MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH
UAS MATA KULIAH :
PENGEMBANGAN KURIKULUM
NAMA DOSEN : DR. H. SOPAN ANDRIANTO
NAMA MAHASISWA : LAODE SUHARMAN
NIM : 0908036065
KELAS : B. 21.3
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN 2010
MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH
OLEH : LAODE SUHARMAN
A. PENGANTAR KURIKULUM
Sebelum membahas perubahan kurikulum saya memberi pengantar lebih
dahulu tentang perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat
dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu".
Di dalam amanat Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya
mengenai pasal-pasal yang berkaitan dengan Kurikulum dan pembahasan
mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan
KTSP.
Penyusunan Kurikulum mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, serta
berpedoman pada Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dan memperhatikan kondisi dan potensi dekat dengan lingkungan
Industry, pariwisata dan menghadpi globalisasi dunia pendidkan khususnya.
Dengan menjadikan Kurikulum sebagai pedoman bagi semua warga
sekolah, atau semua tingkat pendidikan kami berharap dapat memberikan
layanan terbaik kepada peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berpengetahuan luas, sehat, terampil, kreatif, mandiri,
bertanggung jawab, bermanfaat bagi lingkungan, dan mampu berkompetisi
secara global.
B. MENGAPA KURIKULUM HARUS BERUBAH
Kenapa kurikulum harus berubah ? demikian pertanyaan yang kerapkali
dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang
terjadi di Indonesia. Jawabannya pun sangat beragam, bergantung pada
persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang sejarahnya, di
Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di
masyarakat bahwa "ganti menteri, ganti kurikulum".
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala
kurikulum yang berlaku (current curriculum) dipandang sudah tidak efektif
dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan jaman dan setiap
perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali
mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang
sangat luas serta mengandung resiko yang sangat besar, apalagi kalau
perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat serta
tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah
justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan
tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun
bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau
beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP yang
terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat
mungkin diawali dengan "keterpaksaan" demi mematuhi ketentuan yang berlaku,
sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum sepenuhnya
menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk
memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan –
perbaikan yang secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada
akhirnya dapat ditemukan model kurikulum yang lebih sesuai dengan
karakteristik dan kondisi nyata sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja suatu
sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP hingga ke depannya tidak pernah
melakukan perubahan-perubahan apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang
demikian, sama sekali tidak menunjukkan perkembangan alias stagnan.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai
di sekolah, seyogyanya di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat
sekolah yang bertugas untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini,
di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang menangani kurikulum
(biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya mereka
cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan
teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum
atau kegiatan yang bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang
lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan
manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada
gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.
Salah satu bentuk perencanaan sosial adalah perencanaan di bidang
pendidikan. Salah satu bentuk perencanaan sosial di bidang pendidikan
adalah penyusunan kurikulum. Perubahan kurikulum tampaknya menjadi hal yang
sangat biasa di dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Salah satu bentuk perencanaan sosial adalah perencanaan di bidang
pendidikan. Salah satu bentuk perencanaan sosial di bidang pendidikan
adalah penyusunan kurikulum. Perubahan kurikulum tampaknya menjadi hal yang
sangat biasa di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Komentar yang
seringkali terdengar berkaitan dengan perubahan kurikulum adalah "Ah biasa,
ganti menteri kan ganti kurikulum". Pergantian kurikulum beberapa kali
dilakukan dengan alasan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia supaya
lebih baik dan tentu saja dengan harapan sumber daya manusia di Indonesia
pun juga akan semakin berkualitas. Pada kenyataannya beberapa kali
pergantian kurikulum tampak kurang memberikan perubahan seperti yang
diharapkan, bahkan yang seringkali terjadi pergantian kurikulum ini
terkesan kurang diolah atau dipersiapkan secara matang, sehingga pada
pelaksanaannya di lapangan terjadi kekacauan atau banyak kelemahan-
kelemahan.
Entah apa maksud sesungguhnya di balik pergantian itu yang jelas
setiap kali pergantian kurikulum maka yang sering dibuat repot dan pusing
adalah pihak sekolah, pendidik, dan murid, terlebih lagi ketika menghadapi
kurikulum yang berlaku. Belum selesai kebingungan sekolah , pendidik dan
murid untuk menyelami kurikulum berbasis kompetensi, antara lain belum
adanya solusi yang tepat untuk menyikapi pelaksanaan ujian dan ujian dan
kelulusan yang memunculkan protes di beberapa tempat, sekarang malah muncul
konsep baru yang harus segera dilaksanakan oleh setiap sekolah yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Munculnya KTSP, tampaknya menambah kecemasan masyarakat pendidikan
.Akan seperti apakah nantinya penerapan KTSP, dan bagaimana lagi wajah
dunia pendidikan di Indonesia dengan munculnya KTSP ? Banyak pihak masih
belum tahu bagaimana jawaban pastinya. Apakah dengan berubah-ubahnya system
ini benar menjadi semakin baik seperti yang diharapkan ?
