LAPORAN PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS
Disusun oleh :
Tri Nurul Arifin
LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS BAGIAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN Peternakan ayam pedaging pada mulanya hanya merupakan usaha sampingan. Jumlah ayam yang dipelihara pada petani usaha kecil sekedar memenuhi kebutuhan keluarga dan dijual ketika ada keperluan yang mendadak. Pada waktu itu ayam dipelihara tanpa kandang, dilepas dan berkeliaran ke mana-mana. Tetapi karena adanya suatu pemikiran bahwa ayam yang berkeliaran itu dianggap berbahaya bagi penyebaran penyakit, kemudian ayam tersebut dikurung dan dibuatkan kandang. Ternyata ayam yang hidupnya terkurung produksinya tidak mengecewakan, justru bagus, tidak mengganggu dan hemat tempat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi protein, maka daging ayam cukup menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Harganya bila dibandingkan dengan ternak ruminansia jauh lebih murah. Meningkatnya konsumsi daging ayam belum diringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam pedaging. Hal ini disebabkan oleh menejemen pemeliharaaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil dari peternak rakyat yang sudah menerapkan menejemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Hal ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan produksi ayam pedaging sehingga peluang pemeliharaan ayam pedaging diindonesia masih terbuka lebar. Melalui praktikum Industri Ternak Unggas ini praktikan diharapkan praktikan dapat mengetahui cara memelihara ayam pedaging mulai dari DOC umur 1 minggu sampai 5 minggu, menejemen pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, sanitasi dan kesehatan serta system perkandangan. Selain itu praktikan dapat mengetahui cara pemeliharaan ayam di suatu perusahaan serta penanganan dan pemeliharaanya dari ayam dating hingga pasca panen.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Ayam pedaging atau lazim disebut ayam broiler merupakan ayam yang memiliki pertumbuhan sangat cepat (Rasyaf, 1994). Ayam broiler merupakan hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984) pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994). Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi (Anonimus, 1994) 3
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan.
4
Perkandangan Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994). Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karea itu kandang harus dirancang dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-ayam yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993). Kepadatan Kandang Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler (May dan Lott, 1992). Tabel 1.1 Tingkat kepadatan kandang ayam per bobot hidup Bobot Badan (kg) Ekor/m2 1,4 13 – 17 1,8 10 – 13 2,3 8 – 10 2,7 6–8 Siregar et al., 1980 Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada ayam, yakni ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan 5
masuknya parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak mengantuk dan tidur (Cravener et al., 1992). Tipe Kandang Kandang postal. Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997). Litter. Merupakan sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi (Rasyaf, 1994). Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang. Kekurangannya adalah penyebaran penyakit lebih mudah, pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati (Campa, 1994). Cage. Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, dan sering banyak lalat (Rasyaf, 1994). Panggung. Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan. Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok.Kelebihannya adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu unutk alas terlalu lebar, akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal (Martono, 2006). Pakan Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makananya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsifungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan
6
energi bagi ayam broiler sangat besar (Rasyaf, 1994). Berdasarkan kebutuhan zat-zat makanan harian untuk kebutuhan berbagai tujuan, pakan dikelompokkan sebagai tinggi, rendah dan variable atau intermediet. Kebutuhan pakan untuk produksi telur disebut kebutuhan penggurangan tinggi (night demand uses), molting sebagai kebutuhan rendah (low demand uses), sedangkan pertumbuhan dan penggemukan dikelompokan sebagai kebutuhan penggunaan intermediet (Suprijatna et al., 2005). Pakan pemula (starter) harus diberi setelah ayam memperoleh minum, pada beberapa hari pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada katon box DOC atau tempat pakan untuk anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan jangan dibuang di litter karena akan membahayakan kesehatan ayam. Pada 2 hari pertama gunakan air hangat bersuhu 16 sampai 20oC. Untuk air minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin (dalam 1 liter air minum untuk 12 jam pertama) Perlu juga memakai meter air agar dapat diketahui dengan pasti berapa banyak air yang digunakan pada 2 minggu pertama tempat minum dibersihkan 3 kali sehari setelah itu 2 kali sehari (Anonimus, 2004). Pada ayam broiler fase starter kebutuhan energi adalah 3200 kcal/kg dengan kebutuhan asam amino methionin 0,38%. Sedangkan pada finisher kebutuhan energi sama tetapi kebutuhan protein berkurang dan kebutuhan asam amino methionin juga berkurang menjadi 0,32% (NRC. 1994). Pakan dapat dikatakan berkualitas baik jika mampu memberikan sejumlah kebutuhan nutrisi secara tepat, baik jenis, jumlah serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak. Dengan pakan berkualitas baik, proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung sempurna, sehingga ternak dapat memberikan hasil akhir berupa daging sesuai dengan harapan (Ichudan, 2003). Faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada ayam broiler, diantaranya yaitu temperatur lingkungan, kesehatan ayam, tingkat energi ransum yang diberikan sistem pemberian makanan pada ayam, jenis kelamin ayam dan genetik ayam (Rasyaf, 1994). Bentuk fisik ransum yang diberikan pada ayam broiler ada tiga bentuk fisik ransum yang diberikan yaitu bentuk halus seperti tepung (mesh) yang didalamnya merupakan campuran berbagai bahan makanan yang telah diramu dalam suatu sistem formula. Ransum berbentuk butiran lengkap atau pellet yang didasarkan pada sifat ayam broiler yang memang gemar sekali makanan-makanan butiran dan ransum bentuk butiran pecah atau crumble yang berbentuk butiran tetapi kecil-kecil (Rasyaf, 1994). Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang
7
perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto, 1983). Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu. Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai grower (Jahja, 2000). Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman, brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen) (Suyoto, 1983). Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik menurut (Anonimus, 2009), yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles). Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum. Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gram per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam. Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg
8
untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit. Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg. Penampilan Produksi Feed Intake Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dimakan pada waktu tertentu. Tinjauan ayam makan adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan energinya (Yuwono, 1992). Jumlah protein yang diperlukan sesuai dengan keperluan dan asam aminonya dan proporsional dengan kandungan energi pakan. NRC (1984) merekomendasikan bahwa kebutuhan energi ayam brioiler adalah 3200 kcal ME/kg dengan protein kasar 20% untuk ayam umur 3 sampai 6 minggu. Konsumsi pakan komulatif pada minggu 3 sampai 6 berturut-turut adalah 783,9; 1416,5; 2155,4; dan 3030 gram/ekor. Sedang standar konsumsi pakan menurut NRC (1984) sebanyak 3000 gram/ekor/minggu selama pertumbuhan 0 sampai 6 minggu. Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Asam-asam amino pakan hanya digunakan secara efektif jik tingkat energinya cukup (Blakely and Bade, 1991). Gain Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat hidup sejak pembuahan dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara bibit, sunsum dan tata laksana yang baik untuk menjamin suksesnya setiap usaha peternakan ayam broiler (Siregar et al., 1980). Pada dasarnya pertumbuhan yang timbul itu sbenarnya merupakan menifestasi dari perubahan-perubahan yang tergadi di dalam sel yang mengalami proses-proses hiperplast atau pertambahan jumlah yang selanjutnya diikuti dengan proses hypertropi atau pembesaran ukuran dari sel tersebut (Williams, 1982). Pertumbuhan hewan ditentukan oileh cakupan makanannya, bila makannya tinggi maka pertumbuhannya juga cepat dan hewan akan
9
mencapai suatu berat badan tertentu pad umur muda (Tilman et al., 1991). Perbedaan kecepatan pertumbuhan organ sesuai dengan fungsi organ tertentu, organ yang dibutuhkan untuk kehidupan berkembang lebih dahulu, sedangkan organ yang berfungsi untuk produksi berkembang lebih lambat (Hammond et al., 1993). Menurut Williams (1982). Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, jenis kelamin dan hormon. Feed Convertion Ratio (FCR) Konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan/gain (kg) sampai ayam itu dijual (Siregar et al., 1980) sehingga makin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya (Sidadolog, 2001).
