RUBELLA DAN RUBEOLA
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak
Disusun oleh :
Ainni Ankas P.17420113040
TK. 2 A 2
PRODI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul"Rubella dan Rubeola".
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerjasama antara dosen pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Semarang, 17 Januari 2015PenyusunSemarang, 17 Januari 2015Penyusun
Semarang, 17 Januari 2015
Penyusun
Semarang, 17 Januari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak merupakan titipan dari Tuhan yang wajib dijaga. Dinanti-nantikan kehadirannya oleh sepasang suami istri dengan harapan dapant membesarkan anak tersebut dengan baik.
Dengan kasih sayang, anak dibesarkan dan dipantau tumbuh kembangnya. Tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya terserang penyakit maka dari itu orang tua juga sangat menjaga kesehatan buah hatinya. Namun apa mau dikata, anak tidak bisa sepenuhnya diawasi, dikekang oleh orang tua. Anak bisa saja terserang penyakit karena bermain atau karena tertular oleh teman-temannya.
Karena suatu penyakit, janganlah memarahi seorang anak. Namun rawatlah dengan benar dan penuh kasih sayang serta menjadi sebuah pengalaman karena sakit bukanlah suatu hal yang rentan terjadi sehingga hal tersebut dijadikan pelajaran.
Anak-anak sangatlah rentan terserang penyakit, salah satunya yaitu campak. Campak merupakan penyakit menular sehingga sangatlah mudah untuk anak tertular dari lingkungan sekitar.
Campak merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Namun pada umumnya kebanyakan orang hanya mengetahui satu jenis penyakit campak. Padahal terdapat 2 jenis penyakit campak yang sering menyerang anak-anak yaitu rubella dan rubeola.
Jika campak tidak dirawat dengan benar maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan. Maka dari itu perlulah pengetahuan mengenai campak agar dapat mengurangi resiko komplikasi maupun resiko tertular campak.
Data menyebutkan bahwa di pulau Faroe pada tahun 1846 mengakibatkan kematian sekitar seperempat, hampir 2000 dari populasi total tanpa memandang umur. Di Ungava Bay, Kanada, dimana 99% dari 900 orang menderita campak angka mortalitasnya adalah 7%.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan anak sebagai kewajiban mahasiswa dalam menyelesaikan setiap program mata kuliah yang diberikan.
Tujuan Khusus
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit rubella dan rubeola yang lebih luas terutama kepada mahasiswa Keperawatan.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan rubella dan rubeola?
Bagaimana patofisiologi rubella dan rubeola?
Bagaimana cara penularan rubella dan rubeola?
Bagaimana cara pencegahan rubella dan rubeola?
Bagaimana cara perawatan rubella dan rubeola?
BAB II
ISI
Rubella
Definisi
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (Rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Pada anak yang lebih tua dan dewasa, terutama wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura.
Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca lahir dengan pelepasan virus yang lama.
Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernapasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah bening . Virus ini ditemukan dalam darah 5 sampai 7 hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus ini memiliki teratogenik sifat dan mampu melintasi plasenta dan menginfeksi janin mana berhenti sel dari berkembang atau menghancurkan mereka. Selama periode inkubasi ini, pasien menular biasanya selama sekitar satu minggu sebelum ia / dia mengembangkan ruam dan selama sekitar satu minggu setelahnya.
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi mungkin diwariskan karena ada beberapa indikasi bahwa HLA-A1 atau faktor sekitarnya A1 pada haplotipe diperpanjang terlibat dalam infeksi virus atau non-resolusi penyakit.
Patofisiologi
Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring kemudian menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia. ruam nampak akibat titer serum antibody meningkat dan mempengaruhi antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. Virus telah dapat ditemukan diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi, dan penyebarannya karena factor lain yang mungkin berperan dalam patogenesis eksantem. Antibody HAI mencapai puncaknya pada hari 12 – 14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2 minggu kemudian.
Virus rubella mempunyai 3 polipeptida mayor yang mencakup 1 kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1 mungkin memegang peranan utama dalam respon serologik.
Gejala
Pada anak-anak Rubella biasanya menyebabkan gejala yang berlangsung dua hari dan meliputi:
Ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh.
Demam rendah kurang dari 38,3 ° C (101 ° F).
Posterior limfadenopati servikal.
Pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan termasuk berikut mungkin hadir:
Pembengkakan kelenjar
Coryza (dingin seperti gejala)
Sakit sendi (terutama pada wanita muda)
Masalah serius dapat terjadi termasuk berikut:
Infeksi Otak
Perdarahan masalah.
