ILMU PENYAKIT SARAF
1. Infark Serebral/Stroke Masalah Kesehatan Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam d an disebabkan oleh faktor vaskuler. Berdasarkan Riskesdas 2007, s troke merupakan penyebab kematian yang utama di Indonesia. Hasil Anamnesis(Subjective) Anamnesis(Subjective) eluhan eluhan mendadak berupa! ". elumpuhan anggota gerak satu sisi #hemiparesis$ #hemiparesis$
2. %angguan sensorik satu sisi tubuh &. 'emianopia #buta mendadak$ mendadak$ 4. (iplopia ). *ertigo +. fasia (isfagia -. (isarthria 7.
. taksia "0. ejang atau penurunan kesadaran /ntuk memudahkan digunakan istilah S1 # facial movement, Arm Movement, Movement, speech, Test Test all three$. three$. aktor Risiko ". aktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi a. /sia b. enis kelamin 3. %enetik 2. aktor risiko yang dapat dimodifikasi a. 'ipertensi b. ( 3. 5enyakit jantung d. (islipidemia e. erokok f.
5ernah mengalami 1I atau stroke
g. 5olisitemia h. 6besitas i.
urang olahraga
j.
ibrinogen tinggi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik ". 5emeriksaan tanda vital
a. 5ernapasan
b. adi 3. Suhu d. 1ekanan darah harus diukur kanan dan kiri 2. 5emeriksaaan jantung paru &. 5emeriksaan bruit karotis karotis 4. 5emeriksaan abd omen ). 5emeriksaan ekstremitas +. 5emeriksaan neurologis ". esadaran! esadaran! kualitatif dan d an kuantitatif #%lassgo8 9oma S3ale : %9S$ 2. 1anda rangsang meningeal! kaku kuduk, lasse;ue, kernig, brud
+. 5emeriksaan fungsi luhur 7. 5ada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks batang otak!
-
Refleks kornea Refleks pupil terhadap 3ahaya Refleks okulo sefalik
eadaan reflek respirasi 5emeriksaan 5enunjang! > Penegakan diagnostik (Assessment) (Assessment) (iagnosis klinis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. lasifikasi Stroke dibedakan menjadi! ". Stroke hemoragik biasanya dis ertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi. 2. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.
(iagnosis Banding embedakan stroke iskemik dan stroke st roke hemoragik sangat penting untuk penat alaksanaan pasien. omplikasi! /mumnya komplikasi terjadi jika interval serangan stroke dengan pemeriksaan atau kunjungan ke pelayanan primer terlambat. omplikasi yang biasanya ditemukan adalah dehidrasi, pneumonia, IS. IS. Penatalaksanaan Penatalaksanaan komprehensif komprehensif (Plan) (Plan) Penatalaksanaan Stabilisasi pasien dengan tindakan B9.
5ertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas. 5asang jalur infus I* dengan larutan a3l 0,? dengan ke3epatan 20 ml@jam #jangan memakai 3airan hipotonis seperti dekstrosa )? dalam air dan SAI 0,4)? karena dapat memperhebat edema otak$.
b. adi 3. Suhu d. 1ekanan darah harus diukur kanan dan kiri 2. 5emeriksaaan jantung paru &. 5emeriksaan bruit karotis karotis 4. 5emeriksaan abd omen ). 5emeriksaan ekstremitas +. 5emeriksaan neurologis ". esadaran! esadaran! kualitatif dan d an kuantitatif #%lassgo8 9oma S3ale : %9S$ 2. 1anda rangsang meningeal! kaku kuduk, lasse;ue, kernig, brud
+. 5emeriksaan fungsi luhur 7. 5ada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks batang otak!
-
Refleks kornea Refleks pupil terhadap 3ahaya Refleks okulo sefalik
eadaan reflek respirasi 5emeriksaan 5enunjang! > Penegakan diagnostik (Assessment) (Assessment) (iagnosis klinis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. lasifikasi Stroke dibedakan menjadi! ". Stroke hemoragik biasanya dis ertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi. 2. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.
(iagnosis Banding embedakan stroke iskemik dan stroke st roke hemoragik sangat penting untuk penat alaksanaan pasien. omplikasi! /mumnya komplikasi terjadi jika interval serangan stroke dengan pemeriksaan atau kunjungan ke pelayanan primer terlambat. omplikasi yang biasanya ditemukan adalah dehidrasi, pneumonia, IS. IS. Penatalaksanaan Penatalaksanaan komprehensif komprehensif (Plan) (Plan) Penatalaksanaan Stabilisasi pasien dengan tindakan B9.
5ertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas. 5asang jalur infus I* dengan larutan a3l 0,? dengan ke3epatan 20 ml@jam #jangan memakai 3airan hipotonis seperti dekstrosa )? dalam air dan SAI 0,4)? karena dapat memperhebat edema otak$.
Berikan 62 ! 2>4 liter@menit via kanul hidung. angan memberikan makanan atau minuman le8at mulut.
Stroke 'emoragik ". enurunkan tekanan darah untuk men3egah perdarahan ulang pada orang yang dasarnya normotensif #tensi normal$ diturunkan sampai sist olik "+0 mm'g,pada orang yang hipertensif sedikit lebih tinggi. 2. 1ekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan 3ara meninggikan p osisi kepala ")> &0? #satu bantal$ sejajar dengan bahu Ren3ana 1indak Aanjut ". emodifikasi gaya hidup sehat a. emberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari lingkungan perokok b. enghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol 3. engurangi berat badan pada penderita stroke yang obes d. elakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau 1I. Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang 3ukup berarti hingga berkeringat atau meningkatkan meningkatkan denyut jantung ">& kali perminggu. perminggu. 2. engontrol faktor risiko a. 1ekanan darah b. %ula darah pada pasien ( 3. olesterol d. 1rigliserida e. antung &. 5ada pasien stroke iskemik diberikan obat> obat antiplatelet! asetosal, klopidogrel onseling Cdukasi D engedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya s erangan erangan kedua. D ika terjadi t erjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer. D enga8asi agar pasien teratur minum obat. D embantu pasien menghindari faktor risiko. riteria Rujukan Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan penanganan a8al selanjutnya dirujuk ke pelayanan sekunder #dokter spesialis saraf$. SaranaPrasarana ". lat pemeriksaa p emeriksaan n neurologis.
2. Infus set. &. 6ksigen. 4. 6bat antiplatelet. antiplatelet. Prognosis *itam ! 1ergantung luas dan letak l esi ungsionam ! 1ergantung luas dan letak lesi Sanationam ! (ubia.
eferensi R eferensi
elompok studi stroke. Stroke. 5erdossi. 20"". ekam R ekam
Medik o. I959 II! 0 Stroke@3erebrovas3u Stroke@3erebrovas3ular lar a33ident No. ICD X: I63.9 Cerebral infar!ion" #n$%eifie&
2. Kejang emam Masalah Kesehatan ejang (emam #($ adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh #suhu rektal E &-o 9$ akibat dari suatu proses ekstra kranial. ejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain. Hasil Anamnesis(Subjective) Anamnesis(Subjective) eluhan namnesis dimulai dari ri8ayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang,kemudian men3ari kemungkinan adanya faktor pen3etus atau penyebab kejang. /mumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tan da>tanda neurologi neurologi post iktal. 5asien penting untuk ditanyakan ri8ayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat>obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau 3edera akibat kejang. aktor risiko ". (emam
a. (emam yang berperan pada (, akibat! ernafasan ' Infeksi saluran p ernafasan ' Infeksi saluran pen3ernaan ' Infeksi saluran air seni ' Roseola infantum ' 5aska imunisasi
b. (erajat demam! demam! ' 7)? dari anak dengan demam F & 09 ' 2)? dari anak dengan demam E 40 09
2. /sia a. /mumnya terjadi pada usia + bulanG+tahun b. 5un3ak tertinggi tertinggi pada usia "7G2& bulan 3. ejang demam sebelum )G+ bulan mungkin disebabkan oleh infeksi SS5 d. ejang demam diatas umur + tahun, perlu dipertimbangkan fe dipertimbangkan febrile seizure plus #SH$. &. %en a. Risiko meningkat 2G& bila saudara kejang demam b. Risiko meningkat )? bila bila orang tua menderita kejang demam demam Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5emeriksaan fisik dimulai dengan tanda>tanda vital, men3ari t anda>tanda trauma akut kepala, dan adanya kelainan sistemik, terpapar
5emeriksaan penunjang /ntuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak, dip erlukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain, yaitu! ". Aaboratorium darah, seperti! kadar gula darah, elektrolit, dan hitung jenis. 5emeriksaan ini dianjurkan pada pasien dengan kejang p ertama. 2. 5emeriksaan urin direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki ke3urigaan fokus infeksi. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. lasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu! a. ejang demam sederhana
-
ejang generalisata (urasi! J ") menit ejang tidak disebabkan oleh adanya meningitis, en3ephalitis, atau penyakit yang berhubungan dengan gangguan di otak ejang tidak berulang dalam 24 jam.
b. ejang demam kompleks
-
ejang fokal (urasi! E ") menit (apat terjadi kejang berulang dalam 24 jam.
(iagnosis Banding ". eningitis 2. Cnsefalitis &. Cpilepsi 4. %angguan metabolik, seperti! gangguan elektrolit. omplikasi ". erusakan se,l otak 2. Risiko kejang atypi3al apabila kejang demam s ering berulang Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan D eluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam dan prognosisnya.
D 5emberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan! a. (ia
onseling Cdukasi onseling dan edukasi dilakukan u ntuk membantu pihak keluarga mengatasi pengalaman menegangkanakibat kejang demam dengan memberikan informasi mengenai! ". 5rognosis dari kejang demam. 1idak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan intelektual akibat kejang demam. &. ejang demam kurang dari &0 menit tidak mengakibatkan kerusakan otak. 2.
4. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan. ). Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah risiko itu. riteria Rujukan D pabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi. D pabila kejang demam sering berulang disarankan CC%. SaranaPrasarana 1abung 62 (ia
R eferensi
". Csau, R. et al British Columbia’s Children’s Hospital Pediatric Drug Dosage Guidelines. )th edition.*an3ouver! (epartment of 5harma3y 9hildrenKs and LomenKs 'ealth 9 entre of British 9olumbia. 200+.
2. Aau, C. et al Drug Hand book and Formular !""#$!""%. 1oronto!1he (epartment of 5harma3y, 1he 'ospital for Si3k 9hildren. 2007. &. 3Cvoy, %. et al. AHF& Drug 'nformation !""(. Bethesda!meri3an So3iety of 'ealth> System 5harma3ists, In3., 200. 4. Guidelines and protocol febrile seizures. September, 20"0. R ekam
Medik o. I959 II! 07 9onvulsion@Sei
!. "ertigo Masalah Kesehatan *ertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya. 5ersepsi gerakan bisa berupa! ". *ertigo vestibular adalah rasa berputar yang ti mbul pada gangguan vestibular.
2. *ertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan system proprioseptif atau system visual Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu! ". *ertigo vestibular perifer. 1erjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis 2. *ertigo vestibular sentral. 1imbul pada lesi di nu3leus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri. *ertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain! akibat ke3elakaan,stres, gangguan pada t elinga bagian dalam, obat>obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain>lain. Se3ara spesifik, penyebab vertigo, adalah! - *ertigo vestibular *ertigo perifer disebabkan oleh Benign Paro)ismal Positional *ertigo #B55*$, Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus *III, microvaskular compression, fistel perilimfe. *ertigo sentral disebabkan oleh migren, 9*(, tunmor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi. - *ertigo non vestibular (isebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis s ervikalis, trauma leher, presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik. B55* adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala. B55* adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4? dalam kehidupan seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 20"", prevalensi akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di atas + 0 tahun dibandingkan dengan "->& tahun. Aebih sering terjadi pada 8anita daripada laki>laki. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan "ertigo #estibular enimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah. *ertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai mual atau muntah dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan
pendengaran berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. *ertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak t erpengaruh oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual dan muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. eluhan dapat disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. 1. "ertigo non #estibular Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, b erlangsung konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan biasanya di3etuskan oleh gerakan objek s ekitarnya seperti di tempat keramaian misalnya lalu lintas ma3et. 5ada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai! D (eskripsi jelas keluhan pasien. 5using yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang. ". Bentuk serangan vertigo! - 5using berputar. - Rasa goyang atau melayang. 2. Sifat serangan vertigo! - 5eriodik. - ontinu. - Ringan atau berat. &. aktor pen3etus atau situasi pen3etus dapat berupa! - 5erubahan gerakan kepala atau posisi. - Situasi! keramaian dan emosional. - Suara. 4. %ejala otonom yang menyertai keluhan vertigo! - ual, muntah, keringat dingin. - %ejala otonom berat atau ringan. ). da atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti ! tinitus atau tuli. +. 6bat>obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti! streptomisin, gentamisin, kemoterapi. 7. 1indakan tertentu! temporal bone surger, transtmpanal treatment+ -. 5enyakit yang diderita pasien! (, hipertensi, kelainan jantung. . (efisit neurologis! hemihipestesi, baal 8ajah satu s isi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris. %ambaran klinis B55* ! *ertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi 5ada 8aktu bberbaring, bangkit dari tidur, membungkuk. atau menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam 8aktu singkat, biasanya kurang dari "0>&0 detik. *ertigo pada B55* dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang>kadang muntah. Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan dii kuti disekulibrium selama beberapa hari sampai minggu. B55* dapat mun3ul kembali. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5emeriksaan umum •
•
•
5emeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari &0 mm'g. 5emeriksaan neurologis o
esadaran! kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
o
o o o
ervus kranialis! pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, I*, *I, * sensorik, *II, *III, I=, =, =I, =II. otorik! kelumpuhan satu sisi #hemiparesis$. Sensorik! gangguan sensorik pada satu sisi #hemihipestesi$. eseimbangan #pemeriksaan khusus neuro>otologi$!
1es nistagmus! istagmus disebutkan berdasarkan komponen 3epat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi l esi! unilateral, perifer, bidireksional, sentral. 1es rhomberg! ika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. ika pada mata tertutup pasien 3enderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif. 1es rhomberg dipertajam #&harpen homberg $! ika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. ika pada mata tertutup pasien 3enderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif. 1es jalan tandem! pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. 5ada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi. 1es ukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sis i lebih dari &0 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter. 1es past pointing , pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. 5ada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
5emeriksaan 5enunjang 5emeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis. 1abel perbedaan vertigo vestibuler dan non vestibuler!
2. B55* Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan 5asien dilakukan latihan vestibular #vesti bular e)ercise$ dengan metode brandDaroff .
5asien duduk tegak di pinggir tempat t idur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan 3epat ke salah satu sisi, pertahankan selama &0 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah &0 detik, baringkan dengan 3epat ke sisi lain. 5ertahankan selama &o detik, lalu duduk kembali. Aakukan latihan ini & kali pada pagi, siang dan malam hari masing>masing diulang )v kali s erta dilakukan selama 2 minggu atau & minggu dengan latihan pagi dan s ore hari. arena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Aamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan o o
o
o
o
ntihistamin #dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin$ (imenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 G + jam. 6bat dapat diberi per oral atau parenteral #suntikan intramuskular dan intravena$, dengan dosis 2) mg G )0 mg #" tablet$, 4 kali sehari. (ifhenhidramin '9l. Aama aktivitas obat ini ialah 4 G + jam, diberikan dengan dosis 2) mg #" kapsul$ G )0 mg, 4 kali sehari per oral. Senya8a Betahistin #suatu analog histamin$!
Betahistin esylate dengan dosis "2 mg, & kali sehari per oral.
Betahistin '9l dengan dosis ->24 mg, & kali sehari. aksimum + tablet dibagi dalam beberapa dosis.
alsium ntagonis 9innari&0 mg, & kali sehari atau "7) mg sehari.
1erapi B55*! omunikasi dan informasi! arena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi 3emas dan k ha8atir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. 6leh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bah8a B55* bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa 8aktu, namun kadang>kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali. 6bat antivertigo seringkali tidak d iperlukan namun apablia terjadi dis>ekuilibrium pas3a B55*, pemberian betahistin akan berguna untuk memper3epat kompensasi.
1erapi B55* kanal posterior ! ". anuver Cpley 2. 5rosedur Semont &. etode Brand (aroff Ren3ana 1indak Aanjut *ertigo pada pasien perlu pemantauan untuk men3ari penyebabnya kemudian dilakukan tatalaksana sesuai penyebab. onseling Cdukasi ". eluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam men3ari penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai p enyebab. 2. endorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular. riteria Rujukan ". *ertigo vestibular type sentral harus segera dirujuk. 2. 1idak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi farmakologik dan non farmakologik. SaranaPrasarana ". 5alu refle
2. Spygmomanometer &. 1ermometer 4. %arpu tala #penala$ ). 6bat antihistamin +. 6bat antagonis kalsium Prognosis 1ergantung etiologi 5ada B55*, prognosis! *itam! Bonam ungsionam! Bonam Sanationam! (ubia R eferensi
". elompok Studi *ertigo. 5edoman 1atalaksana *ertigo. 5ehimpunan (okter S pesialis eurologi #5erdossi$. 20"2. 2. Sura, (, e8ell, S. 20"0. *ertigo> (iagnosis and management in primary 3are, B5 20"0M$!a&)". &. Aempert, 1, euhauser, '. 200. Cpidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in ournal erology 200!2)!&&&>&&-. 4. Aabuguen, R'. 200+. Initial Cvaluation of *ertigo ini o urnal meri3an amily 5hysi3ian anuary "), 200+ *olume 7&, umber 2. ). ardjono , Sidharta 5. eurologi linis (asar. akarta! (ian RakyatM 200-. +. 1urner, B, Ae8is, C. 20"0. Symposium eurology !Systemati3 pproa3h that eeded for establish of *etigo. 1he 5ra3titioner September 20"0 > 2)4 #"7&2$! ">2&. 7. 9hain, 19.200. 5ra3ti3al eurology &rd edition! pproa3h to the 5atient 8ith (i<
4.
elirium
Masalah Kesehatan (elirium adalah gangguan kesadaran yang ditandai d engan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan p erhatian. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan 5asien datang dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan! D Berkurangnya atensi
D %angguan psikomotor D %angguan emosi D rus dan isi pikir yang ka3au D %angguan siklus bangun tidur %ejala diatas terjadi dalam jangka 8aktu yang pendek dan 3enderung berfluktuasi dalam sehari 'asil yang dapat diperoleh pada auto anamnesis, yaitu! ". 5asien tidak mampu menja8ab pertanyaan dokter sesuai dengan apa yang diharapkan, ditanyakan. 2. danya perilaku yang tidak terkendali. lo anamnesis, yaitu! danya gangguan medik lain yang mendahului terjadinya gejala delirium, misalnya gangguan medik umum, atau penyalahgunaan tanda vital dan pemeriksaan fisik generalis terutama sesuai penyakit utama. 5emeriksaan penunjang 1idak dilakukan pada layanan primer. 5emeriksaan yang dilakukan untuk delirium, a dalah! ". Mini$mental &tate -)amination #SC$. 2. 5emeriksaan laboratorium bertujuan untuk men3ari (iagnosis penyakit utama, yaitu!
'emoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, gula darah, elektrolit #terutama natrium$, S%61, S%51, ureum, kreatinin, urinalisis, analisis gas darah, foto toraks, elektrokardiografi, dan 91 S3an kepala, jika diperlukan. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Confusion Assessment Method #lgoritma$
riteria (iagnosis untuk delirium dalam (S>I*>1R #(iagnosis and &tatistical Manual for Mental Disorder . '* . Te)t evised $, adalah! D %angguan kesadaran disertai dengan menurunnya kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, dan mengubah perhatianM D %angguan 5erubahan kognitif #seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa$ atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak berkaitan dengan demensia sebelumnya, yang sedang berjalan atau memberatM D 5erkembangan dari gangguan selama periode 8aktu yang singkat #umumnya jam sampai hari$ dan ke3enderungan untuk berfluktuasi dalam perjalanan hariannyaM D Bukti dari ri8ayat, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium, bah8a gangguan tersebut disebabkan oleh! #a$ kondisi medis umum, #b$ i ntoksikasi, efek samping, putus obat dari suatu substansi. (iagnosis Banding ". (emensia. 2. 5sikosis fungsional. &. elainan neurologis. Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 1ujuan 1erapi! a. en3ari dan mengobati penyebab delirium
b. emastikan keamanan pasien 3. engobati gangguan perilaku terkait delirium, misalnya agitasi psikomotor 5enatalaksanaan D ondisi pasien harus dijaga agar terhindar dari risiko ke3elakaan selama pera8atan. D pabila pasien telah memperoleh pengobatan, sebaiknya tidak menambahkan obat pada t erapi yang sedang dijalanin oleh pasien. D Bila belum mendapatkan pengobatan, pasien dapat diberikan obat anti psikotik. 6bat ini diberikan apabila ditemukan gejala psikosis dan atau agitasi, yaitu! 'aloperidol injeksi 2>) mg Intrauskular #I$@ Intra*ena #I*$. Injeksi dapat diulang setiap &0 menit, dengan dosis maksimal 20 mg@hari. onseling Cdukasi
emberikan informasi terhadap keluarga@ care giver agar mereka dapat memahami tentang delirium dan terapinya. riteria Rujukan Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit uta manya. SaranaPrasarana > Prognosis *itam! dubia ungsionam! dubia Sanationam! dubia 1ergantung pada penyakit yang mendasarinya. R eferensi
meri3an 5sy3hiatri3 sso3iation. (iagnosti3 and Statisti3al anual for ental (isorder, 1et Revision 4th Cd. Lashington, (9. 5, 2000. 1.
(. 9' Soejono. Sindrom (elirium # Acute Confusional &tate$. (alam! Buku jar Ilmu 5enyakit
(alam ilid I Cdisi *. Interna 5ublishing, 200. 3. Inouye S, van (y3k 9', lessi 9, et al. 9larifying 3onfusion! the 3onfusion ssessment
method! a ne8 method for dete3tion of delirium. nn Intern ed. "0M""&!4">-. ). osephson S, iller BA. 9onfusion and delirium. (alam! 'arrisonKs 5rin3iples of Internal
edi3ine, "7th Cd. 3%ra8'ill, 200-. *. ane RA, 6uslander %, brass IB, Resni3k B. Cs sentials of 9lini3al %eriatri3s +th Cdition.
3%ra8'ill 9o, 200. 6. mir, . 5amusu, (. dkk. 5edoman asional 5elayanan esehatan #55$ i8a@5skiatri. 5engurus 5usat 5ersatuan (okter Spesialis edokteran i8a In donesia #55 5(SI$. 20"2. +. 5B 55(I. 5anduan 5elayanan edik! 5erhimpunan (okter Spesialis 5enyakit (alam
Indonesia. akarta. 200-. ,. (C5CS RI. 5edoman 5elayanan esehatan i8a (asar di 5 uskesmas. 2004. 9. (inkes 5rovinsi abar. 5 edoman Standar 5engelolaan 5enyakit berdasarkan ke8enangan
tingkat 5elayanan esehatan. 20"2. R ekam
Medik o. I959 II! 57" 6rgani3 psy3hosis other o. I9( =! 0). (elirium, unspe3ified
$. %etanus Masalah Kesehatan 1etanus adalah penyakit pada sistem sar af yang disebabkan oleh tetanospasmin. 1etanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang #trismus, lock/a0$, serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot>otot batang tubuh. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan anifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. anifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 ma3am yaitu! ". 1etanus lokal
%ejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. 1etanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum. 2. 1etanus sefalik Bentuk tetanus lokal yang mengenai 8ajah dengan masa inkubasi ">2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis. %ejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. 1etanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek. &. 1etanus umum@generalisata %ejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut #opisthotonus$, rasa sakit dan ke3emasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan s eperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik. 4. 1etanus neonatorum 1etanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, %ejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. aktor Risiko! > Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik (apat ditemukan! kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. D 5ada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.
D 5ada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. D 5ada tetanus umum@generalisata adanya! trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan p erut #opisthotonus$, fleksi>abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik. D 5ada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi t ubuh klasik! trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada s iku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas ba8ah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari>jari kaki. 5emeriksaan 5enunjang 1idak ada pemeriksaan penunjang yang sp esifik. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan ri8ayat imunisasi. 1ingkat keparahan tetanus! riteria 5attel oag D riteria "! rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot t ulang belakang. D riteria 2! Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat keparahan. D riteria &! asa inkubasi N 7hari. D riteria 4! 8aktu onset N4- jam. D riteria )! 5eningkatan temperaturM rektal "00O # E 40 0 9$, atau aksila O # &7,+ O9 $. Grading D (erajat " #kasus ringan$, terdapat satu kriteria, biasanya riteria " atau 2 #tidak ada kematian$. D (erajat 2 #kasus sedang$, terdapat 2 kriteria, biasanya riteria " dan 2. Bi asanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 4- jam #kematian "0?$.
D (erajat & #kasus berat$, terdapat & riteria, biasanya masa inkubasi k urang dari 7 hari atau onset kurang dari 4- jam #kematian &2?$. D (erajat 4 #kasus sangat berat$, terdapat minimal 4 riteria #kematian +0?$. D (erajat ), bila terdapat ) riteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum #kematian -4?$. (erajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi lbleetKs ". %rade " #ringan$ 1rismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia. 2. %rade 2 #sedang$ 1rismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan at au sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu. &. %rade & #berat$ 1rismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat. 4. %rade 4 #sangat berat$ %ejala pada grade & ditambah gangguan otonom yang berat, s ering kali menyebabkan Pautonomic stormQ. (iagnosis Banding ". eningoensefalitis 2. 5oliomielitis &. Rabies 4. Aesi orofaringeal ). 1onsilitis berat 5eritonitis 7. 1etani, timbul karena hipokalsemia dan hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah. -. era3unan Stry3hnine . Reaksi fenotia
omplikasi ". Saluran pernapasan (apat terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis akibat obstruksi oleh sekret, pneumotoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi. 2. ardiovaskuler omplikasi berupa aktivitas simpatis yang meningkat antara lain berupa takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. &. 1ulang dan otot 5ada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa t erjadi perdarahan dalam otot. 5ada tulang dapat terjadi fraktura kol umna vertebralis akibat kejang yang terus>menerus terutama pada anak dan orang de8asa. Beberapa peneliti melaporkan juga dapat terjadi miositis ossifikans sirkumskripta. &. omplikasi yang lain Aaserasi lidah akibat kejang, dekubitus k arena penderita berbaring dalam satu posisi sa ja, panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan D anajemen luka 5asien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya kuman C+tetani harus mendapatkan pera8atan luka. Auka dapat menjadi luka yang rentan mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus dengan kriteria sebagai berikut!
Rekomendasi manajemen luka traumatik ". Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen. 2. Ri8ayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan. &. 11 harus diberikan jika ri8ayat boost er terakhir lebih dari "0 tahun jika ri8ayat imunisasi tidak diketahui, 11 dapat diberikan. 4. ika ri8ayat imunisasi terakhir lebih dari "0 tahun yang lalu, maka tetanus i munoglobulin #1Ig$ harus diberikan. eparahan luka bukan faktor penentu pemberian 1Ig D 5enga8asan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi. D Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti su ara, 3ahaya>ruangan redup dan tindakan terhadap penderita. D (iet 3ukup kalori dan protein &)00>4)00 kalori per hari dengan "00>")0 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral. D 6ksigen, pernafasan buatan dan t rakeostomi bila perlu. D ntikonvulsan diberikan se3ara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon klinis. (ia- mg@hari. Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dialahan dengan dosis optimum "0 mg@kali diulang setiap kali kejang. emudian diikuti pemberian dia
tetrasiklin, )00 mg 56 atau I* setiap + jam selama "0 hari. 5emberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan. 1etrasiklin, eritromisin dan metronida)0 mg@kgBB@hari dalam 4 dosis. Critromisin! )0 mg@kgBB@hari dalam 4 dosis, selama "0 hari. etronida
5emberian 1etanus 1oksoid #11$ yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. 5emberian dilakukan dengan dosis inisial 0,) ml t oksoid intramus3ular diberikan 24 jam pertama. 5emberian 11 harus dilanjutkan sampai i munisasi dasar terhadap tetanus selesai.
6ksigen, pernafasan buatan dan tra3heostomi bila perlu.
engatur keseimbangan 3airan dan elektrolit.
onseling Cdukasi 5eran keluarga pada pasien dengan risiko t erjadinya tetanus adalah memotivasi untuk dila kukan vaksisnasi dan penyuntikan 1S. Ren3ana 1indak Aanjut 5emberian 11 harus dilanjutkan sampai i munisasi dasar terhadap tetanus selesai. 5engulangan dilakukan - minggu kemudian dengan dosis yang sama dengan dosis i nisial.
Booster dilakukan +>"2 bulan kemudian. Subse;uent booster, diberikan ) tahun berikutnya. Aaporkan kasus 1etanus ke dinas kesehatan setempat.
riteria Rujukan ". Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama. 2. 1erjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan. &. Rujukan ditujukan ke pelayanan sekunder #spesialis n eurolog$. SaranaPrasarana ". Sarana pemeriksaan neurologis
2. 6ksigen &. Infus set 4. 6bat antikonvulsan Prognosis *itam! (ubia ada Bonam ungsionam! (ubia ad Bonam Sanationam! Bonam R eferensi
". elompok studi euroinfeksi, 1etanus dalam Infeksi pada sistem saraf. 5erdossi. 20"2. 2. Ismanoe, %atot. 200+. Buku jar Ilmu 5enyakit (alam. ilid I. Cdisi k e 4. akarta! /I. 'al "7>"-0+. &. 2"&.
