PPG PRAJABATAN TEKNIK KIMIA UNILA
BAHAN AJAR Analisis Proximat : Karbohidrat Penentuan kadar gula dengan metode Luff Schoorl – sebelum inversi
Ratna Manika
2017/2018
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mengonsumsi karbohidrat. Salah satu yang termasuk karbohidrat ialah gula (sukrosa). Dipandang dari segi kesehatan, tubuh manusia memerlukan beberapa kadar gula untuk tetap sehat, namun tidak boleh berlebih karena dapat menimbulkan penyakit. Pernahkah anda amati berapa kandungan gula dari makanan atau minuman yang anda konsumsi? Pada produk kemasan yang mumpuni, di kemasan pasti terdapat label komposisi dari produk. Sebagai calon teknisi kimia, kita harus dapat memahami bagaimana cara mendapatkan data komposisi tersebut agar dapat mengetahui mutu suatu produk. Oleh karenanya sangat diperlukan pemahaman mengenai teknik analisis suatu zat dalam suatu sampel. Selain itu, pada makanan atau minuman non kemasan juga dapat diketahui kadar suatu zat di dalamnya. Penentuan gula (karbohidrat) dapat dilakukan dengan cara konvensional dan instrumental. Cara konvensional dapat dilakukan dengan metode Luff Schoorl, sedangkan cara instrumental dapat dilakukan dengan Nelson Somogyi. Pada bahan ajar ini lebih berfokus pada metode Luff Schorl.
Indikator Penca aian Kom etensi 1. Menjelaskan gula inversi 2. Menjelaskan prinsip analisis gula sebelum inversi dengan metode Luff Schoorl 3. Menuliskan reaksi yang terjadi pada penentuan kadar gula sebelum inversi 4. Mengidentifikasi kondisi fisik dan sifat sampel yang akan diuji 5. Menerapkan perhitungan pada standarisasi larutan baku 6. Menerapkan perhitungan-perhitungan pada penentuan kadar gula sebelum inversi a) Menerapkan perhitungan penentuan selisih mL Na 2S2O3 pada blangko dan sampel b) Menerapkan perhitungan penentuan mg gula menggunakan tabel ekivalen Na 2S2O3 pada metode Luff Schoorl c) Menerapkan perhitungan penentuan kadar gula sebelum inverse 7. Mendeteksi faktor-faktor kesalahan yang terjadi saat percobaan
Tujuan Buku ajar ini disusun agar siswa dapat: 1. Memahami prinsip metode Luff Schoorl 2. Menentukan kadar gula sebelum inversi dalam sampel dengan metode Luff Schoorl
Petunjuk Penggunaan Petunjuk penggunaan buku ajar ini adalah sebagai berikut : 1. Setiap siswa harus membaca buku ajar ini dengan seksama. 2. Gunakan bahan ajar ini untuk menggunakan atau mencari informasi singkat tentang materi dan urutan materi 3. Bahan ajar ini perlu dilengkapi dengan media pembelajaran yang interaktif untuk menunjang bahan ajar ini 4. Bahan ajar ini perlu dilengkapi dengan LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik) dan panduan praktikum
E itome
Analisis Karbohidrat
Analisis Gula (Sukrosa) cara
Metode konvensional
Metode instrumental
Metode Luff Schoorl
Metode Nelson Somo
Tahap
Sebelum Inversi
Penentuan kadar gula sebelum inverse dalam suatu sam el
Sesudah Inversi
i
Pendahuluan
S
ukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk kedalam golongan
karbohidrat. Sukrosa adalah disakarida yang apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa. Sukrosa memiliki peranan penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam. Sirup merupakan merupakan salah satu minuman dengan berbagai rasa, umumnya rasa manis, sifatnya mudah larut dalam air, serta mempunyai warna dan aroma yang menarik. Sirup pada dasarnya adalah campuran dari gula atau gula invert, air, perasa dan pewarna. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sukrosa dapat menyebabkan kerusakan gigi karena bahan bakar bakteri yang menghasilkan plak yang menyebabkan gigi berlubang.
