KERACUNAN
DAN PENANGANANNYA OLEH: dr. Rizal Zainal,SpAn
Definisi
Keracunan adalah masuknya suatu zat kedalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Klasifikasi keracunan
Berdasarkan bentuk zat : Padat, misalnya obat-obatan, makanan Gas, misalnya CO Cair, misalnya alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia.
Berdasarkan sifat zat: Korosif: asam/ basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida), bensin, minyak. Non korosif: makanan, obat-obatan.
Berdasarkan cara masuknya zat: Tertelan melalui mulut: keracunan makanan/ minuman Terhisap melalui hidung: keracunan gas CO Terserap melalui kulit/mata: keracunan zat kimia
Bahan yang sering menyebabkan keracunan: Alkohol Asetosal/ aspirin/ naspro Luminal/ obat tidur lainnya Amfetamin Narkotika Arsen/ racun tikus Bensin/ minyak tanah Makanan laut Jengkol Jamur Makanan
Keracunan Alkohol Gejala: Kekacauan mental Pupil mata dilatasi (melebar) Sering muntah Bau alkohol Pertolongan awal: Upayakan muntah bila pasien sadar Bilas lambung dengan air Pertahankan jalan napas baik Beri minum kopi hitam bila pasien sadar Infus glukosa (mencegah hipoglikemia)
Keracunan asetosal/aspirin/naspro Gejala: Nafas dan nadi cepat Gelisah Nyeri perut Muntah (sering bercampur darah) Sakit kepala Pertolongan awal: Buat nyaman pasien Bila sadar beri minum air atau susu Bawa ke sarana kesehatan
Keracunan luminal dan obat tidur sejenisnya Gejala: Refleks berkurang, depresi pernapasan Pupil kecil dan akhirnya dilatasi (melebar) Shock dan bisa koma Pertolongan awal: Bila sadar, beri minum hangat, upayakan muntah Bila tidak sadar, bersihkan saluran pernapasan Bawa ke Rumah Sakit: Jangan lakukan emesis/ bilas lambung Bila sadar beri kopi pahit secukupnya Bila depresi pernapasan beri amphetamin 4-10 mg im
Keracunan Amfetamin Gejala: Mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikar-di, aritmia, psikosis, gagal nafas dan sirkulasi Tindakan: Bilas lambung Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, diulang 30’ Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi) Gejala: Gelisah, kelainan kulit Laboratorium: Agranolositosis Tindakan: Antihistamin im/iv, epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein) Gejala : mual, muntah, pusing, kulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal sampai koma. Tindakan : Jangan lakukan emesis Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB. Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik. Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
Keracunan arsen/racun tikus Gejala: perut dan tenggorokan terasa terbakar muntah, mulut kering buang air besar seperti air cucian beras nafas dan kotoran berbau bawang kejang dan syok Pertolongan awal: usahakan agar dimuntahkan beri minum hangat/susu atau larutan norit
Tindakan : Bilas lambung dengan Natrium karbonat/ sorbitol Atasi syok dan gangguan elektrolit Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam elama 24 jam pertama. Hari kedua ampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama) ari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
Keracunan bensin/minyak tanah Gejala: Inhalasi : nyeri kepala, mual, sesak nafas Ditelan : muntah,diare, sangat berbahaya jika terjadi aspirasi (terhisap saluran pernafasan) Pertolongan awal: Jangan lakukan muntah buatan Beri minum air hangat Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit Jangan lakukan emesis Bilas lambung hati-hati Beri pencahar Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im Awasi kemungkinan edema paru
Keracunan makanan laut Gejala: Panas sekitar mulut rasa tebal pada anggota badan mual, muntah, diare, nyeri perut nyeri sendi pruritus Demam Paralisa otot pernapasan masa laten 1/3 – 4 jam Rasa panas di sekitar mulut Rasa baal pada ekstremitas
Pertolongan awal: Netralisir dengan cairan Upayakan muntah Rumah sakit: Emesis Bilas lambung Beri . pencahar