Coryza di rubella dapat mengkonversi ke pneumonia , baik secara langsung pneumonia virus atau sekunder pneumonia bakteri , dan bronkitis (baik bronkitis virus atau bronkitis bakteri sekunder).
Penularan
Penularan terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring, atau rute pernafasan.Selanjutnya virus rubella memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi dikulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairanserebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.Penularan dapat terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir inkubasi, kemudian menurun dengan cepat. Dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak pernafasan dan memiliki masa inkubasi antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) padakulit. Rash pada rubella berwarna merah jambu, menghilang dalam waktu 2-3hari dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secarahematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternaldan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas.Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta.Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi- bayiyang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yanginfeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi - bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi.
Pencegahan
Infeksi rubella dicegah oleh aktif imunisasi program menggunakan hidup, virus dinonaktifkan vaksin . Dua vaksin virus hidup dilemahkan, RA 27/3 dan Cendehill strain, yang efektif dalam pencegahan penyakit dewasa. Namun penggunaannya pada wanita prepubertile tidak menghasilkan penurunan yang signifikan dalam tingkat kejadian secara keseluruhan dari CRS di Inggris. Penurunan hanya dicapai dengan imunisasi semua anak.
Vaksin ini sekarang biasanya diberikan sebagai bagian dari vaksin MMR . WHO merekomendasikan dosis pertama diberikan pada 12 sampai 18 bulan usia dengan dosis kedua pada 36 bulan. Wanita hamil biasanya diuji untuk kekebalan terhadap rubella awal. Wanita ditemukan rentan tidak divaksinasi sampai setelah bayi lahir karena vaksin mengandung virus hidup.
Imunisasi Program telah cukup berhasil. Kuba menyatakan penyakit dieliminasi pada 1990-an, dan pada tahun 2004 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengumumkan bahwa kedua bentuk bawaan dan diperoleh dari rubella telah dieliminasi dari Amerika Serikat .
Skrining untuk rubella kerentanan dengan sejarah vaksinasi atau serologi dianjurkan di Amerika Serikat untuk semua wanita usia subur pada awalnya mereka konseling prakonsepsi kunjungan untuk mengurangi kejadian bawaan sindrom rubella (CRS). Hal ini direkomendasikan bahwa semua rentan non wanita -pregnant usia subur harus ditawarkan vaksinasi rubella. Karena kekhawatiran tentang kemungkinan teratogenik, penggunaan vaksin MMR tidak dianjurkan selama kehamilan. Sebaliknya, wanita hamil rentan harus divaksinasi sesegera mungkin dalam postpartum periode .
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk Rubella; Namun, manajemen adalah masalah menanggapi gejala untuk mengurangi ketidaknyamanan. Pengobatan bayi yang baru lahir difokuskan pada pengelolaan komplikasi. cacat jantung bawaan dan katarak dapat diperbaiki dengan operasi langsung.
Manajemen untuk mata sindrom rubella bawaan (CRS) adalah sama dengan untuk yang berkaitan dengan usia degenerasi makula , termasuk konseling, pemantauan berkala, dan penyediaan perangkat low vision, jika diperlukan.
Asuhan Keperawatan Rubella
Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : Bercak-bercak dengan warnanya lebih muda dari campak biasa. Yang dimana bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Kemudian dalam waktu 24 jam lalu muncul bercak tersebut dan menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap.
2.) Riwayat keluhan utama :
a.) Keluhan dirasakan sejak dua hari yang lalu, mulai dari tanggal 13 Mei 2013, ibu klien mengatakan Demam ringan dengan suhu 38,5 derajat Celcius,Sakit kepala, Hidung tersumbat atau pilek yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan nyeri di tenggorokan Faktor pencetus : minum susu SGM 2 yang disimpan di kulkas,selalu makan makanan yg tidak hegien,mengisap jarinya.
b.) Sifat keluhan tidak terus-menerus.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Klien belum ada penyakit tertentu hanya saja sebelumnya klien hanya mengalami demam dan flu.
2.) Makanan pantangan tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga.
1.) Keluarga tidak ada menderita asma, dll.
2.) Keluarga tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
3.) Tidak ada anggota keluarga minum minuman keras dan alkohol.
4.) Ada anggota keluarga yang merokok (ayahnya).
.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Orang tua klien
: Saudara kandung klien
: Klien
: Serumah dengan klien.
- G I, dari pihak bapak klien (nenek klien) meninggal karena proses ketuaan
- G I, dari pihak bapak klien (kakek klien) meninggal karena proses ketuaan.
- G II, bapak dan ibu klien sehat.
