparan) F
Secara praktek tidak mungkin terjadi (tidak pernah terjadi meskipun
0,5
bertahun-tahun terjadi paparan)
2.8.2.3 Metode Risk Score Calculator (RSC) Perbedaan antara metode RSC dengan metode Fine pada hanya pada cara penentuan skor resiko suatu kegiatan. Pada metode ini penentuan risk score berdasarkan nilai konsekuensi, paparan, dan probabilitas yang kemudian masing-masing nilai ini dihubungkan sesuai garis-garis yang sudah ditentukan (Tie Risk Score Caluclator). Tie Risk Score Caluclator dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Tie Line Risk Score Calculator (NSCA, 1997)
II-33
Pengunaan Tie Line Risk Score Calculator ini dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan berikut: 1. Tentukan nilai probabilitas pada garis yang telah ditentukan 2. Tarik garis yang menghubungkan antara nilai probabilitas dengan nilai paparan yang telah ditentukan 3. Tarik lurus garis tersebut sampai menyinggung Tie Line 4. Dari titik Tie Line, tarik garis ke titik pada nilai konsekuen yang telah ditentukan 5. Tarik garis lurus sampai menyinggung garis skor resiko Penentuan skor resiko diperoleh dari nilai konsekuensi, paparan, dan probabilitas. Nilai konsekuen, paparan dan probabilitas dapat ditentukan berdasarkan penggolongan yang sudah dilakukan pada tabel 2.15-2.17
Tabel 2.15 Penggolongan Konsekuen (Queensland University of Australia, 2000) Kategori
Catastrophe
Pengaruh
Biaya
Pengaruh
pada
Kecelakaan
pada Kerja
Manusia Banyak
≥$ 5 m
Kerusakan
kematian Disaster
besar
Beberapa
$1–5m
kematian Very Serious
Serious
Kematian
Luka (lumpuh,
Bahaya
pada lingkungan
produksi Kerusakan besar
Lingkungan
yang meluas Bahaya
pada lingkungan
$ 500000 -
produksi Kerusakan
$1m
produksi yang lingkungan
serius $50000 – $500000
berarti Gangguan
bersifat mayor Bahaya yang parah Bahya
produksi yang lingkungan
Substansial
amputasi) Luka cacat $ 5000 - $
tidak berarti Gangguan
(Important)
yang
produksi yang lingkungan
50000
yang kecil Bahya
II-34
Kategori
Pengaruh
Biaya
Pengaruh
pada
Kecelakaan
pada Kerja
Manusia membutuhkan Minor
pengobatan Hanya
(Noticeable)
membutuhkan
Lingkungan
sedikit ≤ $5000
Tidak
yang kecil ada Bahya
efek
P3K
lingkungan yang
tidak
berarti
Tabel 2.16 Penggolongan Paparan (Queensland University of Australia, 2000) Very rare Rare Infequent Occasionally Frequent Continouos
Hampir tidak mungkin terpapar Jarang terpapar, tapi pernah terpapar Terpapar antara sebulan sekali hingga setahun sekali Terpapar pada saat-saat tertentu saja Terpapar kira-kira sekali sehari Terpapar sepanjang hari
Tabel 2.17 Penggolongan Probabilitas(Queensland University of Australia, 2000) Almost certain
Hampir
mungkin
terjadi
jika
Quite possible
berhubungan dengan bahaya yang ada Mungkin terjadi, namun bukanlah hal
Unusual but possible
yang biasa terjadi(kemungkinan 50-50 Bukan hal yang biasa, tetapi mungkin
Remotely possible Conceivable but unlikely
terjadi kecelakaan Kecil kemungkinan terjadi Tidak pernah terjadi setelah sekian lama
Practically imposible
paparan, tetapi ada kemungkinan terjadi Secara praktek tidak mungkin terjadi, namun tidak pernah terjadi sebelumnya
II-35
II.8.3 Zona Resiko dan Tindakan Metode Fine dan Risk Score Calculator Zona resiko merupakan pengolongan skor resiko yang diperoleh untuk menentukan tindakan pengendalian yang sebaiknya dilakukan dalam meminialisasi kecelakaan yang ada. Nilai skor resiko yang diperoleh diklasifikasikan pada tabel 2.18 Tabel 2.18 Klasifikasi Tindakan/Action (Fine, 1980; Queensland University of Australia, 2000;NSCA 1997) Skor Resiko Metode Fine Metode RSC 0-90 Low 91-150 Moderate-substantial >151 High-Very High
Tindakan Tidak perlu tindakan dengan cepat Lakukan tindakan secepatnya Lakukan tindakan saat itu juga
Skor resiko tersebut kemudian diurutkan dan dimasukkan dalam 3 zona resiko, yaitu: 1.
Zona resiko tinggi (High Risk Zone), tiap kejadian dengan skor resiko dalam zona ini butuh penanganan segera dan kegiatan harus dihentikan sampai perbaikan tersebut membuat skor resiko menurun. Zona ini diperoleh jika skor resiko yang dihasilkan bernilai lebih besar dari 150 untuk metode Fine (Fine, 1980). Sedangkan berdasarkan metode RSC zona ini adalah skor resiko bernilai ≥ 200. (Queensland
2.
University of Australia, 2000;NSCA 1997) Zona resiko medium (Medium Risk Zone), tiap kejaidan dengan skor resiko dalam zona ini butuh penanganan segera namun tidak perlu menghentikan kegiatan. Zona ini diperoleh jika skor resiko yang dihasilkan antara 91-150 (Fine, 1980). Sedangkan berdasarkan metoder RSC, zona ini bernilai diantara 10-200. (Queensland
3.
University of Australia, 2000;NSCA 1997) Zona resiko rendah (Low Risk Zone), tiap kejadian dengan skor resiko dalam zona ini tidak dinyatakan sebagai kondisi emergency, namun
II-36
butuh penanganan yang tidak boleh tertunda lama. Zona ini diperoleh jika skor resiko yang dihasilkan bernilai dibawah 90 (Fine, 1980). Sedangkan berdasarkan metode RSC zona ini adalah jika skor resiko yang dihasilkan bernilai lebih kecil dari 10. (Queensland University of Australia, 2000;NSCA 1997).
II.8.4 Bahaya dan Risiko dalam Keselamatan Kerja Pengertian sederhana Bahaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan. Namun dalam OHSAS 18001: 2007 disebutkan bahwa "Bahaya adalah Semua sumber, situasi maupun aktivitas yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (cidera) dan atau penyakit akibat kerja". Bahaya pada area kerja dikelompokkan menjadi beberapa tipe bahaya, diantaranya: Bahaya Fisik Bahaya Kimia Bahaya Biologi
Pencahayaan, Getaran, Kebisingan Gas, Asap, Uap, Bahan Kimia Micro Biologi (Virus, bakteri, jamur,dll); Macro Biologi (Hewan,
Bahaya Ergonomi
serangga, tumbuhan) Stress Fisik (gerakan berulang, ruang sempit, memforsir tenaga); Stress
Bahaya Mekanis Bahaya Psikososial
Mental (Jenuh/bosan,overload) Titik jepit, putaran pulley atau roller Trauma, Intimidasi, pola promosi
Bahaya Tingkah laku
jabatan nyang salah, dan lain-lain Tidak patuh terhadap peraturan,
Bahaya Lingkungan Sekitar
overconfident, sok tahu, tidak peduli Kemiringan permukaan, cuaca yang tidak ramah, permukaan jalan licin
Menurut OHSAS 18001:2007 Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian berbahaya terjadi atau terpapar keadaan
II-37
berbahaya dan keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian berbahaya atau paparan dari keadaan berbahaya. Untuk dapat membedakan secara jelas antara bahaya dan risiko, dapat dilihat di ilustrasi berikut. 1. Kabel listrik bertegangan kondisinya terbuka (tanpa pembungkus) terletak di belakang rumah anda, kondisi tersebut adalah Bahaya. Namun, jika ada anggota keluarga yang bermain atau berada di sekitar kabel listrik yang terbuka tersebut maka akan disebut Risiko. 2. Batu menggantung di tebing jalan, kondisi tersebut adalah Bahaya. Akan menjadi Risiko jika ada pengguna jalan yang melewati area tersebut. 3. Kondisi mesin yang berputar tidak diberi pengaman (guarding) adalah Bahaya, jika ada pekerja mekanik yang sedang bekerja memperbaiki unit tersebut atau dekat dengan area tersebut akan berubah menjadi Risiko. 4. Ada ikan hiu di laut, itu adalah Bahaya. Akan berubah menjadi Risiko jika ada turis atau peselancar yang bermain di pantai atau laut tersebut.
Gambar 2.4 Ilustrasi Bahaya dan Risiko Sumber: http://akudank3.blogspot.co.id.2016 Dengan ilustrasi di atas, harapannya dapat membantu dan memberi titik terang tentang pengertian bahaya dan risiko, serta dapat membedakan antara bahaya dan risiko. Bahaya-bahaya yang ada di area kerja harus dikendalikan agar pekerja tidak terpapar dan terjadi kecelakaan. Paparan terhadap bahaya (risiko) harus dikendalikan sampai nilai risikonya dapat diterima (acceptable), pengendalian risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang disebut dengan Hirarki pengendalian risiko.
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
III.1 Tujuan Operasional dan Data yang Dibutuhkan Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ditinjau secara operasional dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Tujuan Operasional dan Data yang Dibutuhkan Tujuan
Definisi Operasional
1. Mengetahui
dan
menganalisis penerapan
sistem
manajemen keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(SMK3) secara umum
Data
a. Melakukan dokumentasi 1. Gambaran dan
wawancara
awal
dengan
tahap
umum proyek;
pihak 2. Struktur
Departemen OHS untuk
organisasi
mengetahui
perusahaan
gambaran
umum penerapan SMK3; dan proyek; b. Melakukan observasi 3. Kebijakan K3
di Proyek Apron & Exit
dan
Taxiway
seluruh area kerja proyek 4. Program
Bandara
Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang
V
dan
kesesuaiannya
dengan
Semarang peraturan-
peraturan terkait.
dokumentasi
ke
proyek; dan
Apron & Exit Taxiway
SMK3
Bandara
proyek.
Ahmad Yani
oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang untuk
mengetahui
penerapan
SMK3
di
lapangan; c. Melakukan perbandingan kesesuaian penerapan
SMK3
di
Proyek Apron & Exit
1
2
Tujuan
Definisi Operasional Taxiway
Data
Bandara
Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang
dengan
peraturan-peraturan
yang terkait. a. Melakukan dokumetasi 1. Daftar
2. Mengidentifikasi potensi
bahaya
dan
pengendalian risiko di kegiatan
mulai
pengecoran hingga
dari
pondasi finishing
Proyek Apron & Exit Taxiway
Bandara
Ahmad Yani oleh PT PP
(Persero)
K3
Tbk
cabang V Semarang.
dan
wawancara
tahap
kegiatan
awal
dengan
pihak
Proyek Apron
Departemen OHS; b. Mengetahui Item pekerjaan
di
Proyek
Apron & Exit Txiway
&
di Exit
Txiway Bandara Ahmad Yani;
Bandara Ahmad Yani ; 2. Potensi c. Melakukan observasi, bahaya; dokumentasi dan 3. Penilaian wawancara dengan pihak resiko; unit kerja yang sudah 4. Pengendalian ditentukan, dalam hal ini Kegiatan Proyek Apron &
Exit
Taxiway
Bandara Ahmad Yani. d. Menguraikan unit kerja menjadi langkah-langkah kerja
(kegiatan)
yang
lebih mudah dipahami; e. Melakukan
identifikasi
bahaya yang mungkin muncul dengan Metode
bahaya; 5. Work instructions;
3
Tujuan
Definisi Operasional yang
digunakan
perusahaan
3. Menganalisis resiko di
Data
oleh dan
membuat
usulan
pengendalian
secara
ringkas; a. Melakukan
penilaian 1. Penilaian
Kegiatan Proyek Apron
resiko bahaya terhadap
&
hasil identifikasi bahaya
Exit
Taxiway
Bandara Ahmad Yani
berdasarkan
oleh PT PP (Persero)
penilaian
Tbk
cabang
Semarang.
