BAB II TINJAUAN TEORITIS A. ANATOMI FISIOLOGI MATA
saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik lintuk penglihatan. Saraf ini timbul ti mbul dari sel-sel ganglion dalam retina bergabung membentuk membentuk saraf optikus. optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis optikus) memasuki rongga kranium, lantas menuju kiasma optikum. optikum. Saraf penglihatan memiliki tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sklera Lapisan tengah haius seperti araknoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai kiasma optikum, separuh serabut-serabut itu akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lag! menuju traktus optikus sisi yang sama Dengan perantaraan serabut-serabut ini, setiap serabut nervus optikus
3
dihubungkan dengan kedua sisi otak. Pusat visual terletak pada korteks lobus oksipitalis otak. Bola mata adalah organ penglihat Bola mata terletak dalam tulang orbita, serta dilindungi sejumlah struktur, seperti kelopak mata, alis, konkonjungtiva, konkonjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatus lakrimalis). 1. Bola Mata umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 sentimeter, bagian depannya bening, serta terdiri atas t iga lapisan: a) Lapisan luar, fibrus, yang merupakan lapisan penyangga. b) Lapisan tengah, vaskuler. vaskuler. c) Lapisan dalam, lapisan saraf. Ada enam otot penggerak mata, empat di antaranya lurus, sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot ini terletak di sebelah dalam orbita, dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot lurus terdiri atas otot rektus mata superior, inferior, medial, dan lateral. Otot otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luar bergantian. Otot-otot oblik adalah oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakkan mata ke atas dan juga ke sisi luar. Mata.bergerak serentak, dalam arti kedua mata bergerak bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, dan seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervi motores okuli, okuli , yaitu saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam. Biasanya, sumbu kedua mata mengarah secara serentak pada satu titik yang sama, tetapi akibat adanya paralisa pada sebuah atau beberapa otot, mata tidak dapat mengarah. secara serentak lagi, maka timbullah apa yang dinamakan mata juling atau strabismus.
4
eadaan K eadaan
sedemikian dapat berupa bawaan ataupun diperoleh kemudian. Apabila
penderita tidak dapat tertolong dengan menggunakan kacamata ataupun dengan pendidikan- kembali, operasi dapat dilaksanakan, yang harus diikuti latihan-latihan dan pendidikan-kembali. klera S klera
adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih membentuk putih mata dan
bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata. koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang di tengahnya, atau yang disebut pupil (manik) pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya, dan dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, cokelat, kelabu, dan s eterusnya.
oroid K oroid
bersambung pada
bagian depannya dengan iris, dan tepat di belakang irist selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare, sehingga korpus siliare t erletak antara koroid dan iris. siliare itu berisi
rabut K rabut
sebuah lingkaran.
ontraksi K ontraksi
orpus K orpus
otot sirkular dan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari otot sirkular menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus u vea, yang terdiri atas korpus siliare, dan selaput koroid. Peradangan pada masing-masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan koroiditis, koroiditis, atau bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan, penyakitnya akan segera menjalar ke bagian traktus lain di sekitarnya. 2. Retina Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang-batang, dan kerucut. semuanya termasuk dalam konstruksi
5
retina, yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optik, yang merupakan titik tempat saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut bintik buta karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optik, persis berhadapan dengan pusat pupil. 3.
K ornea K ornea
merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera
yang putih dan tidak tembus cahaya.
K ornea
terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi
adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva. 4. Bilik anterior Bilik
anterior (kamera okuli anterior ), yang terletak antara kornea dan iris.
5. Iris I ris
adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris
berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos²kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu. 6. Pupil bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris, tempat cahaya masuk guna mencapai retina 7. Bilik posterior Bilik
posterior (kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Baik bilik
anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor. 8. Akueus humor Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran Schlemm.
6
9.
Lensa Lensa
adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan-belakang) yang
terdiri atas beberapa lapisan. Lensa terletak persis di belakang iris. Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat di depan maupun di belakang lensa itu, yang berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila ligamentum suspensorium mengendur, lensa mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamen menegang, lensa menjadi gepeng. Mengendurnya lensa dikendalikan kontraksi otot siliare. 10. Vitreus humor Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar, yaitu vitreus humor .
