Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
KARSINOMA NASOFARING
1. Pendahuluan
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas (kanker) yang berasal dari sel epitel nasofaring, bagian atas tenggorokan belakang hidung dan dekat dengan dasar 1
tengkorak. Kejadian KNF masih jarang di temukan di dunia, sekitar 1% dari seluruh 2
keganasan pada anak. Namun di Indonesia, karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker daerah kepala leher dengan prevalensi terbanyak. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher di Indonesia merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan paranasal, laring, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil dan hipofaring dalam persentase 3
yang sedikit.
Nasofaring merupakan bagian nasal dari faring yang mempunyai struktur berbentuk kuboid. Banyak terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya. Banyak syaraf kranial yang berada di dekatnya, dan juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan suplai
darah.
mempengaruhi
Struktur
anatomis
ini
diagnosis,
stadium,
dan
4
terapi dari kanker tersebut.
Gambar 1. anatomi sistem resprasi bagian atas
2. Epidemiologi Di Indonesia, 60% tumor ganas kepala leher adalah KNF dan menduduki urutan kelima dari seluruh 3
keganasan setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, kelenjar getah bening, dan kulit. Di Amerika dan Eropa, prevalensi KNF sangat sedikit yaitu 0,5 per 100.000 penduduk per tahun dan hanya 1 – 1 – 2% 2% dari seluruh tumor ganas kepala dan leher. Sebaliknya China Selatan dan Hongkong memiliki prevalensi KNF yang tinggi yaitu 50 per 100.000 100.000 penduduk penduduk per tahun. tahun. 5
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
3. Etiologi
Penyebab karsinoma nasoaring (KNF) secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu genetik, 5
lingkungan dan virus Ebstein Barr. 1. Genetik
Perubahan genetik mengakibatkan proliferasi sel-sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom, dan kehilangan sel-sel somatik.6 Sejumlah laporan menyebutkan bahwa HLA (Human Leucocyte antigen) berperan penting dalam kejadian KNF. 7 Teori tersebut didukung dengan adanya studi epidemiologik mengenai angka kejadian dari kanker nasofaring. Kanker nasofaring banyak ditemukan pada masyarakat keturunan Tionghoa. 6
2. Virus Pada hampir semua kasus kanker nasofaring telah mengaitkan terjadinya kanker 6
nasofaring dengan keberadaan virus ini. Virus ini merupakan virus DNA yang diklasifikasi sebagai anggota famili virus Herpes yang saat ini telah diyakini sebagai agen penyebab beberapa penyakit yaitu, mononucleosis infeksiosa, penyakit Hodgkin, limfoma-Burkitt dan kanker nasofaring. Virus ini seringkali dijumpai pada beberapa penyakit keganasan lainnya tetapi juga dapat dijumpai menginfeksi orang normal tanpa 6,8
menimbulkan manifestasi penyakit.
Virus tersebut masuk ke dalam tubuh dan tetap
tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Jadi, adanya virus ini tanpa faktor 6
pemicu lain tidak cukup untuk menimbulkan proses keganasan. 3. Lingkungan
Ikan yang diasinkan kemungkinan sebagai salah satu faktor etiologi terjadinya kanker nasofaring. Teori ini didasarkan atas insiden kanker nasofaring yang tinggi pada nelayan tradisionil di Hongkong yang mengkonsumsi ikan kanton yang diasinkan dalam jumlah 7
yang besar dan kurang mengkonsumsi vitamin, sayur, dan buah segar. Faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya kanker nasofaring adalah debu, asap rokok, uap zat 9
kimia, asap kayu bakar, asap dupa, serbuk kayu industri, dan obat-obatan tradisional, tetapi hubungan yang jelas antara zat-zat tersebut dengan kanker nasofaring belum dapat 7
dijelaskan.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
Belakangan ini penelitian dilakukan terhadap pengobatan alami ( chinese medicine
herbal
atau CHB) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara terjadinya
kanker nasofaring, infeksi Virus Epstein Barr (EBV), dan penggunaan CHB. 2 Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama juga mempunyai resiko yang tinggi menderita kanker nasofaring.