V
standar
resiko
yang
digunakan perusahaan; b. Menentukan tingkat resiko (risk rating) untuk setiap
kegiatan
berdasarkan
hasil
penilaian resiko; c. Menyusun analisis resiko; d. Menentukan pengendalian
prioritas bahaya;
dan e. Menganalisis pengendalian yang
telah
bahaya diterapkan
Proyek Apron & Exit Taxiway
Bandara
Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang di Kegiatan
resiko; 2. Pengendalian bahaya;
4
Tujuan
Definisi Operasional
Data
Proyek Pengembangan. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek, terdapat tiga tahapan, yaitu : III.2 Tahapan Persiapan Kerja Praktek Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan proses administrasi hingga diperoleh persetujuan pelaksanaan Kerja Praktek pada tempat atau obyek yang dipilih, yaitu di proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, selain itu juga dilakukan studi literatur mengenai konsep dasar kerja praktek yaitu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. III.3 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan pengumpulan data baik dengan cara mengamati dan juga mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada dan melakukan analisa. Dalam pengamatan yang dilakukan dilihat bagaimana manajemen perusahaan tersebut berjalan menyangkut juga pada hal profil perusahaan, sejarah perusahaan, dan juga sistem produksi perusahaan. Evaluasi SMK3 pada perusahaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diadakan pada program bulanan K3 dan juga evaluasi rutin yang dilakukan perusahaan. Kajian pustaka terus dilakukan untuk melihat hubungan antara observasi lapangan dan teori beserta dengan proses pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Dalam menyusun laporan yang baik diperlukan berbagai informasi/ data pendukung. Pengambilan data dan informasi menggunakan beberapa metode, yaitu:
5
III.3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan selama kerja praktek di Proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. adalah : III.3.1.1 Metode pengumpulan data primer Metode ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. 1. Metode Observasi Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi langsung di lokasi perusahaan. Data yang diambil dengan metode ini adalah: a) Inspeksi keselamatan kerja(melakukan survey K3 di tempat kerja) b) Mengikuti patroli K3 di Proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. c) Melakukan survey kondisi proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh
PT PP
(Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. d) Menganalisa bahaya dan penilaian resiko dari pembangunan proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah melalui Surat Ijin Kerja dan checklist dokumen HSE. e) Menganalisa potensi bahaya resiko dan pengendalian resiko. f) Meminta saran dan masukan pekerja
2. Metode Wawancara Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada staf berwenang berkaitan dengan kinerja perusahaan atau hal-hal teknis yang kurang dimengerti saat pelaksanaan kerja praktek dan
6
berbagai permasalahan dalam pengoperasian proses. Wawancara saat kerja praktek ditujukan kepada staf proyek pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah, bagian HSE, dan bagian engineering, praktisi lapangan. III.3.1.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder Metode ini diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan obyek studi. Data literatur yang diambil dari Proyek Pengembangan Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah antara lain: a. Data profil Proyek dari bagian SDM. b. Proses Kerja Kostruksi di proyek Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. c. Data kinerja proses, data jenis bahan kimia, MSDS(Material Safety Data Sheet), data hasil produksi, data kebutuhan tenaga kerja dari proyek Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. d. Check List penerapan identifikasi bahaya dan penilaian resiko di Proyek Apron & Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. e. Pengendalian resiko di Proyek Apro &n Taxiway Bandara Internasional Ahmad Yani oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang, Jawa Tengah. f. SOP Proyek. III.3.2 Kegiatan Kerja Praktek Tabel 3.2 Kegiatan Kerja Praktek
7
No 1
2
3 4
Kegiatan
Minggu I
Minggu Minggu II III
Minggu IV
Pengenalan Proyek Orientasi Occupational Health Orientasi Safety Orientasi Enviromental Pelatihan dan Inspeksi K3 Pengenalan APD (Alat Pelindung Diri) Inspeksi APAR (pemadam kebakaran) Inspeksi Kotak P3K Safety Patrol Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Pelaporan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Detail Kegiatan Kerja Praktek: 1. Pengenalan Proyek dilakukan di kantor PT PP (persero) Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang oleh pak Agus sebagai SHE sekaligus pembimbing kerja praktek di lapangan. Pengenalan dilakukan mulai dari tahap perkenalan diri baik pimpinan proyek pak Barkah, Staff dan karyawan di proyek hingga penjelasan tentang perkembangan proyek saat ini. 2. Sebelum dimulainya kegiatan di lapangan, pak agus menjelaskan tentang Alat Pelindung Diri (APD) beserta fungsinya. Untuk pengukuran atau Pemeriksaan perlengakapan dan peralatan dilakukan di lapangan seperti pemeriksaan APAR ( alat pemadam api ringan), perlengkapan P3K dan sebagainya. 3. Kegiatan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dilakukan untuk mengenali bahaya pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari risiko tersebut kemudian melakukan pengendalian terhadap risiko bahaya yang telah teridentifikasi. 4. Dalam pelaporan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko ini dilakukan dengan beberapa tahapan pelaporan seperti:
8
a. Memantau resiko-resiko yang jarang diketahui atau beberapa resiko yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan, padalhan beresiko kecelakaan atau pada kesehatan. b. Menentukan bagaimana cara mengendalikan bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan. c. Acuan dalam menentukan APD di proyek. d. Tujuan akhir dari program ini adalah untuk menurunkan angka kecelakaan kerja dan meningkatkan angka produktifitas. III.4 Tahapan Penyusunan Laporan Dalam penyusunan laporan Kerja Praktek, yang dilakukan adalah membuat analisa dan pembahasan mengenai Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di proyek Apron & Taxiway Bandara Internasional Mulai Ahmad Yani TAHAP PERSIAPAN
oleh PT PP (Persero) Tbk cabang V Semarang dan membahas Proses Administrasi
penerapan dibandingkan dengan dokumen yang berlaku di perusahaan dari Studi Literatur pembahasan yang dilakukan, disusunlah kesimpulan yang konstruktif bagi
perusahaan. Dalam penyusunan laporan, data yang diperoleh selama Kerja Praktek diolah secara deskriptif.
Pengumpulan Data
Data Primer : - Interview - Dokumentasi - Pengamatan langsung di lapangan
Data Sekunder : - Data dari laporan - Dokumen dan referensi di PT PP(Persero) Tbk - Literatur dari berbagai sumber
TAHAP PELAKSANAAN - Manajemen pusahaan, profil, sejarah, dan sistem perusahaan - Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakkan, organisasi, dokumen, dan evaluasi - Penerapan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di PT PP(Persero) Tbk -Pengendalian Penilaian Resiko di PT PP(Persero) Tbk
TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
Analiss dan Pembahasan Evaluasi Penerapan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proyek Apron & Exit Taxiway
Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Kerja Praktek
9
BAB IV GAMBARAN UMUM PROYEK APRON & EXIT TAXIWAY BANDARA AHMAD YANI IV.1 Gambaran Umum Proyek Pada sub bab 4.1 akan dibahas mengenai gambaran secara umum mengenai Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani mulai dari identitas Proyek, logo proyek, lokasi/wilayah kerja Praktek, visi dan misi, Kebijakan K3L, struktur organisasi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani. Pada sub bab 4.1 akan dibahas mengenai gambaran secara umum Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang. IV.1.1 Identitas Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Nama Perusahaan
: PT PP (persero) Tbk.Cabang V semarang
Status Perusahaan
: Badan Umum Milik Negara
Bidang Usaha
: Jasa Konstruksi (Bangunan Gedung dan Infrastruktur), Pracetak, Peralatan, Properti & Realti, EPC (Engineering, Procurement & Construction), dan Investasi
Kode Saham
: PT PP
Alamat Perusahaan
: Jl. Pemuda No.165 (semarang 50132)
Nomor Telpon
: (024) 3516490 & 3516491
Nomor Fax
: (024) 3545914
Email
:
[email protected]
Website
: www.pt-pp.com
1
2
4.1 Letak Kantor PT PP (persero) Tbk, Cabang V Semarang Sumber : Google Map, 2016 IV.1.2 Logo Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang
Gambar 4.2 Logo PT PP (persero) Tbk Sumber : PT PP (persero) Tbk, 2016 Makna Logo 1. Warna dasar putih berarti Perusahaan berkarya tanpa pamrih. 2. Warna logo (lambang) biru tua berarti berkarya dengan setia dan patuh. 3. PP adalah singkatan dari Pembangunan Perumahan.
3
4. 8 (delapan) garis lengkung berarti: • Perusahaan berkarya di delapan penjuru angin (di mana saja). • Perusahaan didirikan pada bulan ke-8 (Agustus). 5. Lingkaran yang terbentuk oleh 8 (delapan) garis lengkung berarti kesatuan tujuan yang utuh. Bentuk Logo Logo (lambang) Perseroan terdiri atas 3 (tiga) bagian: 6.
7. 8.
LOGOGRAM Logogram terdiri dari huruf PP dan 8 (delapan) garis lengkung dengan ketentuan warna sebagai berikut: • Warna dasar: putih • Warna logo (lambang): biru LOGOTYPE NAMA PERUSAHAAN
tua
IV.1.3 Lokasi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero)Tbk. Cabang V Semarang Lokasi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero)Tbk Cabang V Semarang terletak di semarang barat daerah kampung laut dengan luas lahan 67 Ha hingga bertambah sekitar 20 Ha. Secara geografis terletak antara 060 58’ 35” Lintang Selatan dan 1100 22’ 38” Bujur Timur. Jalan akses bandara sepanjang 1.336 meter tersebut (sisi utara 500 meter dan sisi selatan 700 meter) dengan lebar 15 meter per sisi tersebut dibangun dengan pembuatan konstruksi, podasi tiang pancang beton, dan pelat beton. Jarak dari kota semarang +5 Km.
4
Secara geografis letak Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani dibatasi oleh : Sebelah utara
: Laut Jawa dari Muara Kali Tugurejo sampai dengan muara Banjir Kanal Barat
Sebelah timur
: Kelurahan Tambak Harjo, Kecamatan Semarang Barat
Sebelah selatan
: Kelurahan Jrakah, Kecamatan Semarang Barat
Sebelah barat
: Kelurahan Tugu Rejo, Kecamatan Semarang Barat
Lokasi Kerja Praktek
Gambar 4.3 Detail Lokasi Kerja Praktek Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Sumber : Google Map, 2016
5
Gambar 4.4 Rencana Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 Pada gambar 4.4 di atas merupakan rencana Pengembangan Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, Anggota Komisi V DPR dari Fraksi PAN Bakri HM mengingatkan dalam pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang harus ada disain lokalnya. “ Secara interior bagus dan modern tapi jangan lupa disain-disain lokal seperti ukiran Jepara khas Jawa. karena bagaimana pun juga kalau bukan kita siapa lagi. “Konsep pembangunan Bandara Ahmad Yani nantinya akan dikelilingi air, hal ini untuk menjaga stabilitas bandara yang dekat dengan laut,” kata Polana. Rencana pembangunan Bandara Ahmad Yani Semarang terbagi dalam empat paket. Paket 1, pekerjaan pematangan lahan dan jalan akses. Paket 2, pekerjaan apron. Paket 3, pekerjaan pembangunan gedung terminal dan paket 4 pekerjaan pembangunan bangunan penunjang. “Bandara Ahmad Yani rencana beroperasi 2017. Bandara ini yang pertama kali menggunakan aturan PP Nomor 6 Tahun 2006 yang digantikan dengan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang kerjasama pemanfaatan,” ujarnya.
6
IV.1.4 Visi dan Misi PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang Visi : “Menjadi Perusahaan Konstruksi dan Investasi Terkemuka di Indonesia yang Berdaya Saing Internasional”. Misi : 1.
Menyediakan Jasa Konstruksi Bernilai Tambah Tinggi untuk
2.
memaksimalkan Kepuasan Pelanggan. Meningkatkan Kapabilitas, Kapasitas dan Kesejahteraan Karyawan
3.
secara Berkesinabungan. Menyediakan Nilai Tambah yang Tinggi bagi semua Pemangku
4.
Kepentingan. Menciptakan Sinergi Strategis dengan Mitra Kerja, Mitra Usaha dan
5.
Klien. Memberikan
Konstribusi
Positif
Terhadap
Lingkungan
dan
Masyarakat Melalui Pengembangan Green Corporation. Persetujuan Penetapan Visi dan Misi Penetapan Visi & Misi Perusahaan yang baru disetujui oleh Dewan Komisaris dan Direksi berdasarkan No. 272/SK/PP/DIR/2013 pada 16 Ok tober 2013. IV.1.5 Visi dan Misi Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Visi: “Menjadi kontraktor terbaik dalam pekerjaan bandar udara di indonesia, dengan memberikan nilai tambah serta kepuasan pelanggan seluruh stakeholder”. Misi: 1.
Menyelesaikan proyek dengan tingkat kepuasan pelanggan yang baik,
2.
serta sesuai dengan target biaya, mutu dan K3L. Mengerjakan proyek dengan manajemen dan sistem yang lebih unggul
3.
dibandingkan kompetitor. Membangun komunikasi dan koordinasi yang solutif dalam rangka
4.
memberikan nilai tambah kepada stakeholder. Meningkatkan kapabilitas dan kesejahteraan seluruh karyawan.
7
IV.1.6 Kebijakan PT PP (persero) Tbk. Cabang V Semarang Sebagai perusahaan yang bergerak dalam usaha Jasa Konstruksi, PT PP (Persero) Tbk menetapkan kebijakan di bidang Kualitas, Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan serta Manajemen Risiko. A.
Quality Policy 1. Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan 2. Peningkatan Kualitas yang berkesinambungan 3. Pendekatan Rekayasa Teknik maupun Bisnis 4. Pemanfaatan Teknologi Mutakhir 5. Profesionalisme SDM yang berwawasan global
B.
Safety, Health and Environmental Policy 1. Mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat kerja 2. Melakukan perbaikan yang berkesinambungan Keselamatan,
terhadap
Kesehatan Kerja dan Pengelolaan Lingkungan
dengan melibatkan pihak terkait 3. Menciptakan Lingkungan Kerja
yang
Sehat
dan
mempertimbangkan Dampak Lingkungan dalam setiap kegiatan kerja 4. Penerapan Sistem Manajemen SHE selalu mengikuti peraturanperaturan dan persyaratan lain yang berlaku C.
Risk Manajement Policy 1. Menerapkan Manajemen Risiko Korporasi yang terintegrasi dalam proses perencanaan Strategis maupun Operasional Perusahaan, sebagai perwujudan dari penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GOG). 2. Direksi, sebagai Pemegang Angkuntabilitas Tertinggi dalam Pengelolaan Risiko, memberikan arahan Strategis & menetapkan Parameter Risiko. 3. Unit Manajemen Risiko, memberikan masukan kepada Direksi atas Pengelolaan Risiko, pemantauan profil risiko, Pengukuran Risiko dan Meninjau Efektifitas rencana Penanganan Risiko.
8
4.
Unit Terkait, sebagai Pemilik & Pengelola Risiko bertanggung jawab serta akuntabel untuk mengelola risiko secara konsisten dan berkelanjutan.
IV.1.7 Kebijakan K3L Proyek Apron & Exit Taxiway Ahmad Yani 1. 2. 3. 4. 5.
Berkomitmen Bersama Mencapai Target “Zero Fatality Accident”. Mencegah Terjadinya Sakit dan Cedera Akibat Kerja. Menjaga Lingkungan Kerja yang Bersih dan Sehat. Menggunakan Sumber Daya Alam yang Efisien dan Efektif. Menerapkan Sistem Manajemen SHE dengan mengikuti Peraturanperaturan dan Persyaratan dari Owner dan MK.
IV.1.8 Struktur Organisasi SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang oleh PT PP (persero) Tbk mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dari dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan. Struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani terdapat beberapa struktur organisasi, di antaranya adalah Struktur Organisasi Proyek, Struktur Organisasi P2K3 dan Struktur Organisasi Tanggap Darurat.
IV.1.8.1 Struktur Organisasi Proyek Apron & Exit Txiway Bandara Ahmad Yani Semarang
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Proyek Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
IV.1.8.2 Struktur Organisasi P2K3 Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
(P2K3)
ialah
Permenaker
RI
Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Disebutkan
pada
pasal
2
(dua)
bahwa
tempat
kerja
dimana
pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3. Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).
KETUA P2K3 Project Manager BARKAH WIDI S WAKIL KETUA P2K3 SOM HENDRO R SEKRETARIS SHE O AGUS HARYONO
ANGGOTA SAM ARI N
ANGGOTA SEM AGUNG N
ANGGOTA GSP KEMAN SUROSO
ANGGOTA QC RIZKY DWI A
Gambar 4.6 Struktur Organisasi P2K3 Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 Keterangan : PM
: Project Manager
GSP
: General Superiendent
SOM
: Site Operation Mnager
QC
: Quality Control
SHE
: Safety, Health & Environmental
SEM
: Site Engineer Manager
SAM
: Site Administrasi Manager
IV.1.8.3 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Keadaan Darurat didefinisikan sebagai keadaan sulit yang tidak diduga yang memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan. Definisi Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk secara khusus untuk menanggulangi keadaaan darurat di tempat kerja. Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat). Bagian dari perencanaan untuk memenuhi klausul OHSAS 18001:2007 4.4.7 tersebut antara lain : Mendefisinikan Potensi Keadaan Darurat 1. Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam waktu singkat. 2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb. 3. Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya lainnya dalam sekala besar dan tidak bisa diatasi dalam waktu singkat. 4. Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa Bumi, Angin Ribut, Gunung Meletus, dsb). 5. Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb). 6. Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar lingkungan Perusahaan. 7. Kecelakaan / Keracunan Massal. Mendefinisikan Tugas dan Fungsi Unit Tanggap Darurat 1. Menentukan dan menanggulangi keadaan darurat Perusahaan. 2. Melaksanakan latihan tanggap darurat bersama serta melibatkan seluruh karyawan secara berkala. 3. Melaksanakan pertemuan rutin/non-rutin kinerja Unit Tanggap Darurat.
