BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra .Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi 1. Suppositoria rectal : umumnya untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan berbobot ± 2 g. Biasanya panjang suppositoria ini ± 32 mm (1,5 inchi). Bentuk suppositoria ini antara lain bentuk silinder,peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan 2.
Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot ± 5,0 g , dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa disebut sebagai “pessarium”
3.
Suppositoria uretra : disebut juga “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urine pria berdiameter 3- 6mm dengan panjang ± 140 mm,walaupun ukuran masih bervariasi . Beratnya ± 4 gram bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya . Sedangkan wanita panjang dan beratnya ½ dari pria, panjang ± 70mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya.
4.
Suppositoria hidung dan telinga (kerucut telinga): bentuk keduanya sama dengan suppositoria uretra hanya panjangnya lebih kecil,biasanya 32mm.Suppositoria telinga diolah dengan basis gelatin (Ansel, 2005).
1
1.2 Prinsip Percobaan Prinsip percobaan yang diterapkan pada praktikum ini adalah bahan dasar yang digunakan dilelehkan pada suhu diatas 37ºC dan dibawah 40ºC. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus. Setelah campuran obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu dituang ke dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. 1.3 Tujuan Percobaan - Mengetahui bentuk sediaan suppositoria - Mengetahui bahan dasar pembuatan suppositoria - Mengetahui cara pembuatan suppositoria - Mengetahui persyaratan suppositoria - Mengetahui cara evaluasi suppositoria
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindungan jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik.Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. (Anonim, 1995) Sediaan sejenis suppositoria telah dikenal di negeri Mesir kuno dan di Mesopotamia.Sejak lama mereka dijumpai naik untuk penggunaan perlakuan lokal, atau ditetapkan kerjanya untuk seluruh organisme (suppositoria resorpsi).Suppositoria masa kini menggambarkan suppositoria lemak atau tetesan wol berlemak, kepadanya dimasukkan obat yang sesuai.Mereka menunjukkan ukuran yang sangat berbeda dan kadang-kadang dapat mengisi seluruh usus buntu.Suppositoria sabun sebagai obat cuci perut pertama kali dilaporkan Galen. Sebagai massa dasar berlaku antara lain buah bawang, madu, damar, karet, buah ara, sebagai dasar perancah dasar Wol, Sutera dan Lena. Reseptur untuk suppositoria dari abad ke-6 menunjukkan, bahwa Myrrha, rempah-rempah dan opium digunakan rektal pada muntah-muntah.Malam telah digunakan sejak Yunani kuno sebagai dasar suppositoria.Dalam abad pertengahan dijumpai pelaporan suppositoria dari lemak babi, lemak, malam dan sabun.Yang sering dilakukan masa kini, penyalahgunaan penggabungan sediaan rektal dan vaginal, yang mengandung saripati jamu menghebohkan (Hyoscyamus sp, Beladona) mengarahkan kepada pewarnaan seksual yang berlebih-lebihan.Minimal tampak di sini suatu alasan untuk proses akhir yang sangat banyak dan pembakaran. Sekitar 1750 apoteker Prancis Baume menyarankan, mentega coklat yang telah ditemukan 100 tahun sebelumnya untuk pembuatan suppositoria.Sejak 1888 orang menyebutnya suppositoria gliserol.(Voigt,1994)
3
Di samping suppositoria wasir dominan pula suppositoria dengan bahan antirematik, jantung dan peredaran darah seperti juga dengan bahan nyeri dan penenang.Yang menarik adalah, bahwa spektrum bahan obat yang diracik dalam setiap negara tampak menunjukkan perbedaan. Di Perancis menyolok tingginya jumlah preparat suppositoria dengan hormone-hormon dan vitamin-vitamin seperti juga dengan bahan demam, batuk, yang juga di Italia memiliki arti yang sangat penting di samping suppositoria antibiotika. (Voigt,1994) Terapi rektal mempunyai beberapa keuntungan terhadap bentuk terapan lainnya, misalnya penggunaan per oral dari obat. Di sini
disebutkan: tidak
membebani lambung, tanpa rasa yang tidak enak (kemualan), kemungkinan penerapannya bila perlu juga selama kehilangan kesadaran, pada kesulitan menelan dan sebagainya. Arti khusus dimiliki suppositoria dalam penyembuhan anak-anak. Sedangkan suatu injeksi oleh pasien sebagai yang menyakitkan,tetapi minimal diterima sebagai rasa yang tidak menyenangkan, sebaliknya pemasukan dari suppositoria pada umunya tanpa syarat. Tentu saja terdapat negara (misalnya Inggris raya), padanya dari dasar estetis suppositoria sebagai sediaan obat tidak diberikan (“shocking way of application”). (Voigt,1994) Macam – macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaanya, yaitu: 1.
Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, berbentuk peluru, digunakan lewat rektum atau anus. Menurut FI III bobotnya antara 2-3 g, yaitu untuk dewasa 3 g dan anak 2 g, sedangkan menurut FI IV kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keunggulan, yaitujika bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, suppositoria akan masuk dengan sendirinya.
2.
Suppositoria vagina (ovula), berbentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat antara 3-5 g, menurut FI III 3-6 g, umumnya 5 g.Suppositoria kempa atau suppositoria sisipan adalah suppositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.Menurut FI IV, suppositoria vaginal dengan
4
bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 5 g. Suppositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu di bawah 35˚C. 3.
Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang antara 7-14 cm. (Syamsuni, 2005)
Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibandinng per oral, yaitu: 1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung. 2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung. 3. Obat dapat masuk langsung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral. 4. Baik bagi pasien ayng mudah muntah atau tidak sadar. (Syamsuni, 2005) Tujuan penggunaan obat bentuk suppositoria : 1.
Suppositoria dipakai untuk pengobatan local, baik di dalam rektum, vagina, atau uretra, seperti pada penyakit haemorroid / wasir / ambeien, dan infeksi lainnya.
2.
Cara rektal juga digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
3.
Jika penggunaan obat secara oral tidak memungkinkan, misalnya pada pasien yang mudah muntah atau tidak sadarkan diri.
4.
Aksi kerja awal akan cepat diperoleh, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektum dan langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
5.
Agar terhindar dari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati. (Syamsuni, 2005)
5
Basis Suppostoria Ideal Basis suppostoria ideal dapat diuraikan sebagai berikut. (1)Telah mencapai kesetimbangan krisnalitas, dimana sebagian besar komponen mencapai temperature rektal 36˚C, tetapi basis dengan kisaran leleh lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum,penambahan minyak-minyak, balsam-balsam,serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis.(2) Secara keseluruhan basis toksis dan tidak mengiritasi pada jarring tersebut yang peka dan jaringan yang meradang. (3) Dapat bercampur dengan berbagain jenis obat.(4) Basis suppostoria tersebut tidak mempunyai bentuk yang stabil. (5) Basis suppostoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dapat dilepaskan darin cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan. (6) Basis suppossitoria tersebut tidak merangsang. (7) Basis suppositoria tersebut mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi. (8) “Angka air” tinggi, maksudnya persentase air yang tinggi dapat dimasukkan ke dalamnya. (9) Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya warna, bau, atau pola pengeplasan obat tidak berubah. (10) Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin, kompresi, atau ekstruksi. (Lachman, 1994) Jika basis tersebut berlemak, basis suppositoria mempunyai persyaratan tambahan sebagai berikut : (11) “Angka asam” dibawah 0,2; (12) “ Angka penyabunan” berkisar dari 200 sampai 245; (13) “angka iod” kurang dari 7; (14) interval antara titik leleh dan titik memadat kecil atau kurva SFI-nya tajam. (Lachman,1994) Basis
suppositoria
yang
memiliki
semua
sifat
ini
belum
dijumpai.Sesungguhnya beberapa sifat berdiri sendiri dan tidak ideal dalam semua keadaan.Seringkali penambahan obat mengubah karakterisik basis tersebut.Formulasi yang tepat memerlukan penggunaan nilai fisik yang telah diuraikan, karena dapat membantu memilih basis untuk obat tersebut.(Lachman, 1994)
6
Minyak Coklat ( Minyak Theobroma ) Minyak coklat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan; minyak coklat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran bahan-bahan obat bila basisnya tidak dinyatakan apa-apa.Sebagian besar sifat minyak coklat memenuhi persyaratan basis ideal, karena minyak ini tidak berbahaya, lunak, dan tidak reaktif, serta meleleh pada termperatur tubuh.Akan tetapi minyak coklat mempunyai beberapa kelemahan, yaitu dapat menjadi tengik, meleleh pada udara panas menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang terlalu
lama,
terisomerisasi
dengan
titik
leleh
yang
rendah
dan
tidak
dikehendaki.(Lachman, 1994) Minyak cokelat terutama merupakan trigliserida dengan rantai-rantai gliserida utama yaitu oleopalmitostearin dan oleodistearin. Minyak coklat berwarna putih kekuningan, padat, merupakan lemak yang rapuh, baud an rasanya seperti coklat. Titik lelehnya terletak antara 30˚C dan 35˚C (86˚F sampai 95˚F), angka iodnya antara 34 sampai 38, dan angka asamnya tidak lebih dari 4.Karena minyak cokelat mudah mencair dan menjadi tengik, maka harus disimpan di tempat dingin, kering, dan terlindung dari cahaya.(Lachman, 1994) Minyak cokelat menunjukkan polimorfisme yang jelas (sifat dapat berada dalam bentuk-bentuk Kristal yang berbeda), suatu fenomena yang sangat memungkinkan untuk dapat berhubungan dengan sebagian besar trigeliserida tidak jenuh.Masing-masing bentuk minyak cokelat yang berbeda mempunyai titik dedeh yang berbeda pula,demikiean juga laju pengelepasan obatnya berbeda.Bila minyak cokelat dipanaskan di atas temperature (kira-kira 36˚C) dan didinginkan sampai titik memadatnya segera setelah dikembangkan pada temperature kamar,minyak cokelat ini mempunyai titik leleh 24˚C,kira-kira 12˚C di bawah keadaan aslinya.Pengetahuan keadaan polimorfis ini diperlukan untuk dapat mengerti bagaimana pola pengelepasan
7
obat yang sama dapat diperoleh dari basis suppositoria yang sebagian besar terdiri dari minyak cokelat. (Lachman, 1994) Minyak cokelat diperkirakan mampu berada dalam empat keadaan kristal: 1. Bentuk α, meleleh pada 24˚C, diperoleh dengan pendinginan secara tiba-tiba minyak cokelat yang sedang meleleh sampai suhu 0˚C. 2. Bentuk β’ , diperoleh dari minyak cokelat yang dicairkan dan diaduk-aduk pada 18˚C sampai 23˚C.Titik lelehnya terletak antara 28 dan 31˚C. 3. Bentuk β’ secara perlahan-perlahan berubah menjadi bentuk β yang stabil,yang mencair antara 34˚C dan 35˚C.Perubahan ini disertai oleh penyusutan volume. Bentuk γ, meleleh pada 18˚C, diperoleh dengan menuang minyak cokelat dingin (20˚C), sebelum minyak cokelat memadat, ke dalam suatu wadah yang telah didinginkan pada temperature