Vitreus
humor
berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik 11. Bagian ± bagian mata Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya, serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari yang terlalu terik. K elopak
mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri atas
jaringan fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit fen dibatasi konjungtiva. Jaringan di bawah kulit ini tidak mengandung lemak,
K elopak
mata atas lebih besar daripada
kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot levator palpebrae.
K elopak-
kelopak itu ditutup otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari debu fen cahaya. ( Evelyn. 200 9 ; hal 380 ± 388 )
7
B.
K ONSEP
DASAR PENYAK IT K ATARAK
1. Pengertian
K atarak
adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Asal katarak dari kata yunani
cataracta
yang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan ± akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut. Agaknya akan lebih mudah dikatakan bila pasien dengan katarak akan melihat seakan ± akan melalui kaca mobil dengan banyak butir hujan sehingga penglihatan keluar mobil tidak bebas atau berkabut ( Prof. Dr. Sirdarta ilyas, DSM, 1 999, hal 2 ).
K atarak
adalah
kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yangmengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (indriana,istiqomah,2005).
K atarak
adalah mengaburnya lensa, dapat
menyerang sebagian atau keseluruhan lensa tersebut ( Evelyn c. Pearce, 200 9, hal 391 ). 2. Etiologi a. b.
K etuaan
(
K atarak
Senilis )
Penyakit mata lain ( Uveitis )
c. Penyakit sistemik (DM)
8
d. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles ) e. Cacat bawaan sejak lahir. f.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
g. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid. h. gangguan pertumbuhan, i.
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
j.
Rokok dan Alkohol
k. Operasi mata sebelumnya. l.
Trauma (kecelakaan) pada mata.
m. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui. (www.asuhankeperawatan.com\K ATARAK/asuhan-keperawatan-pasiendengan_4444.html ) 3. Patofisiologi Lensa berisi 65 % air, 35 % protein, dan mineral penting.
K atarak
merupakan kondisi
penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitasnya di akibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat ± serat lensa yang padat lama ± lama menyebabkan hilangnya transparasi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan ± bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan pada lensa.
K ekeruhan
dapat berkembang di berbagai bagian
9
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh / buram kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak terapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna. ( Sumber : Indriana, 2005, hal 133 )
10
K ATARAK
Post operasi
Pra - operasi DEGENERATIF
komplikata
primer
Terpasang
Prosedur
bebat
Invasif
Fungsi
Terputusnya
mata
kontinuitas jaringan
Gangguan okuler Katarak seniaolis
Pada korteks
Pada nukleus
trauma
Penyakit sistemik
Merusak kapsul lensa
Miopia
Gangguan
Terdapat celah2 di antara serabut lensa
mendorong lensa
nukleus Lbh padat,
Ggn.
lensa
Cairan COA masuk lensa
Sensori
yang lama
Berisi air, kalsium
glaukoma
retina
maligna
metabolisme fiber lensa yg bru
Ablasi
Uveitis
Densitas lensa meningkat
Degenerasi
Gangguan
Gangguan
badan kaca
metabolisme
metabolisme
lensa
retina Sinekia posterior (pelengketan pupil & lensa)
Nutrisi lensa terganggu
dehidrasi, penimbunan kalsium, sklerosis, dan penimbunan pigmen
berulang
perseptu Reiko ceder Isolasi sosial
Lensa lebih tebal cembung dan membengkak
Pupil tidak teratur Kekeruhan mata
Defisit perawa Lensa menjadi hiper metrop
Stadium matur
Nukleus berwarna putih
Zonula Zinil lepas
tan diri Bloking sinar yang masuk ke retina
Masu
Mengaburkan bayangan semu yg
knya
sampai pada retina
kuma
Menjadi kekuning-
Dislokasi lensa
kuningan
Kerusakan
nyeri
intregitas kulit
n
Otak menginterprestasikan sebagai bayangan berkabut
Menjadi
Gangguan
kehitaman
pandangan
(katarak
mata
PK : glaukoma
PK: Uveitis Panglihatan kabur
Resiko
brunesen/
infeksi
nigra)
Gangguan sensori perseptual (visual)
11 Defisit perawatan diri
Risiko cedera
Isolasi sosial
Taku, cemas
4. Manifestasi K linis K atarak
didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop.
K etika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. ( Sumber : Sidarta,1 999, hal 10 ) 5.
