MAKALAH EKOLOGI HEWAN ³ MAKAN DAN HUBUNGAN MAKAN ´
Oleh: KELOMPOK 8 Minarni A22108009 Herdianti A22108052 Munawar A22108055 Apriyanto A22108007
PR OG OGR AM AM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JUR USAN USAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGUR UAN UAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVER SITAS SITAS TADULAKO 2011
KEBIASAAN MAKAN
1.
Konsep Makanan dan Hubungan Makan.
Kebutuhan nutrisi sangat penting bagi tercapainya kelangsungan hidup dan perkembangbiakan atau reproduksi. Seleksi alam diharapkan mampu menyaring tingkah laku yang dapat mempertinggi ketangkasan dalam mendapatkan makanan. Tingkah laku dalam mencari makan atau berburu (foraging) tidak hanya menyangkut proses makan akan tetapi juga menyangkut beberapa mekanisme dari hewan untuk dapat mengenali, mencari dan menangkap mangsanya. Mekanisme (feeding) adalah suatu proses dimana organisme khususnya hewan membutuhkan makanan yang bertujuan untuk memperoleh bahan atau materi dan pengumpulan atau perolehan energi. Dengan makanan yang diperolehnya suatu hewan akan memperoleh energi untuk efektivitas hidupnya. Sedangkan pencarian makan (foraging) adalah suatu usaha organisme dalam memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya. Mencari makan memiliki keuntungan dan kesulitan. Keuntungannya adalah mengumpulkan materi dan energi, yang dapat digunakan dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi. Kerugian atau kesulitan hewan dalam mencari makan yang seringkali di alami dalam mencari makan harus mengetahui akan potensi dirinya untuk predator dan banyak menghabiskan waktu untuk mencari makan serta tidak tersedia untuk kegiatan lainnya, termasuk reproduksi. Seleksi alam harus mendukung perilaku mencari makan yang memaksimalkan perbedaan antara keuntungan dan kesulitan mereka dalam mencari makan. Aktivitas makan ialah perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran untuk menggapai,
mengolah,
mengekstrasi
(menghasilkan),
memegang-megang,
mengunyah dan menelan makanan pada suatu sumber makanan (misalnya : pohon, tanaman, serangga). Lamanya aktivitas makan ini sangat berkaitan dengan tersedianya makan pada suatu sumber. Kadang-kadang seekor hewan melewatkan waktunya berjam-jam pada suatu tempat (pohon), tetapi aktivitas makannya berlangsung singkat. Galdikas (1984)
1
2.
Hewan sebagai Organisme Heterotrof
Manusia dan hewan merupakan organisme yang tidak berklorofil; tidak dapat membuat sendiri makanannya. Untuk memperoleh zat makanan mereka makan tumbuhan dan hewan lain. Jadi, secara langsung maupun tidak langsung semua makhluk hidup tergantung pada tu mbuhan hijau. Organisme yang mendapat makanan dari makhluk hidup lain disebut organisme heterotrof dan didalam sistem bertindak sebagai konsumen. Berdasarkan jenis makanannya, hewan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu : Herbivora Adalah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan. Herbivoran berasal dari kata herba, artinya tumbuhan dan vorare artinya maka. Contoh : kambing, sapi, kijang dan ulat pemakan daun. Kornivora Adalah hewan pemakan daging. Kornivora berasal dari kata coro artinya daging dan vorare artinya makan. Contoh : harimau, kucing hutan, anjing dan burung elang. Omnivora Adalah hewan pemakan segala makanan baik tumbuhan maupun daging. Contoh : babi dan ayam. Manusia termasuk omnivora karena selain makan sayuran juga makan daging. Ketiga hewan heterotrof tersebut tergantung pada tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok hewan yang secara langsung hidup bergantung pada tumbuhan adalah hewan herbivora. Kornivora dan omnivora tidak langsung bergantung pada t umbuhan.
3.
Makanan Hewan
Pada umumnya hewan dapat kita bagi menjadi beberapa jenis / macam berdasarkan makanan yang dimakan sehari-hari, yaitu : 1.
Herbivora Herbivora adalah jenis hewan yang memakan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti daun, kayu, biji, buah, bunga, dan lain sebagainya. Contoh Binatang herbivor adalah ka mbing, unta, kerbau, kelinci, burung dara, da n lain-lain.
2
2.
Karnivora Karnivora adalah jenis binatang yang memakan makanan yang berasal dari
tubuh hewan lainnya seperti daging, darah, dan sebagainya. Hewan ini disebut juga sebagai hewan predator. Contoh hewan carnifora adalah singa, macan, harimau, cheetah, piranha, burung bangkai, burung pemakan serangga, ikan arwana, dan lain sebagainya.