Keracunan jengkol Hal mempengaruhi timbulnya keracunan: jumlah yang dimakan cara penghidangan makanan penyerta lainnya Gejala: nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol sakit pinggang yang diserta sakit perut nyeri waktu buang air kecil buang air kecil disertai darah Pertolongan awal: minum air putih yang banyak obat penghilang rasa sakit
Rumah sakit: Infus Natrium bikarbonat Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
Keracunan jamur Muncul dalam beberapa menit sampai 2 jam Gejala : Keluar air mata dan mata miosis Sakit perut, muntah dan diare Ludah dan berkeringat banyak Kejang, dehidrasi, syok sampai koma Pertolongan awal: Netralisasi dengan cairan Upayakan pasien muntah Rumah sakit: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar Infus Glukosa Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
Keracunan Makanan Penyebab adalah staphylococcus. Masa laten 2-8 jam. Gejala : mual, muntah Diare Nyeri perut Nyeri kepala, demam Dehidrasi Dapat menyerupai disentri Pertolongan awal: Muntah buatan Beri minuman yang banyak Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
Diagnosis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik, dengan mengenali sindrom toksik spesifik, atau toxidromes 3. Penggunaan uji diagnostik yang tepat
Anamnesis Kapan, apa, berapa banyak, bagaimana (rute paparan) Akut atau kronis Tanda dan gejala Pengobatan yang telah diberikan Riwayat pekerjaan, hobby (fokus: bahan kimia, metal, gas) Kondisi medis sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Tanda vital Tanda tempat racun masuk Pemeriksaan mata, THT Sistem neurologis, kardiopulmonal, gastrointestinal, dan dermatologi Toxidromes: kumpulan tanda dan gejala yang khas untuk keracunan agent adrenergik, kolinomimetik, opioid, hipnotiksedatif (Tabel) Manifestasi khas dugaan zat toksik tertentu
TOXIDROMES AND ASSOCIATED DRUGS AND TOXICANTS Toxidrome Adrenergic
Vital Signs Hypertension, hyperthermia, tachycardia, tachypnea
Anticholinergic Hyperthermia, tachycardia
Syndrome Features End Organ
Drugs/Toxicants
Agitation, arrhythmias, diaphoresis, mydriasis, seizures
Amphetamines, caffeine, cocaine, ephedrine/pseudoephedrine/Ephedra sp, phenylpropanolamine,[*] theophylline
Agitation/delirium, decreased/absent bowel sounds, dry flushed skin/mucous membranes, mydriasis/blurred vision, seizures, urinary retention
First-generation H1-receptor antagonists (e.g., classic antihistamines), belladonna alkaloids (e.g., scopolamine, hyoscyamine) from plants (e.g., Datura sp—deadly nightshade, henbane), benztropine, cyclic antidepressants, dicyclomine, muscle relaxants (e.g., orphenadrine, cyclobenzaprine), trihexyphenidyl
Cholinomimetic Tachycardia/bradyc Agitation/delirium/coma, bronchorrhea, ardia[†] bronchospasm, diaphoresis, fasciculations, lacrimation, miosis, urination, diarrhea/vomiting, seizures
Carbamates, cholinesterase inhibitors (e.g., physostigmine, neostigmine, edrophonium), Inocybe or Clitocybe mushroom sp, nerve gases (e.g., soman, sarin), organophosphorus compounds
Opiate/opioid
Bradycardia, CNS depression, hypotonia, miosis, bradypnea/apnea, mydriasis (dextromethorphan, hypotension (rare), meperidine, pentazocine) hypothermia
Codeine, fentanyl/designer fentanyls, heroin, opioids (e.g., hydrocodone, oxycodone, meperidine, morphine), propoxyphene, central α2-agonists (e.g., clonidine, imidazolines)
Sedativehypnotic
Bradypnea/apnea, Ataxia, CNS depression, hyporeflexia, hypotension, slurred speech, stupor/coma hypothermia
Barbiturates, benzodiazepines, bromides, chloral hydrate, ethanol, ethchlorvynol, etomidate, glutethimide, meprobamate, methaqualone, methyprylon, propofol, zolpidem
CNS = central nervous system; * Reflex bradycardia can occur as a result of a pure α-adrenergic agonist effect; † Tachycardia can occur early as a result of a preganglionic nicotinic effect; as toxicity progresses, postganglionic muscarinic effects predominate, and bradycardia develops.
