JOB I KOMUNIKASI BASEBAND TUJUAN: Membangun link komunikasi digital base-band dengan menggunakan pulsa spektrum Raised Cosine dengan faktor – faktor faktor roll – off off yang di pilih Mempelajari Mempelajari karakteristik pulsa RC
Mempelajari pola algoritma “ Ketepatan Pewaktuan “ Memahami clock slip control pada pada pola algoritma tracking TEORI DASAR Secara umum blok diagram pemancar dan penerima dalam komunikasi di perlihatkan pada gambar berikut RANDOM DATA GENERATION
UP
PULSE
WICOMM-T Tx
SAMPLING
SAMPLING
INTERFACE
RC PULSE GENERATION
Blok diagram pemancar
WICOMM-T Tx INTERFACE
PAIRING
INTERPOLATION
CLOCK SLIP CONTROL
Blok diagram penerima
1. Pembentukan Pulsa Inter Symbol Interference ( ISI ) adalah interferensi dasar antar symbol dipenerima dimana energy dari satu symbol mempengaruhi symbol berikutnya yang menyebabkan penerjemahan symbol tidak tepat pada sinyal yang diterima. ISI merupakan sebuah akibat yang tidak dapat dihindari pada sitem komunikasi kabel dan tanpa kabel. Satu cara untuk menghindari ISI adalah menurunkan kecepatan bit atau bit rate yang mana cara ini bukan sebuah solusi yang bagus ketika semakin banyak data yang harus diakomodasi dalam sebuah band frekuensi yang tersedia. Sebuah cara lain l ain
untuk menghindari ISI adalah “ Pembentukan Pulsa”. Pembentukan pulsa juga memperbaiki efesiensi spektrum tanpa mengurangi ketepatan dan tanpa meningkatkan bandwidth. Secara umum, ketika pulsa dibentuk seperti pada gambar berikut:
Spektrum terdiri dari sebuah main lobe lobe yang ada ditengah spektrum dan beberapa side lobe yang berada di sisi main lobe. Dengan membentuk pulsa spektrum kita dapat mencapai dua hal. Pertama adalah baha main lobe dibuat sesempit mungkin ( lebar pulsa kecil ), dan kedua adalah level maksimum side lobe dibuat sekecil mungkin dibandingkan terhadap level main lobe. Dengan membentuk pulsa spektrum dengan cara seperti ini maka energy satu symbol akan dibatasi ke symbol itu sendiri tidak mengganggu energy symbol sebelahanya. 2. Pembangkit Pembangkit Pulsa RC Pembentukan pulsa dengan menggunakan pulsa raised cosine adalah sebuah cara untuk mencegah efek ISI. Pembentukan pulsa dilakukan di sisi pemancar sehingga efek ISI dapat dikurangi di penerima. Respon impuls sebuah filter RC ideal diberikan oleh : h (t) = Dimana
() ) () () −6 ()
B = T dan r adalah faktor roll – off off yang digunakan. Faktor roll – off off dari sebuah pulsa b
RC mengindikasikan berapa bandwidth yang digunakan terhadap bandwidth ideal. Jika faktor roll – off lebih kecil maka skema lebih efesien. Persentase yang melebihi bandwidth minimum yang diminta Nyquist dinamakan kelebihan bandwidth. Jika faktor roll – off sama dengan satu maka persentasenya persentasenya adalah 100% dan jika faktor roll – off sama dengan 0,5 maka persentasenya adalah 50%. Faktor roll – off juga mengindikasikan nilai kerusakan pinggiran pulsa. Faktor roll – off sebesar 0 memberikan bandwidth yang lebih sempit serta nilai kerusakan paling lambat dalam domain waktu. Ketika faktor bernilai 1 bandwidth akan lebih besar tetapi kerusakan pulsa lebih cepat. Sehingga faktor roll – off off memberikan pertukaran antara kecepatan data yang lebih besar dan penekanan pinggiran pulsa dalam domain waktu. Kerusakan dalam domain waktu adalah hal utama untuk sistem dengantiming jitter yang relative besar pada penerima.
3. Pairing Pairing dilakukan di penerima untuk menentukan pasangan – pasangan pada sampel yang diterima dimana bebas ISI. Gambar dibawah memperlihatkan sampel – sampel di penerima yang sesuai dengan urutan bit yang dipancarkan yang berubah – ubah ubah dari 1 dan -1.