PM
Ketua Tim Hp. 082135337415 BARKAH WIDI SETIAWAN
SOM
Wakil Ketua Hp. 081225823911 HENDRO RUDY ANTO
SHE O
Koordinator Pelaksana Hp. 08159193867 AGUS HARYONO
Tim Teknis dan Peralatan
Hp. 021410813305 HARTONO
Tim Evakuasi
Hp. 081378744855 AGUNG
Tim Penyelamat Dokumen
Hp. 081310995534 ARI NOERMASYAH
Tim P3K
Hp. 08159193867 AGUS
Tim Pengamanan
Hp. 087839310371
Gambar 4.7 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
Tim Penanggulangan Dampak Lingkungan Hp. 081804130448 KEMAN SUROSO
IV.2 Quality Target SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani oleh PT PP (persero) Tbk IV.2.1 Safety Target Program Safety Target ini merupakan langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada tempat kerja dengan pemasangan Sign Board & Slogan K3 tepatnya ketika memasuki area proyek, beserta cara peletakan kabel listrik yang tepat agar tidak terjadinya kecelakaan kerja seperti orang terkena strom. 1. Safety Sign Board & Slogan K3 a. Ada slogan-slogan K3 b. Ada sign board K3 c. Ada bendera & spanduk K3 d. Bentuk dan warna seragam, sesuai standard & ketentuan e. Bersih dan rapi f. Diletakkan sesuai lay out rencana
Gambar 4.8 Safety Sign Board & Slogan K3
Gambar 4.9 Slogan Lingkungan 2. Jaringan Listrik
a. b. c. d.
Kabel tergantung rapi Sambungan kabel dengan konektor Panel listrik rapi Ada gambar rencana
Gambar 4.10 Kabel Tergantung Rapi
Gambar 4.11 Panel Listrik IV.2.2 SHE Meeting SHE Meeting ini dilakukan dalam satu minggu sekali, tepatnya dilakukan setiap hari rabu. Fungsinya untuk mereview keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di proyek baik dari segi unsafe action, unsave condition dan uncare agar K3 dilingkungan proyek menjadi lebih baik.
Gambar 4.12 SHE Meeting Sumber: SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
IV.2.3 SHE Induction Tamu dan Pekerja sebelum Memasuki Area Proyek & Bekerja Safety induction merupakan sebuah latihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diberikan kepada pekerja baru, kontraktor baru ataupun para tamu yang baru pertama kali datang di lokasi perusahaan tersebut. Tujuan dari safety induction ini adalah untuk mengkomunikasikan bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan kerja umum yang terdapat selama pekerjaan/ kunjungan mereka sehingga mereka bisa sadar serta bisa melakukan tindakan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Safety induction sangat diperlukan bagi para pekerja baru karena banyak penelitian menyebutkan bahwa tingkat kecelakaan pada pekerja baru, Menurut penelitian dari Health and Safety Executive dan Institute For Work and Health: 1.
8 dari 16 kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian terjadi pada 10 hari pertama di tempat kerja, setelah dari mereka terjadi pada hari
2.
pertama. Risiko keselamatan kerja cidera hilang waktu (lost time injury) ditemukan sangat tinggi pada bulan pertama pekerjaan, risiko tersebut menjadi 3 kali lipat lebih besar daripada pekerja yang sudah punya pengalaman kerja 1 tahun. Safety
induction
ini
wajib
diberikan
kepada
para
pekerja/kontraktor/tamu sebelum mereka melalui aktifitasnya. Safety induction tidak perlu diulang setiap kali mereka ingin memulai aktifitasnya, safety induction ini hanya perlu diberikan setiap kali ada perubahan signifikan terkait dengan fasilitan kerja atau minimal safety induction ini diberikan setahun sekali sehingga para pekerja dapat terus me-refresh ilmunya
terkait
dengan
perkembangan
keselamatan kerja yang ada ditempatnya.
bahaya
dan
pengendalian
Gambar 4.13 SHE Induction Tamu dan Pekerja Sumber: SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 Isi dari safety induction tersebut minimal harus menjawab dari pertanyaan berikut: 1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan 2. Area-area khusus seperti: area pejalan kaki, area merokok, area ibadah, toilet, dan lain-lain. 3. Peraturan standard keselamatan kerja seperti: tidak boleh membawa senjata, tidak boleh becanda dan lain-lain. 4. Alat pelindung diri yang harus dipakai. 5. Prosedur keadaan darurat, seperti: cara menggunakan alat emergency (APAR, Eyewash, Tombol darurat, Eyeshower,dsb). 6. Prosedur pelaporan kecelakaan. 7. Bahaya spesifik pada area tempat dia bekerja mengendalikanya. 8. Prosedur pembuatan izin kerja (khusus kontraktor).
dan
cara
IV.2.3.1 Standard Helm Proyek Pada dasarnya fungsi utama dari helm safety tersebut untuk melindungi kepala agar terhindar dari kejatuhan barang dan lainya. Selain itu untuk membedakan yang mana karyawan beserta dapat diketauhi jabatannya dengan melihat garis yang terdapat pada helm dan kita juga dapat mengetahui mandor beserta tamu yang terdapat pada area proyek. MANDOR/SUBKONT
MANDOR PEK.M/E
MANDOR PEK.M/E KARYAWAN PP (Putih Bergaris)
= Untuk PM
TAMU (Putih Polos)
= Untuk SOM
= Untuk GSP
= Untuk SP Gambar 4.14 Standard Helm Proyek
Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
IV.2.4 SHE patrol Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Di dalam Sistem Manajemen No.05/MEN/1996,
kegiatan
Safety
K3 (SMK3) sesuai Permenaker Patrol
merupakan
bagian
dari
implementasi elemen INSPEKSI DAN PENGUJIAN, yang pada pokoknya bertujuan menjamin terlaksananya sistem manajemen K3 di dalam kegiatan operasional sehari-hari diseluruh bagian perusahaan tanpa kecuali. Kegiatan operasional safety patrol di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani berpedoman kepada rencana mutu K3L yang sudah di buat.
Gambar 4.15 SHE Patrol Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
IV.2.5 Housekeeping dan Environmental Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Housekeeping atau tata graha ialah salah satu bagian yang ada di dalam gedung/proyek yang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keindahan kerapian, kebersihan, kelengkapan dan kesehatan seluruh wilayah/ ruang, juga area-area umum lainya. Agar seluruh tamu maupun karyawan dapat merasa nyaman dan aman berada didalam. IV.2.5.1 Tugas dan Tanggung Jawab SHE System Housekeeping merupakan bagian dari manajemen k3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Semua yang berhubungan dengan k3 memang terlihat sepele dan banyak yang mengabaikanya, namun apabila diabaikan,
akibat
yang
ditimbulkanya
bisa
sangat
fatal.
Kontrol
Housekeeping di proyek Apron & Exit Taxiway sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor di level manajemen yang di wakili oleh satu menejer k3/SHE diantaranya membuat rencana kerja beserta mengarahkan pekerja housekeeping untuk membersihkan beserta membuat tempat sampak di area proyek, jalan akses harus bersih dari sisa material, barang yang tidak digunakan harus selalu disimpan pada tempatnya, gudang material harus selalu bersih dan rapi. 1.
Housekeeping SP a. Membuat rencana kerja b. Mengarahkan pekerja Housekeeping c. Membuat laporan kegiatan pembersihan kepada Safety, Health &
Environmental Officer. 2. Implementasi a. Memonitor pelaksanaan pembersihan diKeet Proyek Gudang, Barak b. c. d. e. f.
pekerja, Los Kayu dan Los Besi. Memonitor pembersihan saran KM / Toilet pekerja. Memonitor pembersihan diseluruh area proyek. Memonitor pembersihan jalan depan proyek. Melakukan pengecekan penumpukan Material. Melakukan pengecekan terhadap instalasi air.
g. Melakukan penyemprotan nyamuk secara rutin, minimal dua minggu sekali dilokasi Keet Proyek, Barak pekerja dan diseluruh area proyek. h. Memastikan kegiatan pekerja Housekeeping berjalan dengan lancar. i. Memastikan Lingkungan diseluruh area proyek Bersih, Rapi dan Sehat. IV.2.5.2 Target Housekeeping 1. a. b. c. d. 2. a. b. c. 3. a. b. c. d. 4. a. b. c. d. 5. a. b. c. 6. a.
7. a. b.
Keet Proyek Halaman kantor bersih dan rapi Adanya penghijauan Ruang rapat bersih dan rapi Penerangan cukup Penerangan Konstruksi Panel kuat dan isi sesuai kapasitas Lokasi Panel direncanakan Lokasi lampu direncanakan dan cukup terang Gudang Tertutup dan Terbuka Lokasi disekitar gudang rapi dan bersih Material disusun sesuai dengan ukuran Material ditumpuk sesuai dengan jenisnya Material digudang diatur serapi mungkin Los Kerja Lokasi kerja bersih dan rapi Material ditumpuk dan disusun rapi Hasil pabrikasi ditata rapi Instalasi listrik temporary lengkap dan aman Material Mortar Ada pembatas penumpukan material Mortar diaduk dibawah Letak Batching Plant & Transportasi Mortar direncanakan Barak Pekerja Rapi, Bersih , Sehat dan Nyaman Fasilitas Lainya Ada tempat sampah Ada toilet dilokasi kerja dan toilet selalu bersih dan rapi
IV.2.5.3 SHE Plan Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang
SHE Plan ini merupakan rencana SHE Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang dalam menjaga lingkungan area proyek agar tetap terjaga kebersihannya. Dengan tahapan dibawah ini:
Sampah-sampah IV.2.5.4 dikumpulkan oleh Mandor dan Subkontraktor pada Lokasi yang sudah ditentukan Team Housekeeping
Proyek Bersih, Rapi dan Sehat
Sub Kont/Mdr membuat Tempat Sampah Central Sementara, utk menampung sampah2 yg sudah Dikumpulkan sebelum dikeluarkan Dari Proyek
Sampah yang sudah terkumpul di dlm Sampah Central Sementara Diangkut oleh Truk Sampah Untuk dibuang keluar Lokasi
Gambar 4.16 SHE Plan Proyek Apron & Exit Taxiway Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 a. Produktivitas tidak terganggu b. Mengurangi terjadinya kecelakaan c. Efisiensi Biaya d. Tumbuhnya disiplin Pekerja e. Efisiensi Jumlah Pekerja yang dipakai f. Manajemen Housekeeping lebih baik IV.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko 4.3.1. Identifikasi Sumber Bahaya Identifikasi sumber bahaya Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani harus meliputi aspek-aspek yang menyangkut prediksi terhadap potensi bahaya terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pola yang dipergunakan dalam mengenali potensi bahaya dan potensi penyakit akibat kerja tersebut di atas haruslah dengan cara-cara
yang dapat menjamin bahwa semua aspek telah diteliti untuk semua tahap kegiatan dan semua lokasi lingkungan kerja. 4.3.2. Penilaian Risiko Prosedur penilaian risiko yang dilakukan antara lain dengan menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja berdasarkan matrik penilaian risiko. Setelah dapat diidentifikasikannya risiko, suatu hal yang terpenting dari kegiatan berikutnya adalah mengukur besarnya tingkat risiko. Ada dua variabel yang menentukan besarnya tingkat risiko yaitu peluang terjadinya risiko (likelihood) dan dampak atau konsekuensi. Untuk cara menentukannya adalah sebagai berikut: 4.3.2.1 Menetapkan Bobot Peluang dan Dampak Risiko Penilaian kepada kedua variabel tersebut menggunakan nilai bobot antara 1, 3 dan 5 dengan kriteria yang ditetapkan, seperti pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Dampak & Risiko Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani I
Severity/ Keparahan Risiko
BOBOT
1
Tidak ada resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang serius ,cedera / sakit ringan (masih bisa
2
bekerja) atau kerusakan aset senilai < Rp. 1 juta. Menyebabkan cedera / sakit sedang (perlu alat bantu atau kronis), atau kerusakan aset senilai Rp. 1
3
1
juta - Rp. 10 Juta. Menyebabkan cacat
tetap,
meninggal
dunia,
kebakaran / kerusakan aset penting hingga tidak dapat digunakan lagi, atau kerusakan aset senilai > Rp. 10 juta.
3
5
II
Durasi/ Waktu Kegiatan
BOBOT
1
Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan
1
2
proyek <10% Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan
3
3
proyek antara 10% s/d 30% Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan
5
proyek >30%
III
Probability/ Kemungkinan Terjadi
BOBOT
1
Frekuensi kejadian : lebih dari 1 tahun terjadi 1
1
kasus, atau jarang terjadi atau kecil kemungkinan terjadi , atau terjadi pada kondisi darurat / abnormal 2
3
/ emergency. Frekuensi kejadian : dalam 1 tahun kadang kadang terjadi, atau terjadi bulanan , atau terjadi pada
3
kondisi non rutin. Frekuensi kejadian dalam 1 tahun : sering terjadi,
5
atau terjadi harian, atau terjadi pada kondisi rutin.
IV
Current Control/ Pengendalian Risiko
BOBOT
1
Belum dilakukan pengendalian dan tidak memiliki
1
2
sistem proteksi. Telah dilakukan pengendalian dan memiliki sistem
proteksi, tetapi tidak konsisten dilakukan atau tidak 3
3
berfungsi baik. Telah dilakukan pengendalian, pengendalian baik dan konsisten, memiliki sistem proteksi yang berfungsi baik ( mis : Alarm, APAR, APD, APK dll)
5
V
Awarenes/ Kesadaran Akan Risiko
BOBOT
1
Belum ada pihak yang peduli, tidak ada preventive
1
2
maintenance Kepedulian timbul dari karyawan atau telah diberikan pelatihan kesadaran, memiliki preventive
3
3
maintenance tetapi tidak dilaksanakan berkala. kepedulian timbul dari semua pihak, memiliki preventive maintenance dan dilaksanakan secara
5
berkala Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
BAB V PEMBAHASAN V.1
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disebut SMK3 yang sudah ketentuan dari Peraturan Pemerintah, yang meliputi lima aspek sebagai berikut: a.
Komitmen dan Kebijakan
b.
Perencanaan
c.
Penerapan
d.
Pengukuran dan Evaluasi
e.
Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani telah menerapkan
SMK3 yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Penerapan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 terdiri atas penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani pada umumnya telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Evaluasi penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:
1
2
Tabel 5.1 Evaluasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 No a
Unsur SMK3 berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 Penetapan kebijakan K3
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway Berdasarkan kondisi eksisting penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, perusahaan telah menetapkan
kebijakan
K3
yang
tercantum dalam Kebijakan Manajemen Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani. Pimpinan (Manager Proyek) Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani menetapkan komitmen untuk melaksanakan SMK3 sebagai bagian integrasi dari Sistem-sistem Manajemen Proyek
yang
Apron
&
diterapkan Exit
di
Taxiway
Bandara Ahmad Yani. Komitmen tersebut
memberikan
gambaran
bahwa pimpinan Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani menyikapi dan menjawab masalah K3 yang ada dalam rangkaian kegiatan perusahaan. Hal tersebut dapat terlihat dari pengadopsian setiap kebijakan K3 dalam setiap proses atau kegiatan yang berjalan di dalam perusahaan; Proyek
Apron
&
Exit
Taxiway
Bandara Ahmad Yani melakukan
3
No
Unsur SMK3 berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway peninjauan awal terhadap sistem manajemen awal
sebelumnya,
yang
meliputi
telah
dilaksanakan
peninjauan
penerapan
tinjauan
SMK3
terhadap sebelumnya,
kekurangan dan kelebihan manajemen sebelumnya, serta kondisi kesiapan sistem manajemen Proyek dalam melaksanakan SMK3. Hal ini akan digunakan
dalam
menetapkan
kebijakan K3. Kebijakan K3 disusunn berdasarkan hasil
tinjauan
awal
sistem
manajemen, disusun dengan proses konsultasi, dicantumkan
kebijakan
juga
tanggal
dan
ditandatangani pengurus/ pengusaha, kebijakan K3 yang telah dibuat meliputi: - Visi dan misi proyek - Program umum K3 Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara b
Perencanaan
Ahmad Yani. Perencanaan penerapan SMK3 yang telah dilakukan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani pada dasarnya sudah meliputi seluruh elemen yang diatur pada PP RI No. 50 Tahun 2012.
4
No
Unsur SMK3 berdasarkan PP
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek
RI No. 50 Tahun 2012
Apron & Exit Taxiway Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko
pada
perencanaan
dilakukan
tahap
terhadap
seluruh kegiatan Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani; Hasil
identifikasi,
pengendalian dilakukan
penilaian,
dan
yang
telah
tujuan
dan
yang
telah
risiko
memiliki
sasaran yang jelas; Tujuan
dan
sasaran
ditetapkan mencakup hasil konsultasi dengan pihak – pihak yang terkait yaitu perwakilan tenaga kerja, ahli K3 (SHE), dan lainlain. Perencanaan
awal,
setelah
dilaksanakan identifikasi, penilaian, dan
pengendalian
berdasarkan
risiko,
indikator
kerja
maka dan
peraturan terkait, Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani menetapkan perencanaan awal K3, perencanan awal ini nantinya akan dikomunikasikan lebih lanjut sebagai dasar pembuatan kebijakan SMK3. c
Pelaksanaan rencana K3
Penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani dilaksanakan berdasarkan perencanaan awal SMK3. Dalam menerapkan SMK3
5
No
Unsur SMK3 berdasarkan PP
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek
RI No. 50 Tahun 2012
Apron & Exit Taxiway di lingkungan Proyek Apron & Exit Taxiway
Bandara
Ahmad
Yani,
manajemen telah melakukan berbagai upaya, diantaranya meliputi: Proyek
Apron
&
Exit
Taxiway
Bandara Ahmad Yani membentuk manajemen yang terdiri dari SDM yang berkualifikasi dan memiliki kompetensi di bidang K3 sebagai bentuk jaminan kemampuan, hal ini bertujuan untuk menjaga pelaksanaan setiap kebijakan K3, setiap pekerja yang diterima di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani juga harus memilki pengetahuan di dalam bidang K3, di dalam proyek juga memberikan berbagai pelatihan dan training
yang
meningkatkan
bermanfaat kompetensi
untuk pekerja
terhadap K3 Penerapan pelaksanaan SMK3 di Proyek
Apron
&
Exit
Taxiway
Bandara Ahmad Yani disertai dengan terintegrasinya
sistem
Pendokumentasian
pelaporan. dan
juga
pencatatan terintegrasi dengan baik dalam dokumen SMK3 Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, hal
tersebut
dapat
dilihat
dari
6
No
Unsur SMK3 berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway kelengkapan dan dokumen SMK3 yang ada di perusahaan pengendalian dokumen dapat dilihat pada kondisi eksisting penerapan SMK3 di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani prosedur pembelian atau pengadaan barang dan jasa. Demikian
juga
untuk
prosedur
tanggap darurat dan penyelesaian d
Pemantauan dan evaluasi kinerja
insiden juga telah ditetapkan. Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara
K3
Ahmad Yani melakukan pengukuran dan evaluasi terhadap pelaksanaan SMK3, diantaranya
meliputi
inspeksi
rutin
terhadap kondisi peralatan, peralatan yang digunakan merupakan peralatan yang
telah
disertifikasi,
inspeksi
dilaksanakan dalam seluruh kegiatan, sementara
pengukuran
dilakukan
meliputi pengukuran terhadap bahaya dari setiap kegiatan baik untuk pekerja, kehilangan waktu, dan lingkungan. e
Peninjauan dan peningkatan
Tinjauan ulang terhadap SMK3 di Proyek
kinerja SMK3
Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani dilakukan berdasarkan hasil dari evaluasi sistem manajemen, sehingga temuan-temuan yang telah didapatkan dikaji dan ditinjau langkah perbaikan agar
kekurangan
dari
manajemen
7
No
Unsur SMK3 berdasarkan PP
Evaluasi Penerapan SMK3 di Proyek
RI No. 50 Tahun 2012
Apron & Exit Taxiway sebelumnya dapat teratasi, hasil dari tinjauaan ulang ini akan menghasilkan program
baru
untuk
penunjangan
keberhasilan SMK3 Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani kedepannya.
V.2
Identifikasi Bahan-Bahan Berbahaya di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Identidikasi bahaya bertujuan untuk melihat keadaan bahaya suatu area kerja tertentu, sehingga dapat diperhitungkan variabel yang menimbulkan potensi kecelakaan. Faktor bahaya dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan berbahaya yang ada. Identifikasi bahan-bahan berbahaya yang ada di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani meliputi: 1. Oli Bekas Sifat Bahan dari Oli Bekas ini adalah sebagai berikut: a. Berbentuk cairan kental b. Campuran 50% vol Crude Duri dan 50% Crude Minas c. Bereaksi dengan bahan pengoksidasi Sifat Bahaya dari Oli Bekas ini adalah sebagai berikut: d. Temperatur terbakar pada suhu 2100C e. Dapat menyebabkan pusing dan pingsan f. Dapat
menyebabkan
iritasi
terhadap
kulit,
mata,
tenggorokan g. Bahaya terhadap kulit dan mata 2. Diesel Oil (solar) Sifat Bahan dari Tumpahan Solar ini adalah sebagai berikut: a. Berbentuk gas berbau tajam
hidung,
8
b. Larut di dalam air c. Bereaksi dengan semua asam-asam(acid) Sifat Bahaya dari Tumpahan Solar ini adalah sebagai berikut: a. Bahan mudah terbakar b. Terbakar sendiri pada Temperatur 6510C c. Bahaya terhadap saluran pernapasan d. Bahaya terhadap mata atau kulit 3. Gas Oil Sifat Bahan dari Gas Oil ini adalah sebagai berikut: a. Bahan berbentuk cairan berwarna kekuning-kuningan b. Tidak larut dalam air Sifat Bahaya dari Gas Oil ini adalah sebagai berikut: a. Temperatur terbakar sendiri pada 2570C b. Flammable limit di udara 6-13% volume c. Apabila mengenai mata dapat menyebabkan iritasi d. Apabila mengenai kulit dapat menyebabkan iritasi Tabel 5.2 Penanganan Bahan-bahan Berbahaya di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani NO 1.
NAMA BAHAN BERBAHAYA Oli bekas
PENANGANAN a. Apabila terjadi tumpahan siram/aliri dengan air b. Apabila terhisap pindahkan pasien ke udara segar c. Apabila tertelan bersihkan mulut dan beri minum air sebanyak-banyaknya. Segera bawa ke rumah sakit d. Apabila terkena mata cuci dengan air e. Apabila terkena kulit cuci dengan air f. Menggunakan alat pelindung mata Chemical Goggles, Rubber Gloves (sarung tangan karet) g. Apabila terbakar padamkan dengan Foam, dry
9
NO
NAMA BAHAN
PENANGANAN
BERBAHAYA
chemical, CO2 2.
Diesel Oil (solar)
a. Jauhkan dari bahan pengoksidasi kuat, sumber panas dan nyala api. b. Simpan di tempat yang kering, berventilasi baik. c. Apabila terjadi tumpahan/bocoran netralisisr dengan HCL, bersihkan dengan lapatau water aspirator dan alirkan ke dalam parit dengan air yang cukup. d. Apabila terhisap pindahkan pasien ke udara segar, jika tidak bernapas beri pernapasan buatan atau oksigen e. Apabila terkena mata atau kulit cuci dengan air f. Menggunakan alat pelindung safety glasses, chemical goggles, sarung tangan tahan bahan
6.
Gas Oil
kimia , chemical cartridge respirator a. Simpan seperti aturan untukbahan yang mudah terbakar b. Apabila terjadi tumpahan dan bocoran segera siram area tumpahan dengan air c. Apabila terhisap pindahkan pasien ke udara segar, jika pernapasan berhenti panggil dokter. Tetapi jikabernapas tetapi tidak sadar, panggil dokter dan beri oksigen d. Apabila tertelan bersihkan mulut, beri minum sebanyak-banyaknya dan segera bawa ke rumah sakit e. Apabila terkena mata bilas dengan air mengalir minimal 15 menit, segera hubungi dokter
10
NO
NAMA BAHAN
PENANGANAN
BERBAHAYA
f. Apabila terkena kulit cuci dengan air mengalir minimal 15 menit, segera hubungi dokter g. Apabila terbakar padamkan dengan water spray, dry chemical, foam, CO2 h. Menggunakan
alat
keselamatan
sarung tangan karet sintetsis Sumber: Analisis Penulis, 2016
goggles,
11
V.3
Potensi-Potensi Bahaya di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani
V.3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPR) di Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Kegiatan-kegiatan proses produksi di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani yang berpotensi menimbulkan bahaya tertentu. Berikut uraian potensi bahaya yang ada pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPR) Assesment Resiko yang dapat timbul NO
KEGIATAN KERJA
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB TIMBULNYA
S
P
D
C
A
BAHAYA
TOTAL S+
Signifikan
Legal
LEV
(P+D)/2-C-
(Y / N)
(Y /
EL
A A 1
Pekerjaan Persiapan : Instalasi listrik untuk
Orang kena stroom
Sambungan tidak diisolasi
REKOMENDASI
N)
5
1
5
3
3
2
Y
Y
High
6
5
1
5
3
3
2
Y
Y
High
6
pekerjaan sementara Tergenang air Tidak ada Sign Competen
2
Pembuatan
Keet
Kabel terbakar
person Panel tidak Terkunci Pemakaian tidak
Tertimpa Kayu
kapasitas Kabel tidak standard Kayu Tidak tersusun Rapi
3
1
3
1
1
3
Y
Y
High
6
Terkena Paku
Kurang konsentrasi dalam
3
1
3
1
1
3
Y
Y
High
6
sesuai
Proyek & Pagar Proyek proses pemasangan paku.
12
Assesment Resiko yang dapat timbul NO
KEGIATAN KERJA
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB TIMBULNYA
Signifikan
Legal
LEV
BAHAYA
(P+D)/2-C-
(Y / N)
(Y /
EL
Tergores Seng Pagar
Kurang konsentrasi dalam
Y
N) Y
High
6
maupun Atap
proses pemasangan paku.
Pekerjaan
1
Land Clearing Pekerjaan
Excavator, Buldozer
Tidak
LandClearing
Tenggelam
di
Bantalan saat mengerjakan
Power
LandClearing Man Power kurang berhati -
tenggelam di tambak
hati saat melintasi tambak,
tambak Man
memakai
saat melakukan pengawasan
Metting/
P
D
C
A
REKOMENDASI
TOTAL S+
B
S
3
1
3
1
1
A 3
5
3
5
3
3
3
Y
Y
High
2,6
5
1
5
3
3
2
Y
Y
High
2,6
3
1
3
1
1
3
Y
Y
High
2,6
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
pekerjaan
landclearing C
Pekerjaan Pembuatan
1
Kontruksi APRON Pengambilan Data
Alat Survey jatuh,
Operator alat berat / sopir
Survey
Rusak terlindas alat
tidak peka terhadap pekerja
berat
yang
lain.sehingga
tidak
melihat adanya alat survey dan Petugas
Survey
tertabrak alat berat 2
Pek.
Galian
Timbunan Tanah
dan
Kena swing bucket
Rambu-rambu tidak ada /
excavator
tidak kelihatan
13
Assesment Resiko yang dapat timbul NO
KEGIATAN KERJA
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB TIMBULNYA
S
P
D
C
A
REKOMENDASI
TOTAL S+
Signifikan
Legal
LEV
BAHAYA
(P+D)/2-C-
(Y / N)
(Y /
EL
Bekerja di lokasi yang sempit
Y
N) Y
High
2,6
5
1
5
1
1
A 6
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
Tidak hati-hati
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
Besi ditumpuk tidak tertata
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
rapi Tidak pakai kaca mata safety
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
kotoran/karat besi Mata terkena
Tidak
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
percikan beton
Safety
Mobil
material
terbalik Mobil
dan dilalui oleh pekerja lain Truk tidak melewati jalur yang
Terperosok
Kedalam
tambak/
amblas
di
tanah
telah
ditentukan Sopir truk
disediakan tidak
/
disiplin
dengan adanya arahanrambu -rambu dan flagman
lunak 3
Pek. Pembesian
Tangan
terjepit
kurang hati-hat
mesian cuter Tidak
memakai
sarung
tangan yang sesuai ketentuan Tangan
atau
kaki
terkena/tergores ujung besi
Mata 4
Pek Cor
terkena
pakai
kaca
mata
14
Assesment Resiko yang dapat timbul NO
KEGIATAN KERJA
POTENSI BAHAYA
Signifikan
Legal
LEV
BAHAYA
(P+D)/2-C-
(Y / N)
(Y /
EL
Tidak pakai sepatu boat dan
5
1
5
1
1
A 6
Y
N) Y
High
2,6
alergi air semen Kaki tergores ujung
sarung tangan karet Tidak pakai sepatu safety
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
besi Tertabrak mixer
Tidak ada yang meberi aba-
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
Pek Pancang
Tangan terjepit tiang
aba Tidak
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
pancang
koordinasi
dan
Tangan
tangan
terkena
hati-hati/kurang
S
P
D
C
A
REKOMENDASI
TOTAL S+
Kaki
5
PENYEBAB TIMBULNYA
Kawat seling sudah usang
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
kawat seling Kaki terperosok
Kurang penerangan dilokasi
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
kedalam
kerja
lubang
pancang Mata terkena bunga
Tidak pakai kedok las
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
api las Tetabrak alat berat
Tidak ada pemandu aba-aba.
