o n g k a n r a a a t r n u e e S u m g n r e e a P T H , a n a b a t r u d o P n K n a i t a i j m o p a a u d K b n a n a P a p r n u a i u R T s u y n e P
] 2 1 0 2 [
[Type the company name] [Type the company address] [Type the phone number] [Type the fax number]
Sebagai salah satu anggota persatuan bangsa-bangsa (PBB) adalah sebuah kehormatan bangsa dan kewajiban bagi bangsa Indonesia untuk turut serta dalam kelompok kerja United Nations Conferenes on Standardization of Geographical Names (UNCSGN) di bawah UN-ECOSOC yang bertugas untuk melakukan pembakuan nama rupabumi terutama untuk wilayah Indonesia Asia Pasifik. Dokumen ini adalah bentuk peranserta dari Kota Tangerang untuk menjalankan fungsi dari PPNR (Panitia Pembakuan Nama Rupabumi) dalam skala nasional. Semoga bermanfaat.
Kata Pengantar
Puji syukur kepada TUHAN, oleh karena hikmat dan kuasaNya Laporan Draft Akhir Penyusunan Kajian Dan Pemetaan Rupabumi Wilayah Kota Tangerang dapat disusun sesuai dengan syarat kerangka acuan kerja. Laporan Draft Akhir Pekerjaan Kajian dan Pemetaan Rupabumi Wilayah Kota Tangerang berisi mengenai latar belakang permasalahan yang dihadapi pemerintah kota Tangerang dalam perkembangan otonomi daerah. Pemekaran-pemekaran yang terjadi berdampak terhadap permasalahan administrasi di wilayah kota. Untuk itu pekerjaan ini menjadi penting untuk dilaksanakan guna mencapai tertib administrasi di pemerintahan. Selain itu isu utama yang sangat penting adalah pembakuan nama rupabumi yang telah dikaji untuk ditetapkan oleh Panitia Pembakuan Nama Rupabumi (PPNR) yang dibentuk ditingkat wilayah kota, provinsi, nasional hingga di UN-CSGN-ECOSOC. Kegiatan ini penting dilakukan agar integrasi wilayah baik itu dalam skala lokal, nasional dan internasional semakin kuat dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun. Dengan melakukan kegiatan pembakuan nama rupabumi dengan pendekatan gazeetir maka diharapkan kegiatan ini dapat terus dilakukan kepada semua unsur rupabumi lainnya yang prioritas. Gazetir dapat dilakukan pengkinian informasinya secara berkala, untuk itu diharapkan laporan ini menjadi sebuah awal pijakan bagi dinas/SKPD terkait untuk terus melakukan kegiatan penamaan dan pembakuan unsur rupabumi.
Kota Tangerang, Juli 2012 Ketua Panitia Penamaan Rupabumi /PPNR Kota Tangerang
________________________________
Halaman 2 dari 55
Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan ......................................................................................................................... 5 1.1 Latar Belakang ............................................. ................................................... .................... 5 1.2 Tujuan Dan Sasaran Pekerjaan ............................................... ............................................ 5 1.3 Sasaran Kegiatan ................................................. .................................................... ........... 6 1.4 Produk Akhir ................................................. ................................................... .................... 6 1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ....................................................... ............................................ 6 1.5.1
Ruang Lingkup Substansi .................................................... .............................................7
1.5.2
Ruang Lingkup Wilayah Pekerjaan ..................................................... .............................7
1.6 Metodologi Pekerjaan .................................................. ..................................................... . 8 1.7 Kerangka Berfikir Pekerjaan ................................................... ........................................... 10 1.8 Kerangka Berfikir Mikro Pekerjaan ............................................... ..................................... 11 1.9 Kerangka Berfikir Makro Pekerjaan .............................................. .................................... 12 1.10
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan .................................................. .................................... 13
Bab 2 Profil Wilayah Kota Tangerang .......................................................................................... 16 2.1.
Sejarah Tangerang .................................................... ..................................................... 16
2.2.
Asal Mula Penduduk Kota Tangerang ................................................ ........................... 18
2.3.
Profil Kota Tangerang ............................................... .................................................... 20
Bab 3 Rupabumi Kota Tangerang ................................................................................................ 32 3.1.
Unsur Alami .............................................. ................................................... ...................33
3.2.
Unsur Buatan .................................................... .................................................... ..........33
Bab 4 Gazetir Instansi Kota Tangerang ...................................................................................... 38 4.1 Gazetir Instansi Pusat Pemerintah Kota Tangerang ......................................................... 38 3.2 Gazetir Lokasi Instansi Pemerintah Kecamatan ................................................................ 43 3.3 Gazetir Lokasi Instansi Pemerintah Kelurahan ................................................................. 44 Halaman 3 dari 55
Bab 5 Penutup .............................................................................................................................. 50 Lampiran Daftar Unsur U nsur Rupabumi ............................................................. .................................. 52 Daftar Unsur Rupabumi Skala 1:25.000 Dan 1:50.000 ................................................... .......... 52
Halaman 4 dari 55
BAB 1 PENDAHULUAN 1 . 1 LATAR BELAKANG Sejalan dengan perkembangan Otonomi daerah dimana dimungkinkannya pemekaran wilayah guna efektifitas pelayanan publik secara maksimal, akan berimbas kepada berubahnya pola dan nama pengadministrasian wilayah yang merupakan dampak langsung dari pergantian administrasi kepemerintahan daerah beserta jajaran dibawahnya, dalam hal pemekaran wilayah di kabupaten kota, dengan terbentuknya wilayah administratif kecamatan dan kelurahan baru misalnya, tentu akan memerlukan pola dan nama pengadministrasian wilayah kecamatan dan kelurahan yang baru pula. Pemberian dan pembakuan nama unsur geografis di wilayah kabupaten dan kota ini menjadi suatu pekerjaan yang sangat penting untuk dilaksanakan karena merupakan suatu titik akses langsung dan intuitif terhadap sumber informasi lain, yang dapat membantu untuk pengambilan keputusan bagi para pembuat kebijakan serta membantu kerjasama diantara organisasi di tingkat kabupaten dan kota maupun tingkat nasional. Penamaan rupabumi suatu daerah kabupaten kota harus memiliki keunikan yang menunjukan identitas daerah, letak geografis yang pasti dan memiliki batas wilayah yang jelas. Tanpa adanya pembakuan dalam penggunaan nama rupabumi, akan terjadi kerancuan dan kekacauan pada alur sistem kepemerintahan di daerah dan pada kehidupan sosial dan ekonomi di masyarakat. 1 . 2 TUJUAN DAN SASARAN P EKERJAAN Kegiatan pembakuan nama rupabumi bertujuan untuk menciptakan sinergitas, kesinambungan dan koordinasi yang berkelanjutan antara Pemerintah, Propinsi dan Kabupaten/Kota guna memantapkan data dan informasi akurat mengenai nama rupabumi baik untuk kepentingan daerah, propinsi, dan pembangunan nasional. Halaman 5 dari 55
Pembakuan nama rupabumi dilakukan dengan tujuan : a) Mewujudkan tertib administrasi di bidang pembakuan nama rupabumi di Kota Tangerang; b) Menjamin tertib administrasi di Kota Tangerang; c) Mewujudkan data dan informasi akurat mengenai nama rupabumi di di Kota Tangerang, baik untuk kepentingan pembangunan daerah maupun pembangunan tingkat nasional. d) Menunjang adanya gasetir nasional sehingga ada kesamaan pengertian mengenai nama rupabumi di Kota Tangerang dan di lndonesia pada umumnya; 1 . 3 SASARAN KEGIATAN Adapun sasaran yang akan dicapai dalam pekerjaan ini, untuk mencapai empat (4) tujuan diatas adalah sebagai berikut : a) Teridentifikasinya unsur-unsur rupa bumi di wilayah kota Tangerang b) Teridentifikasinya permasalahan-permasalahan pemetaan di wilayah kota Tangerang terhadapa pedoman pembakuan nama rupa bumi c) Teridentifikasinya nama, sejarah dan lokasi rupa bumi di wilayah kota tangerang 1 . 4 PRODUK AKHIR Gezetir lokasi instansi di wilayah Kota Tangerang 1 . 5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Adapun ruang lingkup pekerjaan terbagi atas dua (2), yang pertama ruang lingkup substansi pekerjaan yang berisi cakupan substansi pembahasan yang dikaji dan dipaparkan dalam pelaporan. Yang kedua adalah ruang lingkup wilayah pekerjaan yaitu lokasi dimana pekerjaan dilakukan. Halaman 6 dari 55
1.5.1
RUANG LINGKUP SUBSTANSI Ruang lingkup susbtansi pekerjaan terdiri atas ; (i) rupabumi Kota Tangerang, yaitu keseluruhan topomini yang ada di Kota Tangerang lengkap dengan elemen, posisi, lokasi dan berbagai informasi yang diperlukan. (ii) Gazetir atau yang disebut dengan Gazetteer, daftar nama unsur rupabumi baku yang dilengkapi dengan informasi tentang jenis elemen, posisi geografis, lokasi wilayah administrasi, dan berbagai informasi lain yang diperlukan didalam pekerjaan ini dibatasi hanya : LOKASI INSTANSI PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG. (iii) Kajian Genealogi adalah kajian nama lokasi sejarahnya, turunannya, asalnya. Baik itu menggunakan teknik dari mulut ke mulut atau rekaman lain yang menunjukkan adanya hubungan yang ditampilkan dalam bentuk bagan atau juga narasi yang baik.