Pasangan – pasangan pasangan sampel ( 0,1 ), ( 2,3 ), dan ( 4,5 ) mempunyai mempunyai nilai 0 yang melewatinya, sementara pasangan pasangan - pasangan lain ( 1,2 ), dan ( 3,4 ) bebas ISI. Fungsi pairing adalah mendapatkan mendapatkan kumpulan pasangan sampel yang bebas ISI dalam sebuah blok sampel yang diterima. Pasangan yang mempunyau mempunyau jumlah melawati 0 lebih kecil dipilih sebagai yang mempunyai bebas ISI. 4. Interpolasi Interpolasi digunakan untuk memperoleh memperoleh sampel – sampel yang bebas ISI. Untuk interpolasi sebuah interpolator SINC digunakan untuk meninterpolasi 8 sampel. Rumus impuls interpolator SINC diberikan oleh h1p (n) =
()
Dimana = , L = 9 dan 128 tap FIR digunakan. Sehingga n bervariasi dari -64 sampai 63. Kemudian menentukan besar rata – rata rata 8 sampel dari semua bit. Hasil ini dalam eye pattern diperbaiki da nisi dirata – ratakan, dan memperlihatkan main lobe pulsa RC, akhirnya yang memberikan nilai maksimum maksimum itulah yang paling bagus. 5. Algoritma Tracking Untuk memperhitungan interpolasi yang efisien dalam tracking maka interpolasi diimplementasikan sebagai filter polyphase. Ada 8 filter polyphase yang mempunyai respon impuls yaitu : H1 = h1p ( -64 + 8n ); H2 = h1p ( -63 + 8n ); H3 = h1p ( -62 + 8n ); H4 = h1p ( -61 + 8n ); H5 = h1p ( -60 + 8n ); H6 = h1p ( -59 + 8n ); H7 = h1p ( -58 + 8n ); H8 = h1p ( -57 + 8n );
Dimana n = 0 sampai 15. Konvolusi dengan h1 ( n ) memberikan nilai yang diinterpolasi pada sampel pertama dan seterusnya. Bit – bit didecodekan dan sampel yang paling bagus dalam setiap iterasi disimpan untuk diplot. 6. Clock Slip Control Jika clok pemancar dan penerima tidak mempunyai error maka nilai interpolator paling bagus akan tetap konstan untuk semua blok. Jika clock penerima lebih cepat dari clok pemancar, 3 sampel per bit akan diterima bukan sampel per bit. Dalam kasus ini, untuk memperbaiki pairing satu sampel tambahan dalam bit dihilangkan. Sehinga nilai interpolator paling bagus akan bergerak dari 0 – 1 – 2 dan setelah tersisa pada 7 untuk beberapa waktu itu tidak dapat bergerak ke -8 dan akhirnya kembali ke 0 . ini dinamakan clock slip dan pembetulan clock dilakukan dengan menghilangkan sampel tambahan dalam blok terakhir. Ini berulang secara periodic. Jika clock penerima lebih lebih lambat dari clock pemancar maka satu sampel per bit akan diterima bukan dua. Dalam kasus ini, untuk memperbaiki pairing, secara sederhana menggunakan ulang sampel. Jadi nilai interpolator paling bagus akan bergerak dari 7 – 6 – 5 dan setelah tersisa pada 0 itu akan kembali ke 7. Ini dinamakan clock slip dan pembetulan clock dilakukan dengan melipat sampel paling banyak dari blok sebelumnya ke blok berikutnya. Ini berulang secara periodic. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback.
2. Memasang modul ke modul BaseUnit
3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB 4. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T ( Modul BaseUnit ) dan switch on modul maka led reset akan menyala 5. Membangkitkan sampel – sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut : a. Membuka Matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu
addpath ‘C:\WiCOMM-T\Console Kemudian enter b. Mengetik commad berikut WiCOMM_T
(Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop) Kemudian enter dan akan muncul gambar WICOMM_T console seperti gambar di bawah
c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console”. d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ – USB interface’ maka akan ditampilkan Window WBU seperti pada gambar di bawah.
e.
Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file ‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\ ’ by default.
f.
Setelah di download, Memilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.
Kemudian close g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, Mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah
h. Pada item ‘Experiment’ Memilih ‘Baseband Communication’. i. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel -sampel modem untuk ditransmisikan
j. Memilih nilai faktor roll-off sebesar 0,11 6. Mentransmisikan sampel – sampel modem melalui WiCOMM-T untuk nilai faktor diatas dengan cara sebagai berikut: a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, Mengelik tombol ‘RUN’ dan akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah.
PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console Memilih menu pertama ( atas ) sehingga akan nampak seperti pada gambar di bawah.
Kemudian Memilih item Direction dengan Tx dan Rx klik tombol Ok. c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancarkan dan menerima sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip – kedip berwarna biru yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan pada kolom sebelah kanan WBU console klik item kedua (tengah) sehingga diperlihatkan gambar window statistic seperti pada di bawah.
7. Menggambar eye pattern yang ditampilkan oleh osiloskop. Cara menghubungkan osiloskop dengan WiCOMM-T yaitu menghubungkan socket BNC WiCOMM-T dengan ujung BNC yng lain ke osiloskop, 8. Analisa sampel - sampel modem yang diterima dengan cara : a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket, mengelik tombol stop pada WBU console. Mencatat semua nilai yang diperhatikan statistic window. b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. Menggambarkan hasil ANALYZE. 9. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh Matlab untuk ni lai faktor roll – off tersebut 10. Mengubah nilai faktor roll – off ke 0,51 ; 0,91 dan ulangi langkah 6-9. 11. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2PC dimana yang satu berfungsi sebagai pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul RF seperti pada gambar di bawah.
Menghubungkanlah setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi lahkah 1-9. Pada langkah 6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan PC yang lainnya pilih Rx only kemudian klik tombol Ok.