Mengonsumsi
sukrosa
dan
makanan/minuman
manis lainnya dapat
meningkatkan risiko gigi berlubang dan masalah gigi lainnya. Selain itu, sukrosa dan gula lain sering ditambahkan ke dalam makanan olahan untuk meningkatkan rasa, meningkatkan kalori tetapi bukan zat gizi yang sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan. Penentuan kadar sukrosa dapat dilakukan dengan metode konvensional dan instrumental. Pengukuran kadar gula (sukrosa) secara instrumental dilakukan dengan metode Nelson Somogyi menggunakan spektrofotometer. Pengukuran kadar gula (sukrosa) secara konvensional dilakukan dengan metode Luff Schoorl. Dalam bahan ajar ini fokus pada penentuan kadar gula dengan metode Luff Schoorl. Metode ini merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan volumetri atau titrimetri (iodometri).
A. Karbohidrat
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (0). Perbandingan antara hidrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2 : 1 seperti halnya dalam air, oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula uum karbohidrat adalah C nH2nOn. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu karbohidrat
monosakarida,
disakarida,
dan
polisakarida.
Molekul
paling sederhana yang tidak terikat pada karbohidrat lain dinamakan gula
sederhana atau monosakarida. Disakarida adalah senyawa yang terdiri dari dua monosakarida terikat, sedangkan polisakarida adalah rantai panjang yang tersusun dari banyak monosakarida. Gula secara kimia dapat diartikan sebagai senyawa karbohidrat yang memberikan rasa manis. Senyawa karbohidrat yang termasuk gula adalah : a. Monosakarida, terdiri : glukosa, fruktosa dan galaktosa dengan rumus molekul C 6H12O6. b. Disakarida atau oligosakarida ,terdiri : sukrosa., maltosa dan laktosa. Dengan rumus molekul C12H22O11, ketiganya masing-masing monosakarida dan disakarida adalah merupakan isomer satu sama lainnya B. Gula (Sukrosa)
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau tebu. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran dan madu. Bila dicernakan atau dihirolisis, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa. Pada pembuatan sirup sebagian sukrosa (gula pasir) akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert . Sukrosa tidak memiliki sifat-sifat mereduksi, karena itu untuk menentukan kadar sukrosa harus dilakukan inversi terlebih dahulu menjadi glukosa dan fruktosa. Gula invert secara alami terdapat di dalam madu dan rasanya lebih manis daripada sukrosa (Almatsier, 1998). Sifat-sifat sukrosa yaitu: 1. Kenampakan dan kelarutan, semua gula berwarna putih, membentuk kristal yang larut dalam air. 2. Rasa manis, semua gula berasa manis, tetapi rasa manisnya tidak sama. 3. Hidrolisis, disakarida mengalami proses hidrolisis menghasilkan monosakarida. Hidrolisis sukrosa juga dikenal sebagai inversi sukrosa dan hasilnya berupa campuran glukosa dan fruktosa disebut “gula invert”. Inversi dapat dilakukan baik dengan memanaskan sukrosa bersama asam atau dengan menambahkan enzim invertase. 4. Pengaruh panas, jika dipanaskan gula akan mengalami karamelisasi. 5. Sifat mereduksi, semua monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa berperan sebagai agen pereduksi dan karenya dikenal sebagai gula reduksi Berdasarkan literatur, bentuk sukralosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan dengan hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa di mana glukosa memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa memutar cahaya polarisasi ke kiri. Karena fruktosa mempunyai rotasi spesifik lebih besar daripada glukosa
maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis memutar ke kiri. Maka dari itu, langkah pertama yang dilakukan adalah proses hidrolisis dengan HCl 3% hingga diperoleh pH 2-3. Pada proses hidrolisis, terjadi perubahan sudut putar, mula-mula ke kanan menjadi ke kiri sehingga disebut juga inversi. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert. Sukrosa
adalah
disakarida
(mempunyai
dua
Gambar1. Struktur Sukrosa
monosakarida) yairu glukosa dan fruktosa. Ia mempunyai rumus empiris: C 12H22O11. Proses pemecahannya disebut Hidrolisis (penguraian oleh air). Hidrolisis sukrosa oleh asam atau enzim menghasilkan gula invert, yaitu campuran glukosa dan fruktosa dalam jumlah mol yang sama. Reaksi hidrolisis sukrosa adalah C12H22O11 + H2O Sukrosa
C6H12O6 + C6H12O6 Glukosa Fruktosa
Sukrosa memiliki fungsi positif dan negatif bagi tubuh. Adapun fungsi positif sukrosa bagi tubuh,
tubuh
pengguna
menggunakan
yang lain,
sukrosa
karbohidrat
sebagai
yang lebih
bahan
bakar untuk
energi,
seperti
kompleks. Selama pencernaan, tubuh
memecah karbohidrat seperti pati, serat dan sukrosa menjadi glukosa molekul gula. Ketika glukosa memasuki usus, itu diserap ke dalam aliran darah dan kemudian dibawa ke dalam sel tubuh, di mana ia diubah menjadi energi. Sukrosa alami, seperti yang ditemukan dalam buah, belum tentu buruk. Sedangkan fungsi negatif sukrosa bagi tubuh menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sukrosa dapat menyebabkan kerusakan gigi karena bahan bakar bakteri yang menghasilkan plak yang menyebabkan gigi berlubang. Mengonsumsi sukrosa dan makanan manis lainnya dapat meningkatkan risiko gigi berlubang dan masalah gigi lainnya. Selain itu, sukrosa dan gula lain sering ditambahkan ke dalam makanan olahan untuk meningkatkan rasa, meningkatkan kalori tetapi bukan zat gizi yang sebenarnya. Hal ini dapat men yebabkan penambahan berat badan C. Sirup (sampel)
Menurut SNI 3544 (BSN, 2013), sirup merupakan produk minuman yang dibuat dari campuran air dan gula dengan kadar larutan gula minimal 65% dengan atau tanpa bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan sesuai ketentuan yang berlaku. Sirup memiliki kelarutan yang baik dalam air.
D. Analisa gula (sukrosa) – metode Luff Schoorl (Iodometri)
Analisis karbohidrat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif karena analisis kuantitatif tidak dapat berjalan sendiri tanpa didahului dengan analisis kualitatif yang memastikan apakah dalam sampel mengandung karbohidrat atau tidak dengan menggunakan pereaksi yaitu Reagen Luff Schoorl. Dilakukan setelah sampel di hidrolisi s dengan asam, jika menghasilkan endapan merah bata maka proses hidrolisis telah selesai dan karbohidrat terdeteksi dalam sampel. Penentuan kadar karbohidrat secara kuantitatif dilakukan melalui metode Luff-Schoorl dengan prinsip dasar tereduksinya kuprioksida (Cu 2+) menjadi kupro
⁺
oksida (Cu ) karena adanya gula pereduksi. Analisis kuantitatif karbohidrat dengan metode luff schoorl yaitu gula dalam sampel direaksikan dengan pereaksi luff schoorl berlebih, kelebihan luff dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat. Pada penetapan gula cara luff school yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kuproksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium thiosulfat. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini, mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan titrasi menggunakan Natrium thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan sudah berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna dari biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium thiosulfat dan banyaknya gula reduksi. Titrasi ini dikenal dengan titrasi iodometri. Analisis kadar gula pada bahan pangan ini bertujuan untuk menentukan apakah kandungan dalam kemasan sesuai tidak dengan kenyataan di masyarakat yang nantinya akan dapat diketahui mutu atau kualitas bahan pangan tersebut. Analisis kadar gula dengan metode ini terdiri atas analisis gula sebelum inversi dan sesudah inversi. Perbedaan keduanya yaitu pada gula sebelum inversi, gula (sampel) tidak dihidrolisis terlebih dahulu, sedangkan sesudah inverse sebelum dilakukan pengujian dengan analisis iodometri harus terlebih dahulu di hidrolisis dengan penambahan HCl sampai pH 2-3. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada molekul sukrosa ini ikatan terjadi antara molekul gukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom
karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus
– OH
glikosidik, atau atom karbon yang merupakan
gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pad fruktosa. Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai gugus – OH glikosidik. Dengan demikian sukralosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ jika tidak dilakukan hidrolisis terlebih dahulu. Pada analisis kadar gula, langkah pertama yang dilakukan adalah pembakuan larutan Na2S2O3. Larutan Na2S2O3 merupakan larutan baku sekunder atau larutan yang akan digunakan untuk mentitrasi sample. Larutan ini perlu dibakukan karena konsentrasinya cepat berubah oleh pengaruh lingkungan karena senyawa yang digunakan sebagai larutan baku sekunder umumnya tidak stabil, misalnya saja bersifat higroskopis, sensitive terhadap cahaya atau mudah terdegradasi oleh udara. Pengaruh ketidakstabilan ini tidak hanya bersifat kimia tetapi juga dapat bersifat fisik seperti misalnya saat penimbangan sering tidak tepat karena senyawa ini memiliki berat molekul relative kecil dan mudah menyerap uap air di udara. Kalium dikromat merupakan senyawa baku primer yang tidak perlu dibakukan lagi terhadap senyawa lain. K 2Cr 2O7 dapat digunakan sebagai baku primer karena memiliki sifat : murni atau mudah dimurnikan; memiliki massa molekul relative yang besar; stabil dan tidak higroskopis; kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan (zat tersebut stabil) ; mudah larut dalam air; mempunyai massa ekivalen yang tinggi. Standardisasinya dilakukan dengan larutan K 2Cr 2O7 yang dapat dilarutkan dengan penambahan 25 ml KI dari larutan stok dan 5 ml HCl 1 M. Pada pembakuan ini digunakan larutan baku kalium iodida karena larutan ini cukup stabil dan lebih mudah larut daripada iodium, serta dapat menghasilkan iodium bila ditambahkan asam. Larutan baku kalium iodida yang digunakan harus selalu dibuat baru karena mudah teroksidasi oleh udara sehingga jumlah yang lepas menjadi lebih banyak dan diperlukan titran yang lebih banyak pula. Akibatnya penetapan kadar menjadi tidak akurat lagi. Oleh karena iodium mudah menguap dan iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara, maka labu harus selalu ditutup dan titrasinya tidak boleh terlalu lama. Penambahan KI diharuskan berlebih, apabila tidak maka Cr 2O72- masih bersisa dan akan terjadi reaksi sampingan antara Cr 2O72- dan Na2S2O3 yang membuat titik akhir titrasi tidak tercapai. Apabila penambahan KI berlebih, reaksinya adalah sebagai berikut : K 2Cr 2O7 + 6 KI + 14 HCl → 8 KCl + 2 CrCl 3 + 3 I2 + 7H2O Na2S2O3 akan mereduksi iodium menjadi iodida. Reaksinya: I2 + 2 Na 2S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI sehingga warna coklat akan semakin pudar. Titrasi dihentikan sementara keti ka warna larutan titrat menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan larutan kanji sebagai indikator sehingga
larutan titrat berwarna hijau. Titrasi dilanjutkan kembali hingga warna biru tepat hilang (titik akhir titrasi). Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah dan mudah didapat. Sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air, tidak stabil pada suspensi dengan air (sehingga selalu dibuat baru), membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi tapi harus ditunggu hingga warna titrat kuning pucat. Penambahan indicator pada awal titrasi dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba atau titik akhir palsu. Indikator ini bersifat reversible, artinya warna biru yang timbul akan hilang lagi apabila iodium direduksi. Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I 2. Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). Ketika proses hidrolisis selesai, beberapa langkah dilakukan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kuantitatif diantaranya titrasi blanko, titrasi standarisasi Na2S2O3, da titrasi sampel. Yang harus diperhatikan dalam penentuan gula cara luff schoorl adalah yang ditentukan bukan kuprioksida yang mengendap melainkan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan sampel gula reduksi dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam penentuan gula car a luff schoorl : R-COH + 2 CuO
→
Cu2O
+ R-COOH
H2SO4 + CuO
→
CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2 KI
→
CuI2 + K 2SO4
2 CuI2
→
Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3
→
Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum : biru Kelebihan CuSO4 diketahui dengan menitrasi menggunakan larutan standar Na 2S2O3 (Natriumthiosulfat) 0,1N. Untuk mengetahuibanyaknya gula reduksi yang bereaksi dengan CuSO 4 dinuat blangko terdiri volume larutan luff volume yang sama dikerjakan seperti diatas . Berat gula reduksi setara selisish volume titrasi blangko dikurangi volume titrasi contoh thiosulfat 0,1 N.
Mg berat gula reduksi dihitung dengan menggunakan tabel Luff Shoorl (ekivalen natrium tiosulfat 0,1 N) berikut.
