IMPLEMENTASI 4C DALAM PEMBELAJAR PEMBELAJARAN AN PADA KURIKULUM 2013 May 28, 2017
Berdasarkan “21stCentury Partnership Learning Framework”, terdapat beberapa kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad 21, antara lain: 1.
Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills) – – mampu mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah
2.
Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills ) – mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak
3.
Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif
4.
Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and ommunications Technology Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitassehari-hari
5.
Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi
6.
Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) – mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Sejalan dengan kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad 21 di atas, pembelajaran pada kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan karakter 4C.
dan dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Siswa
ditempatkan
sebagai
subyek
pembelajaran
yang
secara
aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap diperlukan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orangorang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan
penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang tel ah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang bertanggung jawab.
Sumber:
Dikembangkan dari: Jennifer Nichols (2013). 4 Essential of 21st Century Learning
Untuk menterjemahkan prinsip-prinsip pembelajaran di atas ke dalam praktik tentu bukan hal yang mudah. Tetapi itulah tantangan nyata dunia pendidikan kita saat ini, yang suka atau tidak suka kita harus sanggup menghadapinya. Kita tidak menginginkan putera-puteri kita kelak menjadi orang-orang yang tidak berdaya, habis tergilas oleh jamannya.
Pembelajaran aktif (active learning) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.
Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others) Dialog dengan Diri (Dialogue with Self) :
Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.
Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :
Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis
buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue“
Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompokkelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis. Mengamati (Observing) : Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Misalnya, guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan sebagainya,
Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.
Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung.” Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah bank.
Melakukan (Doing):
Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung.
Cara Membuat RPP Kurikulum 2013 Terbaru Tahun Pelajaran 2017-2018 (Mengintegrasikan PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) Oleh : Adi Saputra, M.Pd A.
Pendahuluan
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang salah satunya tertera pada Permendiknas tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014. Namun peraturan ini diperbaharui dengan keluarnya Permendikbud No 23 tentang standar penilaian dan panduan penilaian terbaru. Perbaikan selanjutnya adalah dalam mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Selain PPK pada pembelajaran perlu juga diintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative); dan HOTS ( Higher Order Thinking Skill .
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (ma syarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar ( Basic Literacy), Literasi Perpustakaan ( Library Literacy), Literasi Media ( Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), Literasi Visual (Visual Literacy). Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving , dan Creativity and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill . Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasimerupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi meruapakan kemampuan berpikir dalammembangun gagasan/ide-ide. Sehingga di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kita buat agar muncul empat macam hal tersebut (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya. Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran ( Active Learning ). Khusus untuk PPK
merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan keluarga. Pada tulisan ini dilengkapi uraian tentang komponen RPP serta contoh RPP untuk beberapa mata pelajaran yang telah mengalami perbaikan dengan mengintegrasikan PPK, Literasi, 4C, dan HOTS. Namun contoh RPP ini hanya untuk contoh didalam menjelaskan komponen pengeintegrasiannya, dengan kata lain keterangan dalam bentuk caption (balon) tersebut hanya untuk menjelaskannya di dalam RPP sebenarnya tidak ada. Selanjutnya pada akhir tulisan ini terdapat tautan untuk mengunduh bahan yang diperlukan. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. B. Format RPP Secara lebih jelas komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 21 Batam Mata pelajaran : Kimia Materi Pokok : Reaksi Redoks Kelas/Semester : X/1 Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit (2 JP) A. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi sikap: (untuk mata pelajaran agama dan PKN dituliskan KI 1 dan KI 2 )
