PRESENTASI KASUS INTOKSIKASI ALKOHOL Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh: Krisna Muhammad 20090310079
Diajukan Kepada: Dr. Waisul Choroni, Sp.PD
ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN 2014
1
BAB I LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA Nama
: Ny. A I
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Ngasem RT06, Timbul Harjo, Sewon, Bantul
Pekerjaan
: Buruh
No RM
: 527231
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Penurunan Kesadaran
2. Keluhan Tambahan
: Dengan muntah-muntah cairan bening.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan Penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS, Alloanamnesis : Pasien datang ke kos tempat tinggal mual (+) dan muntah-muntah (+) 3x cairan bening 2,5 jam SMRS. Os tidak dapat diajak berkomunikasi sebelumnya akhirnya pasien tidak sadarkan diri 2 jam SMRS. Os sebelumnya tidak pulang selama 3 hari dan tidak tahu apa yang dimakan dan diminum OS sebelumnya. Dari gaya hidup, OS pernah mengkonsumsi Alkohol Alkohol dan perokok. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat tekanan darah tinggi
: Tidak dapat dikaji
Riwayat penyakit gula
: Tidak dapat dikaji
Riwayat stroke
: Tidak dapat dikaji
Riwayat penyakit jantung
: Tidak dapat dikaji
2
Riwayat penyakit ginjal
: Tidak dapat dikaji
5. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama Tidak dapat dikaji.
6. Anamnesis Sistem :
III.
-
Sistem cerebrospinal
: Tidak dapat dikaji
-
Sistem respirasi
: Tidak dapat dikaji
-
Sistem kardiovaskuler : Tidak dapat dikaji Sistem
-
Sistem Gastrointestinal : Tidak dapat dikaji
-
Sistem urogenital
-
Sistem muskuloskeletal : Tidak dapat dikaji
-
Sistem integumentum : Tidak dapat dikaji
: Tidak dapat dikaji
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Lemah, Agitasi
Kesadaran
: Somnolen
Tanda vital
: TD
: 140/90mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 °C
1. Pemeriksaan Kepala a. Bentuk Kepala = Mesochepal, simetris b. Wajah
= Oedem (-)
c. Mata
= Pupil isokor, CA (-/-) SI (-/-), Reflek pupil (+/+)
d. Hidung
= Discharge (-/-),
e. Telinga
= Deformitas (-/-)
f.
= Bibir sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-)
Mulut
2. Leher Pembesaran kelenjar thyroid dan limfonodi (-) , JVP ↑(-) 3. Pemeriksaan Thorax
3
Pulmo - Inspeksi
= Dada simetris, deformitas (-/-) retraksi intercostal (-/-)
- Palpasi
= Nyeri tekan (-/-), ketinggalan gerak (-/-)
- Perkusi
= Sonor (+/+)
- Auskultasi
= Suara dasar vesicular (+/+) Suara tambahan : wheezing (-/-), RBB (-/-)
Cor S1 S2 Reguler cepat, Bising jantung (-)
4. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi
: distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (Tidak dapat dinilai), hepatomegali (-)
5. Pemeriksaan Ekstremitas
IV.
-
Superior
= Oedem (-/-)
-
Inferior
= Oedem (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium (24-03-2014)
Hb
: 14,8
(12-16 g/dl)
AL
: 16,00
(5 – 11 10 3/uL)
AE
: 5.92
(4.00 – 5.00 10 6/uL)
AT
: 356
(150 - 450 10 3/uL)
HMT
: 43,7
(36-46 vol %)
Hitung Jenis
: Eo: 0, Bas: 0, Bt: 0, Seg: 44, Lim: 46, Mo: 10 4
Kimia Darah Dan Urine Lengkap (25-03-2014)
SGOT
: 48
(< 31)
SGPT
: 83
(< 31)
Ureum
: 13
(17 – 43)
Creatinin
: 0.76
(0.60 – 1.10)
Warna
: Kuning
Kekeruhan
: Keruh
Reduksi
: Negatif
Bilirubin
: Negatif
Keton Urin
: Negatif
BJ
: 1.030
Darah Samar : Negatif PH
: 6.50
Protein
: +2
Urobillinogen : 0.20 Nitrit
: Negatif
Lekosit Ester : Negatif
Eritrosit
: 0-1
Lekosit
: 1-3
Sel Epitel
: Positif
Ca Oksalat
: Negatif
Asam Urat
: Negatif
Amorf
: Negatif
Eritrosit
: Negatif
Leukosit
: Negatif
Granular
: Negatif
Bakteri
: Negatif
AL ulang (26-03-2014)
AL
: 10,8
(5 – 11 10 3/uL)
Elektrokardigram (EKG)
Normo Sinus Rythem
5
V.
DIAGNOSIS KERJA -
VI.
