PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS BUKO KEC. PINOGALUMAN Jalan Trans Sulawesi,DesaTombulang Timur,Kec.Pinogaluman
No. Dokumen Nama Dokumen
No.Revisi Tanggal Berlaku
Kerangka Acuan Program Kusta
KERANGKA ACUAN PROGRAM KUSTA TAHUN 2017
I.
PENDAHULUAN Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang kompleks.permasalahan yang di maksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, bahkan sampai dengan keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta sampai dengan saat ini masih ditakuti di masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pendidikan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang di timbulkannya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, memutus mata rantai penularan
penyakit,
serta
mencegah
akibat
buruk
lebih
lanjut
sehingga
memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Di
Indonesia
pengobatan
dari
perawatan
penderita
kusta
secara
terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia. Situasi kasus kusta di indonesia sejak 14 tahun terakhir (2000-2013) tidak mengalami perubahanIndonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati
urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 10,05% (WHO, 2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang
masih
ada
di
Indonesia,
yaitu
Filaria,
Kusta,
Frambusia,
Dengue,
Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan. II.
LATAR BELAKANG Hingga kini, kusta seringkali terabaikan. Meskipun kusta tidak secara langsung termasuk ke dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), namun terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi akan sangat membantu penurunan angka kejadian penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai eliminasi di tingkat nasional. Namun sesuai dengan indikator Low endemis (angka penemuan penderita 5/100.000 penduduk) pada tahun 2013 masih ada 12 propinsi yang mempunyai beban tinggi yang angka penemuannya di atas 10/100.000 Penduduk yaitu Papua Barat, Papua, Maluku utara, Maluku, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi tengah,Jawa timur dan Sulawesi tenggara. Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan penderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial. Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seluruh lapisan masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan takhayul. phobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif
terhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta. Selama masyarakat kita, terlebih lagi para Petugas kesehatan masih takut dan menjauhi penderita kusta, sudah tentu hal ini akan merupakan hambatan terhadap usaha penanggulangan
penyakit
kusta.
Akibat
adanya
Phobia
ini,
maka
tidak
mengherankan apabila ada penderita yang diperlakukan secara tidak manusiawi di kalangan masyarakat. III.
PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA. A. Pengorganisasian. Kepala Puskesmas KEPALA TATA USAHA PENANGUNG JAWAB UKM ESENSIAL PROMKES
KIA
GIZI
KESLING
P.J P2M
IMUNISASI
P.J Kusta
B. Tata Hubungan kerja dan Pelaporan 1. Tata hubungan kerja. Penangung jawab program KUSTA melakukan koordinasi Mulai dari tahap perencanaan, monitoring pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi kegiatan dengan P.J UKM dan lintas program, pembutan surat 2.
tugas berkoordinasi dengan KTU. Pelaporan. Penangung jawab program PTM membuat laporan pelaksanaan tugas dan kegiatan setiap akhir bulan dan di laporkan kepada KTU (SP2TP) kemudian oleh SP2TP ke kepala Puskesmas senjutnya Laporan Ke
IV.
Dinas Kesehatan. TUJUAN 1. TUJUAN UMUM Meningkatkan Cakupan Penemuan penderita baru sedini mungkin agar bisa di obati secara tuntas sehingga dapat memutus Mata rantai penularan serta mecegah terjadinya Kecacatan yang di akibatkan oleh Penyakit Kusta. 2. TUJUAN KHUSUS 2.1. Meningkatkan Penemuan penderita kusta baik secara pasif(sukarela) maupun secara Aktif. 2.2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi Petugas kesehatan di Puskesmas dalam upaya deteksi dini Kusta. 2.3. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi Masyarakat dalam upaya deteksi dini Kusta. 2.4. Membangun komitmen dengan pemerintah kecamatan dan Lintas sektor yang terkait dalam pengendalian Kusta.
V.
VISI DAN MISI V.1. Visi
Mewujudkan Masyarakat Kecamatan Pinogaluman yang sehat, mandiri dan bebas Kusta. V.2. Misi V.2.1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; V.2.2. Melindungi Kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; V.2.3. Menjamin Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. V.2.4. Menciptakan Tata kelola Puskesmas Yang sesuai dengan Standart. VI.
TATA NILAI CERDAS
VII.
