BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pengelolaan perusaan adalah untuk memaksimalisasi nilai perusaan dan kekayaan pemegang saham ( maximizing value of company and wealth of shareholders). Nilai dan kekayaan ini pada prinsipnya adalah ekspetasi kinerja masa depan perusahaan. Ada dua variabel yang menjadi pusat terbentuknya nilai dan kekayaan: ekspetasi arus kas dan tingkat risiko. Semakin tinggi ekspetasi arus kas yang bisa dihasilkan perusahaan, semakin tinggi nilai dan kekayaan. Sebaliknya, semakin rendah ekspetasi arus kas menyebabkan semakin rendah nilai pe rusahaan dan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi tingkat risiko, semakin besar tingkat diskonto terhadap ekspetasi arus kas. Akibatnya, semakin tinggi tingkat risiko maka semakin rendah nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Sebaliknya, semakin rendah tingkat risiko maka otomatis semakin tinggi nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Dengan memahami ekspetasi arus kas dan tingkat risiko,investor dan komisaris dengan mudah mengerti mengapa pada masa krisis hargasaham hancur. Harga saham, yang merupakan wujud kekayaan pemegang saham, tergantung pada kedua variabel di atas. Pada masa krisis, kinerja yang buruk menyebabkan ekspetasi arus kas merosot tajam. Sejalan dengan itu, tingkat risiko usaha membumbung tinggi. Kedua haltersebut menyebabkan kekayaan pemegang saham, saham, dan otomasis otomasis nilai nilai perusahaan menurun drastis. Direksi, yang bertugas melakukan eksekusi kebijakan dan meastikan jalannya perusahaan secara sehat, sangat berkepentingan terhadap pengelolaan kedua variabel di atas. Dengan kinerja yang sama, tetapi tingkat risiko yang lebih tinggi, nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham menurun drastis. Saat ini banyak ukuran kinerja direksi berdasarkan besaran yang telah disesuaikan dengan tingkat risiko (risk-adjucted performance meaures). Komisaris dan manajemen harus memberi perhatian yang cukup pada ukuran ini. Pada tingkat operasional, bukan saja direksi yang berkepentingan akan risiko. Setiap klaryawan yang terlibat, termasuk didalamnya officeboy. Risiko
bukan saja memberi dampak padaperusahaan, baik jangka panjang maupun pendek, tetapi bisa berdampak pada individu-individu dalam perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah risiko itu ? 2. Bagaimana cara mengetahui risiko ? 1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah bagaimana agar kita mengetahui cara menangani risiko dan mengendalikan risiko.
BAB II PEMBAHASAN
2.1Ketidakpastian
Apa itu ketidakpastian? Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkab hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Misalnya, Anda mengatakan bahwa Pemilu akan berjalan dalam bentuk salah satu dari tiga skenario berikut. Skenario pertama, berlangsung aman; skenario kedua, ada kerusuhan kecil dan tidak memiliki dampak berarti; skenario ketiga, terjadi kerusuhan dan menyebabkan Pemilu gagal. Kemudian, Anda membuat prediksi untuk masing-masing skenario tersebut, seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1 berikut.
Skenario Kejadian Pemilu aman Pemilu ada gangguan Kecil Pemilu gagal
Penjualan (Rp milyar) 500
400 100 Tabel 2.1 ketidakpastian usaha menjelang pemilu
Laba (Rp milyar) 50 30 -5
Risiko vs Ketidakpastian Risiko ketidakpastian Ukuran kuantitas -Jenis subjek yang tidak (quantity subject) ukuran kuantitatif Empiris Dapat mengukur kemungkinan -Tidak dapat mengukur Nilai suatu kejadian dengan fluktuasi dengan Fluktuasinya probabiltas -Tidak ada data pendukung Ada data pendukung (pengetahuan) mengenai mengukur kemungkinan Kemungkinan kejadian kejadian
Unknown but unquantified Outcomes
-Unknown and unquantified outcomes
Gambar 2.1 Risiko versus Ketidakpastian
2.2. Risiko
Sekarang, bagaimana dengan risiko? Pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Anda dapat menghitung tingkat ketidakpastian apabila anda dapat memperoleh informasi. Jadi, sekali lagi, yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi.