5
1
5
1
1
6
Y
Y
High
2,6
Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
16
Keterangan Nilai Identifikasi : S
: Severity / Keparahan Resiko
: Lihat Tabel 4.1
P
: Probability / Kemungkinan terjadi
: Lihat Tabel 4.1
D
: Duration / Waktu Kegiatan
: Lihat Tabel 4.1
C
: Control / Pengendalian Resiko
: Lihat Tabel 4.1
Nilai C untuk perencanaan awal adalah = 0 A -
: Awareness / Kesadaran akan Resiko
: Lihat Tabel 4.1
Legal (Peraturan yang berlaku) : Y = ada ; N = tidak ada. Total Nilai = S + (P+D)/2 - C – A Signifikan / penting Level Resiko : Y = ada , bila Total Nilai > 0 : N = tidak , bila Total Nilai <= 0 : H = (Signifikan + Legal) = Y + Y : L = (Signifikan + Legal) = Y + N
Keterangan Rekomendasi : 1
: Pengadaan APD atau APK
2
: Pembuatan Instruksi Kerja / WI
3
: Sosialisasi, pelatihan atau pengadaan Instrukstur.
4
: Penetapan Objectives QS&H
5
: Penyusunan Program Kerja QS&H
6
: Pemantauan & Pengukuran.
7
: Eliminasi (kegiatan dihilangkan)
8
: Substitusi (diganti, mis.material)
9
: Rekayasa Engineering (modifikasi)
Tabel 5.3 IBPR di atas merupakan beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang beserta potensi bahaya dan risiko yang akan dialami oleh pekerja. Terdapat 14 (empat belas) kolom pada tabel di atas, dan berikut penjelasannya: a. Kolom 1 Kolom pertama merupakan penomeran sesuai jenis kegiatan yang berlangsung. b. Kolom 2 Kolom kedua merupakan penjelasan mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang. c. Kolom 3 Kolom ketiga merupakan penjelasan mengenai potensi bahaya yang dapat ditimbulkan ketika berlangsungnya kegiatan pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang. Faktor munculnya potensi bahaya dapat disebabkan dari pekerjaan pembesian misalnya, potensi bahayanya seperti tangan terjepit pada mesin cuter atau tertusuk besi, dan faktor lain yang mendukung munculnya potensi bahaya. d. Kolom 4 Kolom keempat merupakan penjelasan mengenai penyebab timbulnya bahaya yang berkaitan dengan potensi bahaya, misal ketika melakukan pekerjaan pembesian kemungkinan yang terjadi tangan terjepit karena disaat melakukan pekerjaan kurang berhati-hati atau tidak memakai sarung tangan sesuai dengan ketentuan. e. Kolom 5 Kolom lima merupakan penjelasan mengenai keparahan risiko (severity) atau di singkat dengan huruf “S” yang terjadi mulai dari cidera ringan hingga cidera serius/parah, berdasarkan Kriteria Penilaian Dampak & Risiko WI No.QSHE/TQM/AE/W/007, pemberian bobot nilai mulai dari 1, 3 dan 5 dapat dilihat pada lampiran. f. Kolom 6 Kolom enam merupakan penjelasan mengenai kemungkinan terjadi (probability) atau di singkat dengan “P” kemungkinan terjadi sangat kecil hingga sering terjadi atau kejadian rutin, berdasarkan Kriteria Penilaian
18
Dampak & Risiko WI No.QSHE/TQM/AE/W/007, pemberian bobot nilai mulai dari 1, 3 dan 5 dapat dilihat pada lampiran. g. Kolom 7
Kolom tujuh merupakan penjelasan mengenai waktu kegiatan (durasi) atau di singkat dengan “D” Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan proyek <10% hingga >30%, berdasarkan Kriteria Penilaian Dampak & Risiko WI No.QSHE/TQM/AE/W/007, pemberian bobot nilai mulai dari 1, 3 dan 5 dapat dilihat pada lampiran. h. Kolom 8
Kolom delapan merupakan penjelasan mengenai pengendalian risiko (current control) atau di singkat dengan “C” mulai dari belum dilakukanya pengendalian hingga telah dilakukan pengen dalian/pengendalian baik, berdasarkan
Kriteria
Penilaian
Dampak
&
Risiko
WI
No.QSHE/TQM/AE/W/007, pemberian bobot nilai mulai dari 1, 3 dan 5 dapat dilihat pada lampiran. i.
Kolom 9
Kolom sembilan merupakan penjelasan mengenai kesadaran akan risiko (awareness) atau di singkat dengan “A” mulai dari belum adanya pihak yang peduli hingga kepedulian semua pihak, berdasarkan Kriteria Penilaian Dampak & Risiko WI No.QSHE/TQM/AE/W/007, pemberian bobot nilai mulai dari 1, 3 dan 5 dapat dilihat pada lampiran. j. Kolom 10 Kolom sepuluh merupahan total dari dampak & risiko yang dapat timbul, cara mengetahui total dapat di hitung dengan rumus S+(P+D)/2-C-A. k. Kolom 11 Kolom sebelas merupakan signifikan/penting dengan Y (ada) bila total nilai > 0 dan N (tidak) bila total nilai <= 0, dapat dilihat pada keterangan di atas. l. Kolom 12 Kolom duabelas merupakan legal/peraturan yang berlaku dengan Y (ada) bila total nilai > 0 dan N (tidak) bila total nilai <= 0, dapat dilihat pada keterangan di atas. m. Kolom 13
19
Kolom tigabelas merupakan level risiko dengan ‘L’ Low = (signifikan + legal) =Y + N dan ‘H’ High = (signifikan + legal) = Y + Y, dapat dilihat pada keterangan diatas. n. Kolom 14 Kolom empatbelas merupakan rekomendasi yang akan dilakukan, penilaian dari 1-9 mulai dari pengadaan APD atau APK hingga rekayasa engineering (modifikasi). Dapat dilihat pada keterangan rekomendasi di atas. 1.) Bahaya kebakaran Pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani potensi kebakaran bisa terjadi karena kebocoran minyak dari tempat penampungan dan uap yang keluar dari area tangki penampungan minyak. Oleh sebab itu, dilarang menyalakan api secara terbuka (open flame) maupun merokok di area ini.
Gambar 5.1 Area Mudah Terbakar
2.) Kebisingan Kebisingan
dapat
mengganggu
konsentrasi
pekerja.
Bahaya
kebisingan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani berasal dari mesin atau peralatan yang sedang beroperasi dan juga dari lingkungan sekitar karena bertempat di area penerbangan. Sumber kebisingan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani di bedakan menjadi (dua) jenis yaitu:
20
1.
Sumber kebisingan titik atau sumber statis; Kebisingan ini dihasilkan dari benda tidak bergerak. Suara yang
dihasilkan pada sumber ini berbentuk titik-titik dan akan menyebar melalui udara dengan kecepatan suara 340 meter/detik dengan pola penyebaran berbentuk lingkaran dengan sumber kebisingan sebagai pusatnya. Contoh: Dump Truck dan Truck Mixer yang sedang berhenti namun menyalakan mesin tetap hidup, Bar Cutter, Bar Bender, Pompa Engine, Cutting Well, Generator Set, Compresor.
Gambar 5.2 Bar Cutter
Gambar 5.3 Bar Bender
21
Gambar 5.4 Generator Set
2.
Gambar 5.5 Batching Plan
Sumber kebisingan garis atau sumber dinamis; Kebisingan yang dihasilkan oleh sumber yang bergerak atau alat
transportasi. Suara yang dihasilkan dari sumber ini akan menyebar melalui udara dengan pola yang berbentuk silinder yang memanjang dengan sumber kebisingan sebagai sumber utama. Contoh: Mobile Crane, Excavator Backhoe, Wheel Loader, Bulldozer, Greader.
Gambar 5.6 Mobile Crane
Mobile crane adalah alat berat yang memiliki fungsi untuk memindahkan atau mengangkat bahan bangunan seperti beton, besi tulangan, batu dan material lainnya. Penggunaan mobile crane ini biasa digunakan pada proyek – proyek pembangunan gedung atau bangunan.
22
Gambar 5.7 Excavator Backhoe Excavator Backhoe atau biasa kita sebut dengan beko merupakan jenis alat berat yang digunakan untuk memindahkan material tanah ke tempat lainnya. Back
hoe
ini
sangat
berguna
dalam
projek
pembukaan
lahan
karena manfaat excavator adalah menggali tanah dan memindahkan bebatuan.
Gambar 5.8 Wheel Loader
Alat berat ini memiliki bentuk yang mirip dengan bulldozer. Wheel loader memiliki fungsi sebagai alat untuk memindahkan material tanah dan lainnya.
23
Gambar 5.9 Bulldozer Bulldozer adalah alat berat yang yang digunakan untuk meratakan, membersihkan tanah atau lahan. Bulldozer ini memiliki satu blade yang berfungsi sebagai penggusur tanah untuk meratakannya. Bulldozer juga memiliki 2 jenis berdasarkan roda yang digunakan, bulldozer roda kelabang atau Crawler Tractor Dozer dan Bulldozer roda karet atau Wheel Tractor Dozer.
Gambar 5.10 Compactor Jenis alat berat ini memiliki fungsi memadatkan material tanah atau aspal jalanan. Jenis alat berat ini biasanya terlihat ketika ada proyek pembangunan
24
jalan baru, pengaspalan jalan, peninggian jalanan, dan untuk landasan pesawat terbang. Pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani dimana unit ini memiliki rangkaian mesin-mesin yang bekerja di ruang terbuka tentunya suara mesin-mesin yang bekerja berpengaruh pada kenyamanan pekerja. 3. Jatuh dari Ketinggian Bahaya terjatuh dari tempat tinggi dapat terjadi pada pekerja saat melakukan perbaikan pada “Mobile Crane” ketika terjadi kerusakan pada tali/kabel, ketika dalam perbaikan tersebut memungkinkan pekerja terpeleset dan jatuh dari tempat tinggi. 4. Terpeleset Bahaya terpeleset mungkin terjadi pada pekerja di saat melintasi area berlubang dikarenakan kelalaian pekerja, karena di area proyek banyak lokasi-lokasi yang terdapat lubang baik besar maupun kecil. Seperti pembuatan lubang untuk tiang pancang.
Gambar 5.11 Tanda Bahwa ada Lubang
Tanda ini dibuat agar para pekerja dapat menghindari terpeleset hingga jatuh kedalam lubang galian. 5. Terbentur/kejatuhan benda keras
25
Bahaya tertimpa benda jatuh maupun terbentur benda tajam pada saat pelaksanaan kegiatan, dikarenakan pada saat pelaksanaan kegiatan pekerja berada dibawah dan kemungkinan ada pekerjaan yang sedang bekerja di lantai atas yang memungkinkan terjadi benda jatuh dan menimpa pekerja. Selain itu memungkinkan pekerja membentur benda keras ataupun benda tajam seperti potongan besi dan kawat.
Gambar 5.12 Tanda Peringatan Area Adanya Benda Tajam 6. Sengatan arus listrik Listrik merupakan sumber energi utama bagi alat-alat maupun mesinmesin di tempat kerja. Bahaya sengatan arus listrik timbulkan oleh mesinmesin menggunakan alat-alat listrik dan arus listrik pada pekerjaan las, cutting well, grenda tangan, bar cutter, bar bender dll. Hal ini merupakan potensi bahaya dan menyebabkan kondisi yang sangat rawan dari segi faktor keselamatan kerja.
26
Gambar 5.13 Tegangan Tinggi
7. Tangan Terjepit Pada saat melakukan pemotongan besi maupun pembengkokan besi dengan menggunakan Bar Cutter dan Bar Bender dapat terjadi terjepitnya tangan pekerja pada alat, Tangan terjepit oleh tiang pancang.
27
V.3.2 Tindakan Pengendalian Resiko Pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Dalam upaya mengendalian resiko dan mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan oleh peralatan atau pekerjaan, terdapat cara pengendalian yang sangat dasar yang bertujuan untuk menghilangkan atau menekan resiko ke tingkat yang dapat diterima saat menggunakan sebuah peralatan atau melaksanakan sebuah pekerjaan yang disebut hirarki kontrol (hierarchy of control). Tabel 5.3 Tindakan Pengendalian Resiko Pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani No.
1
BAHAYA
Inst. Listrik sementara
2
Tertimpa Material Pembuatan Direksi Keet
3
Pekerjaan LandClearing
SASARAN
-Menghindar kena strom -Menghindar kabel terbakar -Harus ada sign competen Person -Panel Harus Terkunci -Menghindari Tertimpa Kayu -Menghindari terkena Paku -Menghindari Tergores Seng -Menghindari amblasnya PC200 Kedalam Rawa. -Menghindari Tertimpa Pohon ;-Menghindari men power tenggelam ke rawa
4
Pekerjaan Galian dan Timbunan dengan alat berat.
-Menghindari Swing Baket
ITEM YANG DIKENDALIKAN
PENANGGUNG JAWAB
Pemantauan & Pengukuran Pemantauan & Pengukuran
Mandor & Pelaksana,QSHE Mandor & Pelaksana,QSHE
Pemantauan & Pengukuran Pemantauan & Pengukuran Pemantauan & Pengukuran Pemantauan & Pengukuran Pemantauan & Pengukuran
Mandor & Pelaksana,QSHE Mandor & Pelaksana,QSHE Mandor & Pelaksana,QSHE Mandor & Pelaksana,QSHE Mandor & Pelaksana,QSHE
Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
Subkon & Pelaksana,QSHE Subkon & Pelaksana,QSHE Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
28
No.
BAHAYA
SASARAN -Menghindari mobil terbalik -Menghindari Mobil amblas ke Rawa
5
Terjepit Besi
-Menghindari terjepit besi
6
Bahaya pekerjaan Pengecoran
-Menghindari Tertimpa Corcoran
7
Bahaya Pekerjaan Agregat
-Menghindari Tertimpa Agregat
ITEM YANG DIKENDALIKAN Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
PENANGGUNG JAWAB Subkon & Pelaksana,QSHE Subkon & Pelaksana,QSHE
Penyediaan APD dan APK Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
Subkon & Pelaksana,QSHE
Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
Subkon & Pelaksana,QSHE
Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
Subkon & Pelaksana,QSHE
-Menghindari Bak DumpTruck patah.