JOB II QUADRATURE PHASE SHIFT KEYING ( QPSK ) TUJUAN Untuk menyimulasikan pemancar dan penerima QPSK dengan mempertimbangkan phase offset dan frequency offset. TEORI DASAR 1. Pembangkitan pulsa RRC Ketika ada noise dipenerima kita perlu untuk melakukan matched filtering untuk meminimkan Bit Error Rate ( BER ). Kita ingin output matched filter adalah pulsa RC seperti pada job 1. Oleh karena itu pulsa pemancar dan respon impuls matched filter keduanya harus sebuah pulsa dengan spektrum Root Raised Cosine (RRC). Respon impuls sebuah pulsa RRC ideal adalah Untuk t = 0 yaitu
h (t) = 1 – r + 4 untuk t =
± yaitu h (t) =
√
[1 sin 1 cos ]
untuk t yang lain yaitu
[ (−) ]+ [ ( + ) ] h (t) = [−( ] dimana r adalah faktor roll - off yang dipilih. Apabila diubah ke domain frekuensi maka persamaan di atas secara persamaan umum yang dapat diubah menjadi bentuk H (f) =
()
Dimana P(f) adalah spektrum pulsa RC yang diperlihatkan pada job 1. Faktor roll – off pada pulsa RRC yang mirip dengan faktor roll – off pada pulsa RC mengindikasi berapa banyak bandwidth yang digunakan terhadap bandwidth ideal. Jika nilai faktor lebih kecil maka skema lebih efisien. Persentasenya terhadap bandwidth minimum yang diminta Nyquist dinamakan kelebihan bandwidth. 2. Penilaian dan Pembetulan Frequency Offset Frrekuensi carrier yang digunakan untuk demodulasi analog tidak dapat disinkronisasikan dengan frekuensi yang dipancarkan. Efek dari offset, yang mana nilainya bisa dalam beberapa kHz, adalah untuk memutar titik – titik konstelasi QPSK yang diterima setahap demi setahap terhadap waktu. Penilaian kasar satu waktu pada frekuensi carrier dilakukan dengan menggunakan algoritma daya ke-4. Untuk menilai frekuensi offset f՜c, symbol I dan Q di tahan dan diproses dengan algoritma daya ke 4 untuk pertama kali. Dari besar yang dihasilkan dengan menggunakan cara Diskrit Fourier Transform ( DFT ) kita akan mendapatkan nilai puncak frekuensi, kemudian nilai puncak ini dibagi dengan N ( yaitu jumlah titik yang digunakan dalam DFT ) dan dibagi dengan 4 untuk memperoleh
frekuensi offset f”c yang mana tidak akan sama dengan f’c. Dari sini resolusi yang kita peroleh adalah
2 = 4 2 Dimana Fsimbol adalah kecepatan symbol. Penilaian frekuensi offset disimpan dalam sebuah variable. Titik – titik sampel kemudian dikalikan dengan e- j2πδf’’c Tm. Jadi frekuensi offset yang tersisa adalah δfc = f՜c – f՜՜c. Tergantung pada nilai frekuensi sampling jumlah frekuensi offset yang kita dapat nilainya akan berbeda dalam rentan nilai antara adalah
.
. Resolusi
3. Ketepatan pewaktuan Sampel – sampel yang disampling dalam ADC tidak terjadi pada sampel bebas ISI. Untuk menentukan sampel bebas ISI, kita menggunakan filter polyphase dan menginterpolasi 20 nilai dalam sebuah durasi symbol untuk keduanya symbol I dan Q . Respon impuls pada filter polypashe adalah pulsa RRC karena pulsa pancar adalah RRC bukan RC. Dalam job 1 kita hanya menggunakan kanal I untuk menilai sampel yang kira – kira bebas ISI dan melakukan pairing sample. Dalam QPSK aka nada cross talk antara I dan Q pada output IF demodulator. Sehingga kita tidak dapat menggunakan metode pairing, menginterpolasi, merata- ratakan dengan menggunakan salah satu sinyal I dan Q yang sama dengan baseband komunikasi pada job 1. Malahan kita melakukan interpolasi pada kedua sinyal I dan Q pada pewaktuan sampel diantara kedua pairing yang mungkin, dan merata- ratakan energy untuk menilai pewaktuan. Cara ini dinamakan strategi penilaian waktu non-coherent. Karena phasa offset, gelombang kanal I dan Q setelah LPF adalah
I (t) = I cos ϴ + Q sin ϴ Q (t) = Q cos ϴ + I sinϴ Jika kita mengambil ( I2 + Q2) maka efek ϴ dihilangkan. Sampel pada nilai maksimum adalah sampel sampling yang paling bagus. 20interpolator disimpan dalam pola array dan dari nilainilai interpolator yang dihitung kita memutuskan sampel sampling yang benar dengan akurasi sebesar 1/20 durasi symbol. Dari sini mematched filter yang paling bagus dari itu ditentukan. Nilai sampel pewaktuan disimpan dalam sebuah variable. Disebabkan karena frekuensi offset pewaktuan,interpolator yang memberikan nilai puncak tetap berubah. 4. Matched Filter seperti yang dijelaskan pada sesi ketepatan pewaktuan, matched filter yang paling bagus diperoleh dengan penilaian pewaktuan. Sampel yang datang setelah kompensasi untuk frekuensi offset kemudian di filter dengan matched filter yang benar untuk memperoleh symbol yang di demodulasi yang disimpan dalam sebuah array. 5. Penilaian Phase Offset dan Pembetulan Setelah pembentukan frekuensi, sinyal yang didemodulasi akan mempunyai rentan nilai 0
sampai 2π. Efek dari pashe offset carrierini adalah untuk memutar setiap titik konstelasi QPSK yang diterima. Phase offset ini berubah secara lambat disebabkan karena frekuensi offset yang tertinggal. Menggunakan beberapa symbol yang pertama yang diperoleh setelah matched filter,penilaian phase
offset carrier dilakukan dengan menggunakan metode daya ke4 pada symbol I dan Q yang ditahan (buffer) yaitu mencerminkan symbol ke kuadran I dan kemudian merata-ratakan. Sudut antara titik yang dirata – ratakan dengan titik ideal memberikan nilai phase offset. Phase offset disimpan dalam variable. 6. Tracking Pewaktuan Sekali sampel pewaktuan paling bagusuntuk blok pertama diperoleh dengan menggunakan algoritma ketepatan pewaktu seperti yang dijelaskan di atas, maka itu cukup untuk memperoleh nilai yang diinterpolasi untuk posisi sebelahnya pada salah satu sisi dari sampel paling bagus dan pada sampel pewaktuan paling bagus ( metode awal-akhir ) pada job 1. 7. Penilaian Frekuensi yang Tersisa dan Pembetulan Untuk mentrack frekuensi offset yang tersisa, yang menunjukkan phase yang berubah
dengan lambat, kita menggunakan tracker satu tap dengan sebuah adaptive weight ‘w’ yang mengikuti sebuah algoritma LMS (Least Mean Square). Nilai w diperbaruhi dengan menggunakan persamaan y (n) = conj (w) * u (n) e (n) = d (n) – y (n)
w (n+1) = w (n) + μ * (e(n) * u (n)) dimana w (0) = 1 ; u(n) = input yang datang setelah menghilangkan phase offset; y(n) = symbol di putar balik d(n) = symbol yang diinginkan dimana riil [ d(n) ] = (+/-) 1 , jika riil (y(n)) adalah (>/<) 0; dimana im [ d(n) ] = (+/-) 1, jika im (y(n)) adalah (>/<)0; μ = ukuran step (0,25); e(n) = error antara symbol yang diputar balik dan symbol yang di deteksi Dalam algoritma LSM, kita akan menyesuaikan filter adaptif 1-tap untuk meminimalkan nilai mean square pada error anatara nilai yang diinginkan d dan output y. Dalam steady state filter adaptif 1-tap dapat mengganti phase offset yang terus berubah secara lambat disebabkan karena frekuensi offset yang tersisa. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di bawah.