K omplikasi K omplikasi
yang terjadi : nistagmus dan strabismus
6. Pemeriksaan Diagnostik K artu
mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus /vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. a. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. b. Pengukuran Tonografi : TIO (12 ± 25 mmHg c. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. d. Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe gllukoma e. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. f.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
g. EK G, kolesterol serum, lipid
12
h. Tes toleransi glukosa : kotrol DM ( Sumber : Idriana;2005 ;hal 132-133 ) 7. Penatalaksanaan a. Pembedahan Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20 /50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan : 1) Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
K euntungan
dari prosedur adalah kemudahan
prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata berisiko tinggi mengalami retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan
cryosurgery;
lensa
dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat. 2) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98
% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. K orteks
dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah
prolaps vitreus, untuk melindung retina dari sinar ultraviolet dan memberikan
13
sokongan untuk implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan dimasukkannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih lanjut.
Visus
biasanya pulih
dalam 3 bulan setelah pembedahan. Teknik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi,
jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui
pengisapan (suction). b. Rehabilitasi Pilihan rehabilitasi bergantung pada keparahan masalah, umur klien dan jenis pembedahan. Pilihan rehabilitasi meliputi sebagai berikut. 1 ) K acamata
(aphaki c spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tak mempunyai lensa yang disebut afakia dengan tanda COA dalam, iris tremulans, pupil hitam.
K eadaan
ini harus dikoreksi
dengan lensa sferis (+) 10D supaya dapat melihatjauh.
K oreksi
ini harus diberikan
3 bulan pascaoperasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih berubah-ubah karena keadaan luka belum tenang dan astigmatismenya tidak tetap. Lensa mengubah bayangan sebanyak 25-33% dan menyebabkan distorsi sehingga garis vertikal seperti pintu tampak melengkung, menyebabkan pandangan perifer hilang, kedua mata tidak berfungsi bersama, sehingga terjadi diplopia jika hanya satu mata yang dioperasi, dan merupakan pilihan yang tidak mahal. 2 )
Lensa kontak K euntungan
pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar
daripada ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak berubah/konstriksi.
K erugiannya
dapat terjadi lakrimasi, perlu ketrampilan
untuk memasang dan melepas, potensial infeksi dan abrasi kornea, implantasi lensa intraokuler, distorsi bayangan minimal 1-3%, segera kembali ke binokular vision.
14
K erugiannya
risiko tinggi komplikasi, kemungkinan penolakan lensa dan biaya
mahal. ( Sumber : Indriana ; 2005 ; hal 135,137-138 ) 8. Perawatan operasi a. Perawatan Preoperasi Rutin 1) Fungsi retina harus baik yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar. 2) Tidak boleh ada infeksi pada mata / jaringan sekitar. 3) Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaan glaukoma, pembuluh darah retina telah menyesuaikandiri dengan TIO yang tinggi. Jika dilakukan operasi, pada waktu kornea dipotong, TIO menurun, pembuluh darah pecah dan menimbulkan perdarahan hebat. Juga dapat menyebabkan prolaps dari isi bulbus okuli seperti iris, badan kaca dan lensa. 4) Periksa visus. 5)
K eadaan
umum harus baik: tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes melitus (kadar
gula darah <150 mg/dl), tidak ada batuk menahun dan penyakit jantung seperti dekompensasi kordis. 6) 2 - 3 hari sebelum operasi, mata diberi salep. 7) 1 hari sebelum operasi, mata ditetesi homatropin 3x1 tetes. 8) Sore hari bulu mata dicukur, yakinkan klien bahwa bulu mata akan tumbuh lagi. K erjakan
transchanal spoeling (uji
Anel).
Uji
Anel
negatif
merupakan
kontraindikasi mutlak untuk operasi intraokule- karena kuman dapat masuk ke dalam mata. 9)
Beri salep antibiotik, jika perlu luminal tablet.
10) Anjurkan mandi dan keramas sebelum operasi. 11) K irim ke kamar operasi dengan pakaian operasi.
15
12) Premedikasi di kamar operasi. 13) Injeksi luminal dan mata ditetesi pantokain tiap menit selama : menit. Beri kesempatan
K lien
yang Cemas untuk Menceritakan
K ehilangan
Pandangan
Review Prosedur Anestesi Lokal dan Retrobulbar yang Biasanya Sering Digunakan Berikan Premedikasi Sesuai Program 1) Asetazolamid/ metazolamid untuk menurunkan TIO. 2) Obat-obat simpatomimetik, misalnya fenilefrin untuk vase- konstriksi dan midriasis. 3) Parasimpatolitik untuk menyebabkan paralisis dan menyebabkc" otot siliaris tidak dapat menggerakkan lensa. b. Perawatan Pascaoperasi Pascaoperasi boleh minum saja, 2 jam pascaoperasi makan makanan lunak. Pertahankan posisi semi-Fowler atau sesuai advis. Enam jam pascaoperasi kepala baru boleh bergerak dan tidur miring ke arah mata yang tidak dioperasi.Laporkan adanya drainase pada balutan kepada dokter bedah /dokter mata. Lakukan kompres dingin jika mata gatal.
K urangi /
batasi klien untuk batuk, membungkuk, bersin,
mengangkat benda berat lebih dari 7,5 kg dan tidur / berbaring pada sisi operatif (karena akan menigkatkan TIO). Rekomendasikan kacamata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari. Antibiotik seperti gentamisin sesuai program, yang diberikan segera setelah pembedahan subkonjungtiva, demikian juga salep antibiotik dan steroid; keduanya digunakan untuk beberapa hari setelah operasi. Berikan analgesik sesuai program. Lakukan observasi dan melaporkan komplikasi pembedahan, yaitu: 1) Peningkatan TIO, ditandai nyeri parah, mual dan muntah. 2) Infeksi.
16
3) Perdarahan ruang mata anterior ditandai dengan perubahan pandangan. 4) Terbentuknya membran sekunder atau katarak sekunder, ditandai dengan lensa belakang menjadi keruh. 5) Retinal detachment , ditandai dengan tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah floaters atau sinar kilat dan hilangnya sebagian / seluruh lapang pandang.
17
BAB III ASUHAN K EPERAWATAN TEORITIS PADA PASEN K ATARAK A. Pengkajian 1.
Anamnesis a. Umur, katarak bisa terjadi pada semua umurtetapi umumnya pada usia lanjut. b. Riwayat trauma,trauma tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul lensa. c. Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif /sinar-X. d. Riwayat penyakit / masalah kesehatan yang ada: beberapa jenis katarak komplikata terjadi akibat penyakit mata yang lain dan peyakit sistemik. e. Riwayat penggunaan obat-obatan
2.
Pemeriksaan Fisik a.
K lien
mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
b. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda. c.
K lien
juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan
di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah.
K lien
juga memberikan keluhan bahwa
warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau kecokiatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca. d. Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah di sekitar kekeruhan.
18
e. Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (ke- mampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat.
K emampuan
ini disebut second sight, yang
memungkinkan klien membaca tanpa lensa. f.
K atarak
hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang
menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata. g.
K aji
visus, terdapat penurunan signifikan.Inspeksi dengan penlight menunjukkan
pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil. Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan pandangan. B. Diagnosis dan Intervensi
K eperawatan
1. Pra-operasi a. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata yang ditandai dengan : Ds : y
K lien
mengatakan penglihatannya kabur
y
Melaporkan adanya perubahan dalam ketepatan sensori
y
Distorsi penglihatan
Do : y
perubahan pola komunikasi
y
perubahan pola perilaku
y
perubahan kemampuan penyelesaian masalah
y
perubahan respons yang biasanya terhadap stimulus
y
disorientasi waktu, tempat, orang
19
Tujuan, klien akan: Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk mem- proses rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan. Intervensi keperawatan: 1) K aji
dan
dokumentasikan
ketajaman
penglihatan
(visus)
dasar. Rasional:
Menentukan seberapa bagus visus klien. 2) Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien. Rasional: Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut me- mengaruhi perawatan. 3)Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara: a) Orientasikan klien pada lingkungan. Rasional: Memfasilitasi kebebasan bergerak dengan aman. b) Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien (seperti call light, T V control, teko, tisu). Rasional: Mengembangkan tindakan independen dan meningkatkan keamanan. c) Berikan pencahayaan yang paling sesuaibagi klien. Rasional: Meningkatkan penglihatan klien. Lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik. d) Cegah glare (sinaryang menyilaukan). Rasional: Mencegah distres.