Orang memandang Risiko Keuangan dengan Berbagai cara Kemungkinan mengalami kerugian Kemungkinan hasilnya lebih rendah dari yang diharapkan naik-turunnya hasil dari Variabilitas-kemungkinan diharapkan: Jangkauan Standar deviasi Pada prinsipnya, risiko adalah: Ketidakpastian hasil sebagai akibat keputusan atau situasi saat ini.
yang
2.3 Klasifikasi Risiko
Untuk memudahkan pengenalan risiko, anda perlu melakukan klasifikasi sehingga mengenal karakter dari risiko. Bagian berikut ini menyajikan klasifikasi risiko secara umum. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko murni dan risiko spekulatif. Cara lain mengklasifikasi risiko adalah mengategorikan ke dalam risiko sistematik dan risiko spesifik. a. Risiko Murni dan Spekulatif Risiko murni merupakan risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan. Perusahaan menghadapi berbagai hal dalam risiko ini. Misalnya,
kekayaan berupa mesin menanggung risiko murni. Ada kemungkinan mesin mengalami kerusakan, mulaidari kerusakan kecil sampai besar. Tetapi, tidak mungkin keadaan sebaliknya bisa terjadi. Kekayaan berupa gedung juga ada kemungkinan mengalami kerugian berupa kerusakan atau kehancuran. Sementara yang disebut dengan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan. Misalnya, perusahaan yang menyimpan valuta asing seperti US$, GB, atau JPY dapat mengalami keuntungan atau kerugian. Simpanan tersebut menguntungkan bila nilai tukar mata uang tersebut menguat. Nilai simpanan tersebut meningkat bila dihitung dalam rupiah. Sebaliknya, nilai simpanan tersebut menurun bila dihitung dalam rupiah pada saat nilai tukar valuta asing tersebut melemah. Kebanyakan transaksi perusahaan yang melibatkan aspek moneter secara langsung mengandung risiko spekulatif. b. Risiko Sistematik dan Spesifik Risiko sistematik (systematic risk) juga disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi (nondiversiviable risk). Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko. Risiko spesifik (specific risk), atau risiko yang dapat didiversifikasi (diversiviable risk) dapat dihilangkan melalui proses penggabungan (polling ). Misalnya, amda memiliki bisnis produksi dan penjualan es krim. Pada mulanya, penjualan es krim terjadi pada saat musim panas atau musim kemarau. Sulit untuk menjual es krim saat musim hujan (atau musim dingin di Eropa). Dengan demikian, penjualan es krim meningkat pada saat musim kemarau dan menurun pada saat musim hujan. Gejolak naik turun seperti ini mencerminkan tingginya risiko bisnis es krim. Untuk mengurangi risiko naik turunnya penjualan, anda mengembangkan usaha berupa produksi dan penjualan payung. Bisnis payung sangat menarik pada saat musim hujan dan tidak menarik pada saat musim kemarau (sekalipun ada orang membeli payung dimusim kemmarau untuk melindungi diri dari sengatan matahari, namun jumlahnya tidak besar). Naik-turunnya pendapatan dari bisnis payung juga mencerminkan risiko pada bisnis ini.
Perilaku naik-turunnya pendapatan dari bisnis eskrim dan payung terjadi pada saat yang berlawanan. Pada musim hujan,penjualan payung sangat baik, tetapi penjualan es krim sangat memprihatinkan. Sebaliknya, pada musim kemarau penjualan payung sangat payah,sedangkan penjualan es krimsangat baik. Penggabungan kedua usaha menghasilkan nilai penjualan gabungan yang relatif stabil. Komponen gejolak dari penjualan kedua bisnis yang dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi usaha ini merupakan risiko spesifik atau diversiviable risk. Risiko yang sudah tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi tersebut dikenal dengan risiko sistematik atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Sesuai dengan namanya, propses diversifikasi tidak berfungsi apa-apa untuk mengurangi risiko. Konsep resiko sistematik dan spesifik sangat berguna dalam menangani risiko keuangan. Banyak risiko yang berkaitan dengan keuanganperusahaan dapat ditekan dengan menerapkan konsep diversifikasi.
Risiko Tergantung pada yang Memandang Pengetahuan dan penguasaan informasi Pengalaman seseorang mempengaruhi penilaian pada tingkat risiko Budaya yang memandang Posisi yang memandang Posisi keuangan Kemampuan mepengaruhi hasil Sifat asimetris Gambar 2.3 Risiko tergantung pada yang memandang 2.4 Pendorong Penerapan Manajemen Risiko Komporat Terintegrasi
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan tersebut, yaitu kompleksitas risiko, kondisi eksternal, dan ketersediaan produk pengelolaan risiko. a. Kompleksitas Risiko Semakin sederhana risiko, semakin mudah pengelolaannya. Setiap karyawan atau manajer bertanggung jawab untuyk mengelola risiko di unit kerja masing-masing.
Mereka harus memasukkan risiko yang dapat dihitung (calculated risk atau disebut juga expected risk ) ke dalam perencanaan. Misalnya, manajer sediakan bahan baku perlu memperkirakan kerusakan atau kehilangan bahan setiap periode. Risiko kehilangan atau kerugian tersebut dimasukkan dalam rencana pembelian bahan baku, dan lainnya. Tentu saja tindakan ini menimbulkan akibat berantai. Risiko kehilangan dan kerusakan menyebabkan pembelian dan penggunaan bahan baku meningkat. Dampaknya berupa peningkatan biaya bahan bakuper unit produk. Tentu saja akibat berikutnya adalah kenaikan harga jual produk. b. Kondisi Eksternal Kompleksitas risiko sangatbergantung pada faktor eksternal perusashaanyang menjadi peril atau penyebab risiko. Misalnya, risiko pasar semakin besar bila faktor-faktor ekonomiberfluktuasi dengan besar. Misalnya, semakin besar fluktuasi harga minyak, gejolak politik, pertumbuhan pendapatan nasional, inflasi, dan faktor fundamental lainnya, maka risiko pasar semakin besar pula. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan dapat menghitung expected risk . Masalahnya, semakin besar gejolak fundammental cenderung memperbesar uncalculated atau unexpected risk . Risiko dengan komponen unexpected risk yang besar akan menyulitkan setiapstaf atau manajer untuk mengelola risiko secara individual. Kesulitan terjadi karena tidak semua staf atau manajer memiliki keahlian yang mencukupi untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko tersebut. Oleh karna itu, pengelolaan unexpected risk kemudian diserahkan ke pihak lain yang ditunjuk secara khusus. c. Ketersediaan produk pengelolaan Risiko Pada awalnya, asuransi merupakan satu-satunya produk yang berfungsi dalam pengelolaan risiko. Itulah sebabnya setiap staf dan manajer perlu berurusan dengan asuransi setiap menghadapi risiko, khususnya unexpected risk . Demikian juga bila perusahaan menunjuk seseorang menjadi manajer risiko.
Pekerjaan utama dia adalah mengidentifikasi risiko, mengukurnya, dan menyeleksi produk asuransi yang cocok untuk mengelola risiko tersebut. 2.5 Dari Model Tradisional ke Korporat Terintegrasi
Cerita diats menunjukkan dua hal penting. Pertama, adanya tuntutan bagi korporat untuk memberi perhatian yang memadai dalam pengelolaan risiko. Kedua, perlunya mengubah cara pendekatan pengelolaan risiko sesuai perkembangan kondisi dari pendekatan tradisional ke pendekatan korporat terintegrasi. Apa itu pengelolaan risiko dengan pendekatan konvensional dan pendekatan korporat terintegrasi? Gambar 3.1 berikut menunjukkan perbandingan anatar keduanya. Manajemen Risiko Konvensional vs Korporat Terintegrasi Konvensional Risiko bersifat murni Risiko merupakan sumber masalah Risiko menimbulkan biaya Risiko harus diminimalisasi Memindahkan risiko ke pihak lain merupakan cara terbaik Risiko dikelola pada setiap kotak organisasi Korporat Terintegrasi Risiko bersifat murni dan spekulatif Risiko bisa menjadi sumber keunggulan bersaing Risiko merupakan modal Risiko harus dikelola dalam portofolio Ada beberapa metode pengelolaan risiko Risiko dikelola secara terintegrasi Gambar 3.1 Perbandingan manajemen risiko konvensional vs korporat terintegrasi
2.6 Kategori Risiko
Secara konvensional, perusahaan menganggap sesuatu menghadapi risiko apabila yang bersangkutan menghadapi risiko murni. Risiko murni adalah risiko yang bisa menimbulkan kemungkinan oerusahaan mengalami
kerugian atau kehilangan, tetapi tidak mungkin menimbulkan kemungkinan memperoleh keuntungan. Risiko jenis ini umunya melekat pada operasi dan aset perusahaan. Misalnya, risiko gedung berkaitan dengan kemungkinan gedung mengalami kebakaran atau kerusakan. Demikian juga risiko yang terkait dengan mesin dan pabrik. Risiko yang terkait dengan SDM berupa kecelakaan, mangkir, turunnya produktivitas dan sebagainya.
2.7 Pandangan Terhadap Risiko
Karena risiko dianggap hanya memunculkan kerugian, manajer risiko konvensional selalu menganggap bahwa risiko merupakan sumber masalah. Pandangan tersebut memaksa para manajer untuk mebuang jauh-jauh yang namnya risiko, kecuali bila para manajer merangkap menjadi spekulen.
2.8 Antara Biaya dan Modal
Pandangan para manajer konvensional terhadap biaya dari risiko mendorong mereka untuk membuang risiko. Risiko harus diminimalisasi, kalau bisa dihilangkan sama sekali. Umumnya mereka memindahkan risiko ke pihak lain dalam bentuk asuransi. Apa saja yang bisa diasuransikan akan diasuransikan. Itulah sebabnya para menajer risiko konvensional menganggap risiko berarti biaya. Artinya, risiko harus dihilangkan dan penghilangan risiko bisa terjadi kalau perusahaan bersedia menanggung biayanya. Kalau perusahaan tidak mau membayar biaya pengalihan risiko makan perusahaan harus menangani risiko tersebut. Akibatnya, perusahaan bisa menghadapi masalah dikemudian hari kalau risiko tersebut benar-benar terjadi. Akibatnya sama saja karena akhirnya perusahaan menanggung biaya akibat menanggung sendiri risiko. 2.9 Pengorganisasian Risiko
Secara konvensional, setiap manajer bertanggung jawab atas risiko unit kerjanya, baik expected maupun unexpected risks. Manajer pemasaran bertanggung jawab atas risiko berkaitan dengan masalah-masalah
pemasaran. Manajer SDM bertanggung jawab atas risiko berkaitan dengan SDM begitu seterusnya. Secara konvensional, mereka umumnya mengasuransikan risiko-risiko tersebut sejauh bisa diasuransikan.
Siklus Manajemen Risiko Pada intinya, siklus manajemen risiko korporat terdiri dari lima tahap: Tahap 1 : Identifikasi Risiko Pada tahap ini, analis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Namun demikian, ada risiko yang dominan, ada pula risiko yang minor. Tahap 2 : Pengukuran Risiko Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacur pada dua faktor: kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Misalnya, perusahaan yang meminjamkan uang Rp500 juta mempertaruhkan uang sebanyak itu untuk tidak kembali. Makan besarnya eksposur adalah Rp500 juta. Tahap 3 : Pemetaan Risiko Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Mengapa prioritas? Karena katerbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Jumlah uang dari SDM yang terbatas menyebabkan perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu, mana yang dinomor duakan, dan mana yang diabaikan. Perlu prioritas juga karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Tahap 4 : Model pengelolaan risiko
Ada beberapa model yang bisa diterapkan perusahaan dalam mengelola risiko. Buku ini menguraikan modelmodel tersebut yang dikupas dalam beberapa bab. Ada bab yang mengupas pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5 : Monitor dan pengendalian Mengapa monitor dan pengendalian penting? Pertama, mana jemen perlu memastikan bahwa pelakanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecendrungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Apa itu ketidakpastian? Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkab hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif.
Pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Anda dapat menghitung tingkat ketidakpastian apabila anda dapat memperoleh informasi. Jadi, sekali lagi, yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi.
KERANGKA MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK
YUNITAWATI C 101 14 079 RETNO PUSPITA DEWI MUH. FATHUR RAHMAN ZULFIKAR BUYUNG CENTARY YULIANA CANDRA RISTOBERTO
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TADULAKO 2O17