Tabel 1.2 Standar konversi pakan berdasarkan umur Usia
Bobot hidup (kg)
Konversi ransum
(minggu)
Akhir minggu
Pertambahan
Mingguan
Komulatif
1
0,14
0,10
0,84
0,59
2
0,31
0,17
1,36
1,02
3
0,55
0,24
1,68
1,31
4
0,83
0,29
1,90
1,51
5
1,16
0,33
2,07
1,67
6
1,51
0,35
2,22
1,80 (Rasyaf, 1994)
Penampilan ayam broiler yang mendapatkan pakan mengandung tingkat protein kasar 20% dan 22% serta energi 3200 kcal ME/kg dan 3400 kcal ME/kg berturt-turut adalah 3,264; 2,193; 2,219; dan 2,174 (Togacrop, 1991). Agar konversi pakan baik, peternak harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam broiler sebagai berikut : 1) bentuk ransum yang diberikan, ayam akan lebih menyukai ransum yang berbentuk butiran, 2). Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat (tidak berlebihan), 3). kandang dilengkapi dengan ventilasi yang baik sehingga pertukaran udara lancar, 4). Jenis ransum
10
yang diganti hangan diganti-ganti, 5). Penyediaan air yang cukup dan bersih (ad libitum), 6). Mutu dan kelezatan pakan terjaga, 7). Menghindari terjadinya stress ayam (Zuprizal et al., 1993). Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit Vaksinasi Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B (Jahja, 2000). Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benarbenar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000). Pencegahan penyakit Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu: 1) Tetelo (Newcastle Disease/ND), disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 sampai 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering. 2) Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD), merupakan penyakit yang
11
menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. 3) Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease), merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. 4) Berak Kapur (Pullorum), disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009). Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik (Anonimus, 2009). Mortalitas Mortalitas merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya. Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12% dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging, kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang bersangkutan (Blakely and Bade, 1991). Menurut Sidadolog (2001) ayam dewasa dan merpati mampu 12
bertahan hidup tanpa makan selama 2 sampai 3 minggu. Kehilangan berat akibat kekurangan pakan (kelaparan) pada merpati antara 38 sampai 42% dari berat badan semula, sedangkan pada ayam setelah berpuasa selama 11 hari dan bebas minum, kehilangan berat 25% dari berat semula. Pemberian pakan yang terkontrol dan teratur dapat menurunkan mortalitas ayam dan daya hidup bertambah. Kecukupan air minum pada ayam sangat penting diperhatikan. Ayam lebih baik mengalami kelaparan daripada kehausan dan kehilangan air. Ayam akan mati apabila kehilangan air 5 sampai 15% berat hidup. Kematian terjadi pada ayam akibat kekurangan air dinyatakan sebagai berikut, ayam berumur 8 minggu selama 72 jam, merpati dewasa selama 12 sampai 13 hari, ayam petelur selama 8 sampai 13 hari dan ayam dewasa yang tidak bertelur sampai 32 hari. Pada periode starter, ayam broiler yang dipelihara pada temperatur rendah (5oC) terjadi kematian pada 4 minggu pertama sekitar 18%, karena secara nyata temperatur tubuh terlalu rendah di bawah sollwert (Sidadolog, 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat, dan memberikan pakan dan minum pada waktunya (Siregar et al., 1980). Analisis Hubungan Usaha perunggasan pada saat sekarang dan masa mendatang memiliki prospek yang cukup baik. Hal ini karena produk unggas memiliki kemampuan produksi yang cepat dan masal, produk daging dan telur disukai semua lapisan masyarakat dan didukung oleh industri penunjang secara paripurna diantaranya industry pembibitan, pabrik pakan, obatobatan dan peralatan (Anonimus, 1985). Untuk mendirikan suatu peternakan diperlukan adanya modal yang menurut Kadarson (1992) merupakan salah satu faktor produksi yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu perusahaan agrobisnis maupun usaha tani yang masih sederhana. Berdasarkan arah pemakainnya, modal terbagi menjadi modal investasi dan modal operasional (Kadarson, 1992). Modal operasional atau modal kerja disebut juga modal lancar yang dipakai untuk membiayai semua pengeluaran yang menyebabkan perusahaan aktif, misalnya untuk membeli bahan-bahan produksi, perlengkapan-perlengkapan, upah pengawas borongan dan pengeluaran-pengeluaran konsumtif pada masa operasional (Kadarson, 1992). Menurut Rasyaf (1994) biaya ransum merupakan biaya terbesar dari seluruh komponen biaya produksi unggas umumnya dan ayam broiler khususnya. Biaya ini tergantung pada harga ransum dan konsumsi ransum secara kuantitatif dan kualitatif ditentukan secara teknis dan
13
sudah ada standarnya, maka yang pertama harus dilihat dari sudut harga ransum itu sendiri. Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan (Kadarson, 1992). Oleh karena output yang digunakan, maka perusahaan akan berusaha mencapai suatu tingkat produksi yang dapat memberikan laba maksimal, yaitu suatu kondisi dimana marginal costnya adalah sama dengan marginal revenue (Prawirokusumo, 1981). Kunjungan Perusahaan Lokasi Perusahaan Untuk ideal sebuah perusahaan haruslah lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk, lokasi mudah terjangkau dari pusatpusat pemasaran, dan lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan. Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan) (Prihatman, 2000). Produktifitas Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, HypecoBroiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707. Perkandangan Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 sampai 35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60 sampai 70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang battery. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang
14
mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama (Rasyaf, 2004). Ada 2 macam kandang yaitu close house dan open house. Untuk close house kepadatannya 15 sampai 18 ekor. Dan untuk open house kepdatannya 8 sampai 10 ekor. Sedangkan untuk ukuran kandangnya 50x7 m2. Peralatan Litter (alas lantai). Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3 sampai 5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam. Indukan atau brooder. Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1 sampai 3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas. Tempat bertengger (bila perlu). Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur. Tempat makan, minum dan tempat grit Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus. Alat-alat rutin. Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain. Pembibitan Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut: ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya, pertumbuhan dan perkembangannya normal, ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya, tidak ada lekatan tinja di duburnya dan pemilihan bibit serta calon induk Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (day old chicken)/ayam umur sehari: Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35 sampai 40 gram. Tidak ada letakan tinja diduburnya (Cahyono, 1995). Perawatan Bibit dan Calon Induk. Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk. Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan. Persentase kematian 1:1000 untuk skala 3 sampai 5 hari pada populasi 5000 ekor.
