KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
Hidayah-Nya, sehingga makalah Askeb IV yang menyertai kehamilan dan
persalinan (rubella) dapat selesai pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Askeb IV patologi. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan
wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3 Kebidanan .
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan,
serta saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang ,12 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang....................................................................
..........................................
Rumusan
masalah.....................................................................
...................................
Tujuan......................................................................
.....................................................
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian..................................................................
...................................................
Tanda dan
gejala......................................................................
......................................
Penyebab....................................................................
...................................................
Diagnosa....................................................................
...................................................
Rubella dalam
kehamilan...................................................................
...........................
Pencegahan..................................................................
..................................................
Pemeriksaan.................................................................
.................................................
Terapi
antivirus...................................................................
..........................................
Rubella pada ibu
bersalin....................................................................
...........................
Rubella pada ibu
nifas.......................................................................
............................
menajemen Asuhan Kebidanan varney pada Ibu Hamil dengan
Rubella....................
Data
fokus.......................................................................
..............................................
Analisa.....................................................................
.....................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................
...................................................
Saran.......................................................................
........................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa,
tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat
menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. "Rubella" atau
dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui
pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.
Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang
dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat
ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3
minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan
sesudah timbulnya "rash" (bercak merah) pada kulit. "Rash Rubella" berwarna
merah jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk
semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi
yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu
menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu,
jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa
ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus,
keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella ?
2. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada kehamilan ?
3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin ?
4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas ?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin.
4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RUBELLA
2.1.1 PENGERTIAN
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan
suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak
berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal.
Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada
pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela
atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil.
Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan
pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini
muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila
seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki
kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela
kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).
Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela
pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering
muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya
adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada
mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS
sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal.
Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang
menyebabkan kelainan.
2.1.2 TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering
begitu ringan sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala
yang terjadi, mereka biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah
terpapar virus. Rubella biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari
dan gejalanya sebagai berikut:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah
Mengantuk
2. Sakit tenggorok
3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua,
menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan
cepat pula.
4. Pembengkakan kelenjar leher.
5. Sakit kepala
6. Hidung tersumbat atau pilek.
7. Radang, mata merah
2.1.3 PENYEBAB
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan.
Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa
mengakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah melalui udara
dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk
akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya
gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada
hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya
terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia
maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian
tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain,
disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi
tersebut.
2.1.4 DIAGNOSA
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan
dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG
dan IgM-nya terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan
serologi. IgM akan cepat memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian
akan menurun dan hilang dalam waktu 4 – 8 minggu, IgG juga memberikan
respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari
hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh
dua kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella
juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut.
Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6
bulan mendukung diagnosa infeksi Rubella.
2.2 RUBELLA PADA KEHAMILAN
2.2.1 DEFINISI
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella.
Perjalanan penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat
atau tidak memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap
ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi
pada trimester I memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella
berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan
maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi
trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat
hamil kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin.
Sebagian besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan
pendengaran, bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada
kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan
terhadap janin Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella
tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar
belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-
bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa
hari. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia
kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika
infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin
terinfeksi turun yaitu 10-20 persen.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu
terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella
Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur
kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang
sekali terjadi infeksi. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar
untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan
gangguan syaraf.
2.2.1 PENCEGAHAN
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan
terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin
kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan
gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin
Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan
pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus
tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat
diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi
TORCH lainnya.
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi
atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella
lagi, dan janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau
anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi
Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan
Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6
bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak
mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan
memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda
tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil,
yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella. Bila sudah
hamil padahal belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular Rubella
dengan cara berikut: Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke
tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD. Jangan
pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100%
dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella
belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa
ulang lagi umur 17-20 minggu. Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah
darah apa benar terkena Rubella. Bila ibu sedang hamil mengalami demam
disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella dengan
memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti
benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan
apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi
atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR
(Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter
ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan
lebih dari 22 minggu.
2.2.2 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil
dengan mengukur IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada
masa pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus
dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak
memperlihatkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi
rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian
profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh
karena tidak memberi perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium
yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada
saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan
untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko
infeksi rubella bawaan.
2.2.3 TERAPI ANTIVIRUS
1. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
2. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau
virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
3. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
4. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan : Amantadine dan Ribavirin
2.3 RUBELLA PADA PERSALINAN
2.3.1 Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan
dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum
proses persalinan.
2.3.2 Gejala Klinis
Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula
dengan detak jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa
membahayakan kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
2.3.3 Penanganan
Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan. Tentunya
tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati persalinan,
dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari
persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur.
Masalah operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam
keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu
terjadinya sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan terjadi
hipoksia (kekurangan oksigen), bahkan kematian janin.
2.3.4 Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril
mungkin, serta sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.
2.4 RUBELLA PADA NIFAS
2.4.1 Penyebab
Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada
endometrium atau lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila
pertolongan persalinan tidak steril; kondisi daya tahan tubuh menurun
sehingga kuman yang tadinya tidak menimbulkan penyakit jadi menimbulkan
penyakit; banyaknya luka terbuka di rahim akibat lepasnya plasenta,
sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke dalam luka tersebut
menimbulkan infeksi.
2.4.2 Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan
jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas
tinggi) dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada hari
kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah
yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam
aliran darah dan terjadi sepsis sehingga harapan hidup si ibu kemungkinan
sangat kecil.
2.4.3 Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu
panas tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak
berkontraksi secara adekuat.
2.4.4 Pengobatan
Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang
adekuat, antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
2.4.5 Pencegahan
Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu
hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan
tali pusat dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya perdarahan,
biasanya dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya
infeksi. Meski ada juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik
dengan anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan
dapat sembuh sendiri. Selain itu, penggunaan antibiotika dianggap boros dan
membuat kuman tertentu menjadi resisten.
