KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS ALBOTHYL OLEH PT. PHAROS INDONESIA
DIBUAT OLEH
NAMA
: RIO DENIRO PRASETYO A.
NIM
: B1021161053
KELAS
:B
MAKUL
: ETIKA BISNIS
Albothyl adalah cairan antiseptik dan desinfektan kulit buatan PT. PHAROS INDONESIA yang biasa digunakan untuk mengobati sariawan, luka, keputihan, dan berbagai gangguan lain akibat bakteri dan jamur. Albothyl merupakan obat serba guna, setidaknya ada 3 fungsi albothyl yakni sebagai antiseptik (mematikan kuman penyebab infeksi), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan astringent (menciutkan/ menutup luka). Pada tanggal 15 februari 2018, Albothyl dikenai sanksi pencabutan izin edar oleh BPOM setelah ada 38 laporan kasus terkait efek s amping serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl, oleh profesional kesehatan dalam dua tahun terakhir ini. Isi kandungan albothyl yang jadi masalah adalah Policresulen. Albothyl yang beredar di pasaran saat ini mengandung zat bernama Policresulen dengan konsentrasi 36%. Policresulen adalah senyawa asam organik (polymolecular organic acid) yang diperoleh dari proses kondensasi formalin (formaldehyde) dan senyawa meta-cresolsulfonic acid. Policresulen yang diaplikasikan pada sariawan akan menyebabkan jaringan pada sariawan menjadi mati. Itulah alasan kenapa saat albothyl digunakan pada sariawan akan terasa sangat perih, namun kemudian rasa perih hilang dan sakit pada sariawan pun tidak lagi terasa. Jadi sebenarnya policresulen ini tidak mengobati sariawan melainkan mematikan jaringan yang sakit atau rusak tersebut. Ketika jaringan sariawan sudah mati, maka tubuh akan melakukan regenerasi sel-sel baru sehingga sariawan menjadi sembuh. Menurut BPOM penggunaan albothyl sebagai obat sariawan d apat menyebabkan efek samping serius yang berbahaya yakni sariawan jadi membesar dan berlubang sehingga menyebabkan infeksi. Selain itu, reaksi hipersensitif mungkin saja terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat ini. Beberapa risiko efek samping dan bahaya dari penggunaan albothyl diantaranya seperti:
Sensasi seperti terbakar Alergi Iritasi Infeksi jamur pada vagina (candidiasis) Pembengkakan jaringan lunak (edema) Pengelupasan permukaan mukosa Kesulitan bernapas Sifat asam pada policresulen dapat merusak enamel gigi Kerusakan jaringan jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dan berulang
ANALISIS KASUS Dari kasus Albothyl ini, kita tentunya sangat prihatin atas banyaknya pasien yang telah dirugikan. Tapi kita tidak perlu juga saling menyalahkan dan mempertanyakan kompetensi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Berkaca dari kasus Thalidomide, penarikan produk obat karena efek samping yang muncul meskipun produk tersebut sudah lama beredar di pasaran sangat mungkin terjadi. Hal ini tentunya dipengaruhi faktor sensitivitas dan reaksi setiap oran g yang berbeda terhadap suatu obat. Farmakovigilans boleh dibilang tidak hanya dilakukan selama beberapa tahun terhadap suatu obat setelah disetujui izin edarnya, melainkan selama produk tersebut beredar di pasaran. Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis. Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, aturan-aturan tersebut bersumber dari aturan tertulis maupun tidak tertulis (Fahmi, 2013:3). Jadi etika bisnis menyangkut baik atau buruknya perilakuperilaku manusia dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga s udut pandang yaitu ekonomi, hukum, dan moral (Bertens, 2013: 25). 1. Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain. 2. Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan hukum. 3. Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuranukuran moralitas. Pelanggaran etika bisnis dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi yaitu perusahaan di untungkan tetapi banyak orang yang di rugikan dan perusahaan tidak memenuhi dari prinsip dari etika bisnis yaiu prinsip kejujuran. Perusahaan tidak terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis dan Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya. Albothyl yang beredar di pasaran saat ini mengandung zat bernama Policresulen dengan konsentrasi 36%. Policresulen adalah senyawa asam organik (polymolecular organic acid) yang diperoleh dari proses kondensasi formalin (formaldehyde) dan senyawa meta-cresolsulfonic acid. Policresulen yang diaplikasikan pada sariawan akan menyebabkan jaringan pada sariawan menjadi mati. Itulah al asan kenapa saat albothyl digunakan pada sariawan akan terasa sangat perih, namun kemudian rasa perih hilang dan sakit pada sariawan pun tidak lagi terasa. Bagi Anda yang pengalaman memakai obat ini mungkin akan menyaksikan sendiri sesaat setelah albothyl digunakan sariawan ak an menjadi berwarna putih dan kering. Jadi sebenarnya policresulen ini tidak mengobati sariawan melainkan mematikan jaringan yang sakit atau rusak t ersebut. Ketika jaringan sariawan sudah mati, maka tubuh akan melakukan regenerasi sel-sel baru sehingga sariawan menjadi sembuh. Kita juga dapat melihat banyak bahaya yang dapat ditimbulkan penggunaan Albothyl, dan hal itu cukup menakutkan. Kejadian ini sedikit banyak membuat saya menimbulkan pertanyaan. Siapa yang salah? Produsen yang dianggap tidak serius dengan keamanan produknya atau regulator yang dianggap tidak cermat dalam mengevaluasi produk sebelum memberikan Nomor Izin Edar?
Perlu diketahui bahwa kualitas dan keamanan setiap produk obat maupun makanan yang beredar di Indonesia dikontrol oleh BPOM atau disebut juga post-market surveillance. Post-market surveillance ini biasanya dilakukan dengan cara sampling (mengambil contoh produk langsung dari pasaran untuk diuji di laboratorium). Dan cara sampling ini bisa dilakukan secara rutin (misalnya menjelang akhir tahun atau Idul Fitri) maupun secara mendadak jika diduga ada yang tidak sesuai ketentuan. KESIMPULAN Banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih banyak nya produsen produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan dampak apa yang telah diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti t erhadap pengawasan peredaran barang barang yang beredar dan harus lolos uji seleksi. Dan untuk masyarakat kita mengajak untuk selalu peduli terhadap apa yang di nilai kurang baik. Farmakovigilans tidak hanya dilaksanakan oleh industri farmasi tetapi juga didukung oleh masyarakat awam dan profesional kesehatan di lapangan. Bagi masyarakat awam, jika menemukan atau mengalami kejadian yang tidak diinginkan setelah mengkonsumsi suatu obat, bisa menghubungi produsen dan melaporkan kejadian yang dialami (kecuali kejadian serius yang memerlukan penanganan segera ke klinik atau rumah sakit). Biasan ya produsen memiliki nomor kontak layanan keluhan konsumen. Keluhan-keluhan ini a kan ditindaklanjuti oleh bagian Farmakovigilans di setiap perusahaan atau produsen. SARAN Sebaiknya badan pengawas obat dan makanan lebih memperhatikan kembali dan tidak kecolongan kembali atas kasus yang dinilai merugikan banyak pihak ini, dan selalu tegas dan menindak oknum nakal nakal tersebut, untuk masyarakat harus lebih selektif dalam pemilihan barang, untuk yang faham akan bidang nya lebih terbuka dalam membagi informasi berkaitan dengan apa yang di ketahui nya, saling berbagi manfaat dan i lmu. SUMBER http://caramanjur.com/alasan-bpom-larang-albothyl-efek-samping-bahayakandungan/
LAMPIRAN