15
Pemeliharaan Pemberian Pakan dan Minuman. Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0 sampai 4 minggu) dan fase finisher (umur 4 sampai 6 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22 sampai 24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7 sampai 0,9%, ME 2800 sampai 3500 Kcal (Rasyaf, 2004). Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1 sampai 7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8 sampai 14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15 sampai 21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22 sampai 29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram (Cahyono, 1995). Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut: kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1 sampai 21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7 sampai 0,9% dan energi (ME) 2900 sampai 3400 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30 sampai 36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umur 37 sampai 43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44 sampai 50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51 sampai 57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30 sampai 57 hari adalah 3.829 gram (Rasyaf, 2004). Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: Fase starter (umur 1 sampai 29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1 sampai 7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8 sampai 14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15 sampai 21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22 sampai 29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. Fase finisher (umur 30 sampai 57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30 sampai 36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37 sampai 43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44 sampai 50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51 sampai 57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30 sampai 57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor (Rasyaf, 2004). Pemeliharaan Kandang. Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
16
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara (Cahyono, 1995). Penyakit Berak darah (Coccidiosis). Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox. Tetelo (NCD/New Casstle Disease). Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis” yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Penyakit Laryngotrachietis. Blakely dan Bade (1991) menyarankan agar unggas yang sudah sembuh dikeluarkan dan stock yang baru divaksinasi pada waktu dimasukkan ke dalam kelompok untuk produksi. Unggas lama yang sudah menderita laryngotracheitis harus disingkirkan meskipun nampaknya normal. Oleh karena itu tidak disarankan vaksinasi rutin untuk laryngotrachietis kecuali kalau dikandang tersebut ada masalah penyakit itu sebelumnya. Penyakit Infectious Coryza. Pengobatan yang paling efektif menggunakan obat seperti misalnya Sulfathiazole dalam pakan atau pemberian injeksi streptomycin. Pemisahan unggas yang terserang, penyingkiran ayam betina tua pada akhir tahun, dan suatu pemeliharaan dengan isolasi yang terkontrol dan lingkungan yang bersih, merupakan kunci untuk mencegah penyakit ini (Blakely dan Bade, 1991). Aspergillosis. Pencegahan dilakukan dengan menjaga makanan dan alas (litter) agar tetap rendah kandungan uap airnya hingga pertumbuhan jamur dapat dicegah (Blakely dan Bade, 1991). Penyakit Marek’s (Range Paralysis). Vaksin tersedia untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit ini pada unggas, dan beberapa strain telah pula diseleksi ketahanan alamiyahnya terhadap penyakit Marek’s (Blakely dan Bade, 1991). Penyakit Infeksi Bursal (Penyakit Gumboro). Di daerah-daerah dimana penyakit ini diketahui menjadi masalah, tersedia vaksinasi komersial untuk mengendalikannya (Blakely dan Bade, 1991). Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
17
BAB III KEGIATAN PRAKTIKUM Praktikum Industri Ternak Unggas dilaksanakan dengan kegiatan memelihara ayam broiler sejak DOC sampai siap dipanen dan dipasarkan. Kerja bakti pembersihan kandang Sebelum DOC masuk, kandang dibersihkan dari segala jenis kotoran baik di dalam maupun di luar kandang. Kandang yang digunakan oleh praktikan adalah kandang model panggung kawat. Kandang dicuci, tempat makan dan minum juga dibersihkan dan dicuci, lantai kandang dibersihkan. Ruang kandang dan kandang disemprot desinfektan dan diistirahatkan 2 hari. Setiap kandang dipasang sebuah lampu bohlam 40 watt. Sehari sebelum pemasukan DOC, kandang (brooder boks) lantai diberi alas koran, dinding juga diberi koran, pemanas dinyalakan. Pemasukan DOC DOC yang dipelihara berjumlah 10 ekor, ditimbang dahulu sebelum dimasukan ke kandang. DOC diberi identifikasi dengan car nomor ditulis pad plastik dan dipeniti, lalu ditempel/dipeniti pada sayap bagian dalam. Nomor 1 sampai 5 untuk ayam jantan dan nomor 6 sampai 10 untuk ayam betina. Disediakan pakan seberat 20 gram/ekor/hari, diberi minum dicampur gula sebagai pengganti energi yang hilang selama perjalanan, pakan juga diberikan. Diukur badannya. Penimbangan I, II, III, dan IV Setiap ayam ditimbang berat badan dan konsumsi pakan lalu dihitung FCRnya. Ayam diukur panjang badan, panjang dada, lebar dada, panjang shank, diameter shank. Ditimbang pakan yang berupa BR1. Pakan diberikan pagi dan sore. Vaksinasi ND 1 Vaksinasi dilakukan dengan cara tetes pada mata (1x tetes), dicampur obat anti stress pada air minum pada pagi hari (sebelum divaksin) dan sore hari supaya ayam tidak stress karena dilakukan vaksinasi. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin ND Hectceren atau vaksin RIVS 2 (tahap mild: 125). Vaksinasi Gumboro Vaksinasi dilakukan dengan cara mencampurkan vaksin pada air minumnya. Dicampur anti stress pada air minum pada pagi hari sebelum divaksin dan sore hari. Supaya ayam tidak stress. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin IBD (tahap intermediate plus: 500). Vaksinasi ND 2 Vaksinasi dilakukan dengan cara mencampurkan vaksin pada air
18
minumnya, dicampur obat anti stress pada air minum pada pagi hari (sebelum divaksin) dan sore hari supaya ayam tidak stress karena dilakukan vaksinasi. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin ND Laksota atau vaksin RIVS 3 (tahap hot: 1000). Penimbangan V Setiap ayam ditimbang berat badan dan konsumsi pakan lalu dihitung FCRnya. Ayam diukur panjang badan, panjang dada, lebar dada, panjang shank, diameter shank. Dihitung mortalitasnya dan pemeliharaan selesai dan ayam siap dipanen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ayam Broiler Ayam broiler yang dipelihara pada praktikum Industri Ternak Unggas adalah strain Lohman MB-202, yang diproduksi oleh PT. Multibreeder Adirama TBK, Indonesia. Ayam dengan strain Lohman mempunyai ciri-ciri fisik antara lain bulu berwarna putih kekuningan, jengger tunggal, dan kaki berwarna kuning. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994). Ayam strain ini memiliki kemampuan pertumbuhan yang cukup baik dan cukup cepat terbukti bahwa pencapaian berat rata-rata 1,5 kg dicapai dalam waktu 4 sampai 5 minggu. Kelebihan lainnya adalah bahwa ayam ini memilki nafsu makan yang cukup baik, pemberian pakan yang berupa konsentrat pada setiap harinya rata-rata tidak bersisa kalaupun ada sisa itupun hanya sedikit sekali. Hal ini tentu saja menunjang pertumbuhan yang baik, dan pencapaian bobot badan yang tinggi akan didapatkan dalam waktu yang singkat.
19
Menurut Northe (1984), berat badan yang baik (optimal) pada saat dipanen adalah antara 1,5 kg hingga 2 kg, dengan pertumbuhan atau pertambaan berat badan antara 300 gram hingga 400 gram per minggu. Perkandangan Kepadatan kandang Ukuran kandang adalah 1x1,5 m2 untuk sepuluh ekor, sehingga kepadatan untuk tiap m2 adalah 8 ekor (perhitungan terlampir). Dengan ukuran ini, ayam akan mudah untuk melakukan aktivitas dan pengambilan pakan dan minum dengan jarak yang tidak terlalu jauh, seperti yang diungkapkan Prayitno dan Yuwono (1997), bahwa kepadatan maksimum yang dianjurkan 34 ekor/m² dan dari segi kenyamanan ternak maka kepadatan kandang yang baik adalah yang masih memungkinkan ayam melakukan hal-hal seperti secara mudah dapat menjangkau tempat pakan dan minum denga jarak tidak lebih dari 4 m, melakukan kebiasaan yang normal misalkan mengepakkan sayap, mandi debu dan berpindah dari suatu tempat yang sesak ke tempat yang lebih longgar Sistem perkandangan memegang peranan penting dalam usaha peternakan. Kandang yang baik harus memenuhi syarat-syarat teknis tertentu sehingga kandang tersebut mampu berfungsi untuk melindungi ternak dari lingkungan yang merugikan, mempermudah tatalaksana, menghemat tempat, melindungi dari gangguan binatang buas dan menghindari dari kontak langsung dengan ternak yang lain. Pada praktikum ini digunakan kandang panggung yang terbuat dari jeruji-jeruji kawat dan kerangka kayu. Keuntungan sistem kandang ini antara lain kandang bersih, tidak berbau, kecil kemungkinan tertular kuman penyakit dari kotoran, mudah dalam pemberian pakan dan minum, serta mudah dalm pemasukan dan pengeluaran ayam (Rasyaf,1994). Tipe kandang Tipe kandang yang digunakan dalam praktikum termasuk kandang bertipe cage. Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masingmasing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, dan sering banyak lalat (Rasyaf, 1994). Pada waktu DOC dimasukkan sampai umur 2 minggu, lantai kandang diberi alas yang berupa koran yang setiap harinya harus selalu diganti. Setelah lebih dari 2 minggu, alas koran tidak dipakai lagi sehingga kotoran langsung jatuh ke lantai yang diberi lapisan koran. Dilapisi koran agar kotoran mudah dibersihkan dan tidak mengotori lantai secara langsung yang dapat menimbulkan penyakit. Pakan Pemberian pakan pada praktikum Industri Ternak Unggas yang
20
telah dilakukan dalam pemeliharaan 10 ekor ayam broiler yang bejenis kelamin jantan sebanyak 5 ekor dam betina 5 ekor yang telah diberi tanda pada bagian bawah sayap ayam tersebut menggunakan pakan yang berbentuk crumble yaitu BR1. Pemberian pakan dan pergantian air minum dilakukan dua kali, yakni saat pagi hari (06.30 sampai 07.00 WIB) dan sore hari (15.30 sampai 16.00 WIB). Tabel 2.1 Pakan yang diberikan selama 5 minggu Waktu Pemberian Sisa Konsumsi Konversi (gram) (gram) Minggu I 1400 1400 0,94 Minggu II 1680 1680 1,35 Minggu III 4550 4550 1,625 Minggu IV 7700 7700 1,41 Minggu V 8060 8060 1,61 Metode pemberian pakan yang digunakan adalah sistem retricted, artinya jumlah pakan dan pemberian pakan ditentukan kadarnya sesuai dengan kebutuhan ayam. Pakan yang diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan ayam, hal ini terbukti dengan adanya sisa pakan sewaktu pemberian pakan berikutnya. Pemberian pakan pada pagi dan sore dilakukan guna memenuhi kebutuhan ayam. Pada umur 1 minggu diberi pakan 20 gram per ekor per hari. Umur 2 minggu diberi pakan 24 gram per ekor per hari. Umur 3 minggu diberi pakan 445 gram per ekor per hari. Umur 4 minggu diberi pakan 770 gram per ekor per hari. Umur 5 minggu diberi pakan 910 gram per ekor per hari. Ransum atau pakan yang diberikan pada ternak sebagian besar untuk memenuhi energi. Pada ayam kebutuhan energi meningkat seiring dengan pertumbuhan badannya. ME pada BR1 dan BR2 3000 sampai 3200 kcal/kg. Energi pakan yang dinukan untuk masing-masing fase disusun seimbang sehingga variasi konsumsi energi ditentukan oleh besar kecilnya konsumsi pakan. Selain itu peran suplement, antibiotik dan vitamin juga memegang peranan penting pada kondisi ayam. Semakin bertambah umur ayam, mulai dari fase starter menjadi grower, grower menjadi finisher, membutuhkan konsumsi pakan yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan maintenance dan produksi dagingnya. Pemberian pakan yang baik harus diatur sesuai jumlahnya, akan tetapi jumlah kebutuhan tidak boleh dikurangi (Hartono, 1997). Selain pakan yang diperhatikan, pemberian air minum juga harus diberikan bersamaan waktunya dengan saat memberikan pakan pada ayam. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi ayam setelah melakukan aktivitas makan. Konsumsi air akan meningkat karena peningkatan konsumsi pakan yang membutuhkan air untuk pelunak dan memperlancar pelarutan pakan dalam alat pencernaan (Sidadolog, 2001). Manajemen Pemeliharaan
21
Pemeliharaan ayam broiler dimulai dengan kegiatan kerja bakti pada hari min 3. Kegiatan ini meliputi pembersihan ruangan dan brooder boks kandang dengan cara dicuci. Pembersihan tempat pakan dan minum, lantai kandang dibersihkan dan dipel, lingkungan sekitar kandang dibersihkan dan dipel, lingkungan sekitar kandang dibersihkan, ruang kandang dan brooder boks disemprot dengan desinfektan, setiap kandang dipasang sebuah bola lampu 40 watt. Sehari sebelum pemasukan DOC, brooder boks lantai diberi alas koran dinding juga diberi koran baru bola lampu dinyalakan. Pemeliharaan hari pertama yaitu pemaukan DOC. Meliputi penimbangan DOC sebelum dimasukkan kekandang dan diberi identifikasi dengan cara ditempelkan pada sayap menggunakan peniti. Disediakan pakan dengan berat yang berbeda setiap minggunya. Air minum diganti dan ditambahkan setiap pagi dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari berupa BR2. Pada hari ketiga dilakukan vaksinasi ND1, vaksinasi dilakukan dengan cara tetes pada mata. Dilakukan penimbangan seminggu sekali sebanyak lima kali yaitu pada hari ke 7, 14, 21, 28, dan 35. Kegiatan penimbangan meliputi pengukuran berat badan, lingkar dada, panjang badan, diameter shank, panjang tulang dada dan panjang shank. Menghitung konsumsi pakan dan FCR setiap minggunya. Vaksinasi gumboro dilakukan pada hari kesepuluh. Vaksinasi dilakukan dengan cara mencampurkan vaksin pada air minum. Vaksinasi ND2 dilakukan pada hari ke 27. Penimbangan ke 5 merupakan hari ayam siap dipanen, didapati mortalitas kematian 20%. Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik. Nilai mortalitas pada broiler yang dipelihara kelompok kami cukup tinggi yaitu 20%. Hal ini tentunya belum mencapai sasaran yang diinginkan. Penampilan Produksi Feed Intake Pertumbuhan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan oleh 10 ekor untuk minggu ke-I, ke II, ke-III, dan ke-IV adalah 1400 gr, 1.680 gr, 4550 gr, dan 1700 gr. Konsumsi pakan pada minggu ke-V dengan jumlah ayam delapan ekor adalah 8060 gram. Ratarata FI selama pemeliharaan adalah 2443 gram/ekor. Standar konsumsi pakan menurut NRC (1984), konsumsi pakan selama pertumbuhan 0 sampai 6 minggu adalah 3000 gram/ekor. Konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu: besar tubuh ayam (jenis galur), keaktifan badannya sehari-hari, suhu atau temperatur di dalam dan di sekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ayam pedaging itu, dan cara pengelolaan yang dipraktekkan sehari-hari untuk memelihara ayam pedaging tersebut
22
(Siregar et al., 1980). Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan tingkat energi dan protein, asam-asam amino pakan hanya digunakan secara efektif jika tingkat energinya cukup (Scott et al., 1982). Gain Yang dimaksud dengan gain atau pertumbuhan murni adalah termasuk pertambahan bentuk dan berat dari jaringan bangun seperti urat, daging, jantung, dan otak, serta semua jaringan tubuh lainnya kecuali lemak. Biasanya pertumbuhan badan dinyatakan dengan pengkuran kenaikan berat badan tiap hari, tiap minggu, atau periode waktu lainnya (Tilman et al., 1991). Tabel 2.2 Pengamatan gain tiap minggu Gain
Minggu ke I 174 g
Minggu ke II 124 g
Minggu ke III 280 g
Minggu ke IV 545 g
Minggu ke V 443,75 g
Feed Convertion Ratio Feed Convertion Ratio adalah perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg) sampai ayam itu dijual (Siregar et al., 1980). Berdasarkan hubungan pada praktikum, diperoleh FCR ayam sebesar 1,61. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi kemampuan daya cerna, kualitas pakan yang dikonsumsi dan keserasian nilai nutrien yang ada dalam pakan tersebut. Togatrop (1991) mengatakan bahwa konversi pakan ayam broiler yang mendapat pakan dengan tingkat protein kasar 20% dan 22% serta energi 3.200 kcal ME/kg dan 3.400 kcal ME/kg berturut-turut adalah 2,264; 2,193; 2,219 dan 2,174. Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit Vaksinasi Vaksinasi pada praktikum pemeliharaan ayam broiler dilakukan 3 kali. Pertama vaksinasi ND1 pada hari ketiga, vaksinasi dilakukan dengan cara tetes pada mata (1 kali tetes). Vaksinasi ND atau tetelo dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata. Vaksin ND berfungsi untuk mencegah penyakit tetelo (Newcastle Disease) yang disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah satu sampai dua hari muncul gejala syaraf yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisahkan, karena mudah menularkan pada ayam lain melaui kotoran dan pernapasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi
23
kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering (Anonimus, 2009). Dilakukan vaksinasi yang kedua yaitu vaksinasi Gumboro pada hari ke 10. Vaksinasi dilakukan dengan cara mencampurkan vaksin sesuai dengan konsumsi air hari sebelumnya. Fungsi dari vaksin ini ialah mencegah penyakit gumboro. Penyakit gumboro secara ekonomis sangat merugikan oleh karena gangguan pertumbuhan, in efisiensi pakan dan sejumlah besar kematian yang dapat ditimbulkan pada kelompok ayam yang terserang penyakit tersebut, serta meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan dan desinfektan. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya dari ayam yang pernah terserang gumboro atau oleh karena pemakaian vaksin gumboro yang cukup keras (intermediate plus atau hot strain) berupa immunosuspensi jangka panjang oleh karena terjadinya deplesi (kelainan) pada sel-sel limfoid dari bursa fabrisiusnya (Wiryawan, 2007). Setelah diberi vaksin gumboro, pada hari ke 27, diberikan vaksin ND2 yang diberikan pada air minum, sebelumnya ayam dipuasakan dahulu dari pagi. Vaksin ND2 ini diberikan juga untuk mencegah tetelo. Pencegahan penyakit Selain vaksinasi, program pencegahan penyakit lainnya yaitu dengan cara memberikan vitamin/vitachick yang berfungsi untuk untuk mencegah ayam stess dari perjalanan yang cukup jauh. Pencegahan penyakit dilakukan sejak sebelum DOC dimasukkan kandang. Kelompok XVIII menggunakan kandang dengan sistem panggung. Kandang dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu. Waktu pemasukan DOC, lantai kandang diberi alas koran untuk menampung kotoran dan memudahkan aktivitas DOC. Setelah ayam bisa menapak kuat pada lantai panggung, kandang tidak diberi lagi alas koran, tapi alas berupa karan dan plastik yang diletakkan dibawah kandang. Alas ini untuk menampung kotoran agar mudah didalam membersihkannya. Selama pemeliharaan usaha lain untuk pencegahan penyakit adalah dengan cara tindakan hygienis dan sanitasi kandang yang teratur, membersihkan tempat pakan dan minum minimal 2 kali sehari serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang. Mortalitas Mortalitas pemeliharaan ayam broiler dalam praktikum ini adalah 20%. Hal ini disebabkan karena ayam stress akibat suhu yang terlalu tinggi dalam kandang dan pemberian air minum yang kurang, karena pada kandang kelompok kami hanya tersedia satu tempat minum. Menurut Sidadolog (2001), kebutuhan pakan dan air minum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan mortalitas. Hal-hal yang diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan 24
minum serta kandang, melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan tidak yang terkena penyakit, memberikan pakan dan minum pada waktunya (Siregar et al., 1980) Sebenarnya dari jumlah ayam yang digunakan pada praktikum ini (10 ekor), tidak dapat digunakan untuk mengukur presentase kematian. Untuk dapat menggunakan presentase kematian yang standar seperti yang diungkapkan Blakely dan Bade (1991), ayam yang dipelihara minimal 1000 ekor. Analisis Hubungan Dalam pemberian ransum pada unggas khususnya ayam pedaging atau broiler, harus memperhatikan aspek-aspek yang terkait. Untuk menyusun pakan ternak unggas, diperlukan perhitungan. Dikenal ada beberapa cara perhitungan pedoman operasional simpleks. Namun, dalam perhitungan penyusunan pakan unggas terapan hanya diperkenalkan tiga metode sederhana. Agar pada nantinya akan bertambah bobot badannya. Perbedaan pemberian ransum yang berbedabeda dapat menyebabkan bentuk atau karakteristik tubuh juga akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi dan kandungan nutrient yang terkandung dalam ransum. Selain itu juga disebabkan oleh persaingan antar ayam untuk menduduki tempat makan. Seperti halnya pada panjang badan, shank, diameter shank dan lingkar dada.
Pekan ke O I II III IV
Panjang shank 3,2 4,9 5,65 6,8 8
Tabel 2.3 Karakteristik tubuh Pengukuran rata-rata (cm) Diameter Lingkar Panjang shank dada tulang dada 0,39 10,35 2,55 0,5 13,9 5,05 0,85 17,4 7,9 1,03 25 9,6 1,05 27,1 12,5
Panjang badan 16,65 26,3 33,7 34,6 36
Kunjungan Perusahaan Identitas Perusahaan Teaching Farm di Perusahaan KP4 Universitas Gadjah Mada awalnya didirikan oleh PKP, yang merupakan alumni fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Pengelolaan juga dilakukan oleh PKP. Perusahaan ini milik fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Tabel 2.4 Data pengamatan kunjungan perusahaan Hal yang diamati 1) Sejarah perusahaan
25
Checklist
2) Lokasi perusahaan 3) Jumlah kepemilikan/populasi pada farm tersebut 4) Umur ayam yang ada pada saat kunjungan dan pengaturan pemeliharaan bila terdapat beberapa angkatan pada farm yang dikunjungi 5) Strain ayam yang digunakan 6) HDA (hen daily average)
v v v v
7)
HHA (hen house average) 8) Presentase kematian (mortalitas) per periode (angkatan) 9) Vaksinasi 10) Penyakit yang sering ditemui 11) Perkandangan (kandang karantina, kepadatan kandang/floor space) 12) Pakan 13) Peremajaan 14) Menghitung perkiraan FCR 15) Bobot badan (bobot awal DOC, bobot saat praktikum) 16) Bentuk kandang litter untuk layer 17) Bentuk kandang panggung untuk layer 18) Bentuk kandang litter untuk broiler 19) Bentuk kandang panggung untuk broiler 20) Floor space yang diterapkan di perusahaan 21) Kondisi produksi ayam layer yang memakai kandang litter 22) Kondisi produksi ayam layer yang memakai kandang battery 23) Kondisi produksi ayam broiler yang memakai kandang litter 24) Kondisi produksi ayam broiler yang memakai kandang panggung 25) Tinggi tempat pakan dan minum yang ideal untuk ayam pada masingmasing kandang 26) Ratio jumlah tempat pakan dan minum di kandang panggung dan litter
v v v v v v
v v
v
Produktifitas Umur ayam di teaching farm pada saat kunjungan adalah 13 hari dan pada umur 15 hari akan diganti. Angka kematian di teaching farm sangat rendah yaitu 0,1% per hari, angka ini sangatlah rendah untuk mortalitas. Pada umur ayam ke 11 dilakukan penimbangan, dan didapati ayam 269 gr pada kandang sederhana, 346 gr pada kandang panggung dan 376 gr pada kandang postal. Pengecekan dilakukan 6 kali per tahun dengan rotasi 35 hari dan pembersihan 2 hari. Vaksinasi ND dan gumboro juga diterapkan pada farm ini. Sedangkan strain yang dipakai di perusahaan KP4 jenis strain Mb 202 Platinum. Perkandangan Keamanan kandang di Teaching farm sudah maksimal yakni dengan adanya biosecurity yang diharapkan agar mikroorganisme tidak masuk ke dalam farm, setelah itu kandang juga dipagari dengan double pagar, yakni pagar tembok dan seng. Selain itu juga terdapat men shower, yang menyemprotkan desinfektan ke tubuh kita. Foot dipping agar bakteri tidak masuk kedalam kandang. Terdapat 9 unit kandang di Teaching farm, yang terdiri dari close house dan open house. Close house adalah kandang postal dengan dinding yang tertutup sedangkan open house adalah kandang dengan bentuk panggung. Kedua kandang dialasi oleh sekam. Close house dilengkapi dengan suatu sistem yang baik, yakni “inlete” dimana diarah kandang bagian timur dilengkapi dengan tenpet udara masuk yang selalu
26
dialiri air sehingga udara tetap dingin dan dialirkan kearah barat dengan “outlete” yakni blower. Kedua kandang tersebut berbeda kepadatannya kandang open kepadatannya 3000 ekor setara dengan 7 sampai 8 ekor per m2 untuk kandangnya, sedangkan kandang close kepadatannya 5000 ekor setara dengan 15 ekor per m2 untuk kandangnya. Biaya operasional kandang open lebih rendah dan kepadatannya lebih sedikit, sedangkan biaya operasional kandang close lebih banyak dan kepadatannya lebih banyak pula. FCR ayam pada close house atau postal lebih bagus daripada open house atau panggung. Makan dan Minum Tempat pakan dan minum ditempatkan berselang-seling dan tempat pakannya ada yang digantung dan diletakkan dibawah, hal tersebut berguna untuk proses adaptasi. Setiap 1 tempat pakan isinya 10 kg setara untuk 30 sampai 35 ekor ayam, sedangkan tempat minum otomatisnya 1 buah setara untuk 80 sampai 100 ekor ayam. Penanganan Kotoran Kotoran ayam di teaching farm ditangani dengan cara dibersihkan secara teratur atau berkala untuk diolah menjadi pupuk, sehingga tidak menimbulkan polusi bau di udara. Sedangkan pada perusahaan di KP4 yang banyak di derita jenis penyakit coli, coccidiosis dan CSD.