KASUS
ibu hamil G1P0A0H0 hamil 16-18 minggu intra uterin janin tunggal hidup, ku
ibu kurang baik ibu tampak lemas dan terdapat bercak raum merah di kulit,
suhu badan ibu 38 C.
DATA FOKUS
1. Demam. Karena terjadi infeksi pada ibu yang mengakibatkan ibu tersebut
demam
2. Sakit kepala. Suhu tubuh yang terlalu tinggi dan juga virus rubella yang
telah terjadinya masa inkubinasi menyebabkan gejala semakin berat
sehingga ibu sekit kepala.
3. Hidung tersumbat atau beringus.
4. Tidak nafsu makan dan mual.
5. Iritasi ringan pada mata.
6. Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher.
7. Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah lalu
menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama
1-4 hari. Karena penyakit ini ditularkan melalui pernapasan orang yang
terinfeksi Rubella, sama seperti penularan virus influenza. Selanjutnya
virus ini akan beredar dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh sekitar 5-7
hari sejak masuk pertama kali. Sejak awal terkena virus ini, gejala ruam
akan timbul sekitar 14 hari kemudian. Jadi masa inkubasinya adalah
sekitar dua minggu. Ruam Ruam rubela bermacam-macam bentuknya. Ruam
menetap selama 2 sampai 3 hari dalam pola yang disebut kaledidoskopik
karena perubahan bentuknya. Mula- mula makula merah muda yang ireguler
(biasanya dalam 24 jam) timbul di leher, badan, lengan dan akhirnya di
kaki. Pada hari berikutnya lesi ini menyatu, membentuk komponen
makulopapular dan menjadi skar; atiniformis. Muka sering bebas ruam pada
saat ruam penuh sampai tungkai bawah. Jarang terjadi deskuamas. – Demam
(39 C-39C
8. Poliartralgia dan poliartritis (khas untuk wanita). Keluhan yang paling
khas muncul dengan ruam atau dalam beberapa hari setelah serangan ruam.
Sendi yang dikenai sering simetris bisa berkisar mulai dari kaku waktu
pagi sampai keluhan artritis yang diti dengan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan. Manifestasi sendi pada rubela bersifat sementara dan tidak
menimbulkan kerusakan sendi.
Resiko Kecacatan Pada Kehamilan dengan Infeksi Rubella
"Usia Kehamilan "% terinfeksi "% kecacatan"
"<11 minggu "90% "90% "
"11-12 minggu "67% "33% "
"13-14 minggu "67% "11% "
"15-16 minggu "47% "24% "
"17-18 minggu "39% "Ringan "
"19-22 minggu "34% "Ringan "
"23-26 minggu "25% "Ringan "
"27-28 minggu "12% "Ringan "
"Bulan 7 "35% "Ringan "
"Bulan 8 "60% "Ringan "
"Bulan 9 "100% "Ringan "
ANALISA
dari data di atas ibu menunjukkan gejala-gejala yang serius, apabila
terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. Virus ini sampai kepada janin
melalui ibu, melewati tiga cara:
1. Melalui jalan darah plasenta/ari-ari dari ibu ke janin.
2. Saat proses persalinan, di mana janin terkena darah ibu atau pun cairan
tubuh ibu saat melewati jalan lahir.
3. Saat proses menyusui, di mana penularan bisa melalui pernafasan ibu atau
pun melalui air susu ibu.
Cacat panca indera apa saja yang bisa terjadi pada janin di dalam
kandungan? Infeksi virus Rubella pada ibu hamil biasanya akan mempengaruhi
janin yang dikandungan, sedangkan tingkat keparahan berbeda-beda untuk tiap
trimester.
Bila mengenai saat usia kehamilan di bawah 20 bulan, bayi akan lahir dengan
keadaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau sindrom cacat
bawaan karena rubella. Risiko ini meningkat dengan semakin mudanya usia
kehamilan.
Misalkan, bila terkena pada trimester (tiga bulanan) awal, risikonya adalah
90% terkena cacat bawaan. Bila terkena pada trimester kedua, risiko sebesar
20%. Risiko akan mendekati minimal bila terinfeksi pada trimester ketiga
atau trimester akhir kehamilan. Bila menginfeksi pada trimester (tiga
bulan) pertama, risiko keguguran akan meningkat sampai 20%.
Adapun jenis-jenis kelainan bawaan yang mungkin terjadi antara lain:
Kelainan mata (katarak, retinopathy)
2. Kelainan jantung (kebocoran katup jantung)
3. Kelainan syaraf (retardasi mental, radang selaput otak)
4. Kelainan telinga (kasus terbanyak, ketulian)
5. Kelainan lain-lain (pembengkakan hati dan limpa, gangguan pembekuan
darah)
Perencanaa;
1. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda
kehamilan selama 3-6 bulan, dan apa bila ibu yang sedang hamil Terapi
Antivirus
2. Beristirahatlah sebanyak mungkin.
3. Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
4. Mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat mengonsumsi parasetamol atau
ibuprofen untuk menurunkan panas dan meredakan nyeri pada sendi.
5. Memberitahu keluarga untuk merujuk ibu ke RS untuk mendapatkan penangan
penyakit Rubella dengan segera.
EVALUASI
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran,
bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih
ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami
demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri.
Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang
dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang
masuk karena dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga
akibat ketuban pecah dini sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman
bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui juga pada endometrium atau
lapisan dalam rahim . Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan
tidak steril.
3.2 SARAN
Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda
dan gejala yang mengarah ke Rubella terutama pada ibu tersebut hamil,
supaya ibu tidak terlambat dalam mendapatkan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan,Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah, Yeyeh, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan),Jakarta : CV
Trans Info Media