1.5.2 RUANG LINGKUP WILAYAH PEKERJAAN Ruang lingkup wilayah pekerjaan dibatas oleh administrasi wilayah pemerintahan Kota Tangerang.
Halaman 7 dari 55
1 . 6 METODOLOGI PEKERJAAN Metodologi pekerjaan terdiri atas ; a) Pengumpulan data dasar Data dasar yang digunakan adalah Peta Rupabumi dijital skala 1:25.000 s/d 1:50.000 yang diterbitkan oleh Badan Geospasial Indonesia/Bakosurtanal, dan atau yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Kota Tangerang mencakup wilayah (1) Kecamatan Tangerang, (2) Kecamatan Karawaci, (3) Kecamatan Jatiuwung, (4) Kecamatan Cibodas, (5) Kecamatan Periuk, (6) Kecamatan Neglasari, (7) Kecamatan Batu Ceper, (8) Kecamatan Benda, (9) Kecamatan Cipondoh, (10) Kecamatan Pinang, (11) Kecamatan Ciledug, (12) Kecamatan Larangan, (13) Kecamatan Karangtengah. Peta ini digunakan sebagai data dasar dalam pengumpulan nama-nama jalan di kedua wilayah kecamatan tersebut. b) Pengumpulan data penunjang Halaman 8 dari 55
Pengumpulan data penunjang berupa peta-peta dari Bakosurtanal, dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan sumber lain yang dapat menjadi acuan. c) Kajian sejarah,asal kata, asal bahasa, pengucapan dan genealogi d) Penyusunan basis data Penyusunan basis data gazetir lokasi instansi pemerintahan kota tangerang, dari level kota, kecamatan, kelurahan, hingga desa. Disimpan dalam basis data digital yang dapat dilakukan pemutakhiran kapan saja. e) Input data Setelah dilakukan penyusunan basis data digital, maka dilakukan input atau pemasukan data dan pengintegrasian dengan peta yang ada. Dan melakukan proses verifikasi dan valid.
Halaman 9 dari 55
1 . 7 KERANGKA BERFIKIR PEKERJAAN
INPUT
PROSES
OUTPUT
Kajian Kebijakan dan Pedoman : 1.
2.
3. 4.
5.
6.
7. 8. 9. 10.
Resolusi PBB no 4 tahun 1967 tentang Pembakuan Nama Unsur Geografi di Negara-negara anggota PBB. Resolusi PBB no 15 tahun 1987 tentang otoritas pembentukan dan pembakuan nama unsur geografi nasional bagi negara-negara anggota PBB yang belum memiliki/melakukannya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupa Bumi; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pedoman Pembentukan Panitia Pembakuan Nama Rupabumi. UU No 4/2011 Geospasial dan PP Tingkat Ketelitian Peta PP No 10/2000 PERDA no 36 Tahun 2002 tentan g RTRW Provinsi Banten PERDA No 23 Tahun 2000 tentang RTRW Kota Tangerang Pedoman Prinsip, Kebijakan, dan Prosedur Pemberian Nama Rupabumi
A. 1. B. 1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4.
5.
2. 3. 4. 5.
LAPORAN KAJIAN DAN PEMETAAN RUPA BUMI KOTA TANGERANG 1. 2. 3. 4. 5.
PENDAHULUAN; GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG; UNSUR UNSUR RUPA BUMI KOTA TANGERANG; GAZETIR LOKASI INSTANSI KOTA TANGERANG PEMBAKUAN NAMA UNSUR RUPA BUMI DAN GAZETIR LOKASI INSTANSI
Alat analisis/metoda;
Data dan Informasi : 1.
Analisis perubahan batas unsur geografis; Proses tumpang tindih (overlay). Analisis unsur dan pembakuan nama ; Kajian Genealogi, Asal bahasa, pengucapan, dll Prinsip pemberian nama; Kebijakan pemberian nama; Perkembangan pendapatan asli daerah; Prosedur pemberian nama;
Peta Bakosurtanal; Perangkat lunak ArcGIS/Mapinfo; Perangkat keras komputer; Rapat (Conterpart (Conterpart Meeting ) antara pemberi pekerjaan, PPNR dan Pelaksana Pekerjaan; Survey Lapangan;
Peta Bakosurtanal ter update update skala 1 juta s/d 10.000 ; 10.000 ; Peta sejarah masa kerajaan/kesultanan Banten Peta sejarah colonial belanda Peta RTRW Provinsi dan RTRW Kota Tangerang Sejarah Banten, Tangerang, dan lainnya yang memiliki nilai budaya dunia, nasional local terkait secara spasial/keruangan/unsur geografis.
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
Halaman 10 dari 55
1 . 8 KERANGKA BERFIKIR MIKRO PEKERJAAN
TUJUAN KEGIATAN Menjawab Tujuan 1 Pekerjaan; 1. 2.
Kajian Genealogi Kajian dan Analisis menggunakan pedoman prinsip, kebijakan dan prosedur
Menjawab Tujuan 2 Pekerjaan; 1. Kajian dan Analisis menggunakan pedoman prinsip, kebijakan dan prosedur pembakuan nama; 2. Proses verifikasi lapangan mendapatkan bukti lapangan dan ermasalahan.
Menjawab Tujuan 3 Pekerjaan; 1.
2.
Kajian dan analisis teknokratis dengan Sistem Informasi Geografis; Proses verifikasi lapangan mendapatkan bukti lapangan dan permasalahan;
KAJIAN DAN PEMETAAN RUPABUMI KOTA TANGERANG 1. 2.
PENDAHULUAN; GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG; 3. UNSUR UNSUR RUPA BUMI KOTA TANGERANG; 4. GAZETIR LOKASI INSTANSI KOTA TANGERANG 5. PEMBAKUAN NAMA UNSUR RUPA BUMI GAZETIR LOKASI INSTANSI
Menjawab Tujuan 4 Pekerjaan; 1.
2. 3.
Melakuan rapat counterpart dengan Pemberi Pekerjaan, PPNR dan Konsultan Pelaksana; Pembakuan nama rupabumi wilayah Kota Tangerang; Memberikan rekomendasi kepada PPNR Nasional.;
Halaman 11 dari 55
1 . 9 KERANGKA BERFIKIR MAKRO PEKERJAAN
Halaman 12 dari 55
1.10
JADWAL PELAKSANAAN P EKERJAA EKERJAAN N Minggu ke No
Uraian
Bulan Ke -1 1
I
2
3
4
Bulan Ke -2 5
6
7
8
Bulan Ke -3 9
10
11
12
TAHAP PERSIAPAN
1.1
Penyiapan Administrasi Proyek
1.2
Pemantapan Metodologi dan Rencana Kerja
1.3
Pengumpulan data-data spasial dan non spasial
1.4
Persiapan Penyusunan Daftar List Nama Unsur Rupabumi
II
TAHAP SURVEY
2.1
Survey di Kecamatan Tangerang dan Karawaci
2.2
Survey di Kecamatan Jatiuwung dan Cibodas
2.3
Survey di Kecamatan Periuk dan Neglasari
2.4
Survey di Kecamatan Batu Ceper dan Benda
2.5
Survey di Kecamatan Cipondoh dan Pinang
2.6
Survey di Kecamatan Ciledug dan Larangan, Karangtengah
Halaman 13 dari 55
Minggu ke No
Uraian
Bulan Ke -1 1
III
TAHAP ANALISIS
3.1
Analisis berdasarkan pedoman Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi.
3.2
Analisis Sosiologi/budaya sejarah pemberian nama, pengucapan, asal kata.