3.
Omnivora Omnivora adalah jenis hewan yang memakan makanan keduanya baik
tumbuhan maupun hewan. Binatang ini makan silih berganti antara keduanya. Contoh binatang omnivor adalah yakni tikus, ikan mas, ikan mujair, ayam, dan lain-lain.
4.
Klasifikasi Sumber Daya Makanan Hewan
Miller (1982) menulis bahwa sumber daya adalah semua saja yang diperlukan oleh makhluk atau kelompok makhluk, jadi sumber daya adalah sesuatu yang berguna. Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan
hidupnya.
Hubungan
yang
terjadi
antara
individu
dengan
lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui
sederetan
organisme
yang
makan
dan
yang
dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit. 1.
R antai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora
3
sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3. 2.
R antai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakter i, dan benalu. 3.
R antai
Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan. 4.
R antai
Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan. Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam a nggota iingkat trofik keempat. 5.
Piramida
Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi. a.
Piramida
jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya
4
makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah orga nisme di tiap tingkat trofik. b.
Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkiraka n. Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme
di
habitat
tertentu,
dan
diukur
dalam
gram.
Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem. .
c
Piramida
energy
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut. 1.
Hanya
sejumlah
makanan
tertentu
yang
ditangkap
dan
dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya. 2.
Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai sampah.
5
3.
Hanya
sebagian
tubuh
makanan
organisms,
yang
sedangkan
dicerna
menjadi
sisanya
bagian
digunakan
dari
sebagai
sumber energi.
5.
Strategi Mencari Makan Feeding
strategies
Herbivora terbatas dalam kemampuan makan mereka, baik oleh waktu atau sumber makanan. Hewan yang memiliki waktu terbatas, berarti mereka memiliki waktu
terbatas
untuk
mengkonsumsi
makanan
yang
mereka
butuhkan,
menggunakan strategi merumput dan mencari rumput atau makanan, sementara binatang-binatang yang terbatas sumber makanan, yang berarti bahwa mereka dibatasi pada jenis makanan yang mereka makan , menggunakan strategi makan selektif. Pemakan rumput cenderung bersifat herbivora yang sangat besar yang perlu mengkonsumsi banyak makanan untuk mempertahankan metabolisme mereka, atau herbivora yang memiliki jumlah yang sangat singkat waktu untuk makan sebanyak mungkin sebelum melakukan proses reproduksi, seperti banyak dilakukan oleh serangga. Beberapa teori mencoba untuk menjelaskan dan menghitung hubungan antara hewan dan makanan mereka, seperti hukum Kleiber, persamaan Holling¶s disk dan Teorema Nilai Marjinal. Hukum Kleiber menjelaskan hubungan antara ukuran hewan dan strategi pemberian makan yang digunakannya. Pada intinya, ia mengatakan bahwa binatang yang lebih besar perlu makan lebih banyak (per satuan berat) dari pada hewan kecil. hukum Kleiber menyatakan bahwa tingkat metabolisme (Q0) dari binatang adalah massa dari hewan (M) dikali 3/4th power: Q0 = M3 / 4 Oleh karena itu, massa dari hewan meningkat lebih cepat daripada tingkat metabolismenya. Ada banyak jenis strategi yang digunakan oleh herbivora. Banyak herbivora tidak jatuh ke dalam salah satu strategi makan tertentu, tetapi sebaliknya menggunakan beberapa strategi dan makan berbaga i bagian tanaman. Teori Optimal mencari makan adalah sebuah model untuk memprediksi perilaku binatang sambil mencari makanan atau niche lainnya, seperti tempat
6
berlindung atau air. Model ini menilai kedua gerakan individu, seperti perilaku binatang sambil mencari makanan, dan distribusi dalam suatu habitat, seperti dinamika populasi dan pada tingkat masyarakat. Sebagai contoh, model akan digunakan untuk melihat perilaku browsing rusa sambil mencari makanan, dan juga bahwa rusa lokasi tertentu dan gerakan dalam hutan habitat dan interaksi dengan
rusa
yang
lain
ketika
berada
di
habitat
itu.
Model ini bisa menjadi kontroversial, di mana kritikus mengatakan bahwa teori ini melingkar dan diuji. Para pengecam mengatakan bahwa teori menggunakan contoh-contoh yang sesuai dengan teori, tetapi bahwa para peneliti tidak menggunakan teori jika tidak sesuai dengan kenyataan. Kritikus lain menunjukkan bahwa hewan tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan memaksimalkan potensi keuntungan, maka teori mencari makan optimal tidak relevan dan diturunkan
untuk
menjelaskan
tren
yang
tidak
ada
di
alam.