Sistem pendidikan di bumi kita tercinta memang tampak belum stabil.
Perubahan terus mengikuti seiring dengan bergantinya kepemimpinan, seolah-
olah mengikuti selera pemimpinnya. Itu semua sampai kini belum tampak
adanya perubahan ke arah yang lebih maju. Para guru biarkan mereka
melaksanakan tugas dengan bebas tanpa dibebani urusan-urusan "tetek
bengek". Memang dengan sistem ganti dan berubah-ubahnya kurikulum dituntut
lebih arif terelebih dalam pemilihan materi.
Akan lebih senang jika paket pembelajan memiliki ciri berikut ini:
1. Pelajaran yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi peserta didik
dengan mendorong adanya dialog yang konstruktif dengan imajinasi fantasi
kehidupan seseorang.
2. Pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi non verbal
seperti pantomime, drama tanpa kata, ekspresi bebas, meditasi, dan lain-
lain.
3. Pelajaran - pelajaran yang mengembangkan dan mengeksplorasi perasaan
seseorang untuk menghadapi realitas kehidupan. Apa yang dirasakan jauh
lebih penting daripada apa yang dipikirkan orang tentang sesuatu yang
sedang dihadapi. Pertanyaannya adalah apa yang kamu rasakan bukan apa
yang kamu pikirkan.
4. Pelajaran yang bertujuan untuk menyadarkan peserta didik akan pentingnya
pencapaian kepenuhan hidup dan penghayatan hidup yang intensif ,
berprinsip "kini dan di sini".
Dengan perencanaan pendidikan dalam hal ini perencanaan kurikulum
yang baik dan tak adanya perubahan kurikulum yang terjadi terus menerus
tentu pendidikan di Indonesia akan semakin maju dibandingkan sekarang.
Pendidikan adalah upaya untuk mengajarkan anak didik tentang hidup dan
kehidupan. Sedangkan dari hari ke hari, hidup dan kehidupan itu selalu
berubah seiring dengan waktu. Wajarlah kalau kurikulum berubah, karena
kurkulum adalah acuan untuk memberikan pendidikan yang mengajarkan
seseorang untuk dapat hidup lebih baik...
Secara umum, kurikulum direview setiap 5 (lima) tahun sekali, yang
kebetulan sama dengan periode pemerintahan di Indonesia. Jadi dianggap
ganti menteri ganti kurikulum.
Bahkan, beberapa kurikulum khusus, diubah setiap tahun karena
perkembangannya sangat pesat. Salah satu contohnya adalah kurikulum bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK atau ICT), yang perkembangannya
pesat. Di Singapura, khususnya di Nanyang Univeristy, khusus TIK malah
direview setiap 6 (enam) bulan sekali, sehingga setiap ada teknologi
terbaru justru Universitaslah yang pertama kali mengetahui dan mempelajari.
Ini berbeda dengan Indonesia, yang justru belajar teknologi setelah
teknologi itu sudah menjadi usang.
Kebijakan pengembangan Kurikulum
Perubahan wewenang pengembangan kurikulum nasional ini tidak
menjadikan Pusat Kurikulum kehilangan pekerjaan. Tugas Pusat Kurikulum
berubah antara lain menjadi membantu sekolah untuk mampu menyusun kurikulum
sekolah masing-masing. Pekerjaan ini bukan pekerjaan yang ringan karena
saat ini di Indonesia ada 43.461 SD; 12731 SMP, 4499 SMA, 2655 SMK, belum
termasuk Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Luar Biasa dan madrasah.
Banyaknya sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia tidak memungkinkan
Pusat Kurikulum membantu sekolah satu persatu. Harus ada strategi agar
sekolah mampu menyusun kurikulum masing-masing.
Dengan adanya hak maupun tanggung jawab sekolah untuk menyusun
kurikulum masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan
kekhasannya maka diperlukan upaya untuk memberdayakan sekolah dan daerah
agar mereka mampu memahami kebutuhan, kondisi dan kekhasan masing-masing.
Harapannya adalah agar mereka dapat mengembangkan kurikulum yang mampu
menjadi tulang punggung dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
daerah tersebut melalui pendidikan yang berdaya saing nasional bahkan
internasional sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing, baik dalam
menciptakan sekolah bertaraf internasional, sekolah berbasis keunggulan
lokal, sekolah mandiri maupun sekolah standar.