4. Raus3her A. 1etanus. (alam !S8ash , 6bury , penyunting. 9lini3al eurology. Cdinburg ! 9hur3hill Aivingstone, "" M -+)>-7". ). Behrman, Ri3hard C., (M liegman, R obert .,( M enson 'al. B.,(, elson 1etbook of 5ediatri3s *ol "Q "7 th edition L.B. Saunders 9ompany. 2004. +. Soedarmo, Sumarrno S.5oo8oM %arna, 'erryM 'adinegoro Sri R ejeki S, Buku jar Ilmu esehatan nak, Infeksi 5enyakit 1ropis, Cdisi pertama, Ikatan (okter nak Indonesia. 7. L'6 e8s and a3tivities. 1he %lobal Cliination of neonatal tetanus! progress to date, Bull L'6 "4M 72 ! "))>")7. R ekam
Medik o. I959 II ! 72 1etanus o. I9( = ! &) 6ther tetanus
&. R abies Masalah Kesehatan Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat yang dis ebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Ayssa>virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui gigitan he8an yang terinfeksi #anjing, monyet, ku3ing, serigala, kelela8ar$ Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post$e)posure prophla)is tidak diberikan sebelum onset gejala berat. *irus rabies bergerak ke otak melalui saraf perifer. asa inkubasi dari penyakit ini t ergantung pada seberapa jauh jarak perjalanan virus untuk men3apai sistem saraf pusat, biasanya mengambil masa beberapa bulan. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan ". Stadium prodromal %ejala a8al berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
2. Stadium sensoris 5enderita merasa nyeri, merasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala 3emas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensoris. &. Stadium eksitasi 1onus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. 'al yang sangat khas pada stadi um ini adalah mun3ulnya ma3am>ma3am fobia seperti hidrofobia. ontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan udara ke muka penderita. 5ada stadium ini dapat terjadi apneu, sianosis, konvulsan, dan takikardia. 1indak tanduk penderita tidak rasional kadang maniakal disertai dengan responsif. %ejala eksitasi terus berlangsung sampai penderita meninggal. 4. Stadium paralisis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium sebelumnya, namun kadang ditemukan pasien yang tidak menunjukkan gejala eksitasi melainkan paresis otot yang terjadi se3ara progresif karena gangguan pada medulla spinalis. 5ada umumnya rabies pada manusia mempunyai masa inkubasi &>- minggu. %ejala>gejala jarang timbul sebelum 2 minggu dan biasanya timbul sesudah "2 minggu. engetahui port de entr dan virus tersebut se3epatnya pada tubuh pasien merupakan kun3i untuk meningkatkan pengobatan pas3a gigitan # post e)posure therap$. 5ada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan. 1etapi pasien sekarang mengeluh tentang p erasaan #sensasi$ yang lain ditempat bekas gigitan tersebut. 5erasaan itu dapat berupa rasa tertusuk, gatal> gatal, rasa terbakar #panas$, berdenyut dan s ebagainya.
namnesis penderita terdapat ri8ayat tergigit, ter3akar atau kontak dengan anjing, ku3ing, atau binatang lainnya yang! ". 5ositif rabies #hasil pemeriksaan otak he8an tersangka$. 2. ati dalam 8aktu "0 hari sejak menggigit bukan dibunuh$. &. 1ak dapat diobservasi setelah menggigit #dibunuh, lari, dan sebagainya$. 4. 1ersangka rabies #he8an berubah sifat, malas makan, dll$. asa inkubasi rabies &>4 bulan #)?$, bervariasi antara 7 hari>7 tahun. Aamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan, dan lokasi lu ka gigitan #jauh dekatnya ke sistem saraf pusat, derajat patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan$. Auka pada kepala inkubasi 2)>4- hari, dan pada ekstremitas 4+>7- hari. aktor Risiko! > Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5ada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan. 5ada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada l uka bekas gigitan yang s udah sembuh #)0?$, mioedema #menetap selama perjalanan penyakit$. ika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat ! hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, si ndroma abnormalitas (', paralitik@paralisis flaksid.
5ada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian. 1anda patognomonis
Cn3ephalitis Rabies! agitasi, kesadaran fluktuatif, demam ti nggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa ter3ekik #inspiratoris spasme $, hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia. 5emeriksaan 5enunjang 'asil pemeriksaan laboratorium kurang bermakna. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan dengan ri8ayat gigitan #H$ dan he8an yang menggigit mati dalam " minggu. %ejala fase a8al tidak khas! gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan parestesia pada daerah gigitan. %ejala lanjutan! agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa ter3ekik #inspiratoris spasme$, hipersallivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia. (iagnosis Banding ". 1etanus. 2. Cnsefalitis. &. lntoksikasi obat>obat. 4. apanese en3ephalitis. ). 'erpes simple. +. Cnsefalitis post>vaksinasi. omplikasi D %angguan hipotalamus! diabetes insipidus, disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipo@hipertermia, aritmia dan henti jantung.
D ejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan aritmia dan dspnea. Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan ". Isolasi pasien penting segera setelah diagnosis ditegakkan untuk menghindari rangsangan>rangsangan yang bisa menimbulkan s pasme otot ataupun untuk men3egah penularan. 2. ase a8al! Auka gigitan harus segera di3u3i dengan air sabun #detergen$ )>"0 menit kemudian dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40>70?, tinktura yodii atau larutan ephiran, ika t erkena selaput lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka 3u3ilah ka8asan tersebut dengan air lebih lamaM pen3egahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi. &. ase lanjut! tidak ada terapi untuk penderita rabies yang sudah menunjukan gejala rabies, penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas. 4. 5emberian Serum nti Rabies #SR$ Bila serumheterolog #berasal dari serum kuda$ (osis 40 I/@ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak>banyaknya, sisanya disuntikkan se3ara I. &kin test perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog #berasal dari serum manusia$ dengan dosis 20 I/@ kgBB, dengan 3ara yang sama. ). 5emberian serum dapat dikombinasikan dengan *aksin nti Rabies #*R$ pada hari pertama kunjungan. +. 5emberian *aksin nti Rabies #*R$ dalam 8aktu "0 hari infeksi yang dikenal sebagai post$e)posure prophla)is atau P5C5Q*R se3ara I pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,) ml pada hari 0, &, 7,"4, 2- #regimen Cssen atau rekomendasi L'6$, atau pemberian *R 0,) ml pada hari 0, 7, 2" #regimen agreb@rekomendasi (epkes RI$. 7. 5ada orang yang sudah mendapat vaksin rabies dalam 8aktu ) tahun terakhir, bila di gigit binatang tersangka rabies, vaksin 3ukup diberikan 2 dosis pada hari 0 dan &, namun bila gigitan berat vaksin diberikan lengkap. -. 5ada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher ke atas, pada j ari tangan dan genitalia diberikan SR 20 I/@kgBB dosis tunggal. 9ara pemberian SR adalah setengah dosis infiltrasi pada sekitar luka dan setengah dosis I pada tempat yang berlainan dengan suntikan SR, diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama SR.