Persamaan model Holling disk di mana efisiensi predator mengkonsumsi mangsa. Model memperkirakan bahwa dengan meningkatnya jumlah mangsa, predator juga meningkatkan waktu penanganan menghabiskan mangsa dan akan tetapi efisiensi dari pemangsa menurun. Pada tahun 1959 S. Holling mengusulkan sebuah persamaan untuk model tingkat pengembalian yang optimal diet: Rate (R) = Energi diperoleh dalam mencari makan (Ef) / (waktu mencari (Ts) + waktu penanganan (Th)) R = Ef / (Ts + Th) Dimana s = biaya per satuan waktu pencarian f = laju perjumpaan dengan item, h = penanganan waktu, e = energi yang diperoleh per pertemuan Akibatnya, hal ini akan menunjukkan bahwa hewan herbivora di sebuah hutan lebat akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk penanganan (makan) tumbuhtumbuhan karena ada begitu banyak tumbuh-tumbuhan di sekitar daripada herbivora dalam hutan tipis, yang dapat dengan mudah menelusuri vegetasi hutan. Oleh karena itu, menurut persamaan Holling disk, herbivora yang berada di hutan jarang
akan
lebih
efisien
daripada
herbivora
makan
di
hutan
lebat
Teorema Nilai marjinal menggambarkan keseimbangan antara makan semua makanan di sebuah patch untuk segera mendapatkan energi, atau pindah ke patch
7
baru dan meninggalkan tanaman di patch pertama supaya tumbuh agar dapat digunakan di masa depan. Teori memprediksi bahwa tidak ada faktor-faktor komplikasi, seekor binatang harus meninggalkan patch sumber daya ketika tingkat hasil (jumlah makanan) menurun di bawah tingkat rata-rata hal ini merupakan keuntungan untuk seluruh wilayah. Menurut teori ini, lokus harus bergerak menuju ke patch baru ketika mereka sedang membutuhkan lebih banyak energi untuk mendapatkan makanan daripada rata-rata patch. Dalam teori ini, dua parameter berikutnya muncul, yang Memberikan Up Kepadatan (GUD) dan Memberi Up Time (GUT). The Giving Up Kepadatan (GUD) quantifies jumlah makanan yang tetap di sebuah patch ketika bergerak ke forager patch baru. The Giving Up Time (GUT) digunakan ketika sebuah hewan terus menilai kualitas patch.
Karnivora mempunyai 2 cara khusus dalam berburu, yaitu : -
Strategi duduk dan menunggu Predator atau pemangsa duduk dan menunggu di suatu tempat sampai
mangsa datang dan selanjutnya menerkam mangsanya.
-
Strategi berburu dan menyebar luas. Predator secara aktif mencari mangsanya dengan jelas terlihat bahwa
strategi ke-2 pasti memerlukan pengeluaran energi yang lebih besar dari pada strategi yang pertama. Keberhasilan pada strategi duduk dan menunggu biasanya tergantung pada beberapa kondisi tertentu yaitu tingginya kepadatan mangsa, tingginya perpindahan mangsa dan atau rendahnya kebutuhan energy predator atau pemangsa. Sedangkan keberhasilan strategi berburu dengan menyebar luas juga dipengaruhi oleh kepadatan dan pergerakan mangsa dan energy yang dibutuhkan oleh predator, namun distribusi dari mangsa dan kemampuan mencari dianggap yang terpenting. Walaupun kedua strategi ini bukan hanya semata-mata salah satu bentuk dari cara berburu, teknik berburu secara nyata dikerjakan oleh banyak organism yang saling bertentangan. Pembagian antara strategi duduk dan menunggu dengan
8
strategi berburu dengan menyebar luas mempunyai nilai kepentingan. Sebagai contoh diantara ular, kuda, dan cobra dianggap berburu dengan menyebar luas ketika dibandingkan dengan boa, phyton, dan ular berbisa yang merupakan pencari makan dengan duduk dan menunggu. Hampir sama, diantara burung elang, burung cooper dan lainnya biasanya berburu dengan menyerang secara tiba-tiba dengan menggunakan strategi duduk dan menuggu, mengingat burung elang merupakan pemburu yang menyebar luas. Contoh hewan yang memiliki strategi menuggu mangsa adalah laba-laba. Banyak laba-laba menghabiskan energy dan waktu membangun jaring-jaring mereka dari pada bergerak mencari mangsa. Untuk memperoleh mangsa, seekor laba-laba sejenis Dinopsis sp membuat benang perangkap. Pada benang-benang perangkap tersebut terdapat butiran-butiran lengket untuk menangkap ngengat jantan. Ngengat jantan dapat terperangkap karena pada butiran-butiran tersebut mengandung sejenis hormone fenomon yang dimiliki oleh ngengat betina. Dengan menggerak-gerakkan benang tersebut ngengat jantan akan tertarik dan mendekati benang tersebut karena mengira ada ngengat betina. Ketika ngengat jantan tertangkap pada butiran yang lengket maka laba-laba