Bantuan Tekhnis Pengembangan Kurikulum
Amanat UUSPN serta peraturan-peraturan di bawahnya yang berhubungan
dengan pengembangan kurikulum mengakibatkan fungsi dan tugas Pusat
Kurikulum mengalami perubahan besar. Pusat Kurikulum yang pada pengembangan
kurikulum 75, 84, 94 menjadi ujung tombak, setelah keluar UUSPN bukan lagi
sebagai institusi yang mengembangkan kurikulum secara nasional. Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memiliki wewenang dalam menetapkan
StandarNasional Pendidikan, termasuk diantaranya adalah Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
menjadi acuan utama sekolah dalam menyusun kurikulum masing-masing.
Divesifikasi kurikulum
Pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan, potensi,
dan kondisi daerah maupun sekolah memerlukan penerjemahan dari pihak
sekolah maupun daerah tentang mau ke mana pendidikan di sekolah maupun di
daerah itu. Pemerintah pusat tidak memiliki kemampuan untuk menerjemahkan
ini sehubungan dengan kompleksitas dan variasi masing-masing daerah dan
sekolah. Kemampuan untuk menerjemahkan kebutuhan, potensi, kondisi daerah,
dan sekolah sehingga menjadi kurikulumsekolah masing-masing harus dimiliki
oleh "stakeholder" daerah dan sekolah tersebut. Kemampuan ini diharapkan
mampu membuat pengembangan kurikulum sekolah terus menerus berkembang
sehingga menjadi kurikulum yang sesuai untuk sekolah dan daerah tersebut.
Oleh karena itu bukan hanya penyusunan kurikulum sekolah saja yang penting,
tetapi kemampuan untuk melakukan pengembangan kurikulum yang terus menerus
lebih penting lagi. Siklus (penyusunan, pelaksanaan, evaluasi) dalam
pengembangan kurikulum untuk mencapai kesempurnaan harus berjalan baik di
tingkat sekolah maupun daerah. Stakeholder di daerah dan sekolah harus tahu
kurikulum macam apa yang diperlukan oleh mereka.
Usaha pemberdayaan sekolah dan daerah dalam pengembangan kurikulum
oleh Pusat Kurikulum dilakukan melalui bantuan teknis pengembangan
kurikulum, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kab/kota. Di tingkat
provinsi diharapkan adanya TPK yang memiliki kemampuan untuk melakukan
pengembangan kurikulum sehingga mampu memberikan bantuan teknis
pengembangan kurikulum kepada Tim Pengembang Kurikulum kabupaten/kota.
Pemberdayaan di tingkat provinsi dikonsentrasikan pada usaha pengembangan
kurikulum secara luas sampai dengan kemampuan tim untuk melakukan evaluasi
dan monitoring pelaksanaan kurikulum di daerah masing-masing. Pemberdayaan
di tingkat kabupaten/kota dikonsentrasikan pada kemampuan tim untuk
melakukan pendampingan pengembangan kurikulum di sekolah. Sehingga
kompetensi melakukan analisis konteks untuk menyusun kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan, potensi dan kekhasan sekolah diperlukan.
Berbagai kendala untuk mewujudkan usaha pemberdayaan daerah dan
sekolah agar mampu menyusun kurikulum masing-masing selalu ada. Pada
awalnya, kemampuan staf Pusat Kurikulum yang kurang memadai merupakan
kendala utama. Dengan melakukan pengembangan kemampuan staf sambil
memberikan bantuan teknis ke daerah mengakibatkan staf bisa belajar sambil
bekerja sehingga kemampuan terasah dan terserap cepat. Ketidakstabilan
pendanaan untuk sosialisasi KTSP menyebabkan Pusat Kurikulum juga mengalami
pemotongan dana yang cukup besar. Akibatnya perencanaan yang telah matang
dilakukan pada awalnya menjadi sangat terhambat dalam pelaksanaannya
sehingga ketidakpercayaan daerah pada Pusat Kurikulum timbul. Tetapi
semangat daerah yang besar dalam menyambut kurikulum baru ini menjadi obat
yang sangat mujarab bagi Pusat Kurikulum untuk berbuat yang terbaik bagi
terlaksananya pendidikan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi dan kekhasan daerah.
Sampai saat ini dari hasil monitoring yang telah dilakukan oleh Pusat
Kurikulum sebagian besar daerah telah memulai melaksanakan KTSP. Walaupun
sebagian besar dari sekolah melaksanakan masih adopsi atau adaptasi dari
model kurikulum yang ada. Diharapkan dengan bantuan teknis pengembangan
kurikulum yang dilakukan oleh berbagai pihak akan semakin mematangkan
sekolah dan daerah tentang konsep dan filosofi KTSP sehingga mendorong
mereka untuk menyusun KTSP sesuai dengan kondisi masing-masing.