2. Memasang modul ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada gambar di bawah
3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB 4. Mengubungkan kabel power WiCOMM-T ( Modul BaseUnit ) dan switch on modul maka led reset menyala 5. Membangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut : a. Membuka Matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu Addpath ‘C:\WiCOOM-T\Console’ b. Mengetik command berikut WiCOOM-T Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOOM_T console seperti pada gambar di bawah. (Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop)
c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console”. d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ – USB interface’ maka akan ditampilkan window WBU s seperti pada gambar di bawah.
e.
Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file ‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\ ’ by default.
f.
Setelah di download, memilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.
Kemudian close g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti pada gambar di bawah.
h. Pada item ‘Experiment’ memilih ‘QPSK’ dan kotak sebelah kanannya pilih ‘IF’ i. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel -sampel modem untuk ditransmisikan j. Mengatur nilai parameter untuk SNR = 100 dB seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut: Frequncy / Phase 0 Hz 60 Hz 120 Hz Offset 0 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB 60 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB 6. Mentransmisikan sampel – sampel modem melalui WiCOMM-T untuk setiap nilai parameter diatas dengan cara sebagai berikut: a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, menge lik tombol ‘RUN’ dan akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah.
b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memilih menu pertama ( atas ) sehingga akan nampak gambar seperti di bawah.
Kemudian memilih item Direction dengan Tx dan Rx klik tombol Ok. c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancarkan dan menerima sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip – kedip berwarna biru yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan pada kolom sebelah kanan WBU console klik item kedua (tengah) sehingga diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah
7. Menganalisa sampel-sampel modem yang diterima dengan cara : a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan statistic window b. Mengaktifkan layer WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. Gambar hasil ANALYZE 8. Menggambarkan semua plot yang dihasilkan oleh Matlab 9. Mengatur nilai SNR = 50 dB dan nilai-nilai parameter seperti pada tabel di bawah Frequncy / Phase Offset 0 derajat 60 derajat
0 Hz
60 Hz
120 Hz
SNR = 100 dB SNR = 100 dB
SNR = 100 dB SNR = 100 dB
SNR = 100 dB SNR = 100 dB
10. Mengulangi langkah 6 – 8 11. Sekarang merangkai WiCOMM-T dalam format IF loop back seperti pada gambar di bawah.
12. Mengulangi langkah 5 sampai 8 13. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul RF seperti pada gambar di bawah.
Hubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 1-8. Pada langkah 6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana setiap PC pilih Tx only dan PC yang lain pilih Rx only kemudian klik tombol ok.
JOB III ADAPTIVE LINEAR EQUALIZER TUJUAN Untuk mengurangi distorsi yang dihasilkan oleh kanal pada sinyal yang ditransmisikan dengan menggunakan Adaptive Linear Equalizer (LE) pada sampel-sampel yang diterima dari output ADC. TEORI DASAR 1. Untuk apa Equalizer Dalam percobaan ini, kita mempertimbangkan masalah transmisi sinyal ketika kanal dibatasi dan karakteristik delay envelope |τ(f)| konstan untuk semua band untuk semua . Jadi ketika kanal ideal dan bandwidth adalah B, sebuah sinyal pulsa dapat dirancang untuk memmbolehkan kita untuk memancar pada 2B symbol/detik tanpa ISI dan bit-bit yang dapat dipancarkan tergantung pada jenis modulasi yang digunakan. Pada sisi lain, ketika kanal tidak ideal, transmisi sinyal pada kecepatan symbol sama dengan 2B atau melewati 2B akan menghasilkan ISI. Untuk mendesain bebas ISI, itu perlu untuk mengurangi kecepatan symbol 1/T dibawah kecepatan Nyquist yaitu 2B symbol/detik dan dengan demikian kita dapat merealisasikan filter pemancar dan penerima. Tetapi untuk mencapai kecepatan transmisi symbol sebesar 2B/detik kita seharusnya mengurangi kondisi bebas ISI untuk mempunyai sejumlah ISI yang dikendalikan. Dalam mendesain dimana respon frekuensi kanal diketahui untuk maka kita dapat mendesain modulator dan demodulator dengan menggunakan filter yang responnya boleh dipilih untuk meminimalkan probabilitas error detector. Biarpun begitu dalam sistem komunikasi digital praktis yang memancarkan melalui kanal yang dibatasi bandwidth, respon frekuensi kanal c(f) tidak diketahui untuk mendesain sebuah filter optimum untuk modulator dan demodulator. Kita perlu mendesain sebuah penerima dengan mempertimbangkan distorsi kanal yang tidak diketahui, AWGN dan ISI untuk mengganti nilai error yang tinggi. Equalizer adalah sebuah kompensator yang mengurangi nilai error tersebut.