3.3
Analisis Tumpang tindih/overlay. tindih/overlay.
IV
TAHAP AKHIR dan PEMBAKUAN UNSUR
4.1
Penetapan definitive batas administrasi wilayah desa, kelurahan, kecamatan dan wilayah kota.
4.2
Gasetir rupabumi kota tangerang.
4.3
Gasetir lokasi instansi kota tangerang.
4.4
Pembakuan nama unsur dan lainnya.
V
PELAPORAN & SEMINAR
7.1
Laporan Pendahuluan
7.2
Laporan Akhir
2
3
4
Bulan Ke -2 5
6
7
8
Bulan Ke -3 9
10
11
12
Halaman 14 dari 55
Minggu ke No
Uraian
Bulan Ke -1 1
7.3
2
3
4
Bulan Ke -2 5
6
7
8
Bulan Ke -3 9
10
11
12
Rapat Koordinasi & Counterpart
Halaman 15 dari 55
BAB 2 PROFIL WILAYAH KOTA TANGERANG 2.1. SEJARAH TANGERANG
Dulu bernama Tanggeran Menurut tradisi lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah Tengerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari bahasa Sunda yaitu tengger dan perang. Kata “tengger” dalam bahasa Sunda memiliki arti “tanda” yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar pertengahan abad 17. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran (dengan satu g maupun dobel g). Daerah yang dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut: Bismillah peget Ingkang Gusti Diningsun juput parenah kala Sabtu Ping Gasal Sapar Tahun Wau Rengsena Perang nelek Nangeran Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa Indonesia : Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu Tanggal 5 Sapar Tahun Wau Sesudah perang kita memancangkan Tugu Halaman 16 dari 55
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas (Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian Semua menjaga tanah kaum Parahyang
Sedangkan istilah “perang” menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng pertahanan kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan VOC di sebelah Timur Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga menjadi dasar bagi sebutan daerah sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah Beteng.Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang lebih lazim disebut dengan istilah “Beteng”.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) melawan VOC yang mencoba menerapkan monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten.Namun, dalam pertempuran melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu.
Perubahan sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda.Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar yang di
Halaman 17 dari 55
antaranya ditempatkan di sekitar beteng. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut “Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini.
Sebutan “Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. 1942 -1945. Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti termuat dalam Po No. 34/2604.Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27 Desember 1943.Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. 2.2.
ASAL MULA PENDUDUK KOTA TANGERANG
Latar belakang penduduk yang mendiami Tangerang dalam sejarahnya dapat diketahui dari berbagai sumber antara lain sejumlah prasasti, berita-berita Cina, maupun laporan perjalanan bangsa kulit putih di Nusantara. “Pada mulanya, penduduk Tangeran boleh dibilang hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Mereka terdiri atas penduduk asli setempat, serta pendatang dari Banten, Bogor, dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang penduduk baru dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis dan berbudaya Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan perluasan wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu. Mereka menempati daerah pesisir Tangeran sebelah barat”. Orang Banten yang menetap di daerah Tangerang diduga merupakan warga campuran etnis Sunda, Jawa, Cina, yang merupakan pengikut Fatahillah dari Demak yang
Halaman 18 dari 55
menguasai Banten dan kemudian ke wilayah Sunda Calapa. Etnis Jawa juga makin bertambah sekitar tahun 1526 tatkala pasukan Mataram menyerbu VOC. Tatkala pasukan Mataram gagal menghancurkan VOC di Batavia, sebagian dari mereka menetap di wilayah Tangeran. Orang Tionghoa yang bermigrasi ke Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M, diduga juga banyak yang kemudian menetap di Tangeran seiring berkembangnya Tionghoa-muslim dari Demak. Di antara mereka kemudian banyak yang beranak-pinak dan melahirkan warga keturunan. Jumlah mereka juga kian bertambah sekitar tahun 1740. Orang Tionghoa kala itu diisukan akan melakukan pemberontakan terhadap VOC. Konon sekitar 10.000 orang Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya direlokasi oleh VOC ke daerah sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan sejumlah daerah lain di Tangeran. Di kemudian hari, di antara mereka banyak yang menjadi tuan-tuan tanah yang menguasai tanah-tanah partikelir. Penduduk berikutnya adalah orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di perbatasan Tangerang-Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang di masa kolonial tinggal di Batavia dan mulai berdatangan sekitar tahun 1680. Diduga mereka pindah ke Tangeran karena bencana banjir yang selalu melanda Batavia. Menurut sebuah sumber, pada tahun 1846, daerah Tangeran juga didatangi oleh orangorang dari Lampung. Mereka menempati daerah Tangeran Utara dan membentuk pemukiman yang kini disebut daerah Kampung Melayu (Thahiruddin, 1971). Di jaman kemerdekaan dan Orde Baru, penduduk Tangerang makin beragam etnis. Berkembangnya industri di sana, mengakibatkan banyak pendatang baik dari Jawa maupun luar Jawa yang akhirnya menjadi warga baru. Menurut sensus penduduk tahun 1971, penduduk Tangerang berjumlah 1.066.695, kemudian di tahun 1980 meningkat
Halaman 19 dari 55
menjadi 1.815.229 dan hingga tahun 1996 tercatat mencapai 2.548.200 jiwa. Rata-rata pertumbuhan per-tahunnya mencapai 5,23% per tahun. Untuk sekedar memetakan persebaran etnis-etnis di Tangerang, dapat disebutkan di sini bahwa daerah Tangerang Utara bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan Cina serta berbudaya Melayu Betawi. Daerah Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya Betawi.Daerah Tangeran Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang daerah Tangeran Utara sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa. Persebaran penduduk tersebut di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca mengingat banyaknya pendatang baru dari berbagai daerah. Maka, apabila ingin mengetahui persebaran etnis di Tangerang, tentunya dibutuhkan studi yang lebih mendalam. 2.3.
PROFIL KOTA TANGERANG
a) Kondisi Geografis Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan UndangUndang No. 2 Tahun 1993, secara geografis terletak pada 106’36 – 106’42 Bujur Timur (BT) dan 6’6 - 6 Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah 183,78 Km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2). Secara administrasi Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan (Gambar 3.3). Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Larangan. Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
Sebelah utara
:
Kecamatan
Teluknaga
dan
Kecamatan
Sepatan,
Kabupaten Tangerang. Halaman 20 dari 55
Sebelah selatan :
Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan.
Sebelah timur
Sebelah Barat
:
DKI Jakarta. :
Kecamatan
Pasar
Kemis
dan
Cikupa,
Kabupaten
Tangerang.
Memperhatikan posisi geografis, maka Kota Tangerang memiliki letak strategis karena berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.
Halaman 21 dari 55
Posisi strategis tersebut menjadikan perkembangan Kota Tangerang berjalan dengan pesat. Pada satu sisi, menjadi daerah limpahan dari berbagai kegiatan di Kota Jakarta, di sisi lainnya Kota Tangerang menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya perkembangan Kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya sistem jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik sebagaimana tercermin dari keberadaan Bandara International Soekarno-Hatta, Pelabuhan International Tanjung Priok, serta Pelabuhan
Bojonegara
sebagai
gerbang
maupun
outlet nasional.
Kedudukan
geostrategis Kota Tangerang tersebut telah mendorong bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan basis perekonomian Kota Tangerang saat ini.