onseling Cdukasi ". eluarga ikut membantu dalam halpenderita rabies yang sudah menunjukan gejala rabies untuk segera diba8a untuk penanganan segera ke fasilitas kesehatan. 5ada pasien yang digigit he8an tersangka rabies, keluarga harus menyarankan pasien untuk vaksinasi. 2. Aaporkan kasus Rabies ke dinas kesehatan setempat. riteria Rujukan ". 5enderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies. 2. (irujuk ke pelayanan sekunder #dokter spesialis neurolog$. SaranaPrasarana ". 9airan desinfektan
2. Serum nti Rabies &. *aksin nti Rabies Prognosis *itam! alam
ungsionam! (ubia ad sanationam Sanationam! (ubia ad sanationam ematian dapat men3apai "00? apabila virus rabies men3apai SS5. 5rognosis selalu fatal karena sekali gejala rabies terlihat, hampir selalu kematian terjadi dalam 2>& hari sesudahnya sebagai akibat gagal napas@henti jantung ika dilakukan pera8atan a8al setelah digigit anjing pengidap rabies, seperti pen3u3ian luka, pemberian *R dan SR, maka angka survival "00?. R eferensi
". 'arijanto, 5aul dan %una8an, 9arta . 200+. B uku jar Ilmu 5enyakit (alam. ilid I. C disi ke 4. akarta! /I. 'al "7&+>. 2. (ennis (, Cugene B. (, Infe3tion (u e to R viruses, 'arrisons Internal edi3ine "+th edition, 3%ra8 'ill, edi3al 5ublishing (ivision, 200). &. 1he erk anual of edi3al information, Rabies, b rain and spinal 3ord disorders, infe3tion of the brain and spinal 3ord.200+ p, 4-4>4-+. 4. lan 9. a3kson, 8illiam '. Lunner #2002$ Rabies 3ademi3 5ress, p. 20, ISB o"2&7077-. ). Aarry Crnest (avis, olly . ing, essi3a A. S3hult< #200)$ undamentals of neurologi3 disease (emos edi3al 5ublishing, AA3, p.7& ISB "---7-4+. +. (adheu A Reynes >, Bu3hy 5, et al. #200-$. P reliable diagnosis of human rabies based on analysis of skin biopsy spe3imensQ. 3lin Infe3t (is 4 7 #""$! "4"0>"4"7. doi! "0."0-+@)2+. 7. (iagnosis 9(9 Rabies. "+00 3lifton Rd. tlanta, % &0&&&, /S! 3enters for (isease 3ontrol and 5revention. 2007>0>0&. http!@@888.3d3.gov@R[email protected]. Retrieved 200->02>"2. -. umar and 3lark, Rhabdoviruses Rabies, 9lini3al edi3ine. L.B Saunders 9ompany Atd, 200+. 'al )7>)-. . Ranjan, Remnando. Rabies, tropi3al infedtious disease epidemiology, investigation, diagnosis and management. 2002. 'al 2">27. R ekam
Medik o. I959 II ! 77 *iral disease other@6S o. I9( = ! -2. Rabies, /nspe3ified
'. (pilepsi Masalah Kesehatan Cpilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epil epsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan yang dimaksud dengan bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron. Ctiologi epilepsi! ". Idiopatik! tidak terdapat lesi struktural di ota k atau defisit neurologis dan diperkirakan tidak mempunyai predisposisi genetik dan u mumnya berhubungan dengan usia. 2. riptogenik! dianggap simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini sndrome 0est, sndrome 1enno)$Gastatut dan epilepsi mioklonik. &. Simptomatik! bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan@lesi struktural pada otak, misalnya 3edera kepala, infeksi SS5, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik #alkohol, obat$, metabolik, kelainan neurodegeneratif. Hasil Anamnesis(Subjective) da tiga langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu! ". Aangkah pertama! memastikan apakah k ejadian yang bersifat paroksismal merupakan bangkitan epilepsi. 5ada sebagian besar kasus, diagnosis epilepsi dapat ditegakkan berdasarkan
informasi yang diperoleh dari anamnesis baik auto maupun allo>anamnesis dari orang tua maupun saksi mata yang lain. a. %ejala sebelum, selama dan paska bangkitan - eadaan penyandang saat bangkitan! duduk@ berdiri@ bebaring@ tidur@ berkemih. - %ejala a8itan #aura, gerakan@ sensasi a8al@ speech arrest $. - 5ola@bentuk yang tampak selama bangkitan! gerakan tonik@klonik, vokalisasi, otomatisme, inkontinensia, lidah tergigit, pu3at berkeringat, deviasi mata. - eadaan setelah kejadian! bingung, terjaga, nyeri kepala, tid ur, gaduh gelisah, 1oddKs paresis. - aktor pen3etus! alkohol, kurang tidur, hormonal. - umlah pola bangkitan satu atau lebih, atau terdapat perubahan pola bangkitan. b. 5enyakit lain yang mungkin diderita sekarang maupun ri8ayat penyakit neurologik dan ri8ayat penyakit psikiatrik maupun penyakit sistemik yang mungkin menjadi p enyebab. 3. /sia a8itan, durasi, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan. d. Ri8ayat terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap terapi #dosis, kadar 6C, kombinasi terapi$. e. Ri8ayat penyakit epilepsi dalam keluarga. f. Ri8ayat keluarga dengan penyakit neurologik lain, penyakit psikitrik atau sist emik. g. Ri8ayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan perkembangan bayi@anak. h. Ri8ayat bangkitan neonatal@kejang demam. i. Ri8ayat trauma kepala, infeksi SS5. 2. Aangkah kedua! apabila benar terdapat bangkitan epilepsi, maka tentukan bangkitan tersebut bangkitan yang mana #klasifikasi IAC "-"$. &. Aangkah ketiga! menentukan etiologi, sindrom epilepsi, atau penyakit epilepsi apa yang diderita pasien dilakukan dengan memperhatikan klasifikasi IAC "-. Aangkah ini penting untuk menentukan prognosis dan respon terhadap 6C #6bat nti Cpilepsi$. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5emeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda>tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti t rauma kepala, infeksi telinga atau si nus, gangguan kongenital, ke3anduan alkohol atau obat terlarang, kelainan pada kulit, kanker, defisit neurologik fokal. 5emeriksaan neurologis 'asil yang diperoleh dari p emeriksaan neurologik sangat tergantung dari interval antara dilakukannya pemeriksaan dengan bangkitan t erakhir. D ika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka a kan tampak tanda pas3a iktal terutama tanda fokal seperti todds paresis #hemiparesis setelah kejang yang terjadi sesaat$, trans aphasi3 syndrome #afasia sesaat$ yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi. D ika dilakukan pada beberapa 8aktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran utama adalah menentukan apakah ada tanda>tanda disfungsi system saraf p ermanen #epilepsi simptomatik$ dan 8alaupun jarang apakah ada tanda>tanda peningkatan tekanan intrakranial.
5emeriksaan 5enunjang (apat dilakukan di layanan sekunder yaitu CC%, pemeriksaan pen3itraan otak, p emeriksaan laboratorium lengkap dan pemeriksaan kadar 6C. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis. lasifikasi Cpilepsi
. IAC "-" untuk tipe bangkitan epilepsi ". Bangkitan parsial@fokal "." .Bangkitan parsial sederhana "."." (engan gejala motorik ".".2
(engan gejala somatosensorik
".".&
(engan gejala otonom
".".4 (engan gejala psikis ".2 . Bangkitan parsial kompleks ".& . Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder 2. Bangkitan umum 2.". Aena #absen3e$ 2."." 1ipikal lena 2.".2. tipikal Aena 2.2. ioklonik 2.&. lonik 2.4. 1onik 2.). 1onik>lonik 2.+. tonik@astatik &. Bangkitan tak tergolongkan B. alsifikasi IAC "- untuk epilepsi dan sindrom epilepsi ". okal@partial #lo3alitemporal ".".2. Cpilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pasda daerah oksipital ".".&. Cpilepsi primer saat memba3a ".2. Simptomatik ".2.". Cpilepsi parsial kontinu yang kronik progresif pada anak>anak #kojeniko8Ks syndrome$ ".2.2. Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan #kurang tidur, al3ohol, obat>obatan, hiperventilasi, repleks epilepsi, stimulasi fungsi kortikal tinggi, memba3a$ ".2.&. Cpilepsi lobus temporal ".2.4. Cpilepsi lobus frontal ".2.). Cpilepsi lobus parietal ".2.+. Cpilepsi lobus oksipital ".&. riptogenik 2. Cpilepsi umum 2.". Idiopatik 2.".". ejang neonates familial benigna 2.".2. ejang neonatus benigna 2.".&. ejang epilepsi mioklonik pada bayi 2.".4. Cpilepsi lena pada anak 2.".). Cpilepsi lena pada remaja 2.".+. Cpilepsi mioklonik pada remaja
2.".7. Cpilepsi dengan bangkitan umum tonik>klonik pada s aat terjaga 2.".-. Cpilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu diatas 2.".. Cpilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang spesifik 2.2. riptogenik atau simptomatik 2.2.". Sindrom 8est #spasme infantile dan spasme salam$ 2.2.2. Sindrom lenno>gastaut 2.2.&. Cpilepsi mioklonik astatik 2.2.4. Cpilepsi mioklonik lena 2.&. Simptomatik 2.&.". Ctiologi non spesifik ". Cnsefalopati miklonik dini 2. Cnsefalopati pada infantile dini dengan burst supresi &. Cpilepsi simptomatik umum lainnya yang ti dak termasuk diatas 2.&.2. Sindrom spesifik 2.&.&. Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi p enyakit lain &. Cpilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum &.". Bangkitan umum dan fokal &.".". Bangkitan neonatal &.".2. Cpilepsi mioklonik berat pada bayi &.".&. Cpilepsi dengan gelombang paku kontinyu selama tidur dalam &.".4. Cpilepsi afasia yang di dapat &.".). Cpilepsi yang tidak termasuk dalam kalsifikasi diatas &.2. 1anpa gambaran tegas lo3al atau umum 4. Sindrom khusus 4.". Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu 4.".". ejang demam 4.".2. Bangkitan kejang@status epileptikus yang hanya sekali 4.".&. Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metaboli3 akut atau toksis, alkohol, obat>obatan, eklampsia, hiperglikemik non ketotik 4.".4. Bangkitan berkaitan dengan pen3etus spesifik #epilepsi reflektorik$
(iagnosis Banding ". Sinkop !+ Transient 'schemic Attack &. *ertigo 4. %lobal amnesia ). 1i3s dan gerakan involunter omplikasi! > Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan a. 6C diberikan bila! D (iagnosis epilepsi sudah dipastikan D 5astikan faktor pen3etus dapat dihindari #alkohol, stress, kurang tidur, dll$ D 1erdapat minimum 2 bangkitan dalam s etahun D 5enyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan terhadap tujuan pengobatan D 5enyandang dan@atau keluarganya telah diberitahu t entang kemungkinan efek samping yang timbul dari 6C b. 1erapi dimulai dengan monoterapi menggunakan 6C pilihan sesuai dengan jenis bangkitan #tabel &$ dan jenis sindrom epilepsi!
3. 5emberian obat dimulai dari dosis r endah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif ter3apai atau timbul efek samping. adar obat dalam darah dit entukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif. Bila diduga ada perubahan farmakokinetik 6C #kehamilan, penyakit hati, penyakit ginjal, gangguan absorpsi 6C$, diduga penyandang epilepsi tidak patuh pada pengobatan. Setelah pengobatan dosis regimen 6C, dilihat interaksi antar 6C atau obat lain. 5emeriksaan interaksi obat ini dilakukan rutin setiap tahun pada penggunaan phenitoin.
d. Bila pada penggunaan dosis maksimum 6C ti dk dapat mengontrol bangkitan, maka dapat dirujuk kembali untuk mendapatkan penambahan 6C kedua. Bila 6C kedua telah men3apai kadar terapi, maka 6C pertama diturunkan bertahap #tapering off $ perlahan>lahan. e. 5enambahan 6C ketiga baru dilakukan di layanan sekunder atau tersier setelah terbukti tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua 6C pertama. f. 5enyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi yaitu bila! (ijumpai fo3us epilepsi yang jelas pada CC%. 5ada pemeriksaan 91>S3an atau RI 6tak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan bangkitan ! meningioma, neoplasma otak, *, abses otak, ensephalitis herpes. 5ada pemeriksaan neurologi3 dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak. 1erdapatnya ri8ayat epilepsi pada saudara sekandung #bukan orang tua$. Ri8ayat bangkitan simptomatik. 1erdapat sindrom epilepsi yang berisiko tinggi seperti C # 2uvenile Moclonic -pilepsi$. Ri8ayat trauma kepala disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi SS5. Bangkitan pertama berupa status epileptikus. Cfek samping perlu diperhatikan, demikian p ula halnya dengan interaksi farmakokinetik antar 6C.
