KONSELING IMUNISASI Dwi Arini E, Fatiha Sri Utami Utami T, Fajar Wahyu P, Lantip Rujito
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahaklien dapat melakkan konseling imunisasi dengan baik. 2. Mahaklien dapat menyelesaikan masalah pasien atau mencari alternatif pemecahan masalah pasien terkait dengan imunisasi. B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat 2. Bahan C. KONSELING 1. DEFINISI
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling , mempunyai makna sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain l ain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Natawijaya, 1987). Dibawah ini terdapat beberapa definisi konseling menurut beberapa ahli. a. Menurut David Capuzzi dan Mark D. Stauffer dalam buku Foundations of Addictions Counseling, tahun 2008. Counseling is the profession of counseling has been describe as on in wich counselors interact with clients to assist them in learning about them selves, their families, and their styles of interacting with others at home, at work and in their communities for the purpose of discovering in the most meaningful way to view themselves and those they interact vate practice, and a variety of support the prapiol social/ cultural, technological and economic changes that are accrediting in the twenty-first century. b. Menurut John Mcleod , dalam buku Counselling Skill , adalah sebagai berikut: Counseling, is an activity which takes place when someone who is troubled invites and allow another person to enter into a particutular kind of relationship with them.
c. Menurut Surya (1988), pengertian konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan konselor kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep kepribadian yang sewajarnya mengenai : dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan kepercayaan diri.
d. Menurut Sukardi (2000), setelah menyarikan dari berbagai pendapat tentang pengertian konseling menyimpulkan bahwa konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahilan dan yang didasari atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep din dan kepercayaan diri sendiri dalam memperhaiki tingkah lakunya pada saat kini dan mungkin pada masa yang akan datang. e. Prayitno (2004), mendefinisikan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien dalam rangka pengentasan masalah klien. Dalam suasana tatap muka yang dilaksanakan interaksi langsung antara konselor dengan klien. Pembahasan masalah tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang klien (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia pribadi klien), bersifat meluas meliputi berbaga i segi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik mengarah pengentasan masalah klien. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan,
pengertian
konseling adalah bantuan secara professional yang diberikan oleh konselor kepada
klien secara tatap muka empat mata yang dilaksanakan melalui interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih balk, kemampuan mengontrol diri, dan mengarahkan din untuk dimanfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan masalah dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Pembahasan masalah yang dimaksud bersifat mendalam yang menyangkut hal-hal penting tentang kilen, bersifat luas meliputi berbagai segi permasalahan klien, serta bersifat spesifik mengarah pada pengentasan masalah klien yang urgen. Dalam sebuah proses konseling yang adekuat, berperan dua pihak yang saling terkait, yaitu seorang konselor dan seorang klien yang menjalin hubungan profesionalisme. a.
Konselor: Konselor
adalah seorang ahil dalam bidang konseling, yang
memiliki kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan pemberian layanan konseling. Dalam proses konseling, konselor yang aktif mengembangkan proses konseling melalui pendekatan, teknik dan asas-asas konseling terhadap kilen. Dalam proses konseling, selain media pembicaraan verbal, konselor juga dapat menggunakan media tulisan, gambar, media elektronik, dan media pembelajaran lainnya, serta media pengembangan
tingkah laku. Semua itu diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dihadapi klien. b.
Kilen: Klien
adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau
setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin dia sampaikan kepada orang lain. Klien menanggung semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ingin diisi; atau ada suatu yang ingin dan/atau perlu dikembangkan pada dirinya. Semuanya agar dia mendapatkan suasana pikiran dan/atau perasaan yang Iebih ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal positif lain nya selama menjalani hidup seharian dalam rangka kehidupan dirinya secara menyeluruh. 2. TUJUAN KONSELING Tujuan konseling dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus: a. Tujuan umum: Tujuan layanan konseling adalah terentaskannya masalah
yang dialami klien. Upaya pengentasan masalah klien ini dapat berupa mengurangi intensitasnya atas masalah tersebut, mengurangi intensitas hambatan dan/atau kerugian yang disebabkan masalah tersebut, dan menghilangkan atau meniadakan masalah yang dimaksud. Dengan layanan konseling ini beban klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan dan potensi klien dikembangkan. b. Tujuan khusus: Klien memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis. Pemahaman yang dimaksud mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dihadapi klien. Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah kilen. Pengembangan dan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, dan berkembangnya masalah yang lain. 3. FUNGSI KONSELING