sangat dingin. (Lachman, 1994) Pembentukan berbagai bentuk minyak cokelat tergantung pada derajat pemanasan,pada proses pendinginan, dan pada kondisi-kondisi selama proses ini terjadi.Pada temperatur di bawah 36˚C, diperoleh bentuk-bentuk yang tidak stabil dalam jumlah yang tidak berarti,tetapi pemanasan yang lebih lama di atas temperatur kritis menyebabkan pembentukan kristal yang tidak stabil dengan titik leleh yang lebih rendah. Pengubahan kembali menjadi bentuk β yang stabil memerlukan waktu satu sampai empat hari,tergantung pada temperature penyimpanan pada temperature yang lebih tinggi, perubahan terjadi lebih cepat.(Lachman, 1994) Pembentukan bentuk tidak stabil dari minyak cokelat dapat dicegah dengan berbagai cara. (1) Jika massa dicairkan tidak sempurna, maka kristal yang tinggal akan mencegah pembentukan tidak stabil. (2) Penambahan sejumlah kecil kristal stabil pada minyak cokelat yang mencair akan mempercepat perubahan dari bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil; proses ini dikatakan “pembenihan.” (3). Lelehan yang didapatkan dikeraskan dalam temperatur 28 dan 32˚C selama beberapa jam atau
8
beberapa hari, akan menyebabkan perubahan yang termasuk cepat dari bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil. (Lachman, 1994) Semua sifat minyak cokelat ini dapat menyebabkan kesulitan besar dalam proses pembuatan. Sebagai aturan umum, dianjurkann untuk menggunakan pemanasa yang yang minimal dalam proses pelelehan lemak.Pemanasan yang lebih lama harus dihindari sebanyak mungkin. Ada beberapa kelemahan tambahan khas yang sudah menjadi sifat minyak cokelat sebagai basis suppositoria.Kemampuan penyusutan rendah selama pemadatan menyebabkan suppositoria melekat pada cetakan, sehingga memerlukan zat penglepas dari cetakan atau pelumas.(Lachman, 1994) Tirik pemadat minyak cokelat terletak antara 12 samai 13˚C di bawah titik lelehnya. Sifat ini dapat digunakan dalam memformulasikan suppositoria dengan minyak cokelat, di mana massa dapat dijaga dalam keadaan cair pada temperature yang terhitung rendah. Pengadukan secara tetap akan mempertahankan temperature cairan minyak cokelat di bawah titik memadatnya. (Lachman, 1994) Minyak cokelat tidak mengandung pengemulsi, sehingga tidak dapat menyerap air dalam jumlah besar (maksimum 20 sampai 30 g air untuk 100 g minyak cokelat).Penambahan pengemulsi seperti tween 61 (5 sampai 10%) sangat meningkatkan absorpsi air.Pengemulsi juga membuat zat-zat yang tidak larut tetap tersuspensi
dalam lemak.Kestabilan suspensi
selanjutnya diperoleh dengan
penambahan bahan-bahan yang memberikan sifat-sifat tiksotropi pada lemak yang dicairkan. Kemungkinan bahwa suppositoria yang berisi aditif ini akan mengeras pada pendiaman selalu ada, sehingga dianjurkan ,mengadakan pengamatan kestabilan yang seksama dalam waktu lama. (Lachman, 1994) Obat-obatan seperti minyak menguap, kreosot, fenol, dan kloral hidrat sangat menurunkan titik leleh minyak cokelat.Untuk memperbaiki kondisi ini, biasanya digunakan malam.Sekarang basis khusus dengan kisaran leleh yang tinggi tersedia untuk mengatasi hal ini.(Lachman, 1994)
9
Kualitas
minyak
cokelat
bervariasi
sesuai
dengan
asal
dan