Semakin kuat keyakinan tentang perlunya penyusunan kurikulum sekolah
yang mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan dan
disesuaikan dengan kebutuhan, potensi dan kekhasan sekolah masing-masing
ketika saya datang di dua SMP yang berdekatan. Meskipun dua SMP ini berada
di lingkungan yang berdekatan tapi ternyata kondisi muridnya sangat berbeda
jauh. SMP A mempunyai peserta didik yang hampir seluruhnya datang dari
kalangan menengah ke atas dengan prestasi belajar tinggi. Semua ingin
melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan SMP B mempunyai peserta didik
yang sebagian besar datang dari kalangan sosial ekonomi yang kurang
beruntung sehingga bagi mereka segera lulus SMP dan bekerja untuk
memperoleh penghasilan adalah tujuan utama bersekolah. Masing-masing
sekolah tersebut akan menyusun kurikulum yang sangat berbeda. SMP A akan
menfokuskan pada pelajaran dengan higher order thinking yang memungkinkan
peserta didik memiliki cara berpikir akademis yang tinggi supaya mampu
masuk perguruan tinggi. Sedangkan SMP B akan memperkaya mata pelajaran
dengan kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan keterampilan-keterampilan untuk
bekerja sehingga peserta didik merasa memiliki manfaat besar telah
bersekolah di SMP B.
Dua SMP ini harus mampu menyusun kurikulum masing-masing yang sangat
berbeda. Kompetensi minimal lulusannya akan sama, tetapi kompetensi
tambahannya akan berbeda. Hanya dengan melakukan pemberdayaan daerah dan
sekolah untuk mampu melakukan pendampingan penyusunan kurikulum pada
kondisi yang berbeda-beda inilah maka pelaksanaan diversifikasi kurikulum
seperti diamanatkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat kita
wujudkan.
C. PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA
Selanjutnya untuk mengenal sejauh mana perubahan kurikulum di
Indonesia dapat kami bahas sebagai berikut : Setelah Indonesian merdeka,
ada sepuluh kurikulum yang pernah dipakai yaitu kurikulum pasca kemerdekaan
1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan KBK yang disempurnakan
menjadi kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada setiap periode kurikulum yang pernah diberlakukan tersebut model
konsep kurikulum yang digunakan, prinsip dan kebijakan pengembangan yang
digunakan, serta jumlah jenis mata pelajaran berikut kedalaman dan
keluasannya tidak sama.
Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi terhadap variabilitas
penuangan mata pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum bisa dijelaskan
karena adanya substansi determinan atau landasan kurikulum yang digunakan
tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum determinan kurikulum itu sama yaitu
faktor filosofis, sosiologis, psikologis, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun pada setiap masa memiliki suatu kecederungan tersendiri
yang menjadi warna dominan dari kurikulum itu sendiri, sebagai alat
pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaan ini juga turut menentukan mata
pelajaran apa saja yang harus dipelajari, juga prinsip-prinsip cara
mempelajari mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang
bersangkutan.
Landasan filosofis, berkaitan dengan pandangan hidup negara.
Filosofis negara ini akan mengarahkan pada penentuan tujuan umum pendidikan
nasional. Perbedaan filosofis negara, atau adanya perbedaan konsistensi
pengamalan nilai-nilai filosifis akan mempengaruhi filsafat pendidikian dan
filsafat kurikulum yang digunakan. Tentu ini pun akan mengarah pada susunan
mata pelajaran yang harus dipelajari. Landasan sosiologis, berkaitan dengan
sistem nilai, norma, adat isitiadat, tata aturan bermasyarakat dan
bernegara juga berpengaruh terhadap penggunaan sistem kurikulum. Dalam
aspek sosiologis di dalamnya adalah sistem politik yang berlaku, ikut
menentukan tentang apa yang harus dipelajari, kedalaman dan keluasannya,
serta teknis pengembangannya. Contoh ketika sistem politik negara
menggunakan sistem sentralistik, maka pengembangan kurikulum didominasi
oleh pemerintah pusat, kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan
pemerintah daerah atau guru sama sekali. Namun ketika sistem politik
berubah menjadi desetralisasi, kebijakan pengembangan kurikulum pun
berubah, yang tadinya terpusat sebagian didesentralisasikan ke daerah
(pemerintah daerah dan sekolah, guru). Contoh lainnya, terdapat perbedaan
kurikulum, jenis dan jumlah mata pelajaran antara negara yang demokratis
dan negara yang tidak terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan sesama negara
demokratis pun masih terdapat variabilitas.
Determinan berikutnya yaitu unsur psikologis. Situasi kondisi sasaran
kurikulum ikut mempengaruhi konsep dan model kurikulum. Akan terdapat
perbedaan mata pelajaran, setidaknya tingkat kesulitan dan cakupannya,
antara jenjang pendidikan satu dengan lainnya. Antara pendidikan normal dan
pendidikan luar biasa. Selain dari pada itu, pandangan psikologi atas
bagaimana manusia belajar bermacam-macam, di antaranya ada behavioristik,
kognitivistik, dan konstruktivistik. Ketiga jenis pandangan tersebut
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penggