Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret Maret 2015 ISSN : 2339-0271
PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS PROGRAM REHABILITASI EMBUNG KECIL DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NTT Yohanes Yohanes Meluk Meluk 1) , Mamok Suprapto2), Syafi’i 3) 1) Mahasiswa 2) 3) Dosen
Magister Teknik Sipil Sipil Universitas Sebelas Maret Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Email: meluk.uns@gmail.com ABSTRAK
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki sekitar 1800 embung. Sampai dengan saat ini, banyak embung telah mengalami kerusakan maupun penurunan fungsi. Agar infrastruktur yang telah terbangun tidak sia-sia, maka sebaiknya embung embung tersebut dipelihara. Namun pemerintah pemerintah memiliki keterbatasan dana untuk kepentingan tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya kajian skala prioritas penanganan, agar dana yang terbatas tersebut memberikan hasil guna yang baik. Kajian dilakukan pada Embung Naioni, yang terletak di Desa Naioni, Kecamatan Alak, Kabupaten Kupang yang dibangun pada tahun 1996 dan saat sekarang telah mengalami penurunan fungsi, sehingga perlu dilakukan rehabilitasi. Metode yang digunakan dalam kajian adalah metode survey dan analisis deskriptif. yakni hanya menguraikan hasil penelitian penelitian dengan memberikan penilaian penilaian tertentu terhadap setiap komponen yang di tinjau. berdasarkan skala prioritas program rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan guna menilai kondisi kerusakan. Penilaian berdasarkan pada pedoman penilaian kondisi fisik bendungan dan pedoman kriteria desain embung kecil untuk daerah semi kering di Indonesia. Hasil observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Analitycal Hierarki Process (AHP) untuk mendapatkan skala prioritas penanganan. Hasil analisis menunjukkan menunjukkan bahwa embung Naioni Naioni dalam kondisi rusak berat, yang ditunjukkan oleh nilai komponen kerusakan sebesar 62% yang berarti hanya tinggal 38% saja yang masih dalam kondisi baik. Dari kerusakan tersebut, berdasarkan hasil analisis penetapan skala prioritas, maka penanganan rehabilitasi yang utama harus dilakukan pada embung Naomi adalah rehabilitasi pada alat sadap. Kata kunci: embung, nilai kerusakan, skala prioritas.
PENDAHULUAN
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau diantaranya terdapat 4 pulau besar: besar: P.Flores, P.Flores, P.Sumba, P. Timor dan P.Alor (FLOBAMORA). Kondisi topografis Wilayah Nusa Tenggara Timur beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin musim. Periode musim kemarau 7 bulan (Mei sampai dengan Nopember) sedangkan musim penghujan hanya 5 bulan (Desember sampai dengan April). Suhu udara 27,6° C, suhu
maksimum 29° C, dan suhu minimum 26,1°C rerata. rerata. Dimusim kemarau diprovinsi diprovinsi NTT sering sering terjadi kekurangan air. air. Upaya Upaya untuk mengatasi kekurangan air tersebut dilakukan dengan menampung air pada embung. Sampai dengan saat ini, di provinsi NTT telah dibangun embung dalam jumlah yang cukup besar, yaitu sekitar 1800 embung. Embung-embung yang terdapat di provinsi NTT berumur layan yang sangat beragam, yaitu yang berfungsi sejak tahun
104
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
1976 hingga yang paling baru dibangun pada tahun 2014. Dari jumlah embung yang ada, beberapa diantaranya masih berfungsi dengan baik, namun banyak pula yang telah mengalami penurunan fungsi, dan bahkan tidak berfungsi lagi. Penurunan fungsi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a) adanya komponen embung yang rusak dan b) kegiatan operasional dan pemeliharaan yang tidak dilakukan dengan benar. Tingkat keberhasilan pembangunan suatu embung dapat dinilai dengan cara menganalisis kinerjanya, yaitu dengan melakukan sistem pendekatan yang mengacu pada 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek pemanfaatan, dan aspek operasi dan pemeliharaan (O&P). Suatu embung dikatakan baik atau berhasil apabila ditinjau dari aspek fisik, embung tersebut tidak terdapat kerusakan yang cukup berarti pada komponen-komponen fisik selama masa layanannya. Apabila dilihat dari aspek pemanfaatannya maka embung dikatakan berhasil, jika embung dapat memberikan ketercukupan air untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sekitar. Jika dilihat dari aspek operasi dan pemeliharaan maka dinilai dari lancar atau tidaknya kegiatan institusi atau kelompok pengelolaan dan pemeliharaan sarana embung oleh masyarakat. Pertambahan penduduk yang terjadi dengan cepat menyebabkan kebutuhan akan air dan bahan pangan meningkat. Sejalan dengan itu, pengembangan lahan kering untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan sudah merupakan keharusan. Usaha intensifikasi dengan pola usaha tani belum bisa memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, di Provinsi Nusa Tenggara Timur telah dibangun sebanyak: 510 unit embung dan akan dibangun lagi sebanyak: 4.490. unit Embung (Kupang Kompas. 2011) Pembangunan embung di NTT sangat mendesak. Setiap tahun terjadi degradasi hutan yang berpengaruh langsung terhadap kekeringan sejumlah mata air. Pulau-pulau kecil di NTT sangat membutuhkan embung untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sejumlah penduduk dipulau kecil terpaksa