KELUARAN YANG DIHARAPKAN VII.1. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi keluarga / masyarakat agar pengobatan berjalan baik dan tidak ada diskriminasi. VII.2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian penyakit Kusta. VII.3. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi petugas kesehatan di Puskesmas dan jejaringnya. VII.4. Ditemukannya kasus baru sedini mungkin. VII.5. Meningkatnya komitmen dan dukungan dari lintas program dan lintas sektor. VII.6. Menurunkan Angka Cacat Kusta Tingkat-2 di Wilayah Puskesmas Buko.
VIII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No. Kegiatan Pokok 1. Pemeriksaan Kontak Serumah
1. 2. 3.
2.
Rapid Village Survey ( RVS )
I. II.
Rincian kegiatan Untuk pasien baru, kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin(paling lambat 3 bulan sejak di temukan). Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik. Sasarannya adalah semua Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien dan tetangga di sekitarnya. Saat melakukan kunjungan, petugas diwajibkan membawa kartu penderita, alat pemeriksaan, dan obat MDT. Persiapan Pimpinan Puskesmas berserta programer kusta dan kepala desa membuat rencana pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan 1. Tahap Pertama a. Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan. b. Penjelasan tanda-tanda dini kusta dan program pengendalian penyakit kusta oleh dokter/programer kusta. c. Tanya jawab. d. Pembagian tugas kelompok kerja ( kelompok untuk deteksi suspek, kelompok untuk pencatatan, dan kelompok untuk diagnosa serta verifikator ). Besar dan jumlah kelompok disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya yang ada. e. Kelompok kerja bisa dari kader kesehatan, perangkat desa, dan petugas kesehatan lainnya. 2. Tahap Kedua a. Pemeriksaan seluruh desa untuk mencari suspek yang dijaring oleh kelompok kerja ( target suspek adalah minimum 10 % dari popilasi umum ). b. Pagi hari pemeriksaan difokuskan pada suspek dari anak sekolah sedangkan siang hari pada suspek di masyarakat umum. c. Pasien baru yang ditemukan pada saat pemeriksaan, dibuatkan kartu dan diberikan pengobatan serta penyuluhan yang mendalam. d. Suspek dicatat dan dijadwalkan untuk periksa ulang di Puskesmas dalam kurun waktu 3-6 bulan setelah pertemuan.
No. 3.
Kegiatan Pokok Pemeriksaan Anak Sekolah SD Sederajat (Survey School)
Rincian kegiatan 1. 2. 3. 4. 5.
IX.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Ceramah dan diskusi. 2. Pemeriksaan fisik. 3. Pembagian brosur dan leaflet. 4. Pemasangan banner di tempat-tempat strategis. 5. Monitoring dan evaluasi.
X.
SASARAN 1. 2. 3. 4. 5.
XI.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu diberikan penyuluhan tentang kusta kepada siswa dan guru. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d 6. Pemeriksaan dilakukan oleh programer kusta bekerja sama dengan lintas program atau petugas kesehatan lainnya yang telah mendapat sosialisasi Kusta. Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program / petugas kesehatan dan menemukan suspek kusta, maka perlu dirujuk ke dokter dan programer kusta / ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah siswa yang diperiksa dan kasus baru yang ditemukan dicatat.
Individu dan Keluarga. Masyarakat. Sekolah dasar. Lintas program. Lintas sektor.
PEMBIAYAAN Pendanaan dalam kegiatan program Kusta dibiayai oleh dana puskesmas yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Non fisik Bantuan operasional kesehatan (BOK) Puskesmas Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan APBD yang sah.
XII.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN NO
KEGIATAN POKOK
1
Pemeriksaan Kontak Serumah
2
Rapid Village Survey ( RVS )
3
Pemeriksaan Anak Sekolah SD Sederajat (Survey School)
JAN
FEB
MAR
APRIL
MEI
JUN
JUL
AGUSTUS
SEP
OKT
NOV
DES
√ √ √
XIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN - Evaluasi dilakukan setiap 2 ( dua ) minggu sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan, pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang aktif. XIV. PENCATATAN DAN PELAPORAN -
Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelaksanaan kegiatan. Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan palinglambat 1 minggu setelah kegiatan
-
dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1 bulan setelah kegiatan dilakukan Demikian Kerangka Acuan Program kusta. Tombulang Timur,
Januari 2017
Mengetahui, Kepala UPTD Puskesmas Buko
Penanggung Jawab Program Kusta
Febyanto Lumoto
Hastomo Anthoni