27
BAB V KESIMPULAN Praktikum Pemeliharaan Broiler. Praktikum Pemeliharaan Broiler menggunakan Ayam broiler strain Lohman. Ayam dengan strain Lohman mempunyai ciri-ciri fisik antara lain bulu berwarna putih kekuningan, jengger tunggal, dan kaki berwarna kuning. Tipe kandang yang digunakan dalam praktikum termasuk kandang bertipe cage. Metode pemberian pakan yang dihgunakan adalah sistem retricted, artinya jumlah pakan dan pemberian pakan ditentukan kadarnya sesuai dengan kebutuhan ayam. Pakan yang diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan ayam, hal ini terbukti dengan adanya sisa pakan sewaktu pemberian pakan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan oleh 10 ekor untuk minggu ke-I, ke II, ke-III, dan ke-IV adalah 1400 gr, 1.680 gr, 4550 gr, dan 1700 gr. Konsumsi pakan pada minggu ke-V dengan jumlah ayam delapan ekor adalah 8060 gram. Ratarata FI selama pemeliharaan adalah 2443 gram/ekor. Standar konsumsi pakan menurut NRC (1984), konsumsi pakan selama pertumbuhan 0 sampai 6 minggu adalah 3000 gram/ekor. Gain yang diperoleh dari minggu ke-I, ke II, ke-III, ke-IV, dan ke-V secara berurutan yaitu 174,6 gr, 124 gr, 280 gr, 545 gr, 443,75 gr. Berdasarkan hubungan pada praktikum, diperoleh FCR ayam sebesar 1,61. Mortalitas pemeliharaan ayam broiler dalam praktikum ini adalah 20%. Hal ini tentunya belum mencapai sasaran yang diinginkan. Praktikum Kunjungan Perusahaan. Kunjungan perusahaan dilakukan di Teaching Farm di Perusahaan KP4 Universitas Gadjah Mada. Pengelolaan disana sudah modern, hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya biosterilizer yang ada disana, adanya kandang full house dan kandang open house, dan juga cara pemberian pakannya yang sudah modern, selain itu disana produksi ayamnya sudah banyak mencapai 500 ribu. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2004. Petunjuk Pemeliharaan Petelur 909. Charoen Pokphand Indonesia. Tangerang. Anonimus. 1994. Cara Pemeliharaan Ayam Pedaging. PT Charoen Phokphand Indonesia, Co. ltd. Jakarta. Anonimus. 1994. Pedoman Umum Proyek Perunggasan Pola Kemitraan. Gappi. Jakarta. Anonimus. 2009. Budidaya ayam pedaging (broiler). http://www.murasmanrahman.com/node/661. Diakses 22 November 2009.
28
Anggorodi. R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta. Anderson, K.E. and A.W. Adams, 1997. Effects Of Rearing Density And Feeder Waterer Spaces On The Productivity And Fearfull Behavior Of Layers. Poultry Science. Vol. 71: 53. Blakely, J dan D.H Bade. 1991. Ilmu Peternakan. 4th Edition. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Campa, I.S.A.R. 1994. Kepadatan Kandang dan Model Alas Kandang Broiler di Daerah Tropis. Poultry Indonesia. 174: 14-16. Cravener, T.L., W.W. Roush and M.M. Mashaly, 1992. Broiler Production Under Varying Population Densities. Poultry Science. Vol. 71: 427. Daghir, N.J. 1998. Broiler Feding And Management In Hots Climate. Cab International 198 Madison Avenue. New York. Hammond, R. Izat, A. L., J. T. Slanner and P. W. Waldroup. 1993. Effect of Dietary Amino Acids Level on Performance and Carcas Composition of Broiler 42 to 49 Days of Age. J. poult. Sci. 70: 12231230. Hartono, S. 1997. Beternak Ayam Pedaging Super. CV Gunung Mas. Penerbit Toko Buku Agency. Pekalongan. Ichudan, E. 2003. Penambahan Minyak Kedelai Kedalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Lemak Dan Kolesterol. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. 2. (03) 5-8. Jahja, Jonas. 2000. Ayam Sehat Ayam Produkstif. Medion. Bandung. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek. Gedung II BPPT Lantai 6. Jl. M.H.Thamrin No. 8. Jakarta 10340. Indonesia. Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id.
Kardason, S. 1992. Beberapa Asas Ekonomi Produksi Pertanian dan Peternakan. Amurta. Yogyakarta. Martono, T. 1996. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke-3 Cetakan ke-3. PT Pustaka LP3ES. Jakarta. Indonesia.
29
May, J.D. and B.D. Lott. 1992. Feed and Nater Consumtion Pattern of Broiler At High Temperature. Poultry Sci. Murtidjo, A.B. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Northe, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 2nd ed. Avi Publishing, Co., Inc., West Port Connecticut. NRC. 1984. Nutrient Requirement of Domestic Animal. Nutrient th Requirement of Poultry. 8 ed. Washington. NRC. 1994. Nutrient Requirement Of Domestic Animal, Nutrient Requirement Of Poultry. 8th ed. Revised ed. Washington. Prawirokusumo, S. 1981. Pengantar Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Prayitno, Dwi Sunarti dan Yuwono, Wahono Eko. 1997. Manajemen Kandang Ayam Ras Pedaging. Trubus Agriwidya. Semarang. Prihatman, K. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS, Jl.Sunda Kelapa No. 7. Jakarta. Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829. Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Edisi ke-6, Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI). Jakarta. Scott, M. L., M. C. Neshein and R. J. Young. 1982. Nutrition of Chicken. 3 rd ed. M. L. Scoot and Association. Ithaca. New York. Sidadolog, J.H.P. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Laboratorium Ilmu Ternak Unggas.Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Siregar, A.P., M. Sabrani dan P. Soeprawiro. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan I. Margie Group. Jakarta. Suprijatna, M. Prawirokusumo, dan S. Bekti. 2005. Ilmu Usaha Tani. Edisi Ke-1. BPFE. Yogyakarta. 30
Suyoto, Bambang. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Proyek Bimasayam (Broiler). Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan Sekretariat Pengendali Harian Bimas Ayam Pusat. Jakarta. Tilman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo,S. Prawiro Kusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Togacrop, R.L. 1991. Modern. Fifth ed. Crosby Lockweed and Sons Ltd., London 397. Williams, L. H. 1982. Growth and Energy In: Nutrition and Growth Manual. H. I. Davies ed. Hedges and Bell pty. Ltd. Melbourne. Williamsons, G and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wiryawan, Wayan. 2007. Pengebalan terhadap Gumboro. Available at http//infovet.blogspot.com/2007/09/Pengebalan trhopgumboro.html. Zuprizal, Ali Wibowo, M. Kamal dan Lies Mira Yusiati. 1993. Evaluasi Protein dan Energi Pakan Unggas. Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan Fakultas Peternakan. Yogyakarta.