Sosialisasi,Pelatihan dan Pengad an instruktur; Pemantauan & Pengukuran
-Menghindari Truck teperosok keTimbunan yang labil.
Instruksi Kerja Pemantauan & Pengukuran
-Menghindari Alat Vibratory terperosok ke Rawa
Sosialisasi,Pelatihan dan Pengad an instruktur; Pemantauan & Pengukuran
Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
29
No.
8
BAHAYA
Bahaya Pekerjaan Pengaspalan
SASARAN
-Menghindari Pekerja Terkena aspal cair.
-Menghindari terjadi gangguan pernafasan saat penyiraman aspal cair
- Menghindari pekerja tersiram aspal
-Menghindari kecelakaan saat mobilisasi truck pengangkut aspal.
Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 201
ITEM YANG DIKENDALIKAN Sosialisasi,Pelatihan dan Pengad an instruktur; Pemantauan & Pengukuran Instruksi kerja Sosialisasi,Pelatihan dan Pengad an instruktur; Pemantauan & Pengukuran Instruksi kerja Sosialisasi,Pelatihan dan Pengad an instruktur; Pemantauan & Pengukuran Instruksi kerja Instruksi kerja Pemantauan & Pengukuran
PENANGGUNG JAWAB
Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
Subkon & Pelaksana,QSHE
30
V.4
Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan (IPPAL) pada Proyek Apron & Exit Txiway Bandara Ahmad Yani
Tujuan utama Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkngan ini adalah untuk menentukan daerah-daerah yang mungkin akan berpengaruh terhadap lingkungan ketika pelaksanaan proyek mulai dari tahap pesiapan, proses hingga finishing, setelah diketahui jenis aspek lingkungannya maka dapat dihitung seberapa parah pengaruh terhadap dampak lingkungan sekitar. Mulai dari mengetahui bahan B3, Luas Penyebaran, Waktu Pemulihan hingga SDAnya dapat di ketahui dengan cara menghitung keparahan pada tabel 5.4 dibawah ini:
PROBABILITY
Jenis dampak lingkungan
SEVERITY
PENTINGSKOR TINGKAT
PEMENUHAN PERATURAN
Tabel 5.4 Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan (IPPAL)
PERATURAN Perundang-undangan
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2 3
NR
R R
3 Pekerjaan Persiapan :
Pemindahan dan pembuatan kantor PP, Konsultan dan Owner
6
B3
Luas Penyebaran
Waktu Pemulihan
Sumber Daya Alam
ASPEK PENTING
INISIAL
1
Sampah potongan kayu
CM
1
Pencemaran Tanah
1
1
2
0
2
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
2
Emisi Gas Buang
CM
2
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
2
1
1
2
2
1
a. Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
2
MEDIUM
1
1
2
1
2
1
1
1
MINOR
1
MINOR
Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996 Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996
3
Pemakaian Kayu
CM
1
Pengurangan Sumber Daya Alam
4
Pemakaian Pasir
CM
1
Pengurangan Sumber Daya Alam
1
1
2
1
2
1
1
5
Bising
CM
1
Pencemaran Udara (Bising)
1
1
1
0
1
1
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
1
MINOR
Kemacetan lalu lintas
QSHE, SP
1
6
Estetika
1
1
1
2
2
1
1
NA
1
MINOR
Limbah B3
3
1
1
1
3
3
1
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
3
MINOR
Traffic Management Alat Berat PC200, Vibratory Roller,
5
4
SVRT
2
Jenis Aspek Lingkungan
Penaggung Jawab
1 A
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
7
ceceran oli & gemuk
Peralatan Subkontaktor
1
limbah oli
Peralatan Subkontaktor
1
Peralatan Subkontaktor
1
sampah sarung tangan
Peralatan Subkontaktor
1
Kebakaran
SOM Subkontaktor
1
SP Subkontaktor
1
Peralatan
1
8 sampah majun 9 10
11
12
Swing Bucket Melewati Batas limbah PCB
Peralatan
R
Sprayer,mixing olant,roadway 15 finisher,vibration screen,
ceceran oli & gemuk
Peralatan
Limbah Aspal
Peralatan
1
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
1
1
3
1
1
1
3
Pengurangan Sumber Daya Alam
3
1
1
1
3
1
1
1
0
1
Peralatan
2
1
1
0
1
1
1
1
1
1
sampah sarung tangan
Peralatan
Kebakaran
Peralatan
1 1
19 limbah PCB
Peralatan
1
Pencemaran Tanah Pencemaran Udara (Gas Buang) Pencemaran Tanah
PEMENUHAN PERATURAN 1
1 1
1
1
1
1
1 1
3
3
3
1
3 1
2
2
2
3
3 3
1
1
1
1
1
1 1
1
2
2
2
2
1 1
3
2
2
2
3
1 3
1
1
1
1
1
PERATURAN Perundang-undangan
ASPEK PENTING
INISIAL
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
3
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
3
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
3
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
NA
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996
1
MINOR
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
3
MINOR
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
3
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
3
MINOR
1
MINOR
1 1
3
Pencemaran Tanah
1 1
Limbah B3 sampah majun
1 3
3
1
1 3
1
Pencemaran Tanah
1
3
Limbah B3
17
20
Pencemaran Tanah
1
16
18
Pencemaran Tanah
3
Estetika
14 4
SEVERITY
3 Limbah B3
13 pemakaian listrik
Jenis dampak lingkungan
PENTINGSKOR TINGKAT
Buldozer, Dump Truck, Motor Grader
Jenis Aspek Lingkungan
Penaggung Jawab
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
PROBABILITY
31
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
pemakaian listrik
Peralatan
1
21 5
R
Instalasi Listrik untuk Pekerjaan Sementara
limbah MCB
Peralatan
1
22 23
limbah Lampu Mercury
Peralatan
limbah lampu HPIT
Peralatan
1
1
24 Kebakaran
Peralatan
1
25 pemakaian listrik
Peralatan
1
26 limbah kable
Peralatan
1
27 6
R
Pembersihan
debu
SHE0
2
28 sampah
SHEO
2
29 B 1
Jenis dampak lingkungan
Pengurangan Sumber Daya Alam Pencemaran Tanah Pencemaran Tanah Pencemaran Tanah
SEVERITY
1
1 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
3
1
1
1
1
1 1
Pengurangan Sumber Daya Alam
1
Pencemaran Tanah
1
1
1
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
1
Pencemaran Udara (Gas Buang)
Pencemaran Tanah
1
PEMENUHAN PERATURAN
PROBABILITY
Jenis Aspek Lingkungan
Penaggung Jawab
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
PENTINGSKOR TINGKAT
32
1
1
0
1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
0
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
PERATURAN Perundang-undangan
ASPEK PENTING
INISIAL
Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
NA
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
Pekerjaan Tanah R
Pekerjaan LandClearing
Sampah makanan Men Power
SOM Subkontaktor
2
30
Sampah Kayu & Akar
SOM Subkontaktor
2
31
debu besi
SOM Subkontaktor
2
32
1
1
1
1
1
Estetika Pencemaran Tanah Pencemaran Udara (Gas Buang)
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
Pekerjaan Galian
33 34 35 36
3
R
Pekerjaan Timbunan
37 38 39
40 41 C
Pekerjaan Struktur :
1
Bekisting
42
Sisa Akar Tanah
Penaggung Jawab SOM Subkontaktor
2
ceceran oli & gemuk
SOM Subkontaktor
2
Ceceran Solar
SOM Subkontaktor
1
SOM Subkontaktor
3
SOM Subkontaktor
3
SOM Subkontaktor
3
SOM Subkontaktor
3
ceceran oli & gemuk
SOM Subkontaktor
2
Genangan air rawa yang meluap ke tanah.
SOM Subkontaktor
1
bising bising Ceceran Solar debu
Pencemaran Tanah
SEVERITY
1
1
1
1
1
3
3
3
3
1
Limbah B3
1
PERATURAN Perundang-undangan
ASPEK PENTING
INISIAL
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
1
MINOR
1 1
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pencemaran Udara (Bising)
1
1
1
1
1
3
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
3
MINOR
Pencemaran Udara (Bising)
1
1
1
1
1
3
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
3
MINOR
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
3
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
3
MINOR
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
1
1
0
1
3
1
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
3
MINOR
3
3
3
3
1
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
1
MINOR
Limbah B3
1 1
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
CM
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
pemakaian kayu
CM
1
Pengurangan Sumber Daya Alam
1
MINOR
ceceran minyak bekisting
CM
1
1
MINOR
sampah potongan kayu & paku
2
43
44
Jenis dampak lingkungan
PEMENUHAN PERATURAN
R
Jenis Aspek Lingkungan
PENTINGSKOR TINGKAT
2
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
PROBABILITY
33
Pencemaran Tanah
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Kriteria Kerusakan Lingkungan terhadap golongan C: KEP43/MENLH/10/1996 Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
3 CM
2
R
Pembesian 46
sampah sarung tangan
CM
2
47
sampah besi & kawat
CM
2
debu besi 48 3
Pengecoran
49
2 CM
bising
3
kemacetan
4
Pembongkaran Bekisting
54 55
CM
sampah potongan kayu & paku
CM
1
1
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
3
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
3
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
3
MINOR
Estetika
1
1
1
1
1
1
1
NA
1
MINOR
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
1
1
0
1
3
1
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
3
MINOR
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
1
1
1
1
1
1
Baku Mutu Udara : PP No. 41 Thn 1999
1
MINOR
3
Pencemaran Udara (Bising)
1
1
1
1
1
3
1
Baku Mutu Kebisingan: Kep. Men. LH. No. 48/MENLH/11/1996
3
MINOR
2
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
1
1
1
1
MINOR
1 2
debu
1 CM
Sampah Organik
1
1
1
2
genangan air cucian mixer
9
1
3
1
3
sisa beton cor
bising
1
2
debu
56
1
1
CM 53
Pencemaran Udara (Gas Buang)
1
INISIAL
1
CM 52
Pencemaran Tanah
1
ASPEK PENTING
1
CM 51
Pencemaran Tanah
1
PERATURAN Perundang-undangan
Pencemaran Udara (Bising)
CM 50
Pencemaran Udara (Bising)
SEVERITY
PEMENUHAN PERATURAN
bising
Jenis dampak lingkungan
PENTINGSKOR TINGKAT
45
Jenis Aspek Lingkungan
Penaggung Jawab
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
PROBABILITY
34
CM
Aktivitas Kantor 1
Limbah Domestik
QSHE
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
11 12
Sampah Non Organik
QSHE
2
Limbah B3
QSHE
Jenis Aspek Lingkungan
Limbah Septic Tank
Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016
QSHE
Jenis dampak lingkungan
SEVERITY
1
PEMENUHAN PERATURAN
PROBABILITY
10
Penaggung Jawab
Spesific
No. Aspek
NO
Rutin - Non Rutin
Aktifitas -Produk Jasa
PENTINGSKOR TINGKAT
35
1
ASPEK PENTING
INISIAL
Pengendalian Kerusakan Tanah : PP RI No 150 Th. 2000
1
MINOR
Pencemaran Tanah
1
1
1
1
Limbah B3
3
1
1
1
3
3
1
Tata Cara Pengelolaan B3 KEP-01/BAPEDAL/09/1995
3
MINOR
Pencemaran Air
1
1
1
1
1
1
1
Baku Mutu Air Limbah Cair : KEP-51/MENLH/10/1995
1
MINOR
1
1 2
PERATURAN Perundang-undangan
36
Keterangan : a.
Rutin - Non Rutin R
: Rutin artinya aktivitas yang dilakukan secara rutin.
NR
: Non Rutin artinya aktivitas yang dilakukan secara tidak rutin, seperti aktivitas poject, Corrective acction.
b.
Operational Condition/ Kondisi Operasional N : Normal
: Aspek lingkungan yang timbulkan dalam suatu kondisi pengoperasian yang Normal.
Contoh
: Kebisingan yang Timbul dari pengoprasian Mesin Pres, Normal adanya, artinya Kebisiangan tersebut Pasti ada saat pengoprasian mesin press.
Ab : Abnormal : kondisi dimana terjadi suatu Aspek Lingkungan
dari
kondisi yang tidak semestinya dari suatu aktivitas, produk,
jasa dan fasilitas ; juga mencakup suatu
aktivitas awal ( pengawalan / star up ) maupun aktivitas penghentian ( breakdown / shut down ). Contoh
: Kebocoran Tangki Solar.
E : Emergency : Terjadinya suatu kondisi darurat, seperti Ledakan, Tangki Pecah; Kebakaran. c.
Probability Seberapa mungkin Aspek Lingkungan yang timbul ( teridentifikasi ) , mengakibatkan
Dampak
Lingkungan,
atau
Besarnya
Kemungkinan
Terjadinya Dampak Lingkungan dari Aspek Lingkungan yang ditimbulkan. d.
Severity Tingkat keparahan dari Dampak Lingkungan yang teridentifikasi
Standard Skoring Tingkat Penting 1.
Penilaian Terhadap Probability Frekuensi terjadinya dampak lingkungan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap aspek lingkungan dan memberikan skor sesuai ketentuan dibawah ini: Skor 1: Kecil Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “jarang terjadi” atau “tidak terjadi setiap hari”. Skor 2: Sedang Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “sering terjadi”, atau dilakukan setiap hari namun bersifat tidak kontinyu/ intermittent Skor 3: Besar Frekuensi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan “sangat sering terjadi”, atau dilakukan rutin/terus menerus/continous setiap hari selama jam kerja sesuai dengan aktivitas proses produksi. 2.