| | ≤
| | ≤
| | ≤
2. Jenis – Jenis Equalizer Ada beberapa metode equalisasi. Ada teknik equalisasi optimal yang didasarkan pada kriteria deteksi Maximum Likelihood Sequence ( MLSE ). MLSE adalah sebuah perhitungan kompleks dan kompleksitasnya bertambah secara eksponensial terhadap panjang disperse waktu kanal. Dalam job 5, MLSE yang menggunakan algoritma Viterbi diberikan sebagai latihan bagi mahasiswa. Satu metode untuk melakukan sub deteksi optimal didasarkan pada penggunaan filter linear dengan koefisien yang dapat di atur dinamakan Linear Equalizer. Metode kedua adalah metode yang menggunakan symbol-simbol yang dideteksi sebelumnya untuk menekan ISI pada symbol yang dideteksi sekarang dan dinamakan Decision Feedback Equalizer. 3. Equalizer yang diberi jarak sedikit Dalam Linear Equalizer tap-tap equalizer diberi jarak pada kebalikan kecepatan symbol yaitu pada kebalikan kecepatan signaling 1/T. waktu sampling ini optimal jika equalizer didahului oleh filter yang dimatch ke pulsa yang dipancarkan yang didistorsi kanal. Ketika karakteristik kanal tidak diketahui filter penerima dimatch ke pulsa sinyal pancar dan waktu sampling dioptimalisasi untuk filter. Tetapi batasan equalizer kecepatan symbol adalah batasan yang hanya dapat mengganti
untuk karakteristik respon frekuensi untuk sinyal-sinyal lain yang diterima (sinyal aliasing yang diterima) dan distorsi kanal dalam sinyal. Untuk mengatasi masalah ini kita menggunakan equalizer yang diberi jarak kecil dimana sinyal yang datang disampel minimal sama kecepatannya dengan Nyquist. Sebagai contoh, jika sinyal yang ditransmisikan berisi pulsa yang mempunyai spektrum raised cosine dengan faktor roll – off r maka sinyal melewati sebuah equalizer dengan jarak tap
. +
Apabila r = 1 maka kita akan mempunyai equalizer yang diberi jarak T/2 dan apabila r = 0,5 maka kita akan mempunyai equalizer yang diberi jarak 2T/3 dan seterusnya. Secara umum equalizer yang diberi jarak kecil akan mengganti distorsi kanal pada sinyal yang diterima sebelum efek aliasing disebabkan karena sampling pada kecepatan symbol. Efeknya, equalizer yang diberi jarak kecil sama dengan equalizer linear optimum yang berisi matched filter yang diikuti dengan equalizer kecepatan symbol.
4. Adaptive Linear Equalizer Tujuan Adaptive Linear Equalizer adalah untuk menyesuaikan koefisien-koefisien untuk meminimalkan nois dan ISI pada output. Penyesuaian equalizer dilakukan oleh sinyal error yang mana dihitung dengan menggunakan algoritma adaptive seperti Least Mean Square ( LMS ). Ada dua mode yang mana equalizer adaptive bekerja. Satu adalah mode training dan yang lain adalah mode yang diarahkan keputusan. Pada mode training, untuk membuat equalizer cocok dengan durasi ketepatan awal, sebuah sinyal training diperlukan. Ini dilakukan untuk menghimpun informasi tentang kanal. Dalam mode ini, pemancar menghasilkan urutan symbol data yang diketahui untuk penerima. Sinyal error e[k] dihitung dari sinyal training d[n]. sinyal error e[k] = d[n] – y[k] dimana d[n] = 1 [ k – Δ ]. Δ adalah delay keputusan. Adaptive equalizer mode training diperhatikan pada gambar dibawah slicer
r[k]
Adaptive Filter y[k] W (k-1) LMS
D
y[kD]
Decision
algorithm
ȋ[k] +
e [k]
Ʃ
LMS algorithm Training
d[n] = I[k-Δ]
Signals
Sinyal error digunakan untuk mengatur koefisien equalizer. Sekali koefisien diubah ke nilai optimumnya dengan menggunakan urutan sinyal training, keputusan di output slicer ( comparator / pengiris ) umumnya cukup dapat diandalkan sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan proses adaptasi. Ini dinamakan mode yang diarahkan keputusan. Dalam mode yang diarahkan, keputusan-keputusan penerima digunakan untuk menghaasilkan sinyal error. Pengaturan equalizer yang diarahkan keputusan efektif untuk mentrack perubahan-perubahanyang lambatdalam respon kanal. Biarpun begitu, pendekatan ini tidak efektif selama penerima pertama. Dalam modul ini distorsi awal yang diberikan pada pemancar di
equalisasi menggunakan filter FIR. Adaptive linear filter pada orde L digunakan untuk equalisasi. Sinyal error antara input comparator dan output komparator akan digunakan untuk menyesuaiktan adaptive filter pada mode yang diarahkan keputusan. Sejak mode yang diarahkan keputusan adalah sebuah equalizer yang diberi jarak kecil,filter beroperasi pada kecepatan dua kali kecepatan symbol. Adaptive equalizer pada mode yang diarahkan keputusan diperhatikan pada gambar dibawah slicer
r[k]
Adaptive Filter y[k] W (k-1) LMS
D
y[kD]
Decision
algorithm
ȋ[k] +
e [k]
Ʃ
LMS algorithm
Blok diagram of Adaptive Linear equalizer – Decision Directed Mode – L tapped filter 5. Pembangkitan Pulsa RRC Sebuah spektrum pulsa khusus untuk T>1/2 W yang mana mempunyai sifat sifat spektrum yang diinginkan dan digunakan dalam praktek adalah spektrum raised cosine. Karena karakteristik yang halus dari spektrum raised cosine, itu mungkin untuk mendesain filter – filter praktis untuk keduanya pemancar dan penerima yang mana pendekatan keseluruhan respon frekuensi yang diinginkan. Jadi karakteristik spektrum raised cosine keseluruhan adalah pemisah antara filter pemancar dan filter penerima. Dalam percobaan ini kita mempunyai filter RRC pada pemancar sementara dipenerima kita mempunyai equalizer yang diberi jarak kecil yang sama dengan matched filter dan sebuah equalizer kecepatan symbol. 6. Memodel Kanal Kanal dimodel sebagai sebuah system FIR dengan sebuah representasi berupa sampel – sampel yang diberi jarak dimana kecepatan sampling sama dengan kecepatan yang digunakan untuk menghasilkan stream yang dibentuk pulsa. Untuk kecepatan sampling yang yang lebih ti nggi yang digunakan pada pemancar kita perlu menaikkan urutan sampel untuk koefisien kanal FIR. Jika kita menggunakan 8 sampel per symbol maka koefisien ini di up-sampel 8 kali dan diinterpolasi secara linear untuk memperoleh koefisien kanal pada kecepatan sampling. Kemudian, koefisien kanal yang di interpolasikan dengan Lc = ((31) x 8) + 1 = 17 koefisien dinormalisasikan untuk membuat gain kanal 1 yaitu Ʃ|h|2 = 1 7. Aturan LMS untuk Adaptive Linear Equalizer Sampel – sampel modem yang diterima dibaca kedalam sebuah variable dan diubah kedalam representasi baseband kompleks. Sampel – sampel yang diterima dikurangi secara tepat sehingga kita memperoleh dua kali kecepatan symbol yaitu 2 sampel persimbol. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kecepatan sampling yang dihasilkan Ts =
.