31
LAMPIRAN Perhitungan Analisis Hubungan Koefisien Korelasi rxy = Spxy SSx.SSy = 5245x90702 1076068,048x26.34 = 0,985 Uji terhadap nilai koefisien korelasi oleh α = 5% = 0.05 Ho = rxy Ho = rxy>0 t hitung :
rxy (1- rxy)2/n-2
=
0,985 (1-0,985)2/5-2
= 113,741 Nilai kritis 0,05 : n-2 Tabel t 0,05 : 3 menunjukkan angka 2,353, t hitung >nilai kritis, maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga panjang shank mempunyai korelasi atau signifikan terhadap berat badan. Contoh analisis hubungan : Korelasi antara panjang shank dengan berat badan
Tabel 3.1 Korelasi panjang shank dan berat badan Minggu ke Panjang shank Berat badan (x) cm (x) cm I 4,55 123 II 4,8 238,8 III 7,001 523 IV 7,55 873,6 V 10,9 1401,5
32
∑x2 = 1232 + 238,82 + 5232 + 873,62 + 1401,52 = 3073062,65 2 ∑y = 4,552 + 4,82 + 7,0012 + 7,552 + 10,92 = 268,569 Fkx = ∑x2 n = 9984968,01:5 = 1996993,602 Fky = ∑y2 n = (34,801) 2 /5 = 242,222 SSx = ∑x2 - Fkx = 3073062,65 – 1996933,602 = 1076069,048 SSy = ∑y2 – Fky = 268,569 – 242,222 = 26,347 ∑xy = (4,55x123)+(4,8x238,8)+(7,001x523)+(7,55x873,6+(10,9x1401,5) = 27239,443 Spxy= (∑xy) – (∑x)( ∑y) N = 27239,443-(3159,9)(34,801)/5 = 5245,90702 Tabel 3.2 Konsumsi dan konversi pakan (FCR) Minggu ke I No identitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rerata
Berat awal 50 50 50 50 50 40 50 45 50 49
Bobot badan (gain) Berat akhir 190 200 180 210 190 180 200 200 200 210
Gain 140 150 130 160 140 140 150 155 150 161 1476 147,6
Pemberian 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 1400 140
Gain 80 180 120 80 180 140 100
Pemberian 168 168 168 168 168 168 168
Pakan (gram) Sisa 0
FCR konsumsi
1400
0,94
Minggu ke II No identitas 1 2 3 4 5 6 7
Berat awal 190 200 180 210 190 180 200
Bobot badan (gain) Berat akhir 270 380 300 290 370 320 300
33
Pakan (gram) Sisa -
FCR konsumsi
8 9 10 Total Rerata
200 200 210
300 350 320
100 150 110 1240 124
168 168 168 1680 168
Gain 230 320 250 260 230 330 300 300 300 280 2800 280
Pemberian 455 455 455 455 455 455 455 455 455 455 4550 455
Gain 450 700 450 500 500 650 650 500 600 450 5450 545
Pemberian 770 770 770 770 770 770 770 770 770 770 7700 770
Gain 250 600 400 350 500 500 450 450 350 350
Pemberian 390 910 390 910 910 910 910 910 910 910 8060 806
0
1680
1,35
Minggu ke III No identitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rerata
Berat awal 270 380 300 290 370 320 300 300 350 320
Bobot badan (gain) Berat akhir 500 700 550 550 600 650 600 600 650 600
Pakan (gram) Sisa 0
FCR konsumsi
4550
1,625
Minggu ke IV No identitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rerata
Berat awal 500 700 550 550 600 650 600 600 650 600
Bobot badan (gain) Berat akhir 950 1400 1000 1050 1100 1300 1250 1100 1250 1050
Pakan (gram) Sisa 0
FCR konsumsi
7700
1,41
Minggu ke V No identitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rerata
Berat awal 950 1400 1000 1050 1100 1300 1250 1100 1250 1050
Bobot badan (gain) Berat akhir 1200 2000 1400 1400 1600 1800 1700 1550 1600 1400
34
Pakan (gram) Sisa 520 520 1040
FCR konsumsi
8060
1,61
Tabel 3.3 Jadwal piket pemberian pakan No
Hari/tanggal
Nama
NIM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Sabtu,10/10 Ahad, 11 Senin, 12 Selasa, 13 Rabu, 14 Kamis, 15 Jum’at, 16 Sabtu, 17 Ahad, 18 Senin, 19 Senin, 19 Selasa, 20 Rabu, 21 Kamis, 22 Jum’at, 23 Sabtu, 24 Ahad, 25 Senin, 26 Selasa, 27 Rabu, 28 Kamis, 29 Kamis, 29 Jum’at, 30 Sabtu, 31 Ahad, 1/11 Senin, 2 Selasa, 3 Rabu, 4 Kamis, 5 Jum’at, 6 Sabtu, 7 Ahad, 8 Ahad, 8 Senin, 9 Selasa, 10 Rabu, 11 Kamis, 12
Aniq Ria Dugong Yustin Satria Ninit Wahyu Arifin Arifian Mz ucup Mz jambrong Aniq Ria Dugong Yustin Satria Ninit Wahyu Arifin Arifian Mz ucup Mz jambrong Aniq Ria Dugong Yustin Satria Ninit Wahyu Arifin Arifian Mz ucup Mz jambrong Aniq Ria Dugong Yustin
5418 5252 5315 5272 5338 5407 5261 5374 5404 5121 5158 5418 5252 5315 5272 5338 5407 5261 5374 5404 5121 5158 5418 5252 5315 5272 5338 5407 5261 5374 5404 5121 5158 5418 5252 5315 5272
Paraf praktikan Pagi Sore 61/2-7 31/2-4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35
Paraf asisten Pagi Sore
ket
J J
J J -
J
38
Jum’at, 13
Satria
5338
√
Kartu praktikum
36
√