Penetapan Severity Tingkat keparahan dampak ditetapkan dari setiap dampak lingkungan yang
telah diidentifikasi dengan pendekatan dan pemberian skor seperti berikut ini: Skor 1: Rendah / Kecil • Tidak menggunakan bahan atau menimbulkan limbah B3 • Luas Penyebaran dampak terbatas pada area kerja dan Masyarakat sekitar • Apabila terjadi kerusakan, membutuhkan waktu pemulihan yang sebentar (Harian). Khusus : • Konsumsi sumberdaya bahan/alam : - BBM
: < 180.000 liter/proyek
- Kayu
: < 300 m3/proyek
- Gol C
: < 5.000.000 m3/proyek
38
- Air Tanah : <1.565.000 liter/proyek - Listrik
: < 432.000 kwh
Skor 2: Sedang • Luas Penyebaran dampak terbatas pada lingkup Nasional • Apabila terjadi kerusakan, membutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama (Bulanan).. Khusus : • Konsumsi sumberdaya bahan/alam - BBM
: 180.000 ≤ 360.000 liter/proyek
- Kayu
: 300 ≤ 600 m3/proyek
- Gol C
: 5.000.000 ≤ 10.000.000 m3/proyek
- Air Tanah : 1.565.000 ≤ 3.000.000 liter/proyek - Listrik
: 432.000 ≤ 900.000 kwh
Skor 3: Besar / Tinggi • Menggunakan bahan atau menimbulkan limbah B3 ≤ • Luas Penyebaran dampak terbatas pada lingkup internasional • Apabila terjadi kerusakan, membutuhkan waktu pemulihan yang sangat lama (Tahunan). Khusus : • Konsumsi sumberdaya bahan/alam - BBM
: > 360.000 liter/proyek
- Kayu
: > 600 m3/proyek
- Gol C
: > 10.000.000 m3/proyek
- Air Tanah : > 3.000.000 liter/proyek - Listrik
: > 900.000 kwh
*Khusus: Apabila tidak ada hubungan dengan SDA maka diberi skor "0" Matriks Severity dibawah ini merupakan cara untuk menghitung keparahan yang kemungkin terjadi dapat dilihat pada tabel 5.4 Identifikasi, Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkungan (IPPAL). Dibawah ini saya akan menjelaskan cara membaca matriks severity dengan memberi beberapa jenis kegiatan pekerjaan di proyek apron & exit taxiway bandara ahmad yani semarang.
39
1.
Pada pekerjaan persiapan adanya kegiatan pembuatan kantor PP maka limbah yang dihasilkan salah satunya adalah potongan kayu maka untuk luas penyebaran sampah kayu ini apakah hanya di area proyek/lokal atau dapat menyebabkan pencemaran sampai ke negara lain/internasional. Apabila hanya mencemari lingkungan area proyek/lokal maka diberi bobot
2.
1. Pada pekerjaan persiapan adanya kegiatan penggunaan alat berat seperti Buldozer, Dump Truck, Motor Grader. Maka sering terjadi tumpahan solar di lokasi proyek disebabkan oleh aktifitas alat berat dengan demikian limbah yang terdapat merupakan limbah B3 maka diberi bobot 3 karena
3.
solar mengandung limbah B3. Pada Intalasi listrik untuk pekerjaan sementara kemungkinan terjadi adalah kebakaran disebabkan oleh arus listrik tidak stabil atau kabel terkontaminasi dengan benda lain sehingga menghasilkan percikan api hal ini disebut pencemaran udara (gas buang), jadi waktu pemulihan di hitung per hari
4.
maka diberi bobot 1. Pada kegiatan pembersihan jenis aspek lingkungan yang dihasilkan adanya debu di area proyek untuk pembobotan pada kriteria SDA (Sumber Daya Alam) maka bobot 0 karena debu maupun api akibat kebakaran bukan
5.
merupakan slah satu dari SDA. Pada pembuatan kantor PP salah satu jenis aspek lingkungan adalah bising, ketika dalam pemotongan kayu maupun adanya aktifitas mengelas besi maka untuk B3 bobot 1 karena bukan merupakan limbah B3 (Non B3), luas penyebaran akibat bising ini hanya terjadi di area proyek maka diberi bobot
40
: Matriks Severity
KRITERIA
SDA
Waktu Pemulihan
Penyebaran
B3
Kecil
Sedang
Besar
Days
Months
Years
Lokal
Nasional
Internasional
B3
Non B3 1
2
3
SKOR
Gambar 5.14 Matriks Severity Sumber: Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 3.
Penilaian Terhadap Pemenuhan Peraturan
Setiap dampak lingkungan yang timbul akibat aspek lingkungan ditetapkan tingkat ketaatan terhadap peraturan perundangan, dengan menggunakan pendekatan dan kriteria berikut ini: (a) Skor 1 Ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi dan perusahaan sudah “sepenuhnya mentaati“. Atau Tidak ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi. (c) Skor 3 Ada peraturan perundangan yang mengatur dampak lingkungan yang terjadi dan perusahaan “belum mentaatinya”.
41
4.
Penetapan Aspek Penting Tingkat Penting ditetapkan dengan memasukkan skor Tingkat Penting dan
Pemenuhan Peraturan pada matrik berikut ini: 3
3
2
Tingkat Penting
1
3
2
3
1
3
1
3 Pemenuhan Peraturan
:Keterangan
1
MINOR
2
MEDIUM
3
MAJOR
42
V.4.1 Sosialisasi IPPAL Sosialisasi dilakukan setiap sebulan sekali, untuk mengetahui atau mengecek aktifitas/kegiatan apa saja yang sedang dilakukan mulai dari tahapan persiapan hingga finishing pada proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang.
Gambar 5.15 Sosialisasi IPPAL Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 V.5
Upaya Pengendalian Kecelakaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, telah menerapkan beberapa upaya pengendalian kecelakaan kerja. Upaya pengendalian tersebut yakni sebagai berikut: A.
Flowchart Penanganan Kecelakaan Flowchart Penanganan Kecelakaan ini sangat penting ketika terjadi
kecelakaan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad yani Semarang, yang bertanggung jawab atas kecelakaan sudah di tentukan begitu juga dengan tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar penanganan berjalan dengan baik.
43
Gambar 5.16 Flowchart Penanganan Kecelakaan Sumber : Proyek Apron &Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, 2016 B.
Nomor Telpon Penting Kota Semarang Agar penanganan berjalan dengan baik, pihak Proyek Apron & Exit
Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang sudah mempersiapkan nomor yang dapat di hubungi ketika terjadi kecelakaan maupun keperluan yang lain agar membantu mempermudah menjalankan penanganan dengan cepat.
44
Tabel 5.4 Nomor Telpon Penting Kota Semarang
No
Instansi
No.Telpon
1
Ambulan
118, 8413476
2
Ambulan Kecelakaan
8313416
3
Dinas Kebakaran/DAMAR
024, 7605141, 7605871
4
RSUP Dr. Kariadi
8413476
5
RS. Jiwa Pusat Semarang
6722564
6
PMI Semarang,
3541237
7
Kantor SAR Semarang
3580027
8
Polsek Semarang Selatan
8315123
9
Polsek Semarang Tengah
3545175
10
Polsek Semarang Timur
6716191
11
Polsek Semarang Utara
3545162
12
Polsek Semarang Barat
7604153
13
Poltabes Semarang
7608735
15
Stasiun KA Tawang
( 024 ) 3544544
16
Terminal Bus Terboyo, Nomor
: 6581924, 6581921
17
Informasi Jalan Tol Gayamsari
6724169
18
Informasi Jalan Tol Muktiharjo
3566320
`19
Informasi Jalan Tol Tembalang
7479197
20
Pariwisata, Nomor Telepon
3515451, 8318021
21
Pengaduan Gangguan
117
22 23
Pelayanan PDAM Informasi PLN
8315514 ( 024 )290123, 3547651 s/d
45
3547655
Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, 2016
V.5.1 Metode Administrasi V.5.1.1 Kontrol Masuk Tujuan di terapkannya kontrol masuk adalah untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang saja yang dapat memasuki/bekerja di area proyek, di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang terdapat 2 (dua) pos jaga untuk pemeriksaan, pos utama di jaga oleh pihak TNI yang berjaga selama 24 jam dan pos kedua di jaga oleh security.
Gambar 5.18 Pos Utama Proyek
Gambar 5.19 Pos Kedua Proyek
Prosedur yang harus di penuhi pada elemen kontrol masuk ini adalah: I
Prosedur Masuk Dan Keluar Barang A. Barang Masuk a.
Catat di buku harian untuk tanggal dan jam masuk, jenis
b.
kendaraan, jenis barang, dan volumenya. Cek kebenaran barang tersebut dan cocokan dengan surat jalan
c. d.
hubungi petugas QC untuk cek kualitasnya. Catat jam keluar kendaraan. Dicek kondisi kendaraan, apakah barang sudah turun semua (tidak membawa keluar barang proyek).
B. Barang Keluar
II.
9.
a.
Catat dibuku harian untuk tanggal dan jam keluar, jenis
b. c.
kendaraan, jenis barang, dan volumenya. Cek kebenaran barang tersebut dan cocokan dengan surat jalan. Laporkan ke Penanggung jawab lapangan dan minta
persetujuannya. d. Bila sudah ada persetujuan baru diperbolehkan keluar. Prosedur Penerimaan Tamu : a. Setiap orang yang masuk kelokasi dan tidak dikenal wajib b.
ditanya. Catat di buku harian tamu ; - tanggal, jam kedatangan, identitas
c. d.
tamu dan keperluannya. Tamu dipersilakan Menunggu. Beritahu kepada yang dituju tentang kedatangan tamu dan
e.
keperluannya melalui HT. Pinjamkan helm tamu dan Kartu Tamu untuk digunakan selama
mereka berada di proyek. Prosedur Pelaksanaan Lapangan : a. Melakukan monitoring kegiatan pekerjaan (Safety Patrol). b. Menindak pekerja apabila tidak memakai kartu identitas yg c.
jelas dan tidak memakai APD. Mengatur traffic management untuk kelancaran lalu lintas didepan proyek.
IV.
Prosedur Penanganan Kecelakaan. a. b.
Mengamankan lokasi terjadinya kecelakaan Menghubungi Subkon / Mandor dari korban.
V.5.1.2 Id Card Kartu identitas sangat di perlukan ketika memasuki area proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, pada gambar 5.19 dan gambar 5.20 merupakan contoh ID CARD untuk karyawan dan untuk subcont/mandor :
Gambar 5.20 Id Card Karyawan Sumber : PT PP (persero) Tbk
Gambar
5.21 Id Card Mandor Sumber : PT PP (persero) Tbk
V.5.1.3 Traffic Management Gambar 5.22 di bawah ini merupakan Flagmen yang selalu Standby mengatur arus lalulintas pada proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, agar tidak terjadi kecelakaan maupun untuk menertibkan truck/ kendaraan yang akan memasuki area proyek.
Gambar 5.22 Flagmen Stundby Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 Rambu lalu lintas merupakan salah satu dari perlengkapan jalan yang dapat berupa lambang, huruf, angka, kalimat atau perpaduan di antaranya yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.Kita sebagai pemakai jalan, apakah seorang pengendara mobil, sepeda motor, atau pejalan kaki sudah seharusnya mematuhi setiap rambu lalu lintas di jalan untuk keamanan bersam. Pada gambar 5.23 di bawah ini merupakan rambu-rambu penunjuk arah Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang.
Gambar 5.23 Rambu Penunjuk Arah V.5.1.4 Papan Peringatan Papan peringatan digunakan untuk mengingatkan pengunjung tentang persyaratan/aturan ketika memasuki area proyek. Contoh papan peringatan dapat dilihat pada gambar 5.24:
Gambar 5.24 Papan Peringatan
V.5.2 Metode Engineering V.5.2.1 Proteksi Kebakaran Upaya pencegahan dan pengendalian K3 yang dilaksanakan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani diantaranya dengan melakukan safety patrol, melakukan pemeriksaan, mengadakan pelatihan, dan Fire Figthing Group. Potensi bahaya kebakaran di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani bersumber dari gesekan, listrik, kebocoran (Gas, Oli, dan Compressor), dan percikan api. Bentuk upaya pengendalian kebakaran di di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, terbagi menjadi dua yakni sistem sarana proteksi aktif dan sistem sarana proteksi pasif. 1.
Sistem Sarana Proteksi Aktif Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang memiliki sarana proteksi kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya adalah : A. Alat Pemadam Api Portable ( Portable Fire Extinguisher) a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. Untuk peletakan, letak APAR harus mudah terlihat, mudah
dijangkau, tersebar dan tidak boleh terkumpul, dan sesuai keadaan. Pemeriksaan alat dilakukan tiap 1 bulan sekali. Memiliki berat maksimal 16 kg, namun di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani APAR yang digunakan berukuran kecil yakni 3 kg.
Gambar 5.25 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) b.
Prosedur Penanganan Kebakaran di Area Proyek
Gambar 5.26 Prosedur Penanganan Kebakaran Sumber : Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani, 2016 2. Sistem Sarana Proteksi Pasif Beberapa sarana proteksi pasif yang tersedia di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang, sebagai berikut: a. Jalur Evakuasi Jalur evakuasi merupakan sarana untuk penyelamatan menuju tempat yang lebih aman ketika terjadi keadaan darurat dengan mengikuti tanda yang ditunjukan pada jalur evakuasi.
Gambar 5.27 Jalur Evakuasi b. P3K
P3K berisi obat – obatan dan berbagai peralatan pertolongan yang berguna untuk pertolongan pertama pada saat terjadinya kecelakaan atau dalam keadaan darurat.
V.5.3 Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri (APD) adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya lingkungan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan timbulnya penyakit akibat bekerja. Di bawah ini merupakan macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang : Tabel 5.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Safety Helmet
Untuk Melindungi Kepala dari Kejatuhan Benda dan Benturan
Safety Shoes
Untuk Melindungi Kaki dari Goresan dan Benturan dengan Benda Tajam
Masker Debu dan Untuk Melingdungi Pernapasan Masker
Asap dari
(Respirator)
Kaca
Bahaya
Terhirup
Zat
Kimia, Debu dan Asap
Mata Untuk Melindungi Mata dari
Transparan
dan Debu, Asap dan Sinar Las
Kedok Las
Sarung
Tangan Untuk Melundungi Tangan dari
Karet dan Sarung Benda Tajam, Zat Kimia dan Tangan Katun
Panas
Pakaian
Pakaian Pelindung digunakan
Pelindung
untuk Melindungi Pemakai dari Percikan Bahan Kimia
Safety Hardness
Sebagai
Pengaman
saat
Bekerja di Ketinggian
Earplug atau
Sebagai
Pelindung
Telinga
Earmuff
pada saat Bekerja di tempat yang Bising
Kekurangan yang terdapat di elemen APD di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang adalah: 1. Belum dilengkapi dengan tata kerja dan dokumentasi penggunaan APD di 2.
lokasi kerja dan Belum ada inspeksi/assessment penggunaan APD rutin. Masih ditemukan pekerjaan yang melakukan pekerjaan tanpa menggunakan APD lengkap atau sesuai jenis pekerjaan.
VI-1
BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan proses identifikasi yang dilakukan
mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang dapat ditarik kesimpulan : 1.
Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan ketentuan, yang meliputi lima aspek sebagai berikut :
2.
a.
Komitmen dan Kebijakan.
b.
Perencanaan.
c.
Penerapan.
d.
Pengukuran dan Evaluasi.
e.
Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen.
