KELAINAN KONGENITAL SALURAN PENCERNAAN
I. Labiopalatoskizis ( mulut) Yaitu kelainan bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut tidak menutup dengan sempurna Etiologi a.
factor Genetik atau keturunan Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
Selain itu bisa juga karena mutasi gen THF 8 b. -
-
-
c. d.
Kurang Nutrisi contohnya defisiensi vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
Fungsi Asam Folat berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin Folat juga dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Defisiensi Asam Folat menyebabkan gangguan metabolisme DNA. Akibatnya terjadi terjadi perubahan perubahan dalam morfologi intisel terutama sel-sel sel-sel yang cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina, Kekurangan folat menghambat penyembuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah darah lain, peradangan peradangan lidah (glositis) (glositis) dan gangguan saluran cerna. Pada ibu hamil, kekurangan asam folat menyebabkan meningkatnya resiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat serta bisa menyebabkan keguguran. keguguran. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400 mikrogram/ hari Asam folat perlu diberikan mulai mulai 4 bulan sebelum kehamilan. kehamilan. Ini didasarkan didasarkan pada kenyataan bahwa banyak wanita tidak tahu pasti kapan dirinya akan hamil. Bagi janin, kekurangan asam folat pada ibu hamil, bisa menyebabkan terjadinya terjadinya kecacatan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing, bayi lahir dengan berat badan rendah, Down’s Syndrome, bayi mengalami kelainan pembuluh darah, Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat. Alkohol mengganggu mengganggu absorbsi dan dan menungkatkan ekskresi ekskresi folat Radiasi Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
e.
Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu da n kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
f.
Patofisiologi Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian ya ng telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Klasifikasi 1. Berdasarkan organ yang terlibat a. Celah di bibir (labioskizis) b. Celah di gusi (gnatoskizis) c. Celah di langit (palatoskizis) d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis) 2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk a.
Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu
sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.
Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya
b.
disalah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung. c.
Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Gejala Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Terjadi pemisahan langit-langit Terjadi pemisahan bibir Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit Infeksi telinga berulang Berat badan tidak bertambah Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung Diagnosis Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau idak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG.
Komplikasi Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum. memerlukan penanganan khusus seperti dot 1.
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing 2. Infeksi telinga, dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran 3. Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat m enghambatnya 4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
Penatalaksanaan Penanganan untuk bibir sumbing adalah d engan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu : -
-
Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, usianya minimal 10 minggu kadar leukosit minimal 10.000/ui. Pencegahan menghindari faktor- faktor yang meningkatkan t erjadinya labiopalatoskizis Skrining USG
Divertikulum mekel ( yeyunum ileum ) Adalah suatu kelainan bawaan yang merupakan suatu kantung ( divertikula ) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula ini bisa mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas. Penyebab pasti tidak diketahui. Gejala
Biasanya tidak bergejala, tapi kantungnya dapat melepaskan asam dan menyebabkan ulkus sehingga terjadi perdarahan rektum yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan / kehitaman Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum cenderung menyebabkan penyumbatan usus sehingga timbul nyeri, kram dan muntah
> > >
Diagnosa Melalui skrining radionuklir Pada pemeriksaan tinja bisa ditemukan adanya darah Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan adanya anemia Penatalaksanaan Jika tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum disertai pengangkatan jaringan usus disekitarnya
VIII. Hirschsprung (Megakolon Kongenital ) Etiologi Terjadi akibat tidak adanya sel-sel ganglion submukosa dan pleksus miesterikus dari intestin distal. Patogenesis Tidak ada ganglion parasimpatik dalam dinding usus yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu menyebabkan bagian kolon yang sempit ini tidak dapat mengembang sehingga tatap sempit dan defekasi terganggu. Kolon proksimal (antara usus yang persarafannya normal dan abnormal) akan menebal/hipertropi otot karena tinja yang tertimbun menyebabkan penebalan dinding usus. Manifestasi klinis Gangguan defekasi 24 jam setelah lahir
seluruhnya
Trias klasik : Mekonium keluar terlambat, muntah hijau, perut membuncit
Gejala obstipasi kronik diiringi oleh diare berat dengan feses berbau dan berbau khas karena enterokolitis
•
•
Distensi berlebihan dinding abdomen Pada anak yang lebih besar, diare lebih menonjol Diagnosis 1.
Pemeriksaan fisik
2.
Pemeriksaan radiologis : Tampak masa usus yang melebar
rectal toucher
Pemberian barium enema ditemukan perubahan kaliber usus yang mendadak diantara usus berganglion dan aganglion 3.
Pemeriksaan manometri anal didapat kenaikan tekanan sfingter ani interna dibandingkan orang yang normal 4.