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, klien diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dankonstruktif. b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik
yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien. Konselor merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. d. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan klien. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai klien, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan klien secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan klien. g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif 4. TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik dalam konseling merupakan langkah awal yang harus di pahami oleh para konselor. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dalam konseling yang yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling. a. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengenal klien beserta gejala-gejala yang nampak, sehingga klien bisa mandiri. Perilaku attending yang baik dapat : Meningkatkan harga diri klien. Menciptakan suasana yang aman Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas. Contoh perilaku attending yang baik Kepala : melakukan anggukan jika setuju Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara. Contoh perilaku attending yang tidak baik : Kepala : kaku Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar. b. Empati Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu : 1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”.”Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”. 2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat • • •
• • •
•
•
• •
•
•
•
tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”. c. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu : Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….” Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…” Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…” •
•
•
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu : Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….” Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap kesehatan Anda” •
•
•
e. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor. Tujuan paraphrasing adalah :
1. untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia
dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; 2. mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ; 3. memberi arah wawancara konseling; dan 4. pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. Contoh dialog : Klien :”itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian Konselor :”Tampaknya anda masih ragu.” f. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : 1. mengumpulkan informasi; 2. menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan 3. menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Contoh dialog Klien :” Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan. Konselor :”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? Klien : “Empat. Konselor : “Sekarang berapa ? Klien : “Sebelas. h. Dorongan minimal (Minimal Encouragement
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus.., dan.Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog Klien : “Saya putus asa… dan saya nyaris…” (klien menghentikan pembicaraan) Konselor : “ya… Klien : “nekad bunuh diri Konselor : “lalu… i. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog : Klien :”Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.” Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”. j. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu. Klien : ”Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.” Konselor : ”Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.” k. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk: 1. memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; 2. menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; 3. meningkatkan kualitas diskusi; 4. mempertajam fokus pada wawancara konseling. Contoh : ” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan
Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.” D. IMUNISASI 1. DEFINISI
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Untuk memberi kekebalan tersebut maka imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemberian imunisasi terkadang dapat menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI. Hal tersebut berupa kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. 2. TUJUAN IMUNISASI a. Tujuan umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). b. Tujuan khusus
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014. 2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013. 3. Global eradikasi polio pada tahun 2018. 4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian penyakit rubella 2020.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste disposal management). 3. MACAM IMUNISASI a. IMUNISASI DASAR
1. Imunisasi wajib diberikan kepada setiap bayi dan balita di Indonesia. 2. Terdiri dari Hepatitis B, BCG, DPT, HIB, Polio dan campak. 3. Diberikan sejak lahir sampai usia 1 tahun. b. IMUNISASI ULANGAN
Diberikan pada usia 18 bulan (DPT, HB, HIB), 24 bulan (campak), dan 6 tahun (DT dan campak), serta 12 tahun (TT bagi wanita) Tabel 2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Tabel 3. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
HEPATITIS B
1. Merupakan vaksin rekombinan (rekayasa genetik) dari sel ragi yang menghasilkan antigen HBsAg. 2. Diberikan kepada bayi baru lahir (HB 0), umur 2, 3 dan 4 bulan bersama DPT dan HIB. 3. Pemberian secara intra muscular di musculus vastus lateralis regio 1/3 medial, dosis 0,5 ml. 4. KIPI : demam, nyeri, syok anafilaktik (jarang). BCG