b) Kondisi Kondisi Topografis Secara topografi, Kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10-30 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan bagian utaranya (meliputi sebagian besar Kecamatan Benda) ketinggiannya rata-rata 10 m dpl, sedang bagian selatan memiliki ketinggian 30 m dpl. Selanjutnya Kota Tangerang mempunyai tingkat kemiringan tanah 0-3% dan sebagian kecil (yaitu di bagian selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3-8% berada di Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggilan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya. Disamping itu wilayah Kota Tangerang dilalui oleh 3 (tiga) aliran sungai yaitu sungai Cisadane, kali Angke dan kali Cirarab dengan panjang daerah yang dilalui 32 kilometer ditambah dengan rata-rata curah hujan yang tinggi yaitu 2.494,60 mm per bulan selama 210 hari, hal ini mengakibatkan hampir setiap tahun terdapat daerah-daerah yang dilalui aliran sungai tersebut mengalami genangan air dengan luas 180,5 ha tersebar di 49 lokasi
Halaman 22 dari 55
pada kawasan pemukiman dan jalan. Daerah genangan air tersebut antara lain di Kecamatan Larangan, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang dan Kecamatan Periuk. Dari aspek penggunaan lahan memperlihatkan bahwa Kota Tangerang merupakan daerah perkotaan (urbanized area). Hal ini ditunjukkan dengan luas wilayah yang sudah terbangun mencapai 48 % ( 8. 510 510 Ha) Ha),, seda sedang ngk an akn sisanya sekitar 52 % ( ( 9.220 Ha) belum belum terbangun. terbangun. Lahan Lahan yang telah telah terbangun terbangun tersebut tersebut pemanfaatannya meliputi: permukiman, industri, perdagangan dan perkantoran. c) Profil Demografi Karakteristik penduduk yang meliputi usia, tempat tinggal dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kebijakan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kota Tangerang dan wilayah sekitarnya menjadikan pertumbuhan penduduk tidak hanya dipengaruhi dari kelahiran (fertilitas), tetapi juga dari perpindahan (migrasi). Hal ini tidak terlepas dari posisi Kota Tangerang sebagai hinterland DKI Jakarta. Jumlah
penduduk/sumberdaya
manusia
yang
berkualitas
merupakan
modal
pembangunan yang berharga, namun demikian bila kualitasnya kurang baik ditambah dengan pertumbuhan yang tidak terkendali maka akan menjadikan permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk Kota Tangerang adalah Pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu tahun 2000-2007 cukup fluktuatif antara 0,64 % sampai dengan 4,62%. Seiring dengan pertambahan penduduk dengan luas wilayah yang tetap maka tingkat kepadatan akan semakin bertambah. Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain, penting diketahui terutama untuk mengembangkan perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan lainnya, yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Halaman 23 dari 55
Grafik Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, T angerang, 2010
Berdasarkan grafik terlihat bahwa kepadatan penduduk Kota Tangerang mengalami kecenderungan meningkat pada periode tahun 2001 hingga 2008 dengan total jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 1.531.666 jiwa. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2000-2007
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, 2010 Halaman 24 dari 55
Perhitungan kepadatan penduduk per km² dilakukan pada area Kota Tangerang dengan luas cakupan 164.55 km² (tahun 2000 – 2007) yang sudah dikurangi dengan luas bandara. Grafik Kepadatan Penduduk Per Km² Kota Tangerang Tahun 2000-2007
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, 2010
d) Jumlah Rumah Tangga Pengertian rumah tangga lebih mengacu pada sisi ekonomi, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatan, fungsi sosial dan lain sebagainya. Grafik Jumlah Rumah Tangga Kota Tangerang Tahun 2000-2007
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, 2010 Halaman 25 dari 55
Dari gambar di atas terlihat bahwa jumlah rumah tangga juga ikut berkembang seperti halnya jumlah penduduk Kota Tangerang. Pada tahun 2000 jumlah rumah tangga sebesar 348.234 dan pada tahun 2007 menjadi 398.626.
Kepadatan penduduk Kota Tangerang cenderung mengalami peningkatan selama periode tahun 2000 hingga 2007. Pada tahun 2007, total jumlah penduduk mencapai 1.575.140 jiwa, dengan komposisi 790.404 jiwa (50,18%) penduduk laki-laki dan 784.736 jiwa (49,82%) perempuan. Selama kurun waktu 2000-2007, rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,62% per tahun. Capaian rata-rata laju pertumbuhan penduduk tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian Provinsi Banten 2,20%, DKI Jakarta 1,20%, maupun Nasional 1,30% pada periode yang sama. Pertambahan jumlah penduduk ini disebabkan karena beberapa hal seperti natalitas (kelahiran) dan migrasi (perpindahan) dari luar wilayah Kota Tangerang ke dalam wilayah Kota Tangerang. Selama periode 2002-2007, pertumbuhan penduduk Kota Tangerang, ditandai oleh ratarata kelahiran bayi hidup sebesar 29.428 jiwa per tahun, rata-rata kematian 778 jiwa per tahun, rata-rata migrasi masuk 16.300 jiwa per tahun, serta rata-rata migrasi keluar 230 Halaman 26 dari 55
jiwa per tahun. Dari kondisi diatas menunjukkan, bahwa tingkat kelahiran merupakan faktor utama yang mendorong tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang, disusul oleh faktor migrasi masuk. Terkait dengan pertumbuhan penduduk, maka pada tahun 2007, Kecamatan Larangan dengan luas wilayah 9,40 Km2, merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terbesar, mencapai 14.902 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Karawaci yaitu 171.966 jiwa. e) Ruang Terbuka Hijau Lokasi RTH di Kota Tangerang tidak tersebar secara menyeluruh di dalam kota, hanya didominasi pada kecamatan tertentu. Jumlah RTH RTH paling banyak berada di Kecamatan Tangerang sebanyak 55 buah, selebihnya berada di Kecamatan Karawaci (3 buah), Kecamatan Neglasari (2 buah), Kecamatan Benda (1 buah).
LUAS RTH
TAHUN 2004
2005
2006
2007
2008
Luas ruang ter-buka hijau (m 2)
18.063.302
18.063.302
18.063.302
18.063.302
18.063.302
Luas taman kota ( m2)
17.798.729
17.840.973
17.850.093
17.862.693
18.050.702
Luas hutan kota ( m 2)
12.600
12.600
12.600
12.600
12.600
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, tahun 2010.
f) Perumahan Selama periode tahun 2004-2008, Jumlah rumah layak huni di Kota Tangerang semakin meningkat setiap tahunnya, yang mengindikasikan bahwa pembangunan perumahan di Kota Tangerang cukup berhasil. Hingga tahun 2008 sebesar 99,3% rumah di Kota Tangerang telah tergolong layak huni. Halaman 27 dari 55
KONDISI
2004
2005
2006
2007
2008
Luas Perumahan Tertata (Km2)
6.067
6.089
6.122,8
6.163,8
6.163,8
264.803
275.395
286.411
2.057
2.047
2.037
Rumah Layak Huni (unit) Rumah Tidak Layak Huni (unit)
246.009 254.619 2.102
2.102
Sumber : RPIJM Kota Tangerang, tahun 2010.
g) Air bersih Pelayanan air bersih melalui sistem perpipaan diperoleh dari pelayanan PDAM Kabupaten Tangerang dengan kapasitas 740 l/det dan 42.546 sambungan, PDAM Kota Tangerang dengan kapasitas 235 l/det dan 12.528 sambungan dan sebagian oleh swasta (21.850). Hingga tahun 2008 sebesar 79,88% penduduk Kota Tangerang telah menggunakan air bersih. Dari persentase tersebut sarana air bersih yang paling banyak digunakan penduduk adalah sumur pompa (54,92%) dan sambungan langsung PDAM (21,92%). h) Pemakaman Hingga tahun 2008, jumlah tempat pemakaman umum di Kota Tangerang mencapai 148 unit. Pengembangan yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang lebih kepada upaya pembangunan fisik dan pengembangan administratif. Pembangunan kegiatan fisik berupa pematangan lahan TPU, pembangunan saluran drainase, WC Umum, peningkatan jalan lingkungan dan jalan setapak di lingkungan pemakaman serta pemagaran batas pemisah antara TPU Muslim dan TPU Non Muslim. Luas wilayah pemakaman di Kota Tangerang mencapai …Ha. i) Jaringan jalan Jalan merupakan sarana transportasi utama di Kota Tangerang, selain kereta api. Berdasarkan klasifikasinya, sebagian besar jalan di Kota Tangerang merupakan jalan yang Halaman 28 dari 55
dikelola oleh pemerintah kota, selain itu terdapat pula jalan negara dan jalan provinsi. Apabila dilihat dari tipe perkerasannya, maka sebagian besar jalan yang terdapat di Kota Tangerang sudah dalam kondisi beraspal. Meskipun masih dijumpai jalan dengan perkerasan paving block, beton, tanah, dan penetrasi, namun jumlahnya tidak terlalu besar dan letaknya tidak pada jalan-jalan utama.
Panjang jalan - Jalan Utama
2004
2005
2006
2007
88.012,10
95.513,95
101.636,20
116.661,66
- Jalan Kolektor
44.006,05
46.256,97 46.256,97
50.818,10
62.948,06
- Jalan Lingkungan
220.030,25
231.284,87
254.090,20
361.747,08
- Jalan perumahan
528.072,60 555.083,68
609.817,20 782.895,36
2008 118.067 62.948 361.747 829.921,56
j) Drainase Sistem jaringan drainase di Kota Tangerang dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem drainase makro/drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima dan sistem drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier dengan total panjang saluran sekitar 192.763 m. Sistem drainase makro Kota Tangerang meliputi 4 (empat) buah sungai yaitu: Sungai Cisadane, Sungai Angke, Sungai Cirarab dan Sungai Sabi. Keempat sungai tersebut mempunyai daerah tangkapan air yang cukup luas dengan muara ke sebelah Utara dan berakhir di Laut Jawa. Selain sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima, terdapat juga Situ Cipondoh yang berfungsi sebagai tandon air seluas 120 Ha.