Identifikasi bahaya dari Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani meliputi bahan berbahaya seperti : a. oli bekas. b. tumpahan solar. c. gas oli. Kemudian kecelakaan yang menimpa alat-alat berat (contoh: bulldozer) seperti terbalik, tenggelam ke dalam tambak dsb, dan juga kerusakan yang dapat menimpa peralatan surey seperti terlindas alat berat, terinjak oleh man-power, terakhir yaitu potensi kebisingan dan kebakaran. Untuk tindakan pengendalian resiko dilakukan dengan memantau dari sumber bahaya dan pencegahan di bawah tanggung jawab Mandor dan Pelaksana
3.
dan Subkon QHSE. Upaya pengendalian kecelakaan kerja yang telah dilakukan di Proyek Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang adalah : a. adanya flowchart penanganan kecelakaan kerja. b. adanya nomor telepon penting Kota Semarang yang dapat dihubungi c.
saat keadaan darurat. adanya kontrol masuk pada kawasan proyek serta prosedur yang jelas untuk
jalur
masuk
baik
itu
barang
maupun
tamu
yang
VI-2
6.2
d.
berkepentingan. adanya kartu identitas untuk setiap pekerja dan jajaran yang terlibat
e.
dalam proyek tersebut. kemudian terdapat papan peringatan dan traffic managementdalam
f.
kawasan proyek. tersedianya proteksi kebakaran dan APD. Saran Saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi Proyek Pengembangan
Apron & Exit Taxiway Bandara Ahmad Yani Semarang berdasarkan hasil analisis penulis dari identifikasi bahaya pekerjaan dan lingkungan kerja serta upaya pengendalian bahaya adalah sebagai berikut : 1.
Saran untuk penerapan upaya pengendalian menggunakan metode administrasi antara lain adalah : a. Melakukan pengawasan dan pengecekan badge pengunjung. b. Melakukan pemasangan LOTO untuk setiap pekerjaan yang c. d.
membutuhkan LOTO. Melakukan pengawasan dan pengecekan badge pengunjung. Melakukan pengaturan truck yang parkir di sembarang tempat pada area proyek.
2.
Saran untuk penerapan upaya pengendalian menggunakan metode engineering antara lain adalah : a. Melakukan pemantauan secara berkala untuk proteksi kebakaran. b. Melakukan inspeksi berkala untuk segala jenis alat pemadam
3.
kebakaran. Saran untuk penerapan upaya pengendalian menggunakan APD antara lain adalah : a. Mewajibkan pekerja, pesera kerja praktik, dan pekerja kontraktor b.
untuk menggunakan APD sesuai di lokasi pekerjaan masing-masing. Kurangnya kesadaran para pekerja akan bahaya kecelakaan kerja, sehingga terkadang tidak mengikuti aturan pemakaian APD secara
c.
lengkap. Kurang hati-hati ketika melakukan kegiatan/pekerjaan di proyek sehingga masih adanya terjadi kecelakaan seperti tangan terjepit dan tertusuk besi.
VI-3
DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2007. Eco-Efficiency and Cleaner Production: Charting the Course to Sustainability the World Business Council
for
Sustainable
Development
Programme.
http://www.iisd.ca/consume/unep.html Depnaker, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per. 05 /MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja edisi pertama ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases. Geneva: International Labour Organization Kusumas, Khurnia Adi Pratama. 2012. Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Area Produksi. FKM UI:Depok Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta OHSAS 18001. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaPersyaratan Ramli, Soehatman 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta:Dian Rakyat Suma‟mur, P.K. 1989. Higiene Perusaahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:Gunung Agung Suma‟mur, P.K. 1994 Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta. PT Gunung Agung Salim,
Emil.1993.
Pembangunan
Berwawasan
Lingkungan.
Jakarta:LP3ES www.che.itb.ac.id/kuliah/tk366/slide kuliah baru/Bab4PLI/Pollution Prevention v2.ppt. Konsep dan Terminologi Pengendalian Pencemarn
LAMPIRAN A
Hazard Risk Events PROYEK SIPIL NO
A
KEGIATAN KERJA
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB TIMBULNYA BAHAYA
Pekerjaan Persiapan : Sambungan tidak diisolasi Orang kena stroom
1
Tergenang air
Instalasi listrik untuk pekerjaan sementara
Pemakaian tidak sesuai kapasitas Kabel terbakar Kabel tidak standard B
Pekerjaan Urugan Tanah :
Kena swing bucket excavator
1
C
Pek. galian& timbunan dgn alat berat
Rambu-rambu tidak ada / tidak kelihatan Bekerja di lokasi yang sempit dan dilalui oleh pekerja lain
Mobil terbalik
Truk tidak melewati jalur yang telah disediakan / ditentukan
Kecelakaan mobil waktu akan keluar/masuk proyek
Sopir truk tidak disiplin dengan adanya rambu-rambu dan flagman Pengguna jalan umum tidak memperhatikan rambu-rambu dan flagman di pintu masuk
Pekerjaan Bekisting Akses kerja yang tidak cukup
1
Bongkar & pasang bekisting
Orang Jatuh dan Tenggelam
Pekerja yang tidak memakai pelampung Pekerja tidak bisa berenang Tidak ada railing untuk lokasi yang berbahaya
D
Pekerjaan Pengecoran Penerangan kurang di malam hari
1
Pek. Pengecoran
Orang Jatuh dan Tenggelam
Terkena swing concrete pump Akses kerja yang tidak cukup Tidak ada railing untuk lokasi yang berbahaya
E
1
F
1
G
Pekerjaan Pembesian
Pembesian
Orang Kena Stroom di Work Shop Pembesian
Sambungan kabel tidak diisolasi Kabel terkoyak terkena besi
Tangan terjepit
Pengoperasian bukan oleh operator yang telah ditunjuk
Terkena penyakit "decompresi illness"
Menyelam tidak sesuai aturan / log book
Paru-paru terisi air
Penyelaman kompresor tanpa dilengkapi filter udara
Orang jatuh
Tidak memakai sabuk pengaman
Pekerjaan Bawah Laut
Pemasangan geotextile
Pekerjaan M/E
Sling putus Orang tertimpa tiang lampu dan aksesorisnya 1
Pemasangan lampu dan tiang lampu
Rigger tidak memberikan informasi yang tepat ke operator crane Tidak mengikuti SOP
Orang kena stroom
H
Pekerjaan Instal Precast
Tidak ada rambu-rambu peringatan
1
I
Sling putus
Kena swing crane
Bekerja di lokasi yang sempit dan dilalui oleh pekerja lain
Kebakaran
Bunga api kemana mana
Terkena mata
Saat pengelasan tidak memakai kaca mata las
Sesak nafas
Uap las terhirup hidung
Kebakaran
Korsleting kabel Instalasi Listrik
Tergigit serangga, ular beracun
Lingkungan dekat rawa
Pemindahan & pasang beton precast
Pekerjaan Sementara/Pendukung
1
J
Orang tertimpa beton
Pekerjaan Pengelasan
Fasilitas Kantor
1
Kantor
Hazard Risk Events Kantor
NO
1
2
3
4
KEGIATAN KERJA
Memadamkan api dengan APAR
Evakuasi
Mencatat keluar masuk tamu
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB TIMBULNYA BAHAYA
Mata Terkena percikan pemadam
Slang bocor
Terbakar
Api terlalu besar, posisi terlalu dekat
Jatuh
Lantai licin,ceroboh
Jatuh
Ceroboh,terburu-buru
Salah menulis nama / jabatan
Kurang konsentrasi
Sabotase ledakan
Tidak ada pemeriksaan fisik
Terjepit
Kurang hati-hati pada saat membuka / mengunci pintu
Terkena daun pintu
Pintu duluan dibuka dari sebelah lain
Membuka pintu
Tertabrak Kendaraan 5
Mengatur parkir
Pengendara / sopirnya ceroboh Terjatuh
Licin pada saat hujan Mengangkat / menerima telepon pada waktu hujan
6
Menerima telpon masuk / dari luar
Terkena sambaran petir
7
Memanggil memakai speaker / pengeras suara
Terkena sengatan listrik
Isolasi kabel rusak
Terpukul
8
9
Menangkap pencuri
Melewati pintu utama (Outomatic Door)
Kurang hati-hati saat mengatur parkir kendaraan
Tertusuk
Kurang hati-hati pada saat memasangkan kabel listrik Terkena pukulan pencuri yang akan ditangkap Pencuri menyerang dengan senjata tajam Kurang berhati-hati saat menghadapi pencuri
Terjatuh
Terpeleset saat mengejar pencuri
Terantuk Daun Pintu
Terburu-buru
10
Terjepit pintu lift
Terlalu lama berdiri didepan pintu lift
Terjebak dalam lift
Listrik Mati Anak tangga licin, ceroboh
Menaiki Lift
11
Naik/turun tangga
Terjatuh
12
Menambah / mengisi air aquarium
Tersengat listrik
Kurang hati-hati/ceroboh Kabel listrik ada yang terkelupas Korslet / memasang accu salah Tersengat listrik
Kurang hati-hati/ceroboh Kabel telanjang bertegangan tinggi
13
Mengoperasikan genset Telinga berdengung
Suara mesin yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan Salah dalam meng "connect"
Terkena ledakan Kurang hati-hati ceroboh
14
Menanggulangi huruhara
Terbakar
Kurang hati-hati saat menanggulangi kebakaran
Terkena ledakan
Kurang hati-hati / ceroboh
Terkena panas
Terbakar saat memadamkan api kebakaran Terpeleset karena licin
Terjatuh Kurang hati-hati
15 16
Menghidupkan / mematikan lampu
Tersengat listrik, percikan bunga api
Tempat berwudhu
Jatuh / terpeleset
Saklar korslet Sandal licin Terburu-buru Lantai licin
Sandal licin Terburu-buru 17
Masuk Musholla
Jatuh / terpeleset Lantai basah, licin
18
19
20
Tabrakan
Ngebut, ceroboh
Terperosok
Masuk selokan tidak ditutup
Terkena bahan kimia
Saat menambah toner ke mesin
Terkena suhu berlebihan
Beroperasinya mesin menimbulkan udara panas / AC tidak berfungsi
Tersengat listrik
Pada saat perbaikan mesin, isolasi terkelupas
Tersengat listrik
Beroperasinya mesin menimbulkan udara panas / AC tidak berfungsi
Pernafasan terganggu
Penempatan mesin terlalu dekat dengan tempat duduk
Mengendarai kendaraan
Pelayanan fotokopi
Pengoperasian Mesin Printer
Kerusakan kompor gas Kebakaran Slang / regulator bocor 21
22
23
Pemakaian dapur
Pemakaian komputer
Pemakaian White Board
Terjatuh / terpeleset
Lantai basah / ada cairan
Terkena suhu berlebihan
Saat masak / angkat sayur / air panas / AC tidak berfungsi
Mata lelah
Terlalu lama bekerja di depan komputer atau mengetik
Terkena radiasi monitor Tulang punggung sakit
Terlalu lama duduk bekerja, duduk tidak benar
Sesak Pernafasan
Serbuk tinta terhirup pada saat menulis/menghapus.
Terlalu lama diruangan ber AC 24
Pemakaian AC
Gangguan Pernafasan Terkena angin langsung dari AC
25
Pemakaian lemari pendingin
26
Pemakaian toilet
Korsleting
Isolasi kabel rusak
Tersengat, keracunan gas freon
Tidak grounded, tabung gas freon bocor
Terpeleset / jatuh
Lantai basah / ada cairan
Terbentur
Membuka pintu kena orang lain File disimpan di tempat yang tinggi
Terjatuh 28
29
30
Pengambilan file/folder dari rak/lemari
Penggunaan Dispenser
Posisi waktu mengambil file tidak benar / memaksakan
Menghirup debu
Folder lama banyak debu
Kejatuhan arsip
Penempatan arsip tidak rapi/benar
Terkena air panas pada saat mengambil air
Kurang hati-hati
Konsleting/kebakaran
Dispenser kondisi nyala tetapi air kosong
Pemakaian alat pemotong kertas / paper cutter
Jari tangan terpotong / luka
Patroli di lingkungan perusahaan
Tertabrak
Letak alat pemotong terlalu desakdesakan dengan barang-barang lain di meja tersebut, jadi tidak bebas memakai alat tersebut Jari terlalu dekat pada pegangan alat pemotong kertas Ada kendaraan ngebut / tidak pakai lampu Kurang hati-hati / ceroboh Jalanan licin karena hujan
Terjatuh Kurang hati-hati
31
Pemakaian Stapler
Jari tangan tertusuk / terluka
Ruang penyimpanan stapler sempit Jari terlalu dekat pada mata stapler
KRITERIA PENILAIAN DAMPAK & RESIKO
I.
SEVERITY / KEPARAHAN RESIKO
BOBOT.
1
Tidak ada resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang serius ,cedera / sakit ringan (masih bisa bekerja) atau kerusakan aset senilai < Rp. 1 juta.
1
2
Menyebabkan cedera / sakit sedang (perlu alat bantu atau kronis), atau kerusakan aset senilai Rp. 1 juta - Rp. 10 Juta.
3
3
Menyebabkan cacat tetap, meninggal dunia, kebakaran / kerusakan aset penting hingga tidak dapat digunakan lagi, atau kerusakan aset senilai > Rp. 10 juta.
5
I.
DURASI / WAKTU KEGIATAN
BOBOT.
1
Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan proyek <10%
1
2
Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan proyek antara 10% s/d 30%
3
3
Waktu kegiatan terhadap total waktu pelaksanaan proyek >30%
5
II.
PROBABILITY / KEMUNGKINAN TERJADI
BOBOT
1
Frekuensi kejadian : lebih dari 1 tahun terjadi 1 kasus, atau jarang terjadi atau kecil kemungkinan terjadi , atau terjadi pada kondisi darurat / abnormal / emergency.
1
2
Frekuensi kejadian : dalam 1 tahun kadang kadang terjadi, atau terjadi bulanan , atau terjadi pada kondisi non rutin.
3
3
Frekuensi kejadian dalam 1 tahun : sering terjadi, atau terjadi harian, atau terjadi pada kondisi rutin.
5
III.
CURRENT CONTROL / PENGENDALIAN RESIKO.
BOBOT
1
Belum dilakukan pengendalian dan tidak memiliki sistem proteksi.
1
2
Telah dilakukan pengendalian dan memiliki sistem proteksi, tetapi tidak konsisten dilakukan atau tidak berfungsi baik.
3
3
Telah dilakukan pengendalian, pengendalian baik dan konsisten, memiliki sistem proteksi yang berfungsi baik ( mis : Alarm, APAR, APD, APK dll)
5
IV.
AWARENESS / KESADARAN AKAN RESIKO
BOBOT
1
Belum ada pihak yang peduli, tidak ada preventive maintenance
1
2
Kepedulian timbul dari karyawan atau telah diberikan pelatihan kesadaran, memiliki preventive maintenance tetapi tidak dilaksanakan berkala.
3
3
kepedulian timbul dari semua pihak, memiliki preventive maintenance dan dilaksanakan secara berkala
5
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C