Algoritme Diagnostik dengan Menggunakan Ukuran Pupil
Karakteristik bau racun Bau
Penyebab
Aseton
Isopropil alkohol, aseton
Almond
Sianida
Bawang putih
Arsenik, selenium, talium
Telur busuk
Hidrgen sulfida, merkaptan
Karakteristik warna urin Warna urine
Penyebab
Hijau/biru
Metillin blue
Kuning merah
Rifampisin, besi (Fe)
Coklat tua
Fenol, kresol
Butian keputihan
Pirimidon
Gambaran klinis yang menunjukkan penyebab keracunan Gambaran klinis
Kemungkinan penyebab
Pupil pin point, frek.napas turun
Opioid, inh kolinesterase (organofasfat, carbamate, insektiside), klonidin, fenotiazin
Dilatasi pupil, laju napas turun
Benzodiazepin
Dilatasi pupil, takikardi
Antidepresen trisiklik, amfetamin, ekstasi, kokain,antikolinergik, antihistamin
Sianosis
Obat depresan SSP, bahan penyebab methemoglobinemia
Hipersalivasi
Organofosfat, karbamat, insektisida
Nistagmus, ataksia, tanda serebral
Antikonvulsan (frenitoin, karbamazepin), alkohol
Gejala ekstrapiramidal
Fenotiazin, haloperidol, metoclopramide
Seizure
Antidepresan trisiklik, antikonvulsan, teofilin, antihistamin, OAINS, fenothiazin, isoniazid
Gambaran klinis yang menunjukkan penyebab keracunan Gambaran klinis
Kemungkinan penyebab
Hipertemia
Litium, antidepresan trisiklik, antihistamin
Hipertemia dan hipertensi, takikardi, agitasi
Amfetamin, ekstasi, kokain
Hipertemia dan takikardi, asidosis salisilat metabolik Bradikardia
Penghambat beta, digoksin, opioid, klonidin, antagonis kalsium (kecuali dihidropiridin), organo fosfat, insektisida
Abdominal cramp, diare, takikardi, halusinasi
Withdrawal alkohol, opioat, benzodiazepin
Uji Diagnostik Drug testing Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan darah lainnya (atas indikasi) Gula darah Analisis gas darah, anion gap Fungsi ginjal Fungsi hati Imaging (atas indikasi) Pemeriksaan EKG
Tatalaksana Stabilisasi kegawatan (ABC) Advanced life support Evaluasi klinis (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang) Dekontaminasi, dan pemberian antidot untuk keracunan spesifik (eliminasi racun) Suportif Observasi dan pemulangan
Algoritme Tatalaksana Keracunan Akut
• • • • • • •
AC = activated charcoal; BARAs = β-adrenergic receptor antagonists; CCAs = L-type calciumchannel antagonists; HF = hydrofluoric acid; MDAC = multidose activated charcoal; NS = 0.9% saline solution; PEG = nonabsorbable polyethylene glycol solution.
Algoritme Dekontaminasi
Multiple-dose activated charcoal (MDAC), Single-dose activated charcoal (SDAC)
Algoritme Dekontaminasi
1
2
3
4
5 6
Irritants, corrosives, and substances toxic by skin absorption should be removed. Liquids with high volatility and potential for secondary contamination (organic solvents) should likewise be removed. When in doubt, decontamination is appropriate; however, life-saving interventions (ABCs) take precedence over decontamination. Personnel should wear protective garments appropriate to the hazard. If the history is reliable and the ingestion is clearly nontoxic, no decontamination is required. The urge to “do something” should be weighed against the maxim to “first, do no harm.” Single-dose activated charcoal (SDAC) is considered most effective when administered less than 1 hour after ingestion of a toxic substance. There is insufficient evidence to support or condemn its use with toxic ingestions presenting more than 1 hour later. In general, metals (lithium, iron, but not thallium) and alcohols are poorly absorbed. Multiple-dose activated charcoal (MDAC) should be considered primarily if a patient has ingested a life-threatening amount of carbamazepine, dapsone, phenobarbital, quinine, or theophylline. Multiple-dose activated charcoal increases the elimination of amitriptyline, dextropropoxyphene, digitoxin, digoxin, disopyramide, nadolol, phenylbutazone, phenytoin, piroxicam, and sotalol, but evidence is insufficient to support its use in these ingestions. Whole bowel irrigation should not be performed in the presence of ileus or bowel obstruction. If uncertainty exists about the need for decontamination procedures, contact the regional poison control center and/or a medical toxicologist.