5.
–
–
Biopsi rektum -> tidak ditemukan sel ganglion parasimpatik
Tata laksana Untuk mengobati gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis, lakukan bilasan kolon dengan cairan garam faai atau kolostomi di daerah yang ganglioner dengan laparatomi atau anal tube Bedah definitive bila bayi berusia 6 – 12 bulan, dengan BB >9 kg.
IX. Atresia recti dan ani •
•
Tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lobang anus yang tidak sempurna Anus tampak rata / sedikit cekung kedalam / anus ada tapi tidak berhubungan dengan rectum
Etiologi Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/ 3 bulan Adanya gangguan/ berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal, serta traktus urogenital Tanda dan gejala Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi
Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
Perut kembung
Klasifikasi 1) Anal stenosis -> penyempitan daerah anus -> feses tidak bisa keluar 2) Membranosus atresia -> terdapat membran pada anus 3) Anal agenesis -> memiliki anus, tapi ada daging antara rektum dan anus 4) Rektal atresia -> tidak memiliki rektum Diagnosis * Kelainan biasanya dapat di diagnosis setelah lahir, Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran * Perut kembung * Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan foto rontgen untuk menentukan letak ujung buntu USG perianal untuk menentukan jarak antara ujung rektum dengan kulit
o
o
Penatalaksanaan Kolonostomi, dilakukan saat bayi berusia 12 bulan Eksisi membran anal -> membuat anus buatan
3. Hernia 1. Pengertian Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
2. Bagian-bagian Hernia Bagian-bagian hernia adalah
1) Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus 3) Locus Minoris Resistence (LMR) 4) Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong her nia 5) Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
3. Klasifikasi Hernia 1) Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas : a. hernia bawaan (kongenital) b. hernia yang didapat (akuisita)
2) Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi a. Hernia interna b. Hernia eksterna
3) Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi menjadi a. Hernia reponible, yaitu terjadi jika isi hernia dapat keluar masuk, isi hernia keluar biasanya pada saat
berdiri atau mengedan (aktifitas) dan masuk pada saat tiduran (istirahat) , hernia jenis ini biasanya tanpa keluhan. b. Hernia irreponible, yaitu terjadi jika isi hernia tidak dapat keluar masuk karena sudah ada perlekatan antara isi hernia dengan kantongnya, hernia jenis ini biasanya tanpa keluhan nyeri maupun gangguan pasase usus. c. Hernia inkaserata, yaitu terjadi jika isi hernia tidak dapat kelu ar masuk kerena adanya jepitan isi hernia oleh cincin hernia sehingga timbul gejala gangguan pasase usus seperti mual, muntah, kembung, tidak dapat BAB, tidak dapat flatus. d. Hernia strangulata, yaitu terjadi jika isi hernia megalami jepitan oleh cincin hernia sehingga timbul gejala gangguan pasase (obstruksi) dan gangguan vaskularisasi. Gangguan pasase dapat berupa mual, muntah, kembung, tidak dapat BAB, tidak dapat flatus dan gangguan vaskularisasi dapat berupa nyeri yang menyerupai cholik yang lama kelamaan bisa menetap dan dapat diikuti dengan nekrosis daerah yang mengalami jepitan bahkan dapat terjadi perforasi. Bila hernia strangulata hanya menjepit sebagian dinding usus biasanya disebut hernia Richter.
4. Factor Predisposisi Hal-hal yang mempermudah terjadinya suatu hernia antara lain : 1) Riwayat batuk lama : TBC paru 2) Pekerja pengangkat beban berat 3) Trauma 4) Konstipasi lama 5) Usia tua 6) Hipertrofi prostat 7) Iatrogenik 8) Obesitas 9) Kebiasaan mengejan saat BAB
5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan dalam beberapa tindakan, antara lain: 1) Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. 2) Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. a. Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat din ding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
6. Pencegahan Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen: 1) Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan, konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang sesuai. 2) Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi. 3) Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu pada pinggang. 4) Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.
4. Invaginasi 1) Defenisi Intususepsi atau invaginasi adalah suatu keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi (Mansjoer. R. 2000)
2) Epidemiologi Intususepsi lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan (Mansjoer. R. 2000). Angka kejadian pada anak laki-laki 3 kali lebih besar bila dibandingkan anak perempuan (kidshealth. org, 2001). Seiring dengan pertambahan umur, perbedaan kelamin menjadi bermakna. Pada anak usia lebih dari 4 tahun, rasio insidensi anak laki-laki dengan anak perempuan adalah 8 : 1. (emedicine, 2001)
3) Etiologi Pada bayi lebih dari 3 tahun, bisa disebabkan faktor mekanik, seperti : a. Meckel diverticulum b. Polip pada untestinum c. Lymposarcoma intestinum d. Trauma tumpul pada abdominal dengan hematom e. Hemangioma emedicine.com, 2003). Selain itu beberapa penelitian menunjukkan peranan rotavirus pada penyebab invaginasi.