Dinopsis
sp akan
memangsanya. Pertimbangan yang hampir sama tersebut dapat dijadikan pembanding antara herbivore dan karnivora. Karena kepadatan makanan berupa tumbuhan selalu tersedia dalam jumlah yang besar melampaui kepadatan dari makanan berupa hewan. Bagi herbivore kebutuhan energy yang digunakan untuk memangsa atau mencari makan relative lebih sedikit dari pada energy yang dibutuhkan oleh karnivora. Hal ini dikarenakan mangsa dari herbivora tidak mempunyai mobilitas karena merupakan tanaman, sedangkan pada karnivora mangsanya bersifat mobilitas sehingga dibutuhkan energy yang lebih banyak untuk
mendapatkan
mangsanya.
Dalam
mencerna
makanan,
herbivore
membutuhkan lebih banyak waktu. Hal ini terjadi karena makanan herbivore (ruminansia) berupa rumput-rumput yang mengandung selulosa karena selulosa sulit untuk diccerna dan membutuhkan proses pencernaan mekanik dua kali.
9
Bagi karnivora yang makanannya berupa hewan terdiri dari protein, lemak, karbohidrat yang lebih mudah dicerna dengan segera. Karnivora dapat mencoba memperhitugkan kehilangan dalam mencari makanan atau mangsa karena permintaan. Pembagian dan konvensi makanan pada jaringan hewan itu sendiri (proses asimilasi). Kepadatan mangsa secara kuat dapat mempengaruhi waktu dan persediaan energy hewan. Gibb (195 6) peneliti Anthus spinoletta mencari makan pada daerah intertidal sepanjang pantai inggris pada musim dingin pada dua musim dingin secara berurutan. Musim dingin pertama lebih ringan dan dalam penelitian burung menghabiskan
6.5
jam untuk mencari makan, 1.75 jam untuk istirahat dan 45
menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya (jumlah penyinaran matahari per hari sedikit lebih tinggi dari 9 jam). Musim dingin berikutnya lebih keras dibanding musim dingin pertama dan makanan sangat langka. Burung menghabiskan 8,25 jam untuk mencari makan, 39 menit untuk istirahat dan hanya 7 menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Rupanya kombinasi dari rendahnya
kepadatan
makanan
dan
dingin
yang
ekstrem
(homoitermik
memerlukan energi lebih pada iklim yang dingin) menuntut lebih dari 90% waktu burung untuk menggunakannya untuk mencari makan dan tidak ada waktu untuk aktivitas lain. Contoh ini menunjukkan bahwa makanan lebih dipertahankan pada saat jumlah lebih sedikit yang ditunjukkan dari pengurangan waktu yang digunakan untuk mempertahankan daerah kekuasaan. Secara jelas, kepadatan atau ketersediaan makanan pada tahun kedua mendekati batas minimal yang mengharuskan Anthus spinoletta untuk bertahan. Ada beberapa tipe mengenai teori pengambilan makanan secara optimal yang relevan untuk dalam situasi pengambilan makanan yang berbeda, yaitu: Model
diet
optimal
dimana
mendeskripsikan
tingkah
laku
dalam
pengambilan makanan dalam menghadapi perbedaan tipe mangsa dan ketika memilih untuk menyerang. Teori seleksi patch dimana mendeskripsikan tingkah laku dalam pengambilan makanan dalam menyerang mangsa pada area yang sempiyt dengan waktu perpindahan yang signifikan. Teori pengambilan makanan tempat terpusat dimana mendeskripisikan tingkah laku dalam pengambilan
10
makanan tersebut harus menguntungkan untuk sebuah keterangan tempat dalam pindah perintah untuk mengkonsumsi makanan tersebut atau kemungkinan untuk menimbun atau memakannya untuk sebuah pasangannya.
6.
Kebiasaan Makan
Dilihat dari cara makannya, hewan dapat dibagi menjadi: - Berburu secara aktif. Pada umumnya anggota karnivora mendapatkan mangsanya dengan jebakan atau mengalahkan mangsanyan atau keduanya. Predator harus dapat berbuat licik dengan memperdaya dan mengakali mangsanya untuk dapat bertahan hidup. Karena itu umumnya hewan predator (carnivora) lebih cerdik dibandingkan dengan hewan herbivora. Contohnya: serigala selalu dapat menangkap mangasanya (kelinci, musang ataupun tikus). Walau demikian singa dan harimau kemungkinan berhasil menangkap mangsanya hanya 5-10%, tetapi sejenis anjing dari afrika dapat menangkap mangsanya sampai 85%. Sejenis tikus di gurun pasir di AS, predatornya adalah burung hantu dan ular tanah. Burung hantu mempunyai pendengaran dan penglihatan yang peka, sedangakn
ular
tanah
mendeteksi
mangsanya
denagn
kepekaan
organ
jacobsonnya. Tetapi tikus gurun tersebut mempunyai pendengaran yang sangat peka, sehingga dpat mendengar kepakan sayap burung hantu ataupun gesekan ular tanah. Sehingga sebagian besar predator gagal mendapatkan mangasanya.
- Berburu secara pasif Hewan yang memburu mangsanya secara pasif anta ra lain katak. Katak akan menunggu mangasanya yaitu serangga yang lewat baru kemudian ditangkap. Bedanya antara katak dengan serigala kalau serigalamelihat kelinci respon yang dilihat mata terus dibawa ke otak untuk terus diproses bagaimana caranya menangkap mangsanya. Tetapi pada katak, respon yang ada hanya diproses di retina mata tidak dibawa ke otak.
11
- Makan dengan ribut Ikan hiu waktu memakan mangsanya, karena darah mangsanya bercampur dengan air maka akan mengundang hiu yang lain untuk datang dan ikut meerbut mangsa. Sehingga suasananya menjadi ribut. Sedangkan pada musang karena mangsanya tidak langsung mati maka akan membuat gaduh dan ayam masih ribut terus itu dilarikan musang.
Parasitisme Pada predator, hewan membunuh baru kemudian memakan mangsanya. Tetapi ada juga yang membunuh sambil memakan atau membunuh secara tidak langsung yaitu organisme tersebut hidup di alam atau pada organisme lain serta mendapatkan makanan darinya.
7.
Grafik Pola Makan
Kepadatan mangsa secara kuat dapat mempengaruhi waktu dan persediaan energy hewan. Gibb (195 6) peneliti Anthus spinoletta mencari makan pada daerah intertidal sepanjang pantai inggris pada musim dingin pada dua musim dingin secara berurutan. Musim dingin pertama lebih ringan dan dalam penelitian burung menghabiskan
6.5
jam untuk mencari makan, 1.75 jam untuk istirahat dan 45
menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya (jumlah penyinaran matahari per hari sedikit lebih tinggi dari 9 jam). Musim dingin berikutnya lebih keras dibanding musim dingin pertama dan makanan sangat langka. Burung menghabiskan 8,25 jam untuk mencari makan, 39 menit untuk istirahat dan hanya 7 menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Rupanya kombinasi dari rendahnya
kepadatan
makanan
dan
dingin
yang
ekstrem
(homoitermik
memerlukan energi lebih pada iklim yang dingin) menuntut lebih dari 90% waktu burung untuk menggunakannya untuk mencari makan dan tidak ada waktu untuk aktivitas lain. Contoh ini menunjukkan bahwa makanan lebih dipertahankan pada saat jumlah lebih sedikit yang ditunjukkan dari pengurangan waktu yang digunakan untuk mempertahankan daerah kekuasaan. Secara jelas, kepadatan atau
12
ketersediaan makanan pada tahun kedua mendekati batas minimal yang mengharuskan Anthus spinoletta untuk bertahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://cillperqueen.wordpress.com/2010/06/25/foraging-and-feedingeficiency-ketangkasan-mencari-makan-dan-berburu/ http://www.taufikelmasyk.co.cc/2010/10/ekosistem-organisme-autotrofdan.html http://organisasi.org/penggolongan_kelompok_hewan_berdasarkan_jenis_m akanan_binatang_herbivora_karnivora_dan_omnivora_ilmu_sains_biologi http://cillperqueen.wordpress.com/2010/06/25/foraging-and-feedingeficiency-ketangkasan-mencari-makan-dan-berburu/
13