- G III, anak kedua umur 5 tahun rubella.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien nampak lemah.
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 108 x/menit
Suhu badan : 38,5 0C
d. Kepala
1.) Inspeksi
a.) Keadaan rambut
- Warna hitam.
- Penyebaran merata.
- Tidak mudah rontok.
b.) Keadaan kulit kepala
- Tampak bersih.
- Tidak ada ketombe.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
e. Mata
1.) Inspeksi
- Mata nampak cekung.
- Bulu mata tumbuh merata.
2.) Palpasi
- Tidak ada peningkatan tekanan bola mata.
f. Hidung
1.) Inspeksi
- Septum : ada sekret/cairan.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
g. Telinga
1.) Inspeksi
- Bentuk simetris kiri dan kanan.
- Kanalis tidak ada serumen/cairan.
- Telinga nampak bersih.
2.) Palpasi
h. Mulut
1.) Inspeksi
- Bibir nampak kering.
- Keadaan mulut bersih.
- Gusi tidak ada peradangan.
2.) Palpasi
- Mukosa mulut agak kering.
i. Dada dan paru-paru
1.) Inspeksi
- Dada simetris kiri dan kanan.
- Pergerakan dada ikut pola pernafasan.
2.) Palpasi
- Vokal resonan teraba getaran seimbang paru-paru kiri dan kanan.
- Tidak teraba adanya massa.
- Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
3.) Perkusi
- Terdengar sonor pada semua lapang paru.
4.) Auskultasi
- Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan.
j. Abdomen
1.) Inspeksi
- Tidak nampak pembesaran pada perut.
- Warna kulit sama bercak merah muda dengan daerah sekitarnya.
2.) Auskultasi
- Peristaltik usus 20 kali permenit.
- Bising usus meningkat.
3.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba adanya massa.
k. Kulit
1.) Inspeksi
- Warna merah muda.
- Turgor kulit kurang.
- Kelembaban kering.
2.) Palpasi
- Kulit teraba hangat.
Rubeola
Definisi
Rubeola atau campak biasa adalah suatu penyakit menular, ditandai oleh tiga stadium : (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala: (2) prodormal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3) stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
Etiologi
Campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbilivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dapat biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
Patofisiologi
Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan salurancerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasilimfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjolsekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakterisekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi degenerasikorteks dan substansia alba.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: -
* Panas badan
* Nyeri tenggorokan
* pilek Coryza
* Batuk ( Cough )
* Bercak Koplik
* Nyeri otot
* Mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Maka dari itu harus berjaga-jaga.
Asuhan Keperawatan Rubeola
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase " Individuation – Separation ". Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
c) Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
e) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
B. Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2
Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh sperti lakukan kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.
Upaya – upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
3
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
Meningkatkan rasa nyaman anak.
4
Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak tentang hypertermia
Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
5
Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan antibiotic sesuai dengan ketentuan.
Antipiretik menurunkan/mempertahankan suhu tubuh anak.
Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Ronci, mengi menunjukkan akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.
2
Catat kemampuan untuk batuk efektif.
Pengeluaran secret sulit bila secret sangat tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat hidrasi ).
3
Berikan posisi semi fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan napas dalam.
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.
4
Bersihkan secret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai keperluan.
Mencegah obstruksi atau aspirasi. Pengisapan dilakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan secret.
5
Pertahankan masukan cairan
Pemasukan tinggi cairan membantu untk mengencerkan secret.
6
Berikan lingkungan yang aman
Meningkatkan kenyamanan untuk anak
Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan criteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan rusak.
Mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi melalui deteksi dini pada kulit.
2
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Mempertahankan kebeersihan tanpa mengiritasi kulit.
3
Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.
Membantu mencegah friksi / trauma kulit.
4
Balikkan atau ubah posisi dengan sering
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.
5
Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit, jika diperlukan.
Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi lebih cepat.
6
Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin.
Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari infeksi karena kulit dapat menjadi barier utama yang dapat memperberat kondisi anak.
Diagnose IV
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume konsentrasi urin.
Mengontrol keseimbangan output.
2
Ukur berat jenis urine
Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut pada respon terhadap hipovolemia.
3
Observasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan, turgor.
Hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit.
4
Hilangkan tanda bau dari lingkungan
Menurunkan rangsangan pada gaster dan respon muntah.
5
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.
6
Berikan :
a. Bentuk-bentuk cairan yang menarik ( sari buah, sirup tanpa es, susu )
Menarik minat anak agar mau minum banyak.
Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No
Intervensi
Rasional
1
Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya ( atas resep dokter )
Mengurangi rasa gatal.
2
Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu ( jangan tepat dibwah lampu )
Mencegah silau dan menambah kenyamanan anak.
Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak perawatan dilakukan. Intruksikan klien / orang terdekat untik memcuci tangan sesuai indikasi
Mengurangi risiko kontaminasi silang.
2
Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik.
Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.
3
Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi.
Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
4
Pantau tanda-tanda vital
Memberikan informasi data-data dasar, awian atau peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi.
5
Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodic kering pada inspirasi dalam, perubahan karakteristik sputum dan adanya mengi atau ronchi. Lakukan isolasi pernapasan bila etiologi batuk produktif tidak diketahui.
Kongesti / distress pernapasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP, penyakit yang umum terjadi.meskipun demikian, TB paru mengalami peningkatan dan infeksi jamur lainnya, viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang membahayakan system pernapasan.
6
Ubah sikap baring beberapa kali sehari dan berikan bantal utnuk meninggikan kepala
Mencegah penyebaran infeksi bertambah parah dan mencegah terjadinya dekubitus.
7
Dudukkan anak pada waktu minum
Mencegah aspirasi
8
Berikan obat yang tepat
Mencegah penyakit bertambah parah
9
Bawa berobat kembali jika anak terlihat selalu tidur, tidak mau makan minum, semakin lemah, suhu tetap tinggi, kesadaran menurun.
Untuk menentukan tindakan pengobatan selanjutnya.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
Perbedaan Rubella dan Rubeola
Perbedaan campak biasa dan campak Jerman bisa dilihat dari ciri-ciri kedua campak itu. Berikut ciri-cirinya.
Campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella sedangkan campak biasa disebabkan oleh virus jenis Morbilli.
Campak Jerman menyebabkan ruam merah di kulit yang dimulai dari muka ke bawah dan lamanya sekitar 3 hari. Adapun campak biasa, ruam merah yang timbul bisa muncul dari mana saja dengan waktu yang bisa lebih lama atau pun lebih sebentar dari 3 hari.
Campak Jerman bisa menyebabkan sakit kepala dan sakit persendian. Adapun campak biasa tidak. Hanya flu, batuk, pilek, dan demam saja.
Campak Jerman bisa menyebabkan hal yang fatal. Misalnya saja pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian atau kelahiran bayi prematur. Jika pun bayi itu bisa lahir, bayi itu bisa sangat berisiko untuk cacat otak, cacat fisik, dan juga keterbelakangan mental. Keadaan ini disebut sebagai sindrom Rubella Kongenital. Kemudian pada pria dewasa, campak Jerman bisa menyebabkan sakit parah pada bagian testis. Adapun campak biasa tidak menyebabkan hal-hal yang fatal. Hanya gejala biasa saja yang muncul.
Vaksin campak Jerman adalah MMR (measles, mumps, rubella) yang diberikan bisa kapan saja. Adapun vaksin campak disebut sebagai vaksin campak biasa yang diberikan pada usia bayi 9 bulan dan ulangan di usia 6 tahun.
Gejala awal muncul penyakit campak Jerman adalah pembengkakan kelenjar getah bening di leher bawah kuping. Adapun campak biasa tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella sedangkan campak biasa disebabkan oleh virus jenis Morbilli.Campak Jerman menyebabkan ruam merah di kulit yang dimulai dari muka ke bawah dan lamanya sekitar 3 hari. Adapun campak biasa, ruam merah yang timbul bisa muncul dari mana saja dengan waktu yang bisa lebih lama atau pun lebih sebentar dari 3 hari. Sama- sama campak yang butuh asuhan keperawatan dengan baik.
3.2 SARAN
rubella dan rubeola merupakan penyakit campak. Penyakit campak sering juga menyerang anak-anak, maka dari itu masyarakat diharapkan waspada akan tanda dan gejala campak karena jika campak ditangani dengan cara yang salah maka akan berakibat lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Robert M Kliegman, Ann M Arvin; Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol 2; Jakarta : ECG ; 1999
http://health.perempuan.com/mengenali-dua-jenis-penyakit-campak/
http://penyakitcampak.com/
http://www.balita-anda.com/kesehatan-anakbalita/852-tentang-campak-yang-perlu-diketahui.html
http://health.perempuan.com/mengenali-dua-jenis-penyakit-campak/
http://artikelkesehatananak.com/imunisasi-mmr.html
http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html
http://eyeshieldnacha.blogspot.com/2013/08/askep-rubella-pada-anak.html
http://myester86.blogspot.com/2013/06/apa-beda-campak-rubeola-dan-campak.html