Intoksikasi Alkohol
DIAGNOSIS BANDING -
Intoksikasi Metanol
-
Intoksikasi Organofosfat
-
Intoksikasi Etlyn Glicol
-
Vomitus Profus
-
Dyspepsia
-
Edema Cerebri
-
Tumor Otak
VII. PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP -
Infus NaCl Loading 1000 ml -> inf Nacl 20 tpm
-
O2 3 lpm
-
Inj. Ranitidine 50mg/12 jam/IV
-
Inj. Metoclorpramide 8mg/8 jam /IV
Pasang NGT -> Bilas Lambung dengan Susu + NACL 1500 cc VIII.
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
Anamnesis
Pemeriksaan
Assesment
Terapi
fisik
25/03/2014
OS sudah sadar
KU: lemah, CM
- Intoksikasi
- inf Nacl 15 tpm
dengan keluhan
TD: 100/60
Alkohol
- Diet TKTP lunak
kaku dan sakit
N: 88
pada dada dan
R: 18
leher. Os tidak
T: 36,8
menyatakan habis
Mata : CA -/-, SI -/-
meminum alkohol
Leher : JVP ↑ (-)
campuran beli jadi
Thorax: vesikuler
yang tidak tahu dengan apa dicampur
+/+, RBB -/-, Cor: S1 S2 reguler,
- Inj. Ranitidine 50mg/12 jam/IV - Cefixime 2x100 mg - PL : Aff NGT - Cek SGOT, SGPT, UL
Bising (-)
6
beberapa jam sebelum ual muntah. sesak (-
Abdomen: NT (-), supel (+), BU (+) N Ekstremitas: akral
Nyeri perut dan
hangat, nadi kuat,
ulu hati (-) Pusing
udem tungkai (-/-).
(+),mual (-), dan muntaH (-) diare (-). Riwayat: Minum alkohol (+), Perokok (+) DM (-), sakit jantung (-) HT (-), Asma (-), alergi (+) 26/03/2014
OS mengeluh
KU: lemah, CM
- Intoksikasi
- inf Nacl 15 tpm
sesak nafas
TD: 110/70
Alkohol
- Diet TKTP lunak
berkurang hari ini,
N: 78
semalam sempat
R: 22
sesak dan nyeri
T: 36,5
dada, tetapi pagi
Mata : CA -/-, SI -/-
ini sudah
Leher : JVP ↑ (-)
membaik, batuk
Thorax: vesikuler
sudah dirasa berkurang. Semalam pasien sedikit gelisah sehingga susah tidur. BAB dan BAK normal.
+/+, RBB -/-,
- Inj. Ranitidine 50mg/12 jam/IV - Cefixime 2x100 mg Pl Cek AL ulang BLPL
Cor: S1 S2 reguler, Bising (-) Abdomen: NT (-), supel (+), BU (+) N Ekstremitas: akral hangat, nadi kuat, udem tungkai (-/-).
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang
dapat
mengakibatkan
gangguan
kesehatan
bahkan
dapat
menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita. 2 Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu yang mendasari (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional. 3 Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH 3-CH2-OH. Dari semua jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satusatunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk diminum).1,4,5 Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala : 6
ataksia dan bicara cadel/tak jelas
emosi labil dan disinhibisi
napas berbau alkohol
mood yang bervariasi 8
Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis : 6
paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran pernapasan
obstructive sleep apnoea
aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml
Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat meliputi:6
penurunan kesadaran, stupor atau koma
perubahan status mental
kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang dewasa.1,5,7
2.3 ETIOLOGI 2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanakkanak dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.1 Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan 9
resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan dengan alkohol. 1
2.3.2 Faktor Psikoanalisis
psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual. 1 Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti
alkohol
melalui
mulutnya.