Indikasi Intubasi Endotrakeal KEADAAN KLINIS DAN CONTOH AGENTS PADA PASIEN KERACUNAN YANG MUNGKIN MEMERLUKAN INTUBASI ENDOTRAKHEAL Ingesti zat korosif (sodium hydroxide, sulfuric acid) Inhalasi zat korosif (ammonia, chlorine) Envenomation/keracunan oleh venom (hymenoptera, crotalid) Anaphylaxis (hymenoptera) Edema paru (opioids, chemical weapons [e.g., choking agents]) Bronchorrhea (organophosphates or nerve agents) Depresi SSP berat (ethanol, opioids, barbiturates) Cerebrovascular accident (cocaine) Kejang (isoniazid, theophylline) Aspirasi (hydrocarbons) Hyperkarbia (CNS depressants, nerve agents, botulism)
Dekontaminasi Dekontaminasi Kulit ◦ Water soluble air ◦ Non water soluble air + sabun Dekontaminasi mata ◦ Normal saline ◦ saline-based eye washes Dekontaminasi kulit dan mata ◦ Cairan dekontaminasi khusus: Diphoterine
Dekontaminasi
Pengosongan lambung: ◦ Emetik: Ipecac Diberikan dalam waktu 30 – 90 menit ingesti Kontra Indikasi: ◦ Ingesti petroleum distillates (LPG, bensin, minyak tanah, gas-oil) ◦ Ingesti asam kuat atau basa kuat ◦ Ingesti strychnine atau proconvulsants lainnya ◦ Tidak sadar atau refleks muntah (-)
Dekontaminasi
Dosis: 6 – 12 bulan: 5 – 10 mL 1 – 12 tahun: 15 mL Diikuti dengan 10 – 20 ml per kg BB air Anak lebih tua dan dewasa: 30 ml Diikuti dengan 200 – 300 ml air
Dekontaminasi
Gastric lavage Instilasi/drainage berulang Air atau normal saline Indikasi: ingesti < 1 jam [kecuali ingesti zat yang motilitas lambung ( contoh: antikolinergik)] substansi dalam jumlah yg bermakna yang dapat menyebabkan bahaya serius bila tidak dikeluarkan
Dekontaminasi
Gastric lavage Kontra indikasi: Ingesti low-viscosity petroleum products, zat korosif (asam dan basa) dan ketidak mampuan melindungi jalan nafas (kecuali telah dilakukan intubasi endotrakeal)
Eliminasi racun Menghilangkan racun ditubuh atau di dalam tubuh sebelum diserap: Mencuci bagian tubuh yang terpapar Mengosongkan perut (bilas lambung, muntah) Pemberian karbon aktif (50-100 g) Menghilangkan racun yang terlanjur diserap Diuresis paksa, pemberian mannitol 20% Antidote bila memungkinkan
Penutup Upayakan mendapatkan anamnesis selengkap mungkin termasuk saksi mata Orang yang ingin sekali bunuh diri seringkali berbohong Ingat ‘ABCs’ (Airway, Breathing, Circulation) Pemeriksaan lengkap + GCS Selalu periksa gula darah Kirim sampel darah dan urine untuk skrining toksikologi Tatalaksana keracunan: suportif, monitor, absopsi ↓, eliminasi ↑, antidotum spesifik.