KI-3 :………………. KI-4 :………………
Contoh:
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (untuk mata pelajaran agama dan PKN dituliskan KD 1 dan KD2 dituliskan KD beserta indikatornya)
3.1……………… Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.1……….. 3.1.2…………, dst 4.1………………
Indikator Pencapaian Kompetensi 4.1.1…………. 4.1.2…………., dst
Contoh:
C. Tujuan Pembelajaran (Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pembelajaran dari KD yang didalamnya ada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang ditulis dalam satu deskripsi serta memenuhi kriteria ABCD) Contoh:
D.Materi Pembelajaran (disajikan dari materi yang terdapat pada indikator pencapaian kompetensi. Rincian materi setiap pertemuan dinyatakan dalam Lampiran)
Contoh:
E.Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran Model yang disarankan adalah model yang didalam langkah-langkah sesuai dengan proses berpikir saintifik . Model tersebut adalah discovery learning, inquri, problem base learning, dan
project base learning . Contoh:
F. Media Pembelajaran Contoh:
Media/Alat : Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, LCD, alat Lab G. Sumber Pembelajaran Contoh:
1. Buku Kimia Kelas X, Kementerian dan Kebudayaan Tahun 2013 . 2. Internet 3. Buku/ sumber lain yang relevan. H. Kegiatan Pembelajaran (pada kegiatan pembelajaran sebaiknya tergambar PPK , literasi, 4C, dan HOTS ) Indikator: … (indikator yang dir ujuk untuk pembelajaran pertemuan pertama)
1. Pertemuan Pertama: (2 JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
Contoh:
(Contoh di atas PPK-nya adalah religius dengan cara berdoa sebelum melaksanakan pembelajaran) b. Kegiatan Inti [Kegiatan inti pada pembelajaran ini merupakan langkah-langkah dari model discovery learning, karena diharapkan peserta didik menemukan konsep reaksi oksidasi dan reduksi secara mandiri dan/atau berkelompok. Model ini terdiri dari 6 langkah/sintak, yakni: 1)Stimulation(stimulasi/pemberian rangsangan), 2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), 3) Data collection (pengumpulan data), 4) Data processing (pengolahan data), 5)Verification (pembuktian), 6)Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)].
Contoh: Langkah 1:
(Contoh di atas PPK-nya adalah rasa ingin tahu dan gemar membaca, 4C -nya berupa critical thinking, ada literasi serta HOTS-nya)
Langkah 2:
(Contoh di atas terdapat 4C-nya berupa collaboration dan cri tical thinking ) Langkah 3:
(Contoh di atas PPK-nya adalah rasa ingin tahu, gemar membaca, kreatif, demokratis,
komunikatif, dan tanggungjawab; 4C-nya berupa colaboration, critical thinking, creativity, dan communication; ada literasi serta HOTS-nya) Langkah 4:
(Contoh Langkah 5:
di
atas
terdapat
4C-nya
berupa
communication)
(Contoh di atas 4C-nya berupa critical thinking, communication; ada literasi serta HOTS-nya) Langkah 6:
(Contoh di atas c. Kegiatan Penutup Contoh:
4C-nya
berupa
critical
thinking
2. Pertemuan Kedua: (...JP) Indikator: … (indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan kedua) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti c. Kegiatan Penutup 3. Pertemuan seterusnya. I. Penilaian 1. Penilaian Pengetahuan a. Aspek yang di nilai b. Teknik penilaian c. Instrumen (terlampir) d. Rubrik Penilaian (terlampir) 2. Penilaian Keterampilan a. Aspek yang di nilai b. Teknik penilaian c. Instrumen (terlampir)
dan
communication )
d. Rubrik Penilaian (terlampir) Contoh:
Lampiran: 1. Materi Pembelajaran Pertemuan 1 (materi ini dapat berupa ringkasan materi atau hand out sehingga nanti kalau dikumpulkan bisa menjadi modul) 2. Instrumen Penilaian Pertemuan 1 (instrumen penilaian ini terdiri dari kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dilengkapi dengan bentuk/teknik penilaian dan instrumennya serta kisi-kisi dan pedoman penskorannya) 3. Materi Pembelajaran Pertemuan 2 4. Instrumen Penilaian Pertemuan 2 dan seterusnya tergantung banyak pertemuan. Catatan : Format RPP di atas tidak baku, guru dapat mengembangkan format RPP sesuai dengan kebutuhan dengan tidak mengurangi esensi dari RPP dan caption atau balon dalam RPP sebenarnya tidak ada. Demikianlah ringkasan panduan cara membuat RPP kurikulum 2013 dengan perbaikan beberapa komponen. Jadi ini hanya lah suatu panduan untuk membuat RPP dan semuanya tergantung juga dengan karakteristik satuan pendidikan bapak/ibu guru semua. Namun yang terpenting adalah RPP yang baik adalah RPP yang bisa kita laksanakan dalam pembelajaran dan memberikan perubahan kepada anak didik kita.