perlakuannya.Dengan demikian karakteristik fisika yang berbeda mungkin sekali diperoleh dari dua minyak cokelat yang berasal dari sumber yang berbeda, walaupun keduanya memenuhi semuan spesifikasi USP.Dengan demikian, pemilihan sumber persediaan yang dapat diandalkan merupakan hal yang amat penting untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan besar dalam warna dan konsitensi di antara batch. (Lachman, 1994) Pencetakan Suppositoria Sebelum suppositoria dapat dibuat secara akurat dengan pencetakan, cetakan tersebut harus dikalibrasi dengan menentukan volume rongga suppositoria.Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suppositoria yang tidak mengandung obat dari bahan basis yang kerapatannya diketahui.Setelah bobot rata-rata suppositoria diketahui, volume masing-masing suppositoria dihitung dengan membagi bobot itu dengan kerapatan basis yang digunakan. Sebagai contoh, suatu cetakan suppositoria yang tidak dikalibrasi digunakan untuk membuat 10 suppositoria dari lemak kakao saja (kerapatan lemak kakao adalah 0,86 g/mL). Setelah dibiarkan dingin dan mengeras, suppositoria itu kemudian dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang seberat 18,8 g. Volume cetakan ini yang sudah dikalibrasi akan menjadi : 18,8 g = 1,88 g/suppositoria 10 suppositoria 18,8 g
1 mL ×
1 suppositoria
= 2,19 mL/suppositoria 0,86 g
Untuk memastikan bahwa jumlah obat yang terkandung dalam setiap suppositoria sudah benar, volume yang ditempati obat tersebut dan jumlah basis suppositoria yang digantikan harus dihitung. Namun, jika jumlah bahan aktif kurang dari 100 mg dalam 2 g suppositoria, maka volume obat tersebut mungkin tidak berarti
10
dan dapat diabaikan. Ada beberapa metode untuk menentukan penggantian dosis untuk suppositoria : faktor penggantian dosis, faktor kerapatan, dan volume yang ditempati. (Ansel,2004)
Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi Aplikasi utama dari basis keras supositoria lemak, atau gliserida semisintetik adalah sebagai kendaraan untuk administrasi rectal atau vagina dari berbagai obat-obatan, baik untuk mengerahkan efek local atau mencapai penyerapan sistemik. (Arthur, 2000). Pilihan dasar supositoria tidak biasanya dapat dibuat tanpa adanya pengetahun secara fisikokimia properti dan intrinsik termodinamika aktivitas zat obat. Terkait obat factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pelepasan dan penyerapan dan yang karena itu harus dipertimbangkan adalah distribusi ukuran partikel padat larut, minyak:air partisi koefisien, dan pangkalan supositoria S 722, keras lemak konstanta disosiasi. Nilai perpindahan harus juga dikenal serta rasio obat untuk dasar. Sifat supositoria dasar yang mungkin atau mungkin tidak dapat diubah oleh obat atau yang dapat mempengaruhi obat rilis adalah karakteristik mencair, kimia relativitas, dan reologi. Kehadiran aditif dalam basis juga dapat mempengaruhi kinerja. (Arthur, 2000).
11
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Alat -
Cawan porselin
-
Beaker glass
-
Termometer
-
Mortir dan stamfer
-
Batang pengaduk
-
Timbangan gram
-
Anak timbangan
-
Cetakan suppositoria
-
Lemari pendingin
-
Kawat timah
-
Aluminium foil
3.2 Bahan -
Benzocain
-
Theophyllin
-
Oleum cacao
3.3 Formula dan Penimbangan Bahan 3.3.1 Formula R/
Benzocain
0,500
Theophyllin
0,500
Dasar supp
q.s.