L tap Ts yang diberi jarak
equalizer w(0) dengan rentan durasi symbol Tb diinialisasi pada waktu symbol k = 0 untuk bentuk
RRC; yaitu w[0] = RRC [n]. sekarang kita dapat menganggap L = 10. Koefisien equalizer diperbaruhi untuk symbol ke k dengan menggunakan algoritma LMS sebagai berikut : 1. Menghitung nilai yang difilter : y[k] = r[k]Hw[k-1] (setiap n = nTs) dimana w [k-1] adalah koefisien equalizer yang diberi jarak Ts dari waktu symbol sebelumnya, dan r[k] adalah sampel-sampel (L) yang diberi jarak Ts difilter dengan equalizer dan H menunjukkan transpose konjugat. 2. Menurunkan sampel sebesar 2 untuk memperoleh y[kD] dari y[k] menjaga phasa penurunan sampling keseluruhan frame dari blok yang berisi 20000 sampel 3. Menghitung error : e[k] = d[n] – y[k] dimana d[n] = I [k – Δ]. Disinilah pilihan delay keputusan yang berada pada rentan
8++ 0≤ ∆≤ Dimana Lc adalah jumlah tap kanal dan L adalah jumlah tap equalizer. Oleh karena itu, perhitungan error dilakukan setiap periode symbol Tb. Sinyal yang diinginkan
d[n] diperoleh dari sebuah “local copy” ( urutan sinyal training ) dari stream QAM I[k] yang ada dipenerima. Kita dapat menganggap bahwa 2000 pertama dari maksimum 20000 sampel digunakan untuk sinyal training. 4. Memerbaharui equalizer dengan menggunakan aturan LMS yaitu W [k] = w [ k – 1] + μe [ k ] Hr[ k ] Dimana r[k] adalah vector input dengan panjang 10, r[ k ],r[ k-1 ],r[ k- 2 ],…, r[ k
– 9 ] dan konstanta learning ( gain ) μ untuk filter praktis bernilai 0,01. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di bawah
2. Memasang modul pada gambar di atas ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada gambar di bawah.
3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB 4. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T(Modul BaseUnit)dan switch on modul maka led reset akan menyala. 5. Mengbangkitkan sampel- sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut : a. Membuka Matlab, mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu Addpath’C:\WiCOMM-T\Console’ Kemudian enter b. Mengetik command berikut WiCOMM-T Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM_T console seperti gambar di bawah (Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop)
c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console” d. Memilih Option pada menu paling atas, kemudian memilih ‘EZ-USB Interface’ maka akan ditampilkan window WBU seperti pada gambar di bawah
e.
Mengelik tombol download untuk mendwonload driver WBU’s USB yaitu file ‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\’ by default.
f.
Setelah disownload, memilih window USB Console dan memilih ‘Alt setting’ as’2’ pada item Configuration Interfaces seperti pada gambar dibawah
Kemudian close g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah
h. Pada item ‘EXPERIMENT; memilih ‘LE-Linear Equalizer’dan kotak sebelah kanannya
pilih ‘IF’. i.
Menggunakan pasang- pasangan parameter berikut : Kanal : BENGN Step Size Delay
0.02
0.05
0.001
j.
0
No of Taps : 5
No of Taps : 5
No of Taps : 5
2
No of Taps : 5
No of Taps : 5
No of Taps : 5
5
No of Taps : 5
No of Taps : 5
No of Taps : 5
Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel- sampel modem
untuk ditransmisikan. 6. Mentransmisikan sampel- sampel modem melalui WiCOMM-T setiap nilai parameter di atas dengan cara sebagai berikut : a. Kembali ke gambar WiCOMM-T console pada langkah 5.b, mengelik tombol ‘RUN’ dan akan muncul gambar WBU console seperti gambar di bawah
PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE. Mengatur sampling rate ke 2MBps b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memlih menu pertama (atas) sehingga akan nampak gambar seperti di bawah
Kemudian memilih item Direction dengan Tx&Rx dan klik tombol OK. c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima sampel- sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip- kedip berwarna biru yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console klik item kedua (tengah)sehingga diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah
7. Menganalisa sampel- sampel modem yang diterima dengan cara : a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan statistic window. b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik ‘ANALYZE’ 8. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh matlab dan catat hasil ANALYZE. 9. Mengubah nilai parameter seperti table di bawah 0.02
0.05
0.001
0
No of Taps : 10
No of Taps : 10
No of Taps : 10
2
No of Taps : 10
No of Taps : 10
No of Taps : 10
5
No of Taps : 10
No of Taps : 10
No of Taps : 10
Step Size Delay
10. Mengulangi langkah 5.j – 8. 11. Mengubah nilai parameter seperti pada table di bawah 0.02
0.05
0.001
0
No of Taps : 15
No of Taps : 15
No of Taps : 15
2
No of Taps : 15
No of Taps : 15
No of Taps : 15
5
No of Taps : 15
No of Taps : 15
No of Taps : 15
Step Size Delay
12. Mengulangi langkah 5.j – 8. 13. Mengubah nilai parameter seperti pada table di bawah 0.02
0.05
0.001
0
No of Taps : 20
No of Taps : 20
No of Taps : 20
2
No of Taps : 20
No of Taps : 20
No of Taps : 20
5
No of Taps : 20
No of Taps : 20
No of Taps : 20
Step Size Delay
14. 15. 16. 17. 18.
