Klasifikasi Maloklusi
Klasifikasi dari maloklusi dirumuskan oleh Dr. E. H Angle. Seorang perintis orthodonthi yang terkenal, pada tahun 1898. Beliau menentukan klasifikasi dari maloklusi berdasarkan hubungan antar gigi molar pertama tetap di rahang atas dan gigi molar pertama tetap dirahang bawah. Gigi M1 itu dipakai sebagai “fixed point” = “land mark” sebab menurut anggapannya kedudukan dari M1 ini adalah yang paling stabil, jarang berubah kedudukannya dari yang lain, karena M1 ini ditunjang/ ditanam didalam tulang zygomaticus yang kuat sekali. Suatu tulang yang kuat seakan menurun dari zygomaticus, menuju ke processus alveolaris, melingkupi akar-akar dari M1 atas, ridge ini terletak langsung diatas akar mesio-buccal dari M1 atas. Hal ini oleh Dr. Atkinson dinamakan “Key Ridge”. Dr. Angle membagi maloklusi atas 3 kelas, yakni : 1. Maloklusi kelas I 2. Maloklusi kelas II 3. Maloklusi kelas III Oleh Dr. Lischer klasifikasi Dr. Angle diubah sebagai berikut : 1. Kelas I Angle disebut neutroklusi. Kelas I Angle adalah lengkungan gigi atas dan bawah mempunyai hubungan mesio-distal yang normal. Dimana mesio buccal cusp dari M1 atas terletak di buccal groove M1 bawah, dan mesio palatal cusp dari M1 atas terletak t erletak disentral fossa M1 bawah, disto-buccal cusp dari M1 atas terletak diantara embrassure M1 bawah dan M2 bawah. Letaknya C atas interlock antara C bawah dan P1 bawah.
Oleh Dr. Martin Dewey, maka kelas I maloklusi dari Angle dibagi menjadi atas beberapa tipe yakni :
Type 1 : gigi-gigi insisiv berjejal-jejal dan gigi caninus sering terletak di labial.
Type 2 : protrusi atau labioversi dari insisiv atas.
Type 3 : satu atau lebih dari satu gigi insisiv atas adalah lebih ke arah lingual terhadap gigi insisiv bawah (crossbite anterior).
Type 4 : crossbite pada gigi-gigi molar atau premolar (posterior crossbite).
Type 5 : mesial drifting dari molar yang disebabkan karena tanggalnya gigi depannya.
Type 6 : spacing, openbite.
2. Kelas II Angle disebut distoklusi. Kelas II Angle adalah gigi rahang bawah letaknya lebih distal daripada keadaan normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi dan lengkungan gigi dirahang atas. Mesio-buccal cusp dari M1 atas letaknya lebih ke mesial dari buccal groove M1 bawah.
Kelas II maloklusi Angle ada 2 divisi yaitu :
o
o
Divisi I
: bilateral distal (insisiv atas protrusi)
Subdivisi
: unilateral distal (hanya menggunakan atas sisi saja)
Divisi II
: bilateral distal (insisiv atau retrusi / steep bite)
Subdivisi
: unilateral distal
Gejala-gejala dari kelas II divisi I :
Gigi-gigi insisiv atasnya protrusi
Lengkung gigi atas yang sempit, dan bentuk palatum yang tinggi
Perkembangan dari mandibula yang kurang
Deep overbite/overjet
Tekanan daro otot-otot yang abnormal
Bibir atas pendek dan naik keatas
Sering bernafas melalui mulut
Pertumbuhan ke jurusan transversal kurang
Mento labial sulcus dalam
Mencacat muka
Bone stabilitnya baik
Gejala-gejala dari kelas II divisi 2 :
Lengkung gigi bawah adalah dalam relasi distal deperti pada divisi I
Lengkung gigi atas adalah tidak begitu sempit
Berjejal-jejal, dari gigi insisiv atas dan inklinasinya lebih kelingual (steep bite)
Setengah dari bagian mesial gigi insisiv lateral, menutupi setengah bagian distal dari insisiv sentral
Deep overbite
Perkembangan dari mandibula hampir normal
Tidak ada kebiasaan bernafas melalui mulut
Pertumbuhan dalam jurusan transversal boleh dikatakan normal
Bone stability tidak baik
Tidak begitu mencacat muka
Pertumbuhan kearah vertikal kurang
3. Kelas III Angle disebut mesioklusi. Kelas III Angle adalah gigi-gigi rahang bawah letaknya lebih mesial daripada normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi rahang atas. Mesio-buccal cusp M1 atas letaknya lebih kedistal daripada di buccal groove M1 bawah.
Kelas III Angle (mesioklusi) dapat dibagi beberapa type :
Type 1 : hubungan incisornya adalah edge to edge
Type 2 : insisiv atas menumpang pada insisiv bawah, seperti hubungan yang normal dan insisiv bawah agak berjejal-jejal.
Insisiv atasnya adalah linguoversi → crossbite dan hal ini merupakan progeny.
Maloklusi kelas III dapat disebabkan karena pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula. Pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula janganlah dikelirukan dengan anterversion. Hal ini tidaklah suatu posisi mesial dari condyl di dalam glenoid fossa, tapi ini adalah seluruhnya merupakan pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula. Lengkungan gigi bawah adalah lebih ke mesial dibandingkan yang keatas. Mesiobuccal cusp dari M1 atas terletak pada buccal embrassure yang terletak antara M1 dan M2 bawah. Maloklusi kelas III dapat pula oleh karena perkembangan dari lengkungan gigi atas yang kurang dan perkembangan lengkungan gigi bawah yang berlebihan. Maloklusi kelas II dan kelas III, sifatnya sangat progresif, apabila tidak cepatcepat dirawat sewaktu usianya masih muda, maka makin memburuk dan akan berkembang dentofacial deformity (cacat muka dan gigi).
Modifikasi klasifikasi maloklusi Angle oleh Lischer Lischer memodifikasi klasifikasi Ange dengan member isstilah-istilah lain untuk masing-masing klasifikasi dari angle. Modifikasi itu antara lain: neutroklusi, distoklusi, dan mesioklusi untuk klasifikasi Angle kelas 1, kelas II, dan kelas III Angle. Selain itu Lischer juga memberikan istilah-istilah lain untuk maloklusi, diantaranya: a. Neutrocclusion : sama dengan maloklusi Klas I Angle. b. Distocclusion : sama dengan maloklusi Klas II Angle. c. Mesiocclusion : sama dengan maloklusi Klas III Angle. d. Buccocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal. e. Linguocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual. f. Supraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal. g. Infraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal. h. Mesioversion : lebih ke mesial daripada posisi normal. i.
Distoversion : lebih ke distal daripada posisi normal.
j.
Transversion : transposisi dari dua gigi.
k. Axiversion : inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi. l.
Torsiversion : rotasi gigi pada sumbu panjang.
Klasifikasi Banner: Banner
mengklasifikasikan
maloklusinya
menurut
etiologi
yang
menyebabkan maloklusinya, klasifikasi tersebut dibagi menjadi tiga seperti klasifikasi Angle. Klas I
: posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal.
Klas II
:formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek perkembangan pada tulang.
Klas III
: hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnorla dari kedua rahang.
Daftar pustaka : Prijatmoko, dkk. 2010. Buku Ajar Ortodonsia I. Jember: FKG UNEJ. Bhalaji Sundaresa Iyyer. Orthodontics The Art and Science . New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House. 2006. P.69-78