m.f.supp.dtd. s.I dd supp I
12
# Pro : Tn. Jalal 3.3.2 Penimbangan Bahan -
Benzocain
= 1,5 g
-
Theophyllin
= 1,5 g
-
Oleum cacao = 1,5 g
3.4 Prosedur 1. Oleum cacao diiris setipis kertas dan ditimbang sebanyak 6g 2. Ditimbang Benzocain dan Theophyllin masing-masing 1,5g, lau digerus di dalam lumpang sampai homogeny 3. Beaker glass diisi dengan air panas dengan suhu 400C 4. Oleum cacao dimasukkan ke dalam cawan porselin dan diletakkan di atas beaker yang sudah berisi air panas sambil diaduk hingga oleum cacao meleleh 5. Oleum cacao yang sudah meleleh dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus bersama dengan bahan obat sampai homogen 6. Dimasukkan ke dalam cawan porselin yang diletakkan di atas beaker glass yang berisi air panas dan diaduk 7. Dimasukkan dengan kawat jarum pada cetakan suppositoria yang sudah diolesi dengan parafin 8. Jika bahan obat menyusut maka bahan obat yang sisa ditambahi lagi untuk memadatkan volume cetakan 9. Didinginkan pada es batu sampai sediaan suppositoria memadat 10. Dikemas di dalam wadah yang terbuat dari aluminium foil 11. Lalu uji evaluasi keseragaman bobot
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Keseragaman Bobot a. Berat 2 buah sediaan suppositoria (A) = 2,4165 g + 2,3441 g = 4,7606 g b. Berat rata-rata (B) = 4,7606 g / 2 = 2,3803 g c. Berat sediaan suppositoria (C) Berat I = 2,4165 g , Berat II = 2,3441 g Penyimpangan Rumus penyimpangan = |B – C| × 100 % B 1. | 2,3803 – 2,4165 | × 100 % 2,3803 = 1.52% 2. |2,3803 – 2,3441 | × 100 % 2,3803 = %
14
4.2 Pembahasan Percobaan berhasil. Hal ini dikarenakan bahan obat digerus secara homogen dan pada saat peleburan lemak coklat, suhu air hangat yang digunakan panas. Oleum cacao dilebur dengan meletakkannya di cawan penguap di atas beaker glass yang berisi air dengan temperature 40°C. Peleburan basis tidak boleh terlalu tinggi karena akan mencair sempurna dan kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah 15°C kristal akan membentuk kristal metastabil. Maka pemanasan olum cacao sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh yang dapat dituang dan tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil. Tersedianya sejumlah kecil air mudah mengarahkan kepada perusakan oksidatif, terhidrolitis atau bakterial. Lemak coklat hanya memiliki suatu kontraktibilitas relative rendah. Pada pembekuan dia akan mudah tinggal melekat pada bentuknya, sehingga suatu penyapuan dengan paraffin cair mutlak diperlukan. (Voigt,1994) Sebagai aturan umum, dianjurkan untuk menggunakan pemanasan yang minimal dalam proses peleburan lemak. Pemanasan yang lebih lama harus dihindari sebanyak mungkin.Ada beberapa kelemahan tambahan khas yang sudah menjadi sifat minyak coklat sebagai basis suppositoria.Kemampuan penyusutan rendah selama pemadatan menyebabkan suppositoria melekat pada cetakan, sehingga memerlukan zat penglepas dari cetakan atau pelumas. (Lachman,1994)
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan -
Bentuk sediaan suppositoria adalah torpedo.
-
Bahan dasar suppositoria yang biasa digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam lemak PEG.
-
Cara pembuatan suppositoria adalah dengan melarutkan bahan obat dengan bahan dasar suppositoria yang telah dilelehkan lalu dituang ke cetakan, masukkan dalam lemari pendingin, tunggu beberapa saat lalu keluarkan dari cetakan, kemas dalam aluminium foil.
-
Syarat suppositoria: dapat melebur pada suhu tubuh; tidak toksik;tidak menimbulkan iritasi; dapat melepas obat dengan segera; stabil dalam penyimpanan; tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan obat; kadar air cukup; cukup mudah dibasahi dan diemulsikan.
-
Evaluasi suppositoria, uji keseragaman bobot : Caranya : 1. Timbang 4 suppositoria (A) 2. Hitung bobot rata-rata = A / 4 = (B) 3. Timbang satu persatu = (C) Syarat : Tidak lebih dari 2 suppositoria mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari 5 % dan tidak satupun suppositoria mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari 10 %. Rumus penyimpangan : |B – C| × 100 % B
16
5.2 Saran -
Sebaiknya perhatikan suhu air hangat yang digunakan pada saat peleburan bahan dasar suppositoria.
-
Usahakan penggerusan bahan obat hingga homogen.
17
LAMPIRAN
18
19
20
21
22
23
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta: Depkes RI. Syamsuni. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ansel, Howard C. dan Shelly J. Prince. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan Pertama. Edisi Kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press. Kibbe, H. Arthur. 2000. Handbookk of Pharmaceutical Excipient. Amerika : Pharmaceutical. Press.
27