4) Gejala Klinis Gejala yang tampak adalah nyeri perut yang hebat, mendadak dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik hingga menit dengan interval waktu 5-15 menit. Diluar serangan, anak tampak sehat. (www.pediatrik.com, 2003). Bayi dengan intususepsi akan mengalami nyeri abdomen yang sangat
mendadak sehingga mereka menangis dengan sangat kesakitan dan keras. Bayi tersebut akan menarik lututnya ke dada. kidshealth.org, 2001) Anak sering muntah dan dalam feses sering ditemukan darah dan lendir. Secara bertahap anak akan pucat dan lemas, bisa menjadi dehidrasi, merasa demam, dan perut mengembung. (www.gosh, 2002).Selain itu, ada gejala-gejala seperi anak menjadi cepat marah, nafas dangkal, mendengkur, konstipasi kidshealth.org, 2001).
5) Diagnosis Anamnesa dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari riwayat pasien sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada riwayat dipijat, diberi makanan padat padahal umur anak dibawah 4 bulan. kidshealth.org, 2001).Pemeriksaan fisik, pada palipasi diperoleh abdomen yang mengencang, massa seperti sosis kidshealth.org, 2001). Pemeriksaan penunjang dilakukan X-ray abdomen untuk melihat obstruksi kidshealth.org.2001).Pemeriksaan ultrasound bisa melihat kondisi secara umum dengan menggunakan gelombang untuk melihat gambaran usus di layar monitor (www.gosh, 2002).
6) Penatalaksanaan Penatalaksanaan invaginasi adalah a. Terapi cairan intravena b. Pemasangan nasogastrik tube c. Barium enema untuk reduksi invaginasi d. Operasi, jika tindakan dengan barium enema tidak berhasil
7) Komplikasi Jika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa komplikasi berat, seperti kematian jaringan usus, perforasi usus, infeksi dan kematian kidshealth.org, 2001).
8) Prognosis Invaginasi dengan terapi sedini mungkin memiliki prognosis yang baik. Terdapat resiko untuk kambuh lagi familidoctor.org, 2003)
9) Differensial diagnosis Differensial diagnosis pada invaginasi adalah a. Trauma Abdomen b. Appendisitis Akut c. Hernia d. Gastroenteritis e. Torsi testis f. Perlengketan jaringan g. Volvulus h. Meckel diverticulum i. Perdarahan G 1 j. Proses-proses yang menumbuhkan nyeri abdomen emedicine.com, 2003).
5. Hemorrhoid 1. Defenisi Hemorrhoid adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus hemoroidalis inf/sup.
2. Etiologi Etiologi hemorrhoid adalah a. Obstruksi vena b. Prolaps bantalan anus c. Keturunan d. Diet dan geografis e. Kebiasaan defekasi f. Tonus sfingter anus
3. Gejala klinis Gejala klinis hemorrhoid adalah a. Perdarahan melalui anus b. Prolaps atau benjolan anus c. Nyeri dan rasa tidak aman d. Secret, pruritus dan hygiene kurang
4. Komplikasi Komplikasi yang muncul adalah a. Trombosis dan infeksi bantalan vaskuler interna b. Edema c. Trombosis vaskuler ekterna d. Anemia e. Dermatitis perianal
5. Diagnosis Diagnose hemorrhoid ditegakkan dengan diagnose a. Anamnesa b. Pemeriksaan fisik c. Inspeksi perianal d. Palpasi e. Anuskopi f. Sigmoidoskopi
6. Klasifikasi Klasifikasi hemorrhoid adalah a. Stadium I Pada stadium I terjadi perdarahan, tetapi tidak terjadi prolaps b. Stadium II Pada stadium II, terdapat bantalan prolaps seperti dibawah L.Dentata saat mengedan dan hil ang spontan, selain itu terdapat secret dan pruritus c. Stadium III
Pada stadium III, terdapat bantalan anus yang keluar saat mengedan dan tetap diluar sampai direposisi manual, selain itu biasanya terdapat kotoran dalam pakaian dalam. d. Stadium IV Pada stadium IV, terdapat nyeri, prolaps tidak dapat direposisi secara manual, dan terdapat bantalan interna yang ditutupi mukosa.