K atarak
akan
memecah sinar lampu yang akan menyebabkan distres. e) Letakkan barang-barang pada tempat yang konsisten. Rasional: Menguatkan atau mendorong penggunaan memori sebagai pengganti penglihatan. f) Gunakan materi dengan tulisan besar dan kontras (mis. tulisan hitam pada kertas putih). Rasional: Memfasilitasi membaca.
20
g) Cegah penggunaan warna biru, hijau dan ungu pada materi cetakan /tulisan. Rasional: Menguningnya lensa akan memantulkan warna-warna tersebut dan menyebabkan tulisan tersebut hilang atau menjadi bayangan abu-abu. h) Gunakan sistem "jarum jam" untuk mengorientasikan klien tentang lokasi makanan pada plate. Rasional: Membantu klien makan 4)K aji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien. Rasional: Meningkatkan stimulasi. 5)Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio, T V dan percakapan). Rasional: Meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan T V untuk membaca. 6)Berikan sumber rangsangan sesuai per mintaan. Rasional: Meningkatkan stimulasi. 7)Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan dll. Rasional : meningkatkan stimulus 8)K olaborasi: pembedaha b.
Anxietas
yang
berhubungan
dengan
kehilangan
pandangan
komplet, jadwal
pembedahan, atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan ditandai dengan Ds : y
Pasien mengatakan ada rasa takut dan cemas
y
K hawatir
y
K elelahan
y
Gangguan
tidur
Do : y
Peningkatan nadi
y
Peningkatan tekanan darah
y
Peningkatan berkeringat 21
Peningkatan refleks
y
c.
y
Peningkatan pernapasan
y
Dilatasi pupil
y
anoreksia
Risiko cedera yang berhubungan dengan penurunan visus, umur atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal yang ditandai dengan : Ds : y
Pasien maasih merasa lemah
Do : y
Disorientasi
y
Pasien tampak tidak melihat karena masih dipasang perban pada matanya
Tujuan: 1)
K lien
tidak mengalami cedera atau gangguan visual akibat jatuh:
2)
K lien
mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan risiko cedera (jatuh).
3)
K lien
mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda- benda berbahaya dari
lingkungan. 4)
K lien
melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh).
5)
K lien
mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera.
6)
K lien
mampu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera.
Intervensi keperawatan: 1)
Beritahu
klien
bahwa
penutupan
mata
dengan
bebat
dan /atau shield
menyebabkan pandangan monokuler, yang akan mengubah kedalaman persepsi dan mempersempit lapang pandang. Rasional: Meningkatkan kepatuhan klien. K lien
2)
akan lebih mungkin melakukan intervensi jika rasional diberikan.
K urangi
risiko bahaya dari lingkungan klien. Rasional: Mencegah cedera. 22
3)
K unci
roda brankar atau tempat tidur. Rasional : meningkatkan keamanan
4)
Berikan pencahayaan yang adekuat. Rasional : meningkatkan kenyamanan pasien terutama suasana li ngkungan
5)
Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur berada dalam posisi rendah. Rasional : meningkatkan keamanan ( mencegah cedera )
6)
Pasang pengaman tempat tidur. Rasional : meningkatkan keamanan.
7)
Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh (seperti tempat sampah, tisu, kursi tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari area yang dilewati klien untuk ambulasi. Rasional : mencegah terjadinya cedera.
8)
Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tisu, telepon atau pengontrol di tempat yang mudah dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh. Rasional : memudahkan pasien dalam penggunaan alat yang biasa diperlukan dan menigkatkan keamanan.
9)
Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin. Rasional : mencegah cedera.
10) Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum. Rasional : mencegah cedera. 11) Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan. Rasional: Mencegah pusing. 12) Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi. Rasional: Mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi. Benda / objek mungkin tidak terletak di tempat seperti yang dilihat klien. Meraih yang berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh. 13) Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker) untuk ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional: Memberikan sumber stabilitas.
23
14) Beritahu klien untuk naik dan turun 1 kali dalam satu waktu. Rasional: Meningkatkan rasa keseimbangan. 15) Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas beresiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada di tengah anakanak atau binatang peliharaan. Rasional: Mencegah cedera. 2. Pasca-operasi a. Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi pada mata yang ditandai dengan : Ds : y
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat
Do : y
Gerakan menghindari nyeri
y
Posisi menghindari nyeri
y
Wajah topeng
y
Fokus menyempit
Tujuan : 1) Nyeri berkurang atau hilang 2) Mengungkapkan secara verbal bahawa nyeri berkurang atau hilang 3) Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut ( sebut nilainya1-5: ekstrem, berat, sedang , ringan atau tidak ada ) 4) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif mencapai keamanan 5) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis 6)
K lien
mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas, Melaporkan nyeri
yang dialaminya, Mengikuti program pengobatan, Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri.