Tabel Ekivalen Natrium Tiosulfat (sumber : BSN, www.bsn.go.id) Na2S2O3 0,1 N
Gula inversi, Glukosa, Fruktosa
(mL)
(mg)
1
2,4
2
4,8
3
7,2
4
9,7
5
12,2
6
14,7
7
17,2
8
19,8
9
22,4
10
25,0
11
27,6
12
30,3
13
33,0
14
35,7
15
38,5
16
41,3
17
44,2
18
47,1
19
50,0
20
53,0
21
56,0
22
59,1
23
62,2
Kadar gula (gula sebelum inversi)
= mg gula x F.P x 100% mg sampel
F.P = Faktor Pengenceran. Gula yang terdapat pada contoh pada umumnya merupakan campuran monosakarida (gula reduksi) dan disakarida. Untuk menghitungkan gula disakarida maka disakarida harus diinversi (hidrolisa) lebih dahulu menjadi gula monosakarida. Selanjutnya bias ditentukan gula setelah inverse, yaitu yang merupakan campuran monosakarida asli dalam contoh ditambah monosakarida dari hasil inverse disakarida. Kadar gula reduksi (setelah inversi)
=
mg gula x F.P x 100% mg sampel
F.P = Faktor Pengenceran setelah inversi. Kadar gula sukrosa
= (% gula sesudah inversi - % gula sebelum inversi) x 0,95
Faktor 0,95 diperoleh dari = BM C12H22O11 2BMC6H12O6 E. Persipan sampel
Praktikan dapat menggunakan sampel padat atau cair, hanya saja sampel jika sampel padat harus dilarutkan kemudian diencerkan terlebih dahulu, sedangkan sampel cair harus diencerkan agar pereaksi yang digunakan lebih hemat. F. Faktor-faktor kesalahan
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: 1.
oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan mengoksidasi iodida menjadi iod (kesalahan makin besar dengan meningkatnya asam)
2.
larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
3. pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan amilum dan hasil peruraian menggangu perubahan warna pada titik akhir. 4.
larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) tiosulfat menjadi ion sulfat
Contoh perhitungan kadar gula sebelum inversi Berat sampel 10,7245 gr
10,7245 gr encerkan 100 mL (larutan 1) ambil
Titrasi sampel dari 10 mL larutan II perlu 20,4 mL thio ±0,1 N. Titrasi blangko perlu 25,6 mL thio ±0,1 N. Normalitas thio sesungguhnya setelah distandarisasi 0,0850 N. Dalam 10 mL larutan sampel terdapat gula setara : Perhitungan mL Na2S2O3 0,0850 N
50 mL encerkan 250 mL (larutan II) ambil 10 mL
mL Na2S2O3 = 25,6 mL – 20,4 mL = 5,2 mL Perhitungan mL Na2S2O3 0,1 N
mL Na2S2O3 = 5,2 x
0,0850 0,1 = 4,42 mL
Perhitungan mg gula
(lihat dalam tabel Luff – ekivalen Natrium thiosulfat) mg gula = 9,7 + (0,42 x 2,5) = 10,75 mg Kadar gula sebelum inversi =
10,75 250 100 x( 10,7245 1000 10 x 50 ) x 100%
= 5,01 % Latihan 1. Amatilah tabel hasil titrasi dibawah ini Percb. Massa V sampel Na2S2O3 (sampel) 1 10 33,83 gram mL
V N Na2S2O3 Na2S2O3 (blangko) 40 mL 0,089 N
Berdasarkan tabel tersebut, tentukanlah kadar gula sebelum inversi dalam sampel dengan prosedur yang sama seperti contoh di atas!
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia British Pharmacopedia Commision. 2002. British Pharmacopedia. London: The Stationery Office Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V. diterjemahkan oleh : Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2010. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelaja Harjadi. W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta : Gramedia Normawati. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Proksimat . Bandarlampung : SMK SMTI Bandarlampung Poedjiadi, Anna, Titin. (2009). Dasar-dasar biokimia. Jakarta : UI-Press Sudarmadji, Slamet, dkk. (2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian . Yogyakarta : Penerbit Liberty Rahmawaty. 2012. Analisa Titrimetri. Bandarlampung : SMK-SMTI Bandarlampung. Osborne, Vooght. (1978). The Analysis of Nutrient in Foods. London : Academic Press www.google/SNI-SIRUP.com, di akses pada 13 Desember 2017