Strategi untuk men3egah efek samping ! D ulai pengobatan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pemberian terapi
D 5ilih 6C yang paling 3o3ok untuk karakteristik penyandang D %unakan titrasi dengan dosis terke3il dan rumatan terke3il menga3u pada sindrom epilepsi dan karaktersitik penyandang epilepsi i. 6C dapat dihentikan pada keadaan! D Setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan. D %ambaran CC% normal. D 'arus dilakukan se3ara bertahap, pada umumnya 2)? dari dosis semula setiap bula n dalam jangka 8aktu &>+ bulan. D Bila digunakan lebih dari " 6C, maka penghentian dimulai dari " 6C yang bukan utama. D eputusan untuk menghentikan 6C dilakukan pada tingkat p elayanan sekunder@tersier. j. ekambuhan setelah penghentian 6C akan lebih besar kemungkinannya pada keadaan sebagai berikut! D Semakin tua usia, kemungkinan kekambuhan semakin tinggi. D Cpilepsi simptomatik. D %ambaran CC% abnormal. D Semakin lama adanya bangkitan sebelum dapat dikendalikan. D 5enggunaan lebih dari satu 6C. D endapatkan satu atau lebih bangkitan setelah memulai terapi. D endapat terapi setelah "0 tahun. riteria Rujukan Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder #dokter spesialis saraf$. SaranaPrasarana 6bat 6C Prognosis *itam! Bonam. ungsionam! /mumnya bonam #tergantung klasifikasi$. Sanationam! (ubia. R eferensi elompok Studi Cpilepsi. 5edoman t atalaksana epilepsi, 5erhimpunan dokter spesialis saraf indoensia. 20"2. R ekam Medik o. I959 II! -- Cpilepsy o. I9( =! %40. Cpilepsy, unspe3ified
). Status (pileptikus Masalah Kesehatan Status epileptikus adalah bangkitan yang terjadi lebih dari &0 menit atau adanya dua bangkitan atau lebih dimana diantara bangkitan>bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran. Status epileptikus merupakan keadaan kega8atdaruratan yang memerlukan penanganan dan terapi segera guna menghentikan bangkitan #dalam 8aktu &0 menit$. (iagnosis pasti s tatus epileptikus bila pemberian bentiba. Ri8ayatpenyakittidakmenularsebelumnya juga perlu ditanyan, s eperti (iabetes elitus, stroke, dan hipertensi
Ri8ayatgangguanimunitasmisalnya 'I* yang disertaiinfeksioportunistik (ata tentang bentuk dan pola kejang juga p erlu ditanyakan se3ara mendetil. aktor Risiko! > Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5ada pemeriksaan dapat ditemukan adanya kejangataugangguanperilaku, penurunan kesadaran, sianosis, diikuti oleh takikardi dan peningkatan tekanan darah, dan seringdiikutihiperpireksia. 5emeriksaan 5enunjang Aaboratorium! pemeriksaanguladarahse8aktu. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis Status Cpileptikus #SC$ ditegakkandari anamnesis dan pemeriksaan fisik. (iagnosis Banding Pseudoseizure omplikasi sidosis metabolik spirasi 1rauma kepala Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan 5asien dengan status epilektikus, harus dirujuk ke 5usat 5elayanan esehatan #55$ II #sekunder$. 5engelolaan SC sebelumsampai 55 II Stadium I *+,1+ menitD emperbaikifungsikardiorespirasi
D emperbaikijalannafas, pemberianoksigen, resusitasibilaperlu D 5emberian ben
D 5engukurantekanandarah, nadidansuhu D 5emeriksaan C% # bilatersedia $ D emasanginfuspadapembuluhdarahbesardengan a9l 0, ?. Ren3ana 1indak Aanjut elakukan koordinasidengan 55 II dalamhalpemantauanobatdanbangkitanpadapasien. onseling Cdukasi emberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya, tentang! D 5enyakitdantujuanmerujuk. D 5en3egahankomplikasiterutamaaspirasi. D 5en3egahankekambuhandenganmeminum 6C se3arateraturdantidakmenghentikannyase3aratiba>tiba. D enghindariaktifitasdantempat>tempat yang berbahaya. riteria Rujukan Semua pasien dengan status epil eptikus setelah ditegakkan diagnosis dan t elah mendapatkan penanganan a8al segera dirujuk untuk! D engatasi serangan D en3egah komplikasi
D engetahui etiologi D 5engaturan obat SaranaPrasarana ". 6ksigen
2. ainkasa &. Infus set 4. Spatellidah ). latpengukurguladarahsederhana Prognosis *itam! (ubia ad Bonam ungsionam! (ubia ad Bonam Sanationam! (ubia ad alam R eferensi ". elompokstudiepilepsiperhimpunandokterspesialissaraf Indonesia #5CR(6SSI$, pedomantatalaksanaepilepsi. 20"2 2. (arto Saharso,Status Cpileptikus. (ivisi europediatri Bag.@S Ilmu esehatan nak G /nair@RS/ (r. Soetomo Surabaya &. ppleton 5R, 9hoonara I, arland 1, 5hillips B, S3ott R, Lhitehouse L. 1he treatment of 3onvulsive status epilepti3us in 3hildren. r3h (is 9hil d 2000M -&!4")>". 4. 'anhan /, iallos R, 6rlo8ski 5. Status epilepti3us. 5ediatri3 9lin orth meri3a. 200"M4-!+-&>4. R ekam
Medik o. I959 II! -- Cpilepsy o. I9( =! %4". Status epilepti3us, unspe3ified.
. Migren Masalah Kesehatan igren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala pri mer dengan kualitas vaskular #berdenyut$, dia8ali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Serangan seringkali berulang dan 3enderung t idak akan bertambah parah setelah bertahun>tahun. igrain bila tidak diterapi akan berlangsung antara 4>72 jam dan yang klasik terdiri atas 4 fase yaitu fase prodromal #kurang lebih 2) ? kasus$, fase aura #kurang lebih ")? kasus$, fase nyeri kepala dan fase postdromal. 5ada 8anita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2!". Lanita hamil t idak luput dari serangan migren, pada umumnya serangan mun3ul pada kehamilan trimester I. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan avikasi sistem trig eminal>vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer. (iketahui ada beberapa faktor pen3etus timbulnya serangan migren, yaitu! a. enstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya@ perubahan hormonal.
b. 5uasa dan terlambat makan 3. akanan misalnya akohol, 3oklat, susu, keju dan buah>buahan. d. 9ahaya kilat atau berkelip. e. Banyak tidur atau kurang tidur f. aktor herediter
g. aktor kepribadian Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau s eluruh tanda dan gejala, sebagai berikut! ". yeri moderate sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala. 2. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk>tusuk. &. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik. 4. Rasa nyerinya s edemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari>hari. ). ual dengan atau tanpa muntah. +. otofobia atau fonofobia. 7. Sakit kepalanya mereda se3ara bertahap pada sia ng hari dan setelah bangun tidur, kebanyakan pasien melaporkan merasa lelah dan lemah setelah serangan. -. Sekitar +0 ? penderita melaporkan gejala prodormal, seringkali terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. 5asien melaporkan perubahan mood dan tingkah laku dan bisa juga gejala psikologis, neurologis atau otonom.
aktor 5redisposisi ". enstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya@ perubahan hormonal. 2. 5uasa dan terlambat makan &. akanan misalnya akohol, 3oklat, susu, keju dan buah>buahan. 4. 9ahaya kilat atau berkelip. ). Banyak tidur atau kurang tidur +. aktor herediter 7. aktor kepribadian Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5ada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. 1emuan> temuan yang abnormal menunjukkan sebab>sebab sekunder, yang memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda. 5emeriksaan 5enunjang D 5emeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan i ni dilakukan jika ditemukan hal>hal, sebagai berikut! ". elainan>kelainan struktural, metabolik dan penyebab lain yang dapat menyerupai gejala migren. 2. (ilakukan untuk menyingkirkan penyakit penyerta yang dapat menyebabkan komplikasi. &. enentukan dasar pengobatan dan untuk menyingkirkan kontraindikasi obat>obatan yang diberikan. D 5en3itraan #dilakukan di rumah s akit rujukan$. D euroimaging diindikasikan pada hal>hal, sebagai berikut! ". Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita. 2. 5erubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren . &. 5emeriksaan neurologis yang abnormal. 4. Sakit kepala yang progresif atau persisten. ). %ejala>gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau hal>hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. +. (efisit neurologis yang persisten.
7. 'emikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan gejala>gejala neurologis yang kontralateral. -. Respon yang tidak adekuat t erhadap terapi rutin. . %ejala klinis yang tidak biasa. Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis. riteria igren! yeri kepala episodik dalam 8aktu 4>72 jam dengan gejala dua dari nyeri kepala unilateral, berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas sedang sampai berat ditambah satu dari mual atau muntah, fonopobia atau fotofobia. (iagnosis Banding 1+ Arteriovenous Malformations
!+ Atpical Facial Pain 3+ Cerebral Aneursms 4+ Childhood Migraine *ariants 5+ Chronic Paro)smal Hemicrania +. Cluster$tpe hedache #nyeri kepala kluster$ omplikasi ". Stroke iskemik dapat terjadi sebagai komplikasi yang jarang namun sangat serius dari migren. 'al ini dipengaruhi oleh faktor risiko seperti aura, j enis kelamin 8anita, merokok, penggunaan hormon estrogen. 2. 5ada migren komplikata dapat menyebabkan hemiparesis. Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan D 5ada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi s ensoris berlebihan.
D Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres dingin. D 5erubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan ti ngkat keparahan migren, baik pada pasien yang menggunakan obat>obat preventif atau tidak. D enghindari pemi3u, jika makanan tertentu menyebabkan sakit kepala, hindarilah dan makan makanan yang lain. ika ada aroma tertentu yang dapat memi3u maka harus dihindari. Se3ara umum pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat 3ukup membantu. D Berolahraga se3ara teratur, olahraga aerobik se3ara teratur mengurangi t ekanan dan dapat men3egah migren. D engurangi efek estrogen, pada 8anit a dengan migren dimana estrogen menjadi pemi3unya atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau orang dengan ri8ayat keluarga memiliki tekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obat>obatan yang mengandung estrogen. D Berhenti merokok, merokok dapat memi3u sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah.#dimasukkan di konseling $ D 5enggunaan headache diar untuk men3atat frekuensi sakit kepala. D 5endekatan terapi untuk migren melibatkan pengobatan akut #abortif$ dan pr eventif #profilaksis$. D 5engobatan bortif!
". nalgesik spesifik adalah a nalgesik yang hanya bekerja sebagai a nalgesik nyeri kepala. Aebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan 6IS. 9ontoh! Crgotamin, (ihydroergotamin, dan golongan 1riptan yang merupakan gonis selektif reseptor serotonin pada )>'1". Crgotamin dan ('C diberikan pada migren sedang sampai berat apabila analgesi3 non spesifik kurang terlihat hasilnya atau member efek samping. ombinasi ergoitamin dengan 3affeine bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamine sebagai analgesi3. 'indari pada kehamilan, hipertensi tidak terkendali, penyakit s erebrovaskuler serta gagal ginjal. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotobia dan fonofobia. (iberikan pada migren berat atau yang tidak memberikan respon terhadap analgesi3 non spesifik. (osis a8al )0 mg dengan dosis maksimal 200 mg dalam 24 jam. 2. nalgesik non spesifik yaitu analgesi3 yang dapat diberikan pada nyeri lain selain nyeri kepala. (apat menolong pada migren intensitas nyeri ringan sampai s edang. Regimen anlgesik 1 spirin +00>00 mg H meto3lopramide &,2 setaminofen "000 mg ),2 Ibuprofen 200>400 mg 7,) Respon terapi dalam 2 jam #nyeri kepala residual ringan atau hila ng dalam 2 jam$ (omperidon atau metoklopropamid sebagai antiemeti3 dapat diberikan saat serangan nyeri kepala atau bahkan lebih a8al yaitu pada saat fase prodromal. D 5engobatan preventif! 5engobatan preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak. 5engobatan dapat diberikan dalam jangka 8aktu episodik, jangka pendek #subakut$, atau jangka panjang #kronis$. 5ada serangan episodik diberikan bila fa3tor pen3etus dikenal dengan baik, sehingga dapat diberikan analgesi3 sebelumnya. 1erapi prevenntif jangka pendek diberikan apabila pasien akan t erkena faktor risiko yang telah dikenal dala m jangka 8aktu tertentu, misalnya migren menstrual. 1erapi preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun t ergantung respon pasien. armakoterapi pen3egahan migren! osis Nama bat 5ropranolol 40>240 mg@hr adolol 20>"+0 mg@hr etoprolol )0>"00 mg@hr 1imolol 20>+0 mg@hr tenolol )0>"00 mg@hr mitriptilin "0>200 mg@hr ortriptilin "0>")0 mg@hr luoksetin "0>-0 mg@hr irta4) mg@hr *alproat )00>"000 mg@hr 1opiramat )0>200 mg@hr %abapentin 00>&+00 mg@hr *erapamil -0>+40 mg@hr lunari"0 mg@hr imodipin &0>+0 mg@hr
omplikasi ". 6bat>obat SI(s seperti ibuprofen dan aspirin dapat menyebabkan efek samping seperti nyeri abdominal, perdarahan dan ulkus, terutama jika digunakan dalam dosis besar dan jangka 8aktu yang lama. 2. 5enggunaan obat>obatan abortif lebih dari dua atau tiga kali seminggu dengan jumlah yang besar, dapat menyebabkan komplikasi serius yang dinamakan rebound .
onseling Cdukasi ". 5asien dan keluarga dapat berusaha mengontrol serangan. 2. eluarga menasehati pasien untuk beristi rahat dan menghindari pemi3u, serta b erolahraga se3ara teratur. &. eluarga menasehati pasien jika merokok untuk berhenti merokok karena merokok dapat memi3u sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah. riteria Rujukan 5asien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang d engan pengobatan analgesik non>spesifik. 5asien dirujuk ke layanan sekunder #dokter spesialis saraf$. SaranaPrasarana ". lat pemerikaan neurologis
2. 6bat antimigren Prognosis *itam! Bonam ungsionam! Bonam Sanationam! (ubia R eferensi
". Sadeli '. . 200+. 5enatalaksanaan 1erkini yeri epala igrain. (alam umpulan akalah 5ertemuan Ilmiah asional II 5erhimpunan (okter Spesialis Saraf Indonesia. irlangga /niversity 5ress. Surabaya. 2. 5urnomo '. 200+. igrainous *ertigo. (alam umpulan akalah 5ertemuan Ilmiah asional II 5erhimpunan (okter Spesialis Saraf Indonesia. irlangga /niversity 5r ess. Surabaya. &. igraine, vailable at! 888.mayo3lini3@disease3ondition@[email protected] R ekam
Medik o. I959 II ! - igraine o. I9( = ! %4&. igraine, unspe3ified
1+. 0ells Pals Masalah Kesehatan BellKs palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis unilateral. BellKs palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type A #perifer$, yang se3ara gradual mengalami perbaikan pada -0>0? kasus. 5enyebab BellKs palsy tidak diketahui, dipikirkan penyakit ini bentuk polyneuritis dengan kemungkinan virus, inflamasi, auto imun dan etiolgi iskemik. 5eningkatan kejadian berimplikasi pada kemungkinan infeksi 'S* type I dan reaktivasi herpes 7)? dari kasus paralisis fasialis unilateral akut$ paralisis fasial di dunia. BellKs palsy lebih sering ditemukan pada usia de8asa, orang dengan (, dan 8anita hamil. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan 5asien datang dengan keluhan! D 5aralisis otot fasialis atas dan ba 8ah unilateral, dengan onset akut #periode 4- jam$
D yeri auri3ular posterior
D 5enurunan produksi air mata D 'iperakusis D %angguan penge3apan D 6talgia %ejala a8al! D elumpuhan muskulus fasialis D 1idak mampu menutup mata D yeri tajam pada telinga dan mastoid #+0?$ D 5erubahan penge3apan #)7?$ D 'iperakusis #&0?$ D esemutan pada dagu dan mulut D Cpiphora D yeri o3ular D 5englihatan kabur 6nset 6nset Bell palsy mendadak, dan gejala men3apai pun3aknya kurang dari 4- jam. %ejala yang mendadak ini membuat pasien kha8atir atau menakutkan pasien, sering mereka b erpikir terkena stroke atau terdapat tumor dan distorsi 8ajah akan p ermanen. arena kondisi ini terjadi se3ara mendadak dan 3epat, pasien sering d atang langsung ke I%(. ebanyakan pasien men3atat paresis terjadi pada pagi hari. ebanyakan kasus paresis mulai terjadi selama pasien tid ur. aktor Risiko! > Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 5emeriksaan yang teliti pada kepala, telinga, mata, hidung dan mulut harus dilakukan pada semua pasien dengan paralisis fasial. - elemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial # *II$ melibatkan kelemahan 8ajah satu sisi #atas dan ba8ah$. 5ada lesi / #lesi s upra nu3lear di atas nu3leus pons$, "@& 8ajah bagian atas tidak mengalami kelumpuhan. usk ulus orbi3ularis, frontalis dan 3orrugator diinervasi bilateral pada level batang otak. Inspeksi a8al pasien memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan. - Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi berla8anan dengan kelumpuhan. - 5ada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terli hat datar. - 5asien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh.
ika paralisis melibatkan hanya 8ajah bagian ba8ah, penyebab sentral harus dipikir kan #supranuklear$. ika pasien mengeluh kelumpuhan kontra lateral atau diplopia berkaitan dengan kelumpuhan fasial kontralateral supranuklear, stroke atau lesi intra serebral harus sangat di3urigai. ika paralisis fasial onsetnya gradual, kelumpuhan pada sisi kontralateral, atau ada ri8ayat trauma dan infeksi, penyebab lain dari paralisis fasial harus sangat dipertimbangkan. 5rogresivitas paresis masih mungkin,namun biasanya tidak memburuk pada hari ke 7 sa mpai "0. 5rogresivitas antara hari ke 7>"0 di3urigai diagnosis yang berbeda. 5asien dengan kelumpuhan fasial bilateral harus dievaluasi sebagai Sindroma %uillain>Barre, penyakit Ayme, dan meningitis.
Manifestasi kular omplikasi o3ular a8al! D Aagophthalmos #ketidakmampuan untuk menutup mata total$
D Corneal e)posure D Retraksi kelopak mata atas D 5enurunan sekresi air mata D 'ilangnya lipatan nasolabial D Crosi kornea, infeksi dan ulserasi #jarang$ Manifestasi okular lanjut D Ringan! kontraktur pada otot fasial, melibatkan fisura palpebral.