24
Intervensi : 1) Lakukan pengkajian nyeri lokasi, karakteristik, awitan /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan nyeri, dan faktor prepitasinya. Rasional : untuk mengetahui status nyeri pada pasien 2) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas. Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan. 3) Evaluasi therapi: pembedahan, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya. Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi. 4) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton T V. Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. 5) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),
gembira,
dan
berikan
sentuhan
therapeutik.
Rasional
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas. 6) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. Rasional : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obatobatan anti nyeri. 7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll. Rasional : Untuk mengatasi nyeri. b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif yang ditandai dengan : Ds : y
Pasien mengatakan rasa nyeri pada lukanya
Do : y
Terdapat gejala atau tanda infeksi
y
Higiene pribadi yang tidak adekuat
y
Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
25
:
Tujuan :
K lien
mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pecegahan infeksi, Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal. Intervensi : 1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi silang 2) Jaga personal hygine klien dengan baik. Rasional : Menurunkan / mengurangi adanya organisme hidup. 3) Monitor temperatur. Rasional : Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi 4)
K aji
semua
sistem
untuk
melihat
tanda-tanda
infeksi.
Rasional
:
Mencegah/ mengurangi terjadinya resiko infeksi. 5) Hindarkan/ batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi. 6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelet. Rasional : Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi. 7) Berikan antibiotik bila diindikasikan. Rasional : Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi. c. K ierusakan
integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
yang ditandai dengan : Ds : y
Pasien merasakan nyeri pada bagian luka
Do : y
K erusakan
lapisan kulit
y
Gangguan permukaan kulit
y
Invasi struktur tubuh
26
K riteria
hasil :
1) Menyatakan ketidaknyaman hilang 2) Menunjukkan perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi. 3) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu atau penyembuhan lesi terjadi. Intervensi : 1)
K aji
kulit untuk luka terbuka. Rasional : untuk mengetahui status luka.
2) Bersihkan kulit saat terkena kotoran. Rasional : menjaga agar selalu bersih 3) Ganti posisi dengan hati ± hati. Rasional : untuk menghindari cedera pada kulit yang rentan. d. Risiko
cedera
yang berhubungan dengan komplikasi pas caoperasi seperti
perdarahan, dan peningkatan tekanan intraokuler ditandai dengan : Ds : y
Pasien mengatakan penglihatannya kabur
y
Pasien mengatakan tidak bisa mengenali benda ± benda yang berbahaya ( listrik, pisau dll ) dikarnakan penglihatan kabur.
Do : y
Pasien tampak disorientasi tempat
Tujuan: Tidak terjadi perdarahan intra okuler dan tidak ada peningkatan tekanan intraokuler. Intervensi keperawatan: 1) Ajarkan tanda dan gejaia komplikasi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera, meliputi meningkatnya nyeri mata, keluarnya diskar purulen, penurunan
27
visus, demam, meningkatnya nyeri dahi. Rasional : meningkatkan pengetahuan kewaspadaan pasien tentang penyakitnya. 2) instruksikan klien untuk tidak mengejan saat defekasi; dorong untuk menggunakan susu magnesium atau pencahar untuk mencegah hal ini sesuai kebutuhan. Rasional : menghindari tekanan yang berlebihan pada mata yang telah dioperasi. 3) Cuci tangan secara tepat sebelum meneteskan obat mata atau mengganti balutan; beritahu klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh daerah mata. Rasional : mencegah terjadinya infeksi. 4) Demonstrasikan cara menggunakan pelindung (shield) untuk tidur. Rasional : meningkatkan keamanan. 5) Instruksikan klien untuk mencegah pergerakan cepat atau mendadakdan membungkuk. Rasional : mencegah terjadinya cedera pada mata yang telah dioperasi. 6) Instruksikan untuk segera minum obat jika mual dan muntah. Rasional : mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada mata. 7) Ingatkan klien untuk tidak berbaring pada sisi yang sakit. Rasional : mencegah terjadinya cedera. 8) Dorong klien untuk mencari bantuan untuk ambulasi saat pandangan kabur. Rasional : mencegah terjadinya cedera. e. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan, takut, cedera, penurunan kemampuan mengendalikan komunitas atau takut malu yang ditandai dengan : Ds : y
Mengungkapkan perasaan kesendirian yang dibebankan orang lain
28
y
Mengungkapkan perasaan pembedaan dari orang lain
y
Mengungkapkan perasaan penolakan
Do :
f.