Mengulangi langkah 5.j – 8. Mengubah jenis kanal ke MODERATE. Mengulangi langkah 5.i – 14. Mengubah jenis kanal ke SERVER. Mengulangi langkah 5.i – 14.
19. Membandingkanlah efek ketiga model kanal di atas. 20. Sekarang merangkai WiCOMM-T dalam format IF loop-back seperti pada gambar
21. Mengulangi langkah 5 – 19. 22. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul RF seperti pada gambar di bawah
Menghubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5 – 19. Pada langkah 6.b pilih item direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan PC yang lain pilih Rx only kemudian klik tombol OK.
JOB IV ADAPTIVE DECISION FEEDBACK EQUALIZER TUJUAN Untuk mengurangi distorsi yang dihasilkan oleh kanal pada sinyal yang ditransmisikan dengan menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalization (DFE) pada sampel- sampel yang diterima dari output ADC. TEORI DASAR 1. Mengapa menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalizer ? Pada job 3 kita sudah membahas Linear Equalizer. Ketika kanal mempuyai masalah ISI, linear equalizer tidak lagi cukup untuk mengatasi ISI. DFE mempunyai filter umpan balik yang menggunakan output detector sebelumnya untuk mengilangkan ISI pada pulsa yang didemodulasi. Jadi ISI yang dihasilkan pada symbol- symbol yang dideteksi sebelumnya dihilangkan pada output dari filter yang diumpan maju dengan memperkurangkan nilai-nilai symbol sebelumnya dengan nilai yang menjadioutput dari filter umpan balik. Jika kanal berisi sebuah spectrum nol dalam respon frekuensinya, LE tidak cocok karena dengan menggunakan LE akan memperbesar noise. Ini karena Linear Adaptive Equalizer mencoba untuk mengganti untuk ini dengan menghasilkan gain tak terhingga pada frekuensi itu. Sementara gain tak terhingga ini mencoba untuk memperbaiki kanal yang terdistorsi, gain tak terhingga ini menguatkan noise additive sehingga SNR sangat kecil. Ini dinamakan Noise Enhacement. Masalah noise ini dapat dihilangkan dengan menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalizer. Jadi Adaptive Decision Feedback Equalizer lebih bagus digunakan dari pada LE ketika ada masalah berat ISI dan ada spectrum nol dalam kanal. 2. Adaptive Decision Feedback Equalizer Adaptive DFE mempunyai dua filter, sebuah filter feed- forward untuk mengurangi ISI yang pertama, sebuah filter lagi untuk menghilangkan ISI yang terakhir. Input feed- forward adalah rentetan sinyal yang diterima. Pastinya ini mirip dengan LE dimana filter yang diberi jarak kecil digunakan. Kembali penurun sampel pada output LE meyakinkan bahwa y[kD] pada gambar di bawah mempunyai kecepatan sama dengan kecepatan symbol.
Slicer
r[k]
Precursor Equalizer
y[k]
D
y[kD]
Decisions Ʃ
ȋ[k]
z[k]
e[k]
Training Signal d[n] = l [k – Δ] Postcursor Equalizer
r[k]
Filter umpan balik inputnya dari rentetan keputusan pada symbol yang dideteksi sebelumnya secara fungsional, filter umpan balik digunakan untuk menghilangkan ISI dari nilai sekarang yang disebabkan oleh symbol- symbol yang dideteksi sebelumnya. Ini meminimalkan noise enachement. Dalam WiCOMM-T distorsi awal yang diberikan pada pemancar diequalisasidengan menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalizer (DFE) yang diberi jarak kecil. DFE juga beroperasi pada 2 mode seperti LE. Awalnya DFE bekerja dalam mode training kemudian berubah menjadi mode yang diarahkan keputusan. Selama mode training, symbol- symbol yang dipancarkan digunakan untuk menghitung error. Gambar di atas memperlihatkan diagram blok DFE dan mode training. Dalam mode yang diarahkan keputusan, input post-cursor equalizer adalah keputusan dari output slicer (komparator). Sinyal error antara input slicer dan output slicer akan digunakan untuk menyesuaikan pre-cursor equalizer dan post-cursor equalizer dalam mode yang diarahkan keputusan. Dalam mode training symbol yang dipancarkan memperlihatkan diagram blok DFE dalam mode yang diarahkan keputusan.
Slicer
r[k]
Precursor Equalizer
y[k]
D
y[kD]
Decisions Ʃ
ȋ[k]
z[k]
e[k] Training Signal d[n] = l [k – Δ]
r[k]
Postcursor Equalizer
e[k]
Pre-cursor equalizer bekerja dengan kecepatan sebesar dua kali kecepatan symbol sementara postcursor equalizer bekerja sama dengankecepatan symbol. 3. Aturan LMS untuk Adaptive Decision Feedback Equalizer Sampel-sampel modem yang dterima dibaca ke dalam sebuah variable dan diubah ke dalam representasi baseband komleks. Sampel- sampel yang diterima dikurangi dengan benar sehingga kita memperoleh dua kali kecepatan symbol (yaitu 2 sampel per symbol). Ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa kecepatan sampling yang dihasilkan equalizer w1(0) dengan rentan durasi symbol
T b
T s =
.