Halaman 29 dari 55
k) Tempat Pembuangan Sampah Akhir Terkait dengan penanganan sampah, Kota Tangerang mempunyai 2 buah TPA, yaitu TPA Rawa Kucing yang merupakan TPA eksisting, dan TPA Jatiwaringin yang sedang dalam tahap persiapan untuk dioperasionalkan. Luas area kawasan TPA di Rawakucing seluas …Ha. Sedangkan di TPA Jatiwaringin seluas…Ha.
Halaman 30 dari 55
Peta Kota Tangerang
Halaman 31 dari 55
BAB 3 RUPABUMI KOTA TANGERANG Unsur Rupabumi adalah bagian permukaan bumi yang berada di atas yang dapat dikenali identitasnya sebagai unsur alam dan/atau unsur buatan manusia. Unsur rupabumi terdiri dari tiga unsur yaitu unsur fisik, unsur buatan, dan unsur administrasi. Unsur fisik adalah unsur yang berada di permukaan daratan, lautan dan di bawah permukaan laut yang identitasnya dapat dikenali. Contoh, antara lain: gunung, pegunungan, bukit, dataran tinggi, gua, lembah, danau, sungai, muara, samudera, laut, selat, teluk, pulau, kepulauan, tanjung, semenanjung, gunung bawah laut (seamount), palung. Unsur buatan manusia adalah unsur berupa infrastruktur yang merupakan fasilitas umum, sosial, ekonomi dan budaya. Contoh, antara lain: bandara, bendungan, waduk, jembatan, terowongan, mercu suar, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan hutan, candi, tugu. Unsur administrasi adalah wilayah fungsional dari instansi pemerintahan, dengan batas administrasi yang jelas. Contoh, antara lain: desa, kecamatan, kota, kabupaten, provinsi. Setiap tempat di dalam rupabumi mempunyai nama tersendiri. Nama Rupabumi adalah nama diri dari unsur rupabumi. Nama Unsur Rupabumi terdiri dari 2 elemen, yaitu elemen generik dan elemen spesifik. Elemen generik adalah nama yang menerangkan dan/atau menggambarkan bentuk umum suatu unsur rupabumi dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah, sebagai contoh: sungai (dalam Bahasa Indonesia), krueng (sungai dalam bahasa Aceh), bulu (gunung dalam bahasa Bugis), dolok ( gunung dalam bahasa Batak). Elemen spesifik adalah nama diri dari elemen generik yang sudah disebutkan sebelumnya, sebagai contoh: Merapi adalah nama spesifik dari elemen generik yang berupa gunung, Bogor adalah nama spesifik dari elemen generik yang berupa wilayah administrasi kota. Endonim adalah nama diri unsur rupabumi dalam bahasa resminya. Contoh : Nederland, New Zealand , Jakarta, Bandung, Wina. Sedangkan Eksonim adalah nama diri unsur rupabumi dalam bahasa Indonesia untuk sebuah nama diri unsur rupabumi yang berada di luar Halaman 32 dari 55
Indonesia. Contoh: Negeri Belanda adalah eksonim Bahasa Indonesia untuk Nederland dan Selandia Baru eksonim dalam Bahasa Indonesia uuntuk New Zealand. Rupabumi Kota Tangerang dibentuk oleh unsur alami dan buatan. Yang dimaksud denganunsur alami adalah unsur-unsur bentuk bumi yang telah ada tanpa adanya campur tangan manusia dalam terbentuknya unsur tersebut. Sebagai contoh adalah gunung, sungai, danau/waduk alami, pulau, laut, tanjung. Sedangkan unsur buatan dapat terdiri atas jalan, jembatan, dll.
3.1.UNSUR 3.1. UNSUR ALAMI
Sungai yang melintasi di Kota Tangerang adalah sungai sungai Cidurian, Cisadane, Cirarap, Sabi dan Angke, serta beberapa situ, yakni Situ Cipondoh, Situ Bubulak dan Situ Cangkringan Sungai ini memiliki panjang…… panjang…… KM. Dengan anak sungai yang bercabang sebanyak buah. Sungai Cisadane berasal dari kata Ci Sadane yang merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa yang bermuara ke Laut Jawa. Hulu sungai ini berada di Gunung Salak, melintas di sisi barat Kabupaten Bogor, terus ke arah Kabupaten Tangerang. Ci Sadane pada bagian hilir cukup lebar dan dapat dilayari oleh kapal kecil. Pada abad ke-16 Tangerang telah menjadi salah satu pelabuhan yang berada di tepi sungai ini (disebut oleh Tome Pires sebagai Tamgaram), namun kemudian kalah oleh perkembangan Banten dan Batavia. Dalam tata bahasanya Ci disebut dengan Sungai. Ci adalah penggunaan bahasa lokal/budaya setempat. Memiliki makna yang sama namun asal bahasa yang berbeda seperti Air, Ai, Kali, Batang, Wai, Brang, Jeh, Nanga, Krueung, Ie, dll. 3.2.
UNSUR BUATAN
Unsur buatan didalam pembentukan rupa bumi sangat berperan, terutama di wilayah Kota Tangerang. Dengan perkembangan penduduk yang sangat tinggi kepadatan penduduknya sudah mencapai 9572/km2 pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 Halaman 33 dari 55
mencapai 1.531.666 jiwa. Dengan bertambahnya penduduk tentu kebutuhan terhadap sarana dan prasarana kota Tangerang juga bertambah dan merubah bentuk rupabumi Kota Tangerang. Apalagi dengan fungsi dan peran Kota Tangerang dalam konstelasi pengembangan Jakarta-Bogor-Tangerang-Depok-Bekasi (JABODETABEK). Unsur-unsur yang membentuk rupabumi Kota Tangerang terdiri atas berbagai unsur diantaranya ; 1) Garis pantai;
t. Bending/bendungan
2) Laut;
u. Penahan ombak
a. Kontur laut
v. Pelabuhan internasional
b. Batu karang
w. Pelabuhan nasional
c. Terumbu
x. Pelabuhan lokal
d. Beting karang
3) Permukiman;
e. Penahan ombak
a. Daerah permukiman
f. Dermaga
b. Ibukota Negara
g. Menara suar
c. Ibukota provinsi
h. Stasiun pasang surut
d. Ibukota kabupaten
i.
Sungai
e. Kota lainnya
j.
Terusan, saluran air
k. Danau l.
Waduk atau bendungan
4) Bangunan; 5) Kantor Pemerintahan; a. Provinsi
m. Mata air
b. Kabupaten/Kota
n. Sungai musiman
c. Kecamatan
o. Air terjun
d. Kelurahan
p. Jeram
6) Fasilitas umum;
q. Rawa
a. Pendidikan
r. Empang/tambak
b. Rumah sakit
s. Penggaraman
c. Polisi Halaman 34 dari 55
d. Pasar
17) Kawat tegangan tinggi
e. Pelayanan pos
18) Pipa bahan bakar
7) Tempat peribadatan;
19) Pipa gas
a. Masjid
20) Jaringan penghubung;
b. Gereja
a. Jalan tol
c. Vihara
b. Jalan arteri
d. Pura
c. Jalan kolektor
8) Tempat Pemakaman;
d. Jalan local
a. Tempat pemakaman umum
e. Jalan lain
b. Taman makam pahlawan
f. Jalan setapak
c. Islam
g. Jalan kereta api
d. Kristern
h. Bandar udara
e. Cina
i.
Pelabuhan
9) Pembangkit Listrik;
j.
Terowongan
a. PLTA b. PLTU
k. Bandar udara perintis 21) Batas administrasi;
c. PLTD
a. Batas Negara
d. PLTN
b. Batas provinsi
10) Bangunan bersejarah
c. Batas kabupaten/kota
11) Menara
d. Batas kecamatan
12) Tempat menarik (pariwisataa)
e. Batas desa
13) Tambang
f. Batas landasan kontinen,
14) Menara air 15) Tangki bahan bakar
belum diratifikasi g. Maksimum batas landasan
16) Sumber/sumur;
kontinen
a. Sumber alam gas
h. Batas ZEE
b. Sumber air panas
i.