mengambil air di pulau untuk kebutuhan minum dam memasak sedangakan mandi dan mencuci mengunakan air seadanya (Kompas, 14 juli, 2011). Air bersih sangat sulit didapat warga desa Haumeni, kecamatan Bikomi Utara TTU. Kesulitan mendapatkan air bersih mengakibatkan masyarakat terpaksa mengkonsumsi air kubangan (Pos Kupang, 4 November 2013). Dari sejumlah embung yang sudah dibangun banyak terdapat permasalahan. yaitu tidak terisinya air dalam bak-bak pelayanan. Air yang masuk ke dalam bak tampungan sering kecil, yaitu hanya setengah diameter pipa, sementara kondisi muka air dalam kolam Embung berada pada posisi Full Supply Level (FSL). Karena adanya kerusakan-kerusakan terutama pada jaringan pipa distribusi ke bak-bak penampungan. Ukuran pipa yang digunakan pada umumnya berdiameter seragam dari inlet pipe (pipa transmisi) hingga outlet pipe ke bak-bak pelayanan. Permasalahan ini menjadi penting untuk dievaluasi terkait kerusakan dan faktor penyebabnya, sehingga kegiatan pengoperasian fungsi layanan embung dapat terpenuhi. ( Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia, Puslitbang Pengairan, Badan Litbang Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, 1994 ). METODE PENELITIAN Lokasi dan Jenis Penelitian Lokasi penelitian di Embung kecil Naioni, yang terdapat di desa Naioni KecamatanAlak, Kabupaten Kupang Provinsi NTT.Lokasi embung tersebut merupakan pengelolaan dan kewenangan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II. Provinsi NTT. Dipilihnya embung tersebut dikarenakan telah mengalami banyak kerusakan. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian embung Naioni Desa Alak kec. Kupang barat Kab. Kupang.
105
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
Gambar 1. Peta Lokasi dan Jaringan Jalan Provinsi Sumatera Selatan. Variabel Penelitian
Ditinjau dari permasalahan dan tujuan serta data yang akan diambil, maka penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen atau secara khusus digolongkan sebagai penelitian deskriptif dimana data yang akan dijadikan penelitian sudah ada Arikunto, 2006 ( ).Penelitian deskriptif dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel kerusakankerusakan yang lalu dan yang ada sekarang. Penelitian deskriptif mempelajari masalah kerusakan embung dalam hal pendistribusian air bersih yang ditunjukkan dalam Tabel. 3.1.
3. Gerusan lokal di pelimpah 4. Tumbuhan tinggi di sepanjang pelimpah Tinjaun pada Kolam Tampungan : 1. Endapan lumpur 2. Kotoran/ranting pohon lapuk pada kolam 3. Pagar disekeliling kolam 4. Papan duga 5. Pelampung 6. Ketersediaan air Tinjauan pada Pipa Jaringan Distribusi : 1. Pipa Transmisi 2. Pipa Distribusi Tinjauan pada Bak Layanan : 1. Bak air bersih / bak air keperluan manusia 2. Bak air keperluan ternak
Tinjauan kondisi fisik Embung
Pada embung terdapat 3 aspek yang sangat penting yaitu aspek fisik, aspek pemanfaataan, dan aspek operasi dan pemeliharaan, setiap aspek terdiri dari beberapa variable (Dep.PU, Pedoman Perencanaan Embung Kecil). Aspek fisik yang ditinjau terdiri dari 5 bagian yaitu Tanggul, pelimpah, kolam tampungan, pipa jaringan distribusi, bak layanan , setiap bagian terdiri dari beberapa variable, antara lain : Tijaun pada tanggul :
1. Daerah basah karena rembesan melalui tubuh embung atau fondasi yang menyebabkan terjadinya longsoran lokal karena tanah jenuh 2. Daerah basahan memanjang di tubuh embung dan menimbulkan rembesan 3. Retakan melintang ditubuh embung 4. Retakan memanjang di tubuh embung pada bagian puncak (bisa lurus/melengkung) 5. Retakan susut Retakan biasanya pendek, dangkal, sempit, banyak, dan berarah tidak teratur 6. Erosi alur ditubuh embung 7. Tumbuhan tinggi di tubuh embung Tinjauan pada Pelimpah :
1. Runtuhan di saluran pelimpah 2. Erosi alur di saluran pelimpah
Parameter Kerusakan bangunan pelengkap Luas DAS Dimensi embung Variabel
Analisis
Cara Memperoleh
Tingkat kerusakan
Pengamatan langsung
Analisis debit Kapasitas tampungan
Peta kontur Data sekunder
Analisi Hasil analisis tampungan Kapasitas Debit masuk Hasil analisis tampung Tingkat Rembesan Hasil analisis kerusakan 3. Bak air keperluan kebun Tinjauan pada Pemanfaatan, operasional dan pemeliharaan. yang ditinjau pada operasi dan Aspek pemanfaataan, Sedimentasi
pemeliharaan (Dep. PU, Pedoman Perencanaan EmbungKecil), meliputi :
l pada Pemanfaatan 1. Pembagian air 2. Rasa nyaman dengan adanya jaminan air embung 3. Peningkatan kualitas hidup/kesehatan Tinjaun pada Aspek Operasi dan Pemeliharaan. 1. Ketaatan melaksanakan Operasi dan Pemeliharaan
106
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
2. Ketersediaan sarana dan dana O&P Metode Analisis Data.
Permasalahan yang berkaitan dengan proses pengambilan suatu keputusan sangat diperlukan suatu metode, adapun Penggunaan metode AHP cukup beralasan karena metode ini cukup berhasil baik untuk membantu dalam menentukan pengambilan keputusan dalam kaitan menentukan skala prioritas rehabilitasi pada bagian penting bangunan pelengkap embung. Kemudian dilakukan tahapan yang terdiri dari tahapan penilaian, pembobotan dan perhitungan adalah sebagai berikut: a. Pembobotan terhadap tiap kriteria. Dengan penilaian dan pertimbangan terhadap kondisi fisik Embung dan Bangunan Pelengkap (expert judgement). Dimana didapat perbandingan berpasangan (pairwase comparisions) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lainnya. b. Penilaian tiap alternatif terhadap tiap kriteri, adapun alternatif yang dimaksud dalam pembuatan keputusan tersebut adalah pada masing-masing sub sistem embung. c. Tahapan perhitungan menggunakan program komputer Criterium Decision Pluss Versi. 3.0. dengan langkah-langkah yaitu; input data, memproses data, output data dan Goal (Rehabiltasi Prioritas pada sub sistem yang ada). Analisa Penilaian Kerusakan Kondisi Fisik Embung.
d.
e.
f. g.
Menganalisa dan menghitung penilaian kondisi fisik embung mengunakan penilaian kondisi fisik bendungan dan di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi dilapangan. a. Analisa skala prioritas dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut: a) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. b) Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif
yang tingkatan kriteria yang paling bawah, h. c) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh pada setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen di banding elemen lainnya. maka digunakan skala kuantitatif 1 (satu) sampai 9 (sembilan). i. d) Melakukan perbandingan berpasangan sehngga diperoleh Judgement seluruhnya sebanyak n*((n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. j. e) Menghitung nilai eugen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsistensi pengambilan data diulangi. k. f) Mengulangi Langkah c, d dan e untuk seluruh tingkat hirarki. l. g) Menghitung vektor dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai vektor merupakan bobot setiap elemen. untuk mensitesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. m. h) Memeriksa konsistensi, jika nilainya lebih dari indek randomnya maka penilaian data harus diperbaiki. Analisa Penentuan Skala Prioritas
Skala prioritas Penanganan rehabilitasi dengan menggunakan alat bantu Program Expert Choice 11.bertujuan untuk memilih penanganan yang sesuai dengan kriteriakriteria yang di tetapkan, Software program Expert Choice 11. dengan mengisi kriteriakriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Jenis kegiatan Rehabilitasi 2. Keamanan Embung 3. Umur Layan Embung 4. Operasional embung 5. Prioritas Rehabilitasi Embung Tahapan selanjutnya adalah:
107
Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN : 2339-0271
a. Membandingkan antar kriteria-kriteria yang telah dimasukan Perbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas. b. Memasukkan alternatif-alternatif yang telah ditentukan. c. Memasukan sub komponen pemeliharaan, alternatifalternatif tersebut dibandingkan berpasangan antar alternatif dan kriteria. Kemudian dilakukan pengujian antar perbandingan berpasangan. Sehingga dapat terlihat peringkat teratas prioritas dari alternatifalternatif yang akan dipilih berbanding dengan kriteria-kriteria yang ditentukan adalah hasil prioritas yang diinginkan ditunjukkan pada Gambar. 3.3. Matrik Penilaian Kondisi Fisik Embun. Daftar Pustaka
Mawardi, Erman & Moch. Memed (2006).”Desain Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis”.Bandung : Alfabeta M. Braja Das (1993).“Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip geoteknis) Jilid 2”. : Erlangga Aniek, M (2008).”Bangunan Air”. Surabaya : Srikandi Soemarto, C.D. (1995).“Hidrolika”. Jakata : Erlangga Sholeh, M.”Hidrologi”. Surabaya : ITS Soewarno (1995).”Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data”.Bandung : Nova Departemen Pekerjaan Umum (1989).“SK SNI M-18-1989-F (Metode Perhitungan Debit Banjir”.Bandung : Yayasan LPMB Departemen Pekerjaan Umum (2004).” Pd T-14-2004-A (Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Beban Gempa)”. Departemen Pekerjaan Umum (2004).” Pd T-02-2005-A (Analisis Daya Dukung Tanah Fondasi Bangunan Air)”. Kasiro, Ibnu, Wanny Adidarma, Bhre Suantini Rusli, C.L Nugroho, Sunarto M.S. (1994).“Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia”. Bandung: PUSLITBANG Pengairan
108