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hemorrhoid ini adalah a. Pencegahan Usaha yang dapat dilakukan adalah 1) Memberikan nasehat 2) menghindari konstipasi kronik 3) mengkonsumsi makanan berserat tinggi 4) menghindari makanan yang pedas 5) menggunakan toilet jongkok
b. Medikamentosa Obat yang digunakan adalah Obat simtomatik nyeri ,gatal ,salep antiseptik,analgetik, vasokonstriktor.
c. Tindakan invasiv Tindakan invasive yang dapat dilakukan adalah 1) Skleroterapi 2) Rubber Band Ligation 3) Cryotheraphy atau cryosurgery 4) Coagulation infra red 5) Bipolar diathermy 6) Tindakan operasi
6. Perdarahan Saluran Pencernaan 1) Defenisi Perdarahan bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu.
2) Etiologi Penyebab perdarahan pada saluran pencernaan : a. Kerangkongan, di antaranya disebabkan oleh: a) Robekan jaringan b) Kanker
b. Lambung, di antaranya disebabkan oleh: a) Luka kanker atau non-kanker b) Iritasi (gastritis) karena aspirin atau Helicobacter pylori
c. Usus halus, di antaranya disebabkan oleh: a) Luka usus dua belas jari non-kanker b) Tumor ganas atau jinak
d. Usus besar, di antaranya disebabkan oleh: a) Kanker b) Polip non-kanker Penyakit peradangan usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) c) Penyakit divertikulum d) Pembuluh darah abnormal di dinding usus (angiodisplasia)
e. Rektum, di antaranya disebabkan oleh: a) Kanker b) Polip non-kanker c) Anus, di antaranya disebabkan oleh: • Hemoroid • Robekan di anus (fisura anus)
3) Manifestasi Klinik Gejalanya bisa berupa: 1. muntah darah (hematemesis) 2. mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena) 3. mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia) Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah dapat menghasilkan tinja yang berwarna kehitaman. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan abnormal tekanan darah, pada saat penderita berdiri setelah sebelumnya berbaring. Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut nadi yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan dan kaki penderita juga akan teraba dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah ke otak karena kehilangan darah, bisa menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok. Gejala kehilangan darah yang serius bisa berbeda-beda, tergantung pada apakah penderita memiliki penyakit tertentu lainnya. Penderita dengan penyakit arteri koroner bisa tiba-tiba mengalami angina (nyeri dada) atau gejala-gejala dari suatu serangan jantung. Pada penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari penyakit lainnya, seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa bertmbah buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan pembentukan racun yang akan menimbul kan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik).
4) Diagnosa Pemeriksaan ditujukan untuk mene mukan sumber perdarahan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah
a. Endoskopi b. Biopsy c. Rontgen dengan menggunakan barium enema d. angiografi
5) Penatalaksanaan Pada lebih dari 80% penderita, tubuh akan berusaha menghentikan perdarahan. Penderita yang terus menerus mengalami perdarahan atau yang memiliki gejala kehilangan darah yang jelas, seringkali harus dirawat di rumah sakit dan biasanya dirawat di unit perawatan intensif. Bila darah hilang dalam jumlah besar, mungkin dibutuhkan transfusi. Untuk menghindari kelebihan cairan dalam pembuluh darah, biasanya lebih sering diberikan transfusi sel darah merah (PRC/Packed Red Cell) daripada transfusi darah utuh (whole blood). Setelah volume darah kembali normal, penderita dipantau secara ketat untuk mencari tanda-tanda perdarahan yang berlanjut, seperti peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah atau kehilangan darah melalui mulut atau anus. Perdarahan dari vena varikosa pada keron gkongan bagian bawah dapat diobati dengan beberapa cara. Diantaranya dengan memasukkan balon kateter melalui mulut ke dalam kerongkongan dan mengembangkan balon tersebut untuk menekan daerah yang berdarah. Cara lain ialah dengan menyuntikan bahan iritatif ke dalam pembuluh yang mengalami perdarahan, sehingga terjadi peradangan dan pembentukan jaringan parut pada pembuluh balik (vena) tersebut. Perdarahan pada lambung sering dapat dihentikan melalui endoskopi. Dilakukan kauterisasi pembuluh yang mengalami perdarahan dengan arus listrik atau penyuntikan bahan yang menyebabkan penggumpalan di dalam pembuluh darah. Bila cara ini gagal, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Perdarahan pada usus bagian bawah biasanya tidak memerlukan penanganan darurat. Tetapi bila diperlukan, bisa dilakukan prosedur endoskopi atau pembedahan perut. Kadang-kadang lokasi perdarahan tidak dapat ditentukan dengan tepat, sehingga sebagian dari usus mungkin perlu diangkat.