Batas ZEE Indonesia
c. Sumber bahan bakar
j.
Batas laut territorial
Halaman 35 dari 55
k. Batas
l.
laut
territorial
24) Sawah tadah hujan
kesepakatan
25) Kebun/perkebunan
Batas laut territorial perlu
26) Hutan
kesepakatan
27) Semak belukar
22) Relief;
28) Tegal/lading
a. Titik tinggi
29) Rumput/tanah kosong
b. Kontur
30) Hutan rawa
c. Tebing
31) Galian
d. Bukit/gundukan
32) Pasir
e. tanggul
33) Pasir pasut
23) Sawah irigasi
a). Bandara Internasional Soekarno Hatta (SOETTA) Bandara Internasional Soekarno Hatta, merupakan unsur pembentuk wilayah rupabumi Kota Tangerang. Didalam gazetirnya unsur pelabuhan udara ini memiliki kode 11938 yang dikategorikan sebagai lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat pos, serta dilengkapi dengan fasilitas penerbangan Bandar udara. Bandar Udara Soekarno Hatta memiliki luas 18 km2 hampir sama dengan luas kecamatan yang ada di Kota Tangerang. b). Jalan Jalan merupakan pembentuk rupabumi unsur buatan,
ada banyak klasifikasi jalan
pembentuk rupabumi di wilayah Kota Tangerang. Diantaranya jalan Nasional dan Propinsi. Jalan Tol Sukarno-Hatta, Jalan Daan Mogot, Jalan Gatot Subroto, Jalan Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan negara yang menghubungkan Kota Tangerang dengan Kota Jakarta dan Kabupaten Tangerang dan diklasifikasikan sebagai jalan arteri primer. Jalan Cokroaminoto, Jalan M. Toha, Jalan Maulana Hasanudin, Jalan Kisamaun, Jalan Perintis Halaman 36 dari 55
Kemerdekaan, Jalan Raden Saleh dan Jalan Raden Patah yang menghubungkan Kota Tangerang dan Jakarta diklasifikasikan sebagai jalan arteri sekunder. Panjang jalan Kota Tangerang sekitar 555,6 km yang statusnya terdiri dari jalan negara, jalan propinsi dan jalan kota. Adapun panjang jalan berdasarkan klasifikasi fungsi jalan yang ada meliputi: 1) Arteri primer : 30,35 km 2) Kolektor primer : 71,65 km 3) Arteri sekunder : 27,46 km 4) Kolektor sekunder : 102,77 km 5) Lokal : 323,36 km
Halaman 37 dari 55
BAB 4 GAZETIR INSTANSI KOTA TANGERANG
Gazetir instansi kota tangerang yang disampaikan pada bab IV adalah detail mengenai informasi lengkap tentang nama, kode/jenis unsure, posisi/koordinat, informasi nama, dan nomor peta, pengucapan, asal bahasa, genealogi/sejarah, aksessibilitas. 4.1 GAZETIR INSTANSI PUSAT PEMERINTAH KOTA TANGERANG
Tabel Gazetir Lokasi Instansi Pusat Pemerintah Kota Tangerang
No
Nama Gedung Pemerintah
a
b
1
Kantor Dinas Kesbanglinmas
2
Dinas Ketenagakerjaan
3
Sekretariat DPRD Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata Dan
4 5
Alamat c Jl. Nyi Mas Melati, Sukarasa, Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan No.1 Cikokol Tangerang
Kecamatan/ Kelurahan
Kode Pos
Kode/Jenis Unsur
d
e
f
Tangerang
Posisi Koordinat Geografis g
Kajian Genealogi
No Peta
Pengucapan
Asal bahasa
h
i
j
k
15111
Jl. KS Tubun No.1 Gd Halaman 38 dari 55
No a
Nama Gedung Pemerintah b Kebudayaan
6
Sekretariat Kpu Kota Tangerang
7
Sekretariat Korpri Kota Tangerang
8
Kantor Litbang Dan Statistik
9
Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Keluarga Berencana (BPMKB )
10
Dinas Pemadam Kebakaran
11
Kantor Arsip Daerah
12
Kantor Perpustakaan Umum Daerah
Alamat c Cisadane Lantai IV Jl. Nyimas Melati NO. 16 Kota Tangerang Gd. Puspem lantai V Jl. Satria Sudirman No. 1 Kota Tangerang Gd. Puspem lantai IV Jl. Satria Sudirman No. 1 Kota Tangerang Gd. Cisadane Lt. IV Jl. KS. Tubun No. 1 Kota Tangerang Jl. KS Tubun No.96 A Kota Tangerang Jl. Jend Ahmad Yani No. 7 Kota Tangeang Jl. Perintis Kemerdekaan
Kecamatan/ Kelurahan
Kode Pos
Kode/Jenis Unsur
d
e
f
Tangerang
15111
Tangerang
15111
Tangerang/ Suka Asih
15111
Karawaci
15112
Karawaci
15112
Tangerang/ Suka Asih
15111
Tangerang/ Cikokol
15117
Posisi Koordinat Geografis g
Kajian Genealogi
No Peta
Pengucapan
Asal bahasa
h
i
j
k
Halaman 39 dari 55
No
Nama Gedung Pemerintah
a
b
13
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT)
14
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
15
Satuan Polisi Pamong Praja
16
Dinas Informasi Dan Komunikasi
17
Dinas Perhubungan
18
Dinas Sosial
19
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Dan Koperasi
Alamat c No. 1 Cikokol Tangerang Gd. Puspem Lt I Jln.Satria Sudirman No. 1 Kota Tangerang Jl. KS.Tubun No. 1 Gd. Cisadane Lt. 2 Kota Tangerang Jl. Daan Mogot No.67 Kota Tangerang Jl. Satria Sudirman.n0 1.Gedung Puspem Lt.IV Kota Tangerang Jl.Sintanala No. 1 Kota Tangerng Jl. Perintis Kemerdekaan No. 1 Cikokol Tangerang Gd. Puspem Lt III Jln.Satria
Kecamatan/ Kelurahan
Kode Pos
Kode/Jenis Unsur
d
e
f
Tangerang/ Suka Asih
15111
Karawaci
15112
Tangerang/ Suka Asih
15111
Tangerang/ Suka Asih
15111
Neglasari
15121
Tangerang/ Suka Asih
15111
Posisi Koordinat Geografis g
Kajian Genealogi
No Peta
Pengucapan
Asal bahasa
h
i
j
k
Halaman 40 dari 55
No
Nama Gedung Pemerintah
a
b
20
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Bplh )
21
Dinas Kesehatan
22
Dinas Pendidikan
23
Dinas Pertanian
24
Dinas Tata Kota
25
Dinas Pekerjaan Umum (PU)
26
Sekretariat Daerah
Alamat c Sudirman No. 1 Kota Tangerang Gd. Puspem lantai IV Jl. Satria Sudirman No. 1 Kota Tangerang Jl. Daan Mogot No. 69 Kota Tangerang Jl. KS Tubun No 1 Gd. Cisadane Lt 2 Tangerang Jl. KS Tubun No.1 Kota Tangerang Gd. Puspem Lt 3 Jln.Satria Sudirman No. 1 Kota Tangerang Jl. KS. Tubun No. 96 Rt. 01/04 Kel. Koang Jaya Karawaci. Gd. Puspem Jl. Satria
Kecamatan/ Kelurahan
Kode Pos
Kode/Jenis Unsur
d
e
f
Tangerang/ Suka Asih
15111
Tangerang/ Suka Asih
15111
Karawaci
15112
Karawaci
15112
Benda
15123
Karawaci
15112
Tangerang
15111
Posisi Koordinat Geografis g
Kajian Genealogi
No Peta
Pengucapan
Asal bahasa
h
i
j
k
Halaman 41 dari 55
No
Nama Gedung Pemerintah
a
b
27
Bappeda
28
Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD)
29
Badan Kepegawaian Pendidikan Dan Pelatihan (BKPP)
30
Inspektorat
Alamat c Sudirman No. 1 Gd. Puspem lantai IV Jl. Satria Sudirman No. 1 Jl. Satria Sudirman No. 1 Gedung Puspem Lt.1 Jl. KS Tubun No.1 Gd Cisadane Lantai III Jl. KS Tubun No. 40 Pintu Air 10, Kel. Koang Jaya, Kec. Karawaci
Kecamatan/ Kelurahan
Kode Pos
Kode/Jenis Unsur
d
e
f
Tangerang
15111
Tangerang
15111
Karawaci
15112
Karawaci
15112
Posisi Koordinat Geografis g
Kajian Genealogi
No Peta
Pengucapan
Asal bahasa
h
i
j
k
Halaman 42 dari 55
3.2 GAZETIR LOKASI INSTANSI PEMERINTAH KECAMATAN
Tabel Gazetir Lokasi Instansi Pemerintah Kecamatan Kota Tangerang
No a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Kecamatan b Tangerang Karawaci Jatiuwung Cibodas Periuk Neglasari Batu Ceper Benda Cipondoh Pinang Ciledug Larangan Larantengah
Nama Kantor Kecamatan
Kode/Jenis Unsur
Kajian Genealogi
c
d
e
Posisi Koordinat Geografis f
No Peta
Pengucapan
Asal Bahasa
g
h
i
Halaman 43 dari 55
3.3 GAZETIR LOKASI INSTANSI PEMERINTAH KELURAHAN
Tabel Gazetir Lokasi Instansi Pemerintah Kelurahan Kota Tangerang No
Nama Kecamatan
a 1 1.1 1.2
b Tangerang
Nama Kelurahan
Nama Kantor Kelurahan
c
d
Suka Asih Sukarasa Cikokol
1.3
Kelapa Indah
1.4
Babakan
1.5 1.6
Sukasari Buaran Indah
1.7
Tanah Tinggi
2 2.1
Karawaci
Koang Jaya Nambo Jaya
Kajian Genealogi
e suka mengasihi
Cikokol adalah air tempat tumbuhan pakis tumbuh Gabungan dari nama buah dan sifat Berasal dari kata "Ngebabakan" membuka kampung baru nama daerah Nama permukaan bumi dan nama sifat Koang adalah layang-layang hias Nambo berarti dasar sungai tua yang sudah ditinggalkan. Artinya sungainya sudah berpindah Artinya, sungainya sudah berpindah aliran. Jadi nama tempat yang memakai kata
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
f
g 15111 15111 15117