Beberapa
dokter
psikiatrik
psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara seksual.1 Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan meningkatnya harga diri. 1 2.3.3 Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan. Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan secara sosial. Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya tentang resiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.1 10
2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam keluarga,
khususnya
kebiasaan
minum
pada
orang
tua
dapat
mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga kurang
langsung
berhubungan
dengan
perkembangan
gangguan
berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting. 1 Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.1 2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Lakilaki lebih banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol. 1
2.4 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol, 11
perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1 a) Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi. 1 Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60). 1 Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah. 1 Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1 b) Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya. 1
12
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( Antabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik. 1
c) Efek pada otak
Biokimiawi Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan
menimbulkan
efek
karena
ikatannya
dengan
membran
yang
menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin nikotinik, serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi. 1
13
d) Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,40,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat terjadi kematian. 1 e) Efek fisiologis lain
Hati Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1 Sistem gastrointestinal Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan menjadi
varises
esofagus
dapat
menyertai
pada
seseorang
dengan
penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1
14
Sistem tubuh lain Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian mendadak pada orang yang terintoksikasi. 1 Tes laboratorium Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira 60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase (AST),
dan
glutamatpiruvat
transaminase
(SGPT)
atau
alanin
aminotransferase (ALT).1
15
2.5 GANGGUAN-GANGGUAN
Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf Pusat.6 KONSENTRASI (g/dl)
PEMINUM
PEMINUM KRONIK
SPORADIK 0,050-0,075 (taraf pesta)
Euforia, Suka
-Tak tampak gejala
berkumpul
-Sering masih terlihat
(gregarious), suka
segar
mengomel (garroulous) 0,100 (intoksikasi secara
Tidak terkoordinasi
Gejala minimal
Perilaku tak
Menyenangkan, mulai
Terkontrol
euforia, kurang
hukum*) 0,125-0,150
16
koordinasi 0,200-0,250
Hilang
Membutuhkan
kewaspadaan,
usaha
lethargy
pertahankan
untuk
mem-
emosi/kontrol motorik 0,300-0,350
Stupor sampai koma
Mengantuk, lamban
Lebih dari 0,500
Fatal,
Koma
mungkin
mem-
butuhkan Hemodialysis *) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi. 2.6 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis: Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini: 1 a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk sekurangnya dua hari) d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau ekuivalennya pada bir atau anggur) e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi (blackout) f.
Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk komersial yang mengandung alkohol Disamping
itu
orang
dengan
ketergantungan
alkohol
dan
penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan
karena
penggunaan
alkohol,
seperti
kekerasan
saat 17
terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan pekerjaan, masalah hukum (contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau kecelakaan lalu lintas saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan keluarga atau teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan. 1
2.7 Intoksikasi Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis: Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan prilaku maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya diagnosis atau kondisi lain yang membaur. 1 Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan. Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian, baik karena henti pernapasan atau karena aspirasi muntah. Pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya. 1 Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar dengan konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi alkohol didalam otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka bicara dan suka berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan cemberut, yang lainnya menjadi suka berkelahi. Beberapa pasien menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa dan menangis yang saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap alkohol dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjam jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1 Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena terjatuh yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda yang menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah hematoma wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau berkelahi saat mabuk.1 18
Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol
A. Baru saja menggunakan alkohol B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian alkohol 1) Bicara cadel 2) Inkoordinasi 3) Gaya berjalan tidak mantap 4) Nistagmus 5) Gangguan atensi atau daya ingat 6) Stupor atau koma D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994. 1 2.8 Pengobatan Penatalaksanaan intoksikasi secara umum 1. Stabilisasi
2
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah. 2. Dekontaminasi Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan. 3. Dekontaminasi pulmonal
19
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator. 4. Dekontaminasi mata Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang. 5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku) Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut. 6. Dekontaminasi gastrointestinal Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik. 7. Eliminasi Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam 8. Antidotum Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat sedikit jumlahnya.
20
Medikasi
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol Masalah
Obat
Jalur
Dosis
Keterangan
chlordiazepoxide
Oral
25-100 mg tiap
Dosis awal dapat
4-6 jam
diulangi tiap 2 jam
klinis Gemetaran dan agitasi ringan sampai
sampai pasien
sedang
tenang; dosis selanjutnya harus ditentukan secara individual dan dititrasi
Halusinosis
Diazepam
Oral
5-20 mg tiap 4-6
Berikan sampai
Agitasi parah
Lorazepam
Oral
jam
pasien tenang;
2-10 mg tiap 4-6
dosis selanjutnya
chlordiazepoxide Intravena
jam 0,5 mg/kg pada 12,5 mg/mnt Kejang putus
Diazepam
Intravena
harus ditentukan secara indivisual dan dititrasi
0,15 mg/kg pada 2,5 mg/mnt
Delirium
Lorazepam
Intravena
tremens
0,1 mg/kg pada 2,0 mg/mnt
Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:6
Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%
Bila keadaan Koma :
Posisi face down untuk cegah aspirasi
Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai terbalik)
Problem Perilaku (gaduh/gelisah): 21
Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa terancam
Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol
5
mg oral, bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m) Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum, hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif. 1 Medikasi Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan selama 2 minggu setelahnya.1 Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera, anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing, pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi. 1 Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan terkait alkohol. 22
Terapi Prilaku
Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi, latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk menguasai
lingkungan.
Sejumlah
program
pembiasaan
prilaku
(operant
conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan. 1 Halfway House
Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah penempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin menghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house adalah suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuan emosional, konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat. 1
23
BAB III PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien intoksikasi alkohol dengan melalui anamnesis.
24
DAFTAR PUSTAKA
DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994. 1 Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine,
2011.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview.
on: Accessed:
4th
May 2011. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page 214-16 Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004. Page: 369-71
25