D Regenerasi aberan saraf fasialis dengan s inkinesis motorik. D Sinkinesis otonom #air mata buaya>tetes air mata saat mengunyah. D (ua pertiga pasien mengeluh masalah air mata. 'al i ni terjadi karena penurunan fungsi orbi3ularis okuli dalam mentransport air mata. yeri auri3ular posterior Separuh pasien dengan BellKs palsy mengeluh nyeri auri3ular posterior. yeri sering terjadi simultan dengan paresis, tapi nyeri mendahului paresis 2>& hari sekitar pada 2)? pasien. 5asien perlu ditanyakan apakah ada ri8ayat trauma, yang dapat diperhitungkan menyebabkan nyeri dan paralisis fasial. Sepertiga pasien mengalami hiperakusis pada telinga ipsilateral paralisis, sebagai akibat kelumpuhan sekunder otot s tapedius. %angguan penge3apan Lalaupun hanya sepertiga pasien melaporkan gangguan penge3apan, sekitar -0? pasi en menunjukkan penurunan rasa p enge3apan. emungkinan pasien gagal mengenal penurunan rasa, karena sisi lidah yang lain tidak mengalami gangguan. 5enyembuhan a8al penge3apan mengindikasikan penyembuhan komplit. 5emeriksaan 5enunjang Aaboratorium darah ! %ula darah se8aktu Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis #saraf kranialis, motorik, sensorik, serebelum$. BellKs palsy adalah diagnosis eksklusi. %ambaran klinis penyakit yang dapat membantu membedakan dengan penyebab lain dari paralisis fasialis! D 6nset yang mendadak dari paralisis fasial unilateral D 1idak adanya gejala dan tanda pada susunan saraf pusat, t elinga, dan penyakit 3erebellopontin angle. ika terdapat kelumpuhan pada saraf kranial yang lain, kelumpuhan motorik dan gangguan sensorik, maka penyakit neurologis lain harus dipikirkan #misalnya ! st roke, %BS, meningitis basilaris, tumor Cerebello Pontine Angle$. %ejala tumor biasanya kronik progresif. 1 umor 95 dapat melibatkan paralisis saraf *II, *III, dan *. 5asien dengan paralisis progresif saraf *II lebih lama dari & minggu harus dievaluasi sebagai neoplasma. lasifikasi Sistem grading ini dikembangkan oleh 'ouse and Bra3kmann dengan skala I sampai *I. ". Grade I adalah fungsi fasial normal.
2. Grade II disfungsi ringan. arakteristiknya adalah sebagai berikut! T elemahan ringan saat diinspeksi mendetil. T Sinkinesis ringan dapat terjadi. T Simetris normal saat istirahat. T %erakan dahi sedikit sampai baik. D enutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha. T Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan. &. Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karekteristik! T asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal. T danya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial dapat ditemukan. T Simetris normal saat istirahat. T %erakan dahi sedikit sampai moderat. enutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha. T Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal. •
4. Grade I* adalah disfungsi moderat sampai berat, dengan tandanya sebagai berikut! •
elemahan dan asimetri jelas terlihat.
•
Simetris normal saat istirahat.
•
1idak terdapat gerakan dahi.
•
ata tidak menutup sempurna.
•
simetris mulut dilakukan dengan usaha maksimal.
). Grade * adalah disfungsi berat. arakteristiknya adalah sebagai berikut! T 'anya sedikit gerakan yang dapat dilakukan. T simetris juga terdapat pada saat istirahat. T 1idak terdapat gerakan pada dahi. T ata menutup tidak sempurna. T %erakan mulut hanya sedikit. +. Grade *I adalah paralisis total. ondisinya yaitu! T simetris luas. T 1idak ada gerakan. (engan sistem ini, grade I dan II menunjukkan hasil yang baik, grade III dan I* terdapat disfungsi moderat, dan grade * dan *I menunjukkan hasil yang buruk. Grade *I disebut dengan paralisis fasialis komplit. %rade yang lain disebut sebagai inkomplit. 5aralisis fasialis inkomplit dinyatakan se3ara anatomis dan dapat disebut dengan saraf intak se3ara fungsional. %rade ini seharusnya di3atat pada rekam medi3 pasien saat pertama kali datang memeriksakan diri. (iagnosis Banding 5enyakit>penyakit berikut dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, yaitu! T Acoustic neuroma danlesi cerebellopontine angle+ T 6titis media akut atau kronik. 6 miloidosis. T neurisma . vertebralis, . basilaris, atau . 3arotis . T Sindroma autoimun. T Botulismus. T arsinomatosis. T 5enyakit 3arotid dan stroke, termasuk fenomena emboli. T Cholesteatoma telinga tengah.
T alformasi 3ongenital. T S3h8annoma . asialis. T Infeksi ganglion genikulatum Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan arena prognosis pasien dengan Bell’s pals umumnya baik, pengobatan masih kontroversi. 1ujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf *II #saraf fasialis$ dan menurunkan kerusakan saraf. 5engobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam ">4 hari onset.
'al penting yang perlu diperhatikan ! D 5engobatan inisial o Steroid dan asiklovir #dengan prednison$ mungkin efektif untuk pengobatan Bell palsy #meri3an 3ademy eurology@, 20""$. o Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi s araf kranial, jika diberikan pada onset a8al #, 20"2$. o ortikosteroid #5rednison$, dosis! " mg@kg atau +0 mg@day selama + hari, diikuti penurunan bertahap total selama "0 hari. o ntiviral! asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral ) k ali sehari selama "0 hari. ika virus vari3ella
2. apas &. 6bat steroid 4. 6bat antiviral Prognosis *itam! Bonam. ungsionam! Bonam. Sanationam! Bonam #terkendali dengan pengobatan pemeliharaan$. R eferensi
". 1aylor, (.9. eegan, . Bell 5alsy edi3ation. eds3ape. 2. eds3ape! Cmpiri3 1herapy Regimens. R ekam
Medik o. I959 II! " a3ial paralysis@bellKs palsy o. I9( =! %)".0 BellKs palsy
11. %ension Heada3he Masalah Kesehatan Tension Headache atau Tension T pe Headache #11'$ atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling seringdijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka 8aktu dan peningkatan stres. Sebagian besar tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan kurang per3aya diri, selalu ragu akan kemampuan diri sendiri dan mudahmenjadi gentar dan tegang. 5adaakhirnya, terjadi peningkatan t ekanan ji8a dan penurunan tenaga. 5ada saat itulahterjadi gangguan dan ketidakpuasan yang membangkitkan reaksi pada otot>otot kepala,leher, bahu, serta vaskularisasi kepala sehingga timbul nyeri kepala. yeri kepala ini lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki>laki dengan perbandingan &!". 11' dapat mengenai semua usia, namun sebagian besar pasien adalah de8asa muda yang berusiasekitar antara 20>40 tahun. Hasil Anamnesis(Subjective) eluhan 5asien datang dengan keluhan nyeri yang tersebar se3ara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.yeri kepala tegang otot biasanya berlangsung selama &0 menit hingga " minggu penuh. yeri bisa dirasakan kadang>kadang atau terus menerus. yeri pada a8alnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini jugadapat menjalar ke bahu. yeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasaken3ang pada daerah bitemporal dan b ioksipital, atau seperti diikat di sekelilingkepala. yeri kepala tipe ini tidak berdenyut. 5ada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi. %ejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia #gangguan tidur yang sering terbangunatau bangun dini hari$, nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dangangguan haid. 5ada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti ke3emasan dan depresi. aktor Risiko! > Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) 5emeriksaan isik 1idak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepalategang otot ini. 5ada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. 5emeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dansensoris. 5emeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada b ola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala. 5emeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan. 5emeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan berbagai penyakit yang serius yang memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya. 5emeriksaan 5enunjang 1idak diperlukan Penegakan diagnostik (Assessment) (iagnosis linis (iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang normal. namnesis yang mendukung adalah adanya faktor psikis yang melatarbelakangi dan karakteristik gejala nyeri kepala #tipe, lokasi, frekuensi dan durasi nyeri$ harus jelas. lasifikasi
enurut lama berlangsungnya, nyeri kepala tegang o tot ini dibagi menjadinyerikepala episodik jika berlangsungnya kurang dari ") hari dengan serangan yang terjadi kurang dari" hari perbulan #"2 hari dalam " tahun$. pabila nyeri kepala tegang otottersebut berlangsung lebih dari ") hari selama + bulan terakhir dikatakan nyeri kepala tegang otot kronis. (iagnosis Banding ". igren 2. Cluster$tpe hedache #nyeri kepala kluster$ omplikasi ! > Penatalaksanaan komprehensif (Plan) 5enatalaksanaan ". 5embinaan hubungan empati a8al yang ha ngat antara dokter dan pasien mer upakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. 5enjelasan dokter yang meyakinkan pasien bah8a tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya t umor otak atau penyakit intra3ranial lainnya. 5enilaian adanya ke3emasan atau depresi harus segera dilakukan. S ebagian pasien menerima bah8a kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien lain berusaha menyangkalnya. 6leh sebab it u, pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti 3emas atau anti depresi serta mo difikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya. 2. Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan mun3ul. 5enghilang s akit yang sering digunakan adalah! a3etaminophen dan SI( seperti aspirin, ibuprofen, naproen,dan k etoprofen. 5engobatan kombinasi antara a3etaminophen atau aspirin d engan kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. 9ara ini lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam seminggu dan penggunaannya harus dia8asi oleh dokter. &. 5emberian obat>obatan antidepresi yaitu a mitriptilin
1abel nalgesik nonspesifik untuk 11' Regimen analgesik 1 spirin +00>00 mg H meto3lopramide &,2 setaminofen "000 mg ),2 Ibuprofen 200>400 mg 7,) Respon terapi dalam 2 jam #nyeri kepala residual menjadi ringan atau hila ng dalam 2 jam$. onseling Cdukasi ". eluarga ikut meyakinkan pasien bah8a tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. 2. eluarga ikut membantu mengurangi ke3emasan atau depresi pasien, serta menilai adanya ke3emasan atau depresi pada pasien. riteria Rujukan ". Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke pelayanan sekunder #dokter spesialis saraf$. 2. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasi en harus dirujuk ke pelayanan sekunder #dokter spesialis ji8a$. SaranaPrasarana 6bat analgetik