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
Asal Bahasa
i
j
k Indonesia Indonesia Sunda
15117
Indonesia
15118
Sunda
15118 15119 15119
Indonesia Tidak diketahui Indonesia
15112
Betawi
15112
Sunda
Halaman 44 dari 55
No
Nama Kecamatan
Nama Kelurahan
Nama Kantor Kelurahan
Kajian Genealogi
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
a
b
c
d
e nambo, pastilah daerahnya lebih rendah dari tempat di sekitarnya
f
g
2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Pabuaran Tumpeng Pasar Baru Bugel Gerendeng Marga Sari
2.7 2.8 2.9 2.10
Suka Jadi Cimone Pabuaran Sumur Pancing (Pacing) Bojong Jaya Karawaci Cimone Jaya Karawaci Baru Nusa Jaya Alam Jaya Keroncong Pasir Jaya Jatake Manis Jaya Gandasari Jatiuwung Cibodas Cibodas Baru Cibodas Sari Uwung Jaya
2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 4 4.1 4.2 4.3 4.4
Jatiuwung
Cibodas
Marga adalah sekumpulan dusun
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
Asal Bahasa
i
j
k
15112 15112 15113 15113 15113 15113 15114 15114 15114
Bojong bkn bhs ind Karawaci bkn bhs ind
15115 15115 15116 15116 15116 15133 15134 15135 15136 15136 15137 15134 15138 15138 15138 15138 Halaman 45 dari 55
No
Nama Kecamatan
a 4.5
b
5
Periuk
Nama Kelurahan
c Panunggangan Barat Periuk
5.1 5.2
Periuk Jaya Gebang Raya
5.3 5.4 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 8 8.1
Sangiang Jaya Gembor Karang Anyar Karang Sari Selapajang Jaya Kedaung Baru Kedaung Wetan Mekar Sari Neglasari Batu Jaya Batu Sari Batu Ceper Kebon Besar Poris Gaga Poris Gaga Baru Poris Jaya Belendung Jurumudi
Neglasari
Batu Ceper
Benda
Nama Kantor Kelurahan
Kajian Genealogi
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
d
e
f
g 15139
Periuk adalah alat untuk menanak nasi, dibuat dr tanah atau logam Gebang adalah jenis palem yg tingginya dapat mencapai 15-20 m, hati batangnya dapat digunakan untuk makanan babi; Corypha utan
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
Asal Bahasa
i
j
k
15131
15131 15132
15132 15133 15121 15121 15127 15128 15128 15129 15129 15121 15121 15122 15122 15122 15122 15122 15123 15124 Halaman 46 dari 55
No
Nama Kecamatan
a 8.2 8.3 8.4 9 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5
b
9.6 9.7 9.8 9.9 10 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8
Cipondoh
Pinang/ Penang
Nama Kelurahan
c Jurumudi Baru Benda Pajang Poris Plawad Poris Plawad Indah Poris Plawad Utara Gondrong Kenanga Ketapang
Nama Kantor Kelurahan
Kajian Genealogi
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
d
e
f
g 15124 15125 15126 15141 15141 15141 15146 15146 15147
pohon besar, daunnya lebar, buahnya bertempurung keraskulitnya untuk menyamak kulit, bijinya dapat dibuat minyak
Petir Cipondoh Cipondoh Indah Cipondoh Makmur Cipete
15147 15148 15148 15148 15142
Pakojan Panunggangan Panunggangan Timur Panunggangan Utara Kunciran Kunciran Indah Kunciran Jaya Nerogtog
15142 15143 15143
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
Asal Bahasa
i
j
k
Indonesia
15143 15144 15144 15145 15145 Halaman 47 dari 55
No
Nama Kecamatan
a 10.9
b
10.10 11 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 12 12.1 12.2 12.3
12.4 12.5 12.6 12.7 13
Nama Kelurahan
Nama Kantor Kelurahan
Kajian Genealogi
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
c
d
e Pinang adalah umbuhan berumpun, berbatang lurus spt lilin, tangkai daun yg melekat pd batang berbentuk spt lembaran kulit, buah yg tua berwarna kuning kemerah-merahan untuk kawan makan sirih dsb
f
g 15145
Pinang
Ciledug
Larangan
Karangtengah
Sudimara Pinang Sudimara Barat Sudimara Jaya Sudimara Selatan Sudimara Timur Tajur Paninggilan Paninggilan Utara Parung Serab Gaga Larangan Indah Larangan Selatan Larangan Utara
Cipadu Cipadu Jaya Kreo Kreo Selatan Karang Mulya
Tajur adalah tampak memanjang
Gaga adalah ladang
Larangan adalah perintah (aturan) yg melarang suatu perbuatan Cipadu nama daerah Kreo nama daerah
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
i
j
Asal Bahasa
k Indonesia
15151 15151 15151 15151 15152 15153 15153 15153 15154 15154 15154 15154
15155 15155 15156 15156 15157
Indonesia
Indonesia
Indonesia Indonesia
Halaman 48 dari 55
No
Nama Kecamatan
a 13.1 13.2 13.3 13.4 13.5 13.6
b
Nama Kelurahan
c Karang Tengah Karang Timur Pondok Pucung Padurenan Parung Jaya Pondok Bahar
Nama Kantor Kelurahan
Kajian Genealogi
Posisi Koordinat Geografis
Kode Pos
d
e
f
g 15157 15157 15158 15159 15159 15159
Pedurenan nama daerah Parung adalah jeram
Kode/ Jenis Unsu r h
No Peta
Pengu capan
Asal Bahasa
i
j
k
Sunda Indonesia
Halaman 49 dari 55
BAB 5 PENUTUP
Sejalan dengan perkembangan Kota Tangerang selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yang cukup dinamis, telah mendorong adanya
pemekaran wilayah yang bertujuan untuk
mengefektifitkan pelayanan publik secara maksimal. Pada satu sisi dinamika pengembangan wilayah (pemekaran) dapat mendorong pelayanan publik yang baik. Namum, pada sisi lain akan berimbas kepada berubahnya pola dan nama pengadministrasian wilayah yang merupakan dampak langsung dari pergantian administrasi kepemerintahan daerah beserta jajaran dibawahnya, dalam hal pemekaran wilayah di kabupaten kota, dengan terbentuknya wilayah administratif kecamatan dan kelurahan baru. Kondisi tersebut tentu akan memerlukan pola dan nama pengadministrasian wilayah kecamatan dan kelurahan yang baru pula. Pemberian dan pembakuan nama unsur geografis di wilayah kabupaten dan kota ini menjadi suatu pekerjaan yang sangat penting untuk dilaksanakan karena merupakan suatu titik akses langsung dan intuitif terhadap sumber informasi lain, yang dapat membantu untuk pengambilan keputusan bagi para pembuat kebijakan serta membantu kerjasama diantara organisasi di tingkat kabupaten dan kota maupun tingkat nasional. Penamaan rupabumi suatu daerah kabupaten kota harus memiliki keunikan yang menunjukan identitas daerah, letak geografis yang pasti dan memiliki batas wilayah yang jelas. Tanpa adanya pembakuan dalam penggunaan nama rupabumi, akan terjadi kerancuan dan kekacauan pada alur sistem kepemerintahan di daerah dan pada kehidupan sosial dan ekonomi di masyarakat. Untuk itu informasi mengenai nama rupabumi atau gasetir secara terus menerus direvisi karena merupakan acuan untuk berbagai keperluan. Gasetir dapat berupa gasetir singkat (concise gazetteer),yaitu gasetir yang memuat informasi unsur rupabumi secara singkat seperti nama, kode/jenis unsur, posisi/koordinat,informasi nama dan nomor peta. Sedangkan gasetir lengkap(complete gazetteer) memuat informasi unsur Halaman 50 dari 55
rupabumi secara lengkap seperti nama, kode/jenis unsur,posisi/koordinat, informasi nama dan nomor peta, pengucapan, asal bahasa, genealogi/sejarah, aksesibilitas, potensi dan informasi lain. Jika diperlukan dapat ditambah dengan informasi relevan lain yang lebih detil. Laporan kajian dan pemetaan rupabumi ini, belum sempurna dan masih diperlukan kegiatan surveI untuk mendapatkan informasi spasial dan non spasial termasuk kajian sejarah, pengucapan,
asal
kata
dan
informasi
lainnya
yang
sangat
mendukung
dalam
mempertahankan nama dan makna sejarah dibaliknya. Diharapkan laporan kajian ini menjadi awal nota penetapan pembakuan nama rupabumi khusus instansi pemerintah di Kota Tangerang. Dengan demikian dapat segera ditandatangani oleh kepala pemerintahan yaitu walikota. Kelanjutan dari pekerjaan ini adalah membuat program/kegiatan yang sama untuk rupabumi lainnya agar lengkap dan terintegrasi dengan baik didalam system data base di dinas terkait.