7
4. Patogenesis
Banyak faktor genetik yang berperan dalam peningkatan resiko KNF.
Secara umum
patogenesis KNF pada awalnya ditandai oleh lesi displastik akibat dari karsinogen lingkungan dan pada ras Cina lebih mudah terkena karena ada faktor genetik tertentu. Kemudian karena adanya infeksi laten EBV, lesi tersebut berkembang ke arah keganasan. Keganasan ini akhirnya menyebabkan KNF yang bersifat invasif dan ditandai dengan adanya metastasis atau penyebaran sel kanker ke organ yang jauh.
Gambar 2. Pathogenesis karsinomaa nasofaring (KNF)
5. Diagnosis
Anamnesis dilakukan berdasarkan keluhan penderita kanker nasofaring. Limfadenopati servikal pada leher bagian atas merupakan keluhan yang paling sering yang menyebabkan penderita kanker nasofaring berobat. Gejala hidung, telinga, gangguan neurologi juga sering dikeluhkan penderita kanker nasofaring. Untuk menegakkan diagnosis, selain keluhan tersebut, juga perlu dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat secara langsung dinding 6
nasofaring dengan alat endoskopi, CT scan, atau MRI nasofaring dan sekitarnya. Diagnosis Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan dua 9
cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. Pemeriksaan lain seperti foto paru, USG hati, pemindaian tulang dengan radioisotop dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya metastasis di organ-organ tersebut.
6
A. Stadium
Terdapat beberapa cara untuk menentukan stadium kanker nasofaring. Di Amerika dan Eropa lebih disukai penentuan stadium sesuai dengan kriteria yang ditetapkan AJCC / UICC ( American Joint Committe on Cancer / International Union Against Cancer ). Cara penentuan stadium kanker nasofaring yang terbaru adalah menurut AJCC/UICC edisi ke9,10
6 tahun 2002, yaitu:
Tumor di nasofaring (T) Tx
Tumor primer tidak dapat ditentukan
To
Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tis
Carcinoma in situ
T1
Tumor terbatas di nasofaring
T2
Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a
Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau fossa nasalis tanpa pe rluasan ke depan parafaring
T2b
Dengan perluasan ke parafaring
T3
Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4
Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang mastikator
Kelenjar limfe regional (N) Nx
Pembesaran KGB regional tidak dapat ditentukan
No
Tidak ada pembesaran KGB regional
N1
Metastasis ke KGB unilateral, ukuran ≤ 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula
N2
Metastasis ke KGB bilateral, ukuran ≤ 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula
N3
Metastasis ke KGB:
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
N3a : Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula N3b : Terletak pada fossa supraklavikula Metastasis jauh (M) Mx
Adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukan
Mo
Tidak ada metastasis jauh
M1
Ada metastasis jauh
Stadium kanker nasofaring menurun sistem TNM:
0
: Tis No Mo
I
: T1 No Mo
IIa
: T2a No Mo
IIb
: T1-2a N1 Mo, T2b No-1 Mo
III
: T1-2b N2 Mo, T3 No-2 Mo
Iva
T4 No-2 Mo
IVb
: Semua T N3 Mo
IVc
: Semua T No-3 M1
B. Gejala
Pada awalnya pasien mengeluh pilek biasa, kadang-kadang disertai dengan rasa 6
tidak nyaman di telinga, pendengaran sedikit menurun serta mendesing. Gejala karsinoma nasofaring ini dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher.
3,9,11
Gejala
nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan pada hidung. Pada keadaan lanjut hidung akan menjadi mampet sebelah atau keduanya. Penjalaran tumor ke selaput lendir hidung dapat mencederai dinding pembuluh darah pada daerah ini dan tentunya 6
akan terjadi pendarahan pada hidun g (mimisan).