Tap L1 Ts yang diberi jarak
dan tap L2 Tb yang diberi jarak equalizer w2(0)
dengan rentan durasi symbol L2T b diinisialisasipada waktu symbol k = 0. Kita dapat menganggap L1 =10, L2=4. Kedua koefisien equalizer diperbaharui untuk simbil ke k dengan menggunakan algoritma LMS sebagai berikut 1. Menghitung nilai yang difilter : y[k] = r[k]Hw1[k – 1]
(setiap ո = ոTs) dimana w1[k – 1] adalah kofisien equalizer pre-cursor yang diberi jarak Ts dari waktu symbol sebelumnya, dan r[k] adalah sampelsampel (L1) yang diberi jarak Ts difilter dengan equalizer. 2. Menurunkan sampel sebesar 2untuk memperoleh y[kD] dari y[k]. Menjaga phasa penurunan sampling yang sama keseluruhan frame dari blok yang berisi 20000 sample. 3. Menghitung nilai yang difilter : dalam kode training, x[k ] = d [k - 1]H w2[k - 1] (setiap k = kTb) dimana w2[k – 1] adalah koefisien equalizer post- cursor yang diberi jarak Tb dari waktu symbol sebelumnya, dan d[k – 1] adalah symbol- symbol L2 yang diinginkan yang diberi jarak Tb. Dalam mode yang
diarahkan keputusan d[k] diganti dengan output slicer (komparator) Ȋ[k]. 4. Menghitung z[k] = y[k] – x[k] dan buat keputusan- keputusan tentang z[k] dengan menggunakan demodulasi QAM. 5. Menghitung error: e[k] = d[k] – y[k] dimana d[n] = I[k – Δ]. Di sini, pilih delay keputusan yang berada pada rentan
0 ≤ Δ ≤ ( ) Dimana L1 adalah jumlah tap equalizer pre-cursor. Oleh karena itu penghitungan error dilakukan setiap priode symbol Tb. Sinyal yang diinginkan d[n] diperoleh dari sebuah urutan sinyal training dari stream QAM kompleks I[n] yang ada dipenerima. Kita dapat menganggap bahwa 2000 pertama dari maksimum 20000 sampel digunakan untuk sinyal training. Dalam mode yang diarahkan keputusan output slicer digunakan menggantikan d[k]. 6. Memerbaharui kedua filter dengan menggunakan aturan LMS yaitu : i. Untuk equalizer pre-cursor w1[k ] = w1[k – 1] + μ1e[k ]H r [n] ii.
Untuk equalizer post- cursor w2[k ] = w1[k – 1] + μ2e[k ]H d [n – 1]
– 1], r[k – 2],...r[k – L1+1]} dan d[n – 1] adalah Dimana r[k] adalah vector input dengan L1,{r[k],r[k vector input panjang L2,{d[n – 1], d[n – 2],….. d[ – L2]} dan konstanta learning (gain) μ1 dan μ2 keduanya bernilai 0,01. Perhatikan bahwa dalam mode yang di arahkan keputusan d[n] seharusnya diganti dengan Ȋ[k].
PROSEDUR PERCOBAAN 1. 2. 3. 4.
Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback. Memasang ke modul Base Unit. Menghubungkan modul Base Unit ke PC dengan kabel USB. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T (Modul Base Unit) dan switch on modul maka led reset akan menyala. 5. Membangkitkan sampel- sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut : a. Membuka matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu Addpath’C:\WiCOMM-T\Console’ Kemudian enter b. Mengetik command berikut WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM_T console c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Crperess USB Console”. d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian memilih ‘EZ-USB Interface’ maka akan ditampilkan window WBU, e. Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file ‘WBU_USB.hex’ ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\ ’by default. f. Setelah download, memilih window USB Console dan memilih ‘Alt setting’ as ’2’pada item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.
Kemudian close g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol ‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC. Seperti di bawah
h. Pada item ‘EXPERIMENT’ memilih ‘DFE -Decision Feedback Equalizer’ dan kotak
sebelah kanannya pilih ‘IF’ i.
Menggunakan pasangan- pasangan parameter berikut : Kanal : BENGN Step size 1 : 0,02 Step Size 0,02 0,05 0,001 2 Delay 0 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5 2 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5 5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan samel- sampel modem untuk ditransmisikan. 6. Mentransmisikan sampel- sampel modem melalui WiCOMM-T untuk stiap nilai parameter di atas dengan cara sebagai berikut : a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b mengelik tombol ‘RUN’ dan akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah. j.
PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE. Mengatur sampling rate ke 2MBps. b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memilih menu pertama (atas) sehingga akan nampak gambar seperti di bawah.
Kemudian memilih item Direction dengan TX&RX dan klik tombol OK. c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima sample- sample modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip- kedip berwarna biru yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan pada kolom sebelah kanan dari WBU console klik item ke dua (tengah) sehingga diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah.
7. Menganalisa sample- sample modem yang diterima dengan cara : a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan statistic window.
b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. 8. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh matlab dan catatlah hasil ANALYZE. 9. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut : Kanal : BENGN Step size 1 : 0,05 Step Size
0,02
0,05
0,001
2 Delay 0 2 5
No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
10. Mengulangi langkah 5.j – 8 11. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut : Kanal : BENGN Step size 1 : 0,02 Step Size
0,02
0,05
0,001
2 Delay 0 2 5
No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10
12. Mengulangi langkah 5.j – 8. 13. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut : Kanal : BENGN Step size 1 : 0,05 Step Size
0,02
0,05
0,001
2 Delay 0 2 5
14. Mengulangi langkah 5.j – 8.
No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10