y
K etiadaan
dukungan dari orang lain yang penting
y
Adanya cacat fisik
y
K etidakmampuan
y
Tidak ada kontak mata
y
Sibuk dengan pikirannya sendiri
memenuhi harapan orang lain
Defisit perawatan diri ( mandi, makan ) yang berhubungan dengan kelemahan visual, ketidakmampuan akibat pascaoperasi yang ditandai dengan : Ds : y
K etidakmampuan
mengakses kamar mandi
y
K etidakmampuan mengeringkan tubuh
y
K etidakmampuan
menyuap makanan
y
K etidakmampuan
menggunakan perlengkapan makan.
Do : y
Pasien tampak kusam
y
Rambut pasien kering dan bau
y
Pakaian pasien agak kotor
Tujuan:
K eluarga
memberikan bantuan dalam penatalaksanaan peng- obatan dan
perawatan mata pascaoperasi. Intervensi keperawatan:
1) Jelaskan rutinitas pre- dan pascaoperasi pada klien. Libatkan keluarga dalam semua penjelasan yang berhubungan dengan perawatan pascaoperasi; berikan
29
kartu dosis obat untuk di rumah dan jadwal pengobatan pascaoperasi. Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien terhadap tindakan medis.
2) Beritahu klien dan keluarga tentang obat-obat mata yang digunakan di rumah dan cara penggunaannya, cara membalut dan memasang shield mata secara tepat; cara mengganti balutan tanpa menekan mata; pentingnya cuci tangan dan tidak menggosok mata serta pentingnya tindak lanjut dengan dokter.
Rasional :
menigkatkan pengetahuan pasien tentang perawatan dan kemandirian.
g. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi yang sudah didapat sebelumnya yang ditandai dengan : Ds : y
Pasien mengatakan bahwa tidak tahu tentang bagaimana merawat mata dan diri
Do : y
Menggambarkan penurunan faktor risiko
y
Mengekspresikan keinginan untuk menangani penyakit
Tujuan, klien akan: 1)
K embali
ke rumah dan bisa merawat diri dengan aman dalam lingkungan yang
telah disiapkan. 2) Mengembangkan rencana perawatan diri dalam perubahan hidup yang diinginkan. Intervensi keperawatan: 1) Diskusikan tempafyang diinginkan klien untuk pemulihan pascaoperasi. Rasional : Meningkatkan pemulihan.
K lien
ya4ng paling tahu di tempat mereka bisa
memulihkan keadaannya.
30
2) Diskusikan kemampuan klien sekarang untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari klien. Rasional : Menentukan kebutuhan bantuan, karena sebagian didasarkan pada tingkat fungsi klien sekarang. 3) Evaluasi bagaimana kemampuan fungsi klien sekarang akan terpengaruh oleh pembatasan
aktivitas
dan
kebutuhan
perawatan
Menentukan kesadaran klien terhadap pembatasan.
pascaoperasi. Rasional K lien
mungkin tidak
menyadari perlunya perawatan dan bagaimana aktivitas normal perlu diubah. 4) Bantu klien menentukan sisi realistik untuk pemulihan pascaoperasi. Rasional : Memfasilitasi penerimaan terhadap rencana.
K lien
seharusnya terlibat dalam
pembuatan keputusan. 5) Ajarkan klien aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Rasional : Meningkatkan kepatuhan klien.
K lien
harus memiliki pengetahuan sebelum mereka dapat
mengimplementasikan tindakan perawatan di rumah. a)
Perawatan diri
b)
Pemasangan shield
c)
Penetesan obat mata
d)
Aktivitas yang diperbolehkan
e)
Aktivitas yang dibatasi
f)
Medikasi
g)
Pemantauan komplikasi
6) Bantu klien untuk menentukan aktivitas apa yang akan memerlukan bantuan. Rasional :
Menentukan
kebutuhan
bantuan.
K lien
mempunyai
pengetahuanterbaiktentang bantuan apa yang diperlukan. a)
Perawatan diri
b)
Menyiapkan makan
31