1. Singkatan dari Bacillus Calmette Guerin. 2. Komponen aktif berisi mycobacterium Bovis yang dilemahkan (attenuated).
3. Diberikan sebelum usia 3 bulan dosis 0,05 ml di regio musculus deltoid kanan secara intracutan tanpa proses asepsis terlebih dahulu. 4. Penyajian harus dicampurkan antara antigen dan pelarutnya, sediaan tersebut bertahan 3 jam setelah pelarutan. 5. KIPI : jika timbul limfadenitis regional di aksila kanan, tidak perlu diobati. Jika timbul abses mengganggu bisa dipungsi 6. Reaksi Vaksin BCG a. 1 bulan setelah injeksi timbul bintik eritem. b. 1 minggu kemudian berubah menjadi papula. c. 1 minggu kemudian menjadi pustula. d. 1 minggu kemudian pustula pecah. e. 1 minggu selanjutnya timbul sikatriks. DPT
1. Komponen vaksin terdiri dari Difteri (toksin corynebacterium Diphterica dilemahkan), Pertusis (Bordetella pertussis dimatikan), dan Tetanus (toksin Clostridium tetany yang dilemahkan). 2. Pemberian secara intramuscular di regio musculus vastus lateralis 1/3 medial, dosis 0,5 ml. 3. KIPI : demam (sering), nyeri, abses steril (jarang). 4. Jadwal Imunisasi DPT a. Imunisasi dasar : umur 2, 3 dan 4 bulan. b. Ulangan umur 18-24 bulan (DPT), dan 6 tahun (DT), serta 12 tahun (TT bagi wanita). c. Kemasan vaksin DPT mulai tahun 2014 dijadikan satu bersama HIB dan Hepatitis B, disebut sebagai vaksin pentavalen. HIB
1. Komponen aktif berisi polisakarida dinding sel Haemophyllus Influenza B yang dikonjugasikan dengan toksoid Tetanus untuk memperkuat respons imun. 2. Pemberian secara intramuscular di musculus vastus lateralis regio 1/3 medial dosis 0,5 ml. 3. Jadwal pemberian sesuai vaksin DPT, yaitu pada usia 2, 3 dan 4 bulan (pentavalen)
4. Tujuan : untuk mencegah penyakit meningitis akibat infeksi bakteri Haemophyllus Influenza B. 5. KIPI : demam dan nyeri di tempat suntikan, akan tetapi kejadian jarang. 6. Jadwal HIB menurut IDI dan WHO diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dan ulangan pada umur 15 bulan. POLIO
1. Ada dua jenis vaksin polio: a. Vaksin berisi virus poliomyelitis dimatikan (Salk), pemberian secara injeksi intramuscular, dosis 0,5 ml. b. Vaksin berisi virus poliomyelitis hidup tapi dilemahkan (Sabin), pemberian secara per oral, dosis 2 tetes. 2. Jadwal pemberian : saat lahir (polio 0), selanjutnya bersamaan pemberian vaksin DPT usia 2, 3, dan 4 bulan, serta ulangan pada usia 18-24 bulan. 3. KIPI polio oral : AFP (Acute Flaccide Paralysis), demam, mual, muntah dan diare (jarang). 4. KIPI polio injeksi : demam dan nyeri pada tempat suntikan (jarang). CAMPAK
1. Berisi virus morbili yang dilemahkan. 2. Cara pembuatan menggunakan media embryo ayam, sehingga berpotensi reaksi alergi pada individu yang sesuai. 3. Cara pemberian secara injeksi subcutan, pada regio musculus vastus lateralis 1/3 medial. 4. Jadwal pemberian saat usia 9 bulan sampai 1 tahun. 5. KIPI Imunisasi Campak a. Demam yang terjadi 1 minggu setelah vaksinasi, nyeri pada tempat suntikan, syok anafilaktik. b. Imunisasi ulangan dilaksanakan pada usia 6 tahun di sekolah dasar.
Jadwal imunisasi nasional (DEPKES) bagi bayi yang lahir di rumah Jadwal imunisasi Umur Jenis vaksin Tempat 0 bulan HB 0 Rumah 1 bulan BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan/Posyandu RS/RB/Bidan/Posyandu Bayi lahir di 2 bulan DPT/HB 1/HIB 1, Polio 2 rumah 3 bulan DPT/HB 2/HIB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Posyandu 4 bulan DPT/HB 3/HIB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Posyandu 9 bulan Campak RS/RB/Bidan/Posyandu Jadwal imunisasi nasional (DEPKES) bagi bayi yang lahir di RS/RSB/Bidan Jadwal imunisasi Umur Jenis vaksin Tempat 0 bulan HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan 2 bulan DPT/HB 1/HIB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/Posyandu Bayi lahir di 3 bulan DPT/HB 2/HIB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Posyandu RS/RSB/Bidan 4 bulan DPT/HB 3/HIB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Posyandu 9 bulan Campak RS/RB/Bidan/Posyandu E. REFERENSI
Umar, Drs. H. M.dan Drs. Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, CV Pustaka Setia,Bandung 2001
Nurhayati, Dr. Nur, M.Si, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, Pustaka pelajar, yogyakarta 2001 Wulansari R, 2013, Kuliah Konseling CHEM I, FK UNSOED Woro D, 2010, Kuliah Konseling CHEM I, FK UNSOED PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Kuliah imunisasi dr. M. Mukhson, SpA
FORM PENILAIAN SKILL KONSELING IMUNISASI
Nama
: ...............................................
NIM
: ............................................... NILAI
No
ASPEK YANG DINILAI 0
1
Mengucapkan salam dengan menyapa nama pasien serta memperkenalkan diri
2
Menanyakan tujuan kedatangan klien Ketrampilan menyampaikan informasi tentang imunisasi
3
Definisi imunisasi
4
Tujuan imunisasi
5
Macam imunisasi
6
Cara pemberian imunisasi
7
KIPI
8
Jadwal pemberian imunisasi
9
Memberi kesempatan klien untuk bertanya (menggunakan pertanyaan terbuka)
10
Mengklarifikasi problem utama
11
Memberikan alternatif pemecahan masalah dengan detil keuntungan, kerugian dan dampak
12
Mendengar aktif dengan tetap menjaga kontak mata, menggunakan bahasa tubuh dan memberikan respon yang tepat
13
Menarik kesimpulan dari isi pembicaraan dan menutup pembicaraan NILAI TOTAL
Keterangan:
Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai
0 = tidak dilakukan
1
2
1 = dilakukan tapi tidak sempurna/kadang-kadang dilakukan 2 = dilakukan dengan sempurna/selalu dilakukan
Nilai akhir = Nilai total x 100 = ............ x 100 = ............. 26
26 Purwokerto, ................................. Penguji
(...................................................)