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius (fossa Rosenmuller). Keluhan ini dapat berupa tinitus, 9
rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma nasofaring ini. Saraf yang paling sering terkena adalah saraf penggerak bola mata, sehingga tidak jarang 6,9,11
pasien mengeluhkan adanya gejala diplopia (penglihatan ganda).
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher biasanya yang 9
mendorong pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain.
Manakala pasien merasa bahwa kelenjar leher menjadi semakin besar, maka dapat dipastikan bahwa penyakitnya telah menjadi kian lanjut. Pembesaran kelenjar leher merupakan pertanda penyebaran kanker nasofaring ke daerah ini yang tidak jarang 6
didiagnosis sebagai tuberkulosis kelenjar.
6. TERAPI
Radioterapi merupakan terapi standar dari kanker nasofaring. Radioterapi juga dapat dilakukan bersamaan dengan kemoterapi dan atau pembedahan, ataupun dilakukan ketiga3
12
tiganya. Radioterapi mencegah pertumbuhan dan pembelahan sel dengan sangat cepat.
Radioterapi berbeda dengan radiologi, dimana radiologi hanya sebagai alat bantu untuk 3
menegakkan diagnosa sedangkan radioterapi sebagai metode pengobatan.
Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitocmycin C dan 5-fluorourcil oral setiap hari sebelum diberikan radiasi yang bersifat “radiosenstizer” memperlihatkan hasil yang memberi harapan akan kesembuhan total asien karsinoma nasofaring.pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjolan leher yang tidak menghilang dengan penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologic dan serologi, serta tidak ditemukan adanya memtastasis jauh. Operasi tuor induk sisa atau kambuh diindikasikan 3
,tetapi sering timbul komplikasi yang berat akiba operasi.
7. Pentutup
Penyakit karsinoma merupakan penyakit yang relatif jarang muncul, namun merupakan penyakit kegaasan yang memiliki prognosis yang cukup buruk, sehingga perlu dilakukan beberapa upaya pencegahan diantaranya dengan meakukan vaksinasi. Terapi yag dilakukan pada pasien KNF juga harusdi follow up untuk mengevaluasi keberhasilan terapi yang diakukan. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1
Referat Respirologi: Karsinoma Nasofaring
2014
DAFTAR PUSTAKA
1. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology (NCCN Guidelines) : Head and Neck Cancers Version 2.2013. NCCN; 2013. Diakses tanggal 08 Juni 2014 2. American cancer society. Nasopharyngeal cancer. American Cancer Society; 2013. Diakses tanggal 08 Juni 2014 3. Soepardi EA, Iskandar N, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 4. Titcomb C P. High incidence of nasopharyngeal carcinoma in Asia. J Insur Med. 2 001; 33: 235-8. 5. Cottrill CP, Nutting CM. Tumors at The Nasopharynx. In: Principles and Practice of Head and Neck Oncology. London: Martin Dunitz; 2003. p. 193 – 214. 6. Susworo R. Kanker nasofaring epidemiologi dan pengobatan mutakhir. Cermin Dunia Kedokteran. 2004; 144: 16-9. 7. Satyanarayana, K [Editor]. Epidemiological and etiological factors associated with nasopharyngeal carcinoma. ICMR bulletin, Vol.33 no.9; 2003. 8. Thompson M P, Kurzrock R. Epstein-Barr virus and cancer. Clinical Cancer Research. 2004; 10: 803-21. 9. Roezin A dan Adham M. Karsinoma nasofaring, pada telinga hidung tenggorok pada kepala & leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007: 182-7. 10. Chan A T C, Teo P M L, Johnson P J. Nasopharyngeal carcinoma. Annals of oncology. 2002; 13: 1007-15 11. Lee A W M, Ko W M, dkk. Nasopharyngeal carcinoma-time lapse before diagnosis and treatment. HKMJ. 1998; 4: 132-6. 12. Volpato L E R, Silva T C, Oliveira T M, Sakai V T, Machado M A. Radiation therapy and chemotherapi-induced oral mucositis. Rev Bras Otorrinolaringol. 2007; 73(4): 562-68.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Page 1