Halaman 51 dari 55
LAMPIRAN DAFTAR UNSUR RUPABUMI
DAFTAR UNSUR RUPABUMI SKALA 1:25.000 DAN 1:50.000
No a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Unsur b Bangunan Bersejarah Batas Desa Batas Kecamatan Batas Kodya/Kabupaten Batas Negara Batas Propinsi Batu Karang Bendungan Beting karang Budaya Bukit Pasir Daerah Administrasi lainnya Danau Dermaga Empang Garis Kontur Garis Pantai Gereja Gereja Ibu Kota Kecamatan Ibu Kota Kabupaten Ibu Kota Propinsi Jalan arteri dua jalur Jalan arteri satu jalur Jalan kereta api rangkap Jalan kereta api tunggal Jalan kolektor Jalan lain Jalan layang Jalan lokal Jalan lori
Tema c Gedung dan bangunan umum Administrasi Administrasi
Jenis d Titik Linier Linier
Kode e 116.200 550.000 540.000
Administrasi
Linier
530.000
Administrasi Administrasi Hidrologi Gedung dan bangunan lain Hidrologi Gedung dan bangunan umum Hidrologi
Linier Linier Areal Linier Areal Titik Areal
510.000 520.000 632.100 124.600 632.300 116.000 634.500
Toponimi
Titik
945.000
Hidrologi Komunikasi Hidrologi Garis Kontur Garis Pantai Gedung dan bangunan umum Toponimi Toponimi Toponimi Toponimi Komunikasi
Areal Areal Areal Linier Linier Titik Titik Titik Titik Titik Linier
620.000 211.000 634.200 Tinggi 631.100 112.120 112.120 933.000 934.000 931.000 932.000 221.120
Komunikasi
Linier
221.110
Komunikasi
Linier
222.100
Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi
Linier Linier Linier Linier Linier
222.200 221.200 221.500 221.700 221.300 Halaman 52 dari 55
No a 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Unsur b Jalan setapak Jembatan Jembatan Jembatan titian Kabuapten/Kodya Kantor Bupati Kantor Camat Kantor Gubernur Kantor Lurah/Kepala Desa Kantor Pemerintah Kantor Polisi Kantor Pos Kantor telepon Kantor walikota Kawat listrik teganggan tinggi Kawat telepon;telegram Kecamatan Kota lainnya Kuburan Kuburan Cina Kuburan Hindu Kuburan Islam Kuburan Kristen Lapangan Terbang Mata air Menara Menara suar Mesjid Nama unsur lainnya Pasar Pasir pantai Pelabuhan antar pulau Pelabuhan nelayan Pelabuhan samudra Pemukiman Penahan ombak Pengaraman Perairan Perairan lainnya Perhentian Pertambangan dan energi
Tema c Komunikasi Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan lain Toponimi Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum
Jenis d Linier Titik Titik Titik Titik Titik Titik
Kode e 222.300 221.600 241.400 943.000 113.300 113.400 113.100
Gedung dan bangunan umum
Titik
113.500
Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum
Titik Titik Titik Titik Titik
113.000 111.100 115.200 115.300 113.200
Utiliti
Linier
710.000
Utiliti
Linier
720.000
Toponimi Toponimi Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan umum Komunikasi Hidrologi Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan umum Toponimi Gedung dan bangunan umum Hidrologi
Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Areal Titik
944.000 935.000 112.200 112.230 112.240 112.210 112.220 231.000 616.000
Titik
124.100
Titik Titik Titik Titik Areal
124.400 112.110 112.110 951.000 114.100 634.300
komunikasi
Areal
213.000
Komunikasi Komunikasi Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan lain Hidrologi Toponimi Toponimi Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan terbatas
Areal Areal
214.000 212.000
Areal
121.000
Linier Areal Titik Titik Titik
124.500 634.400 911.000 912.000 245.000
Titik
123.000
Halaman 53 dari 55
No a 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Unsur b Pipa air Pipa bahan bakar Pipa gas PLTA PLTD PLTN PLTU Propinsi Pura Rawa Rumah Sakit/Puskesmas Rumah terpencar Relief Relief lainnya Sekolah Sipon/gorong-gorong Social Stasiun pasang surut Stasiun Sumber air panas Sumber gas alam Sumur bahan bakar
93 94 95 96 97 98
Sungai Sungai lebar Sungai lebar musiman Sungai musiman Talang
99 100
Tambangan
101 102 103 104 105
Tambang
Tangki air Tangki bahan bakar Tempat yang menarik Terminal Bis Terowongan Terumbu
Tema c Utiliti Utiliti Utiliti Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Toponimi Gedung dan bangunan umum Hidrologi Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan terbatas Toponimi Toponimi Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Hidrologi Hidrologi Hidrologi Hidrologi Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan terbatas Gedung dan bangunan umum Gedung dan bangunan lain Komunikasi Hidrologi
Jenis d Linier Linier Linier
Kode e 750.000 730.000 740.000
Titik
123.500
Titik
123.700
Titik
123.800
Titik
123.600
Titik Titik Areal
942.000 112.130 634.100
Titik
115.100
Titik
121.100
Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
192.100 922.000 116.100 241.500 115.000 115.000 124.700 244.000
Titik
123.400
Titik
123.300
Titik
123.200
Linear Areal Areal Linier Titik
610.000 610.100 613.010 613.000 247.000
Titik
123.100
Titik
242.000
Titik
124.200
Titik
124.300
Titik Titik Linier Areal
116.300 246.600 248.000 632.200 Halaman 54 dari 55
No a 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
Unsur b Terusan/saluran air Titik astronomi Titik gaya berat Titik gps Titik tinggi Titik tinggi godesi Titik triangulasi Titik triangulasi primer Titik triangulasi sekunder Titik triangulasi tersier Tonggak kilomter vihara
Tema c Hidrologi Titik kontrol Titi kontrol Titi kontrol Titi kontrol Titik kontrol Titi kontrol Titi kontrol
Jenis d Linier Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
Kode e 614.000 423.000 426.000 424.200 Nilai 425.000 422.000 422.100
Titi kontrol
Titik
422.200
Titi kontrol Gedung dan bangunan lain Gedung dan bangunan umum
Titik Titik Titik
422.300 243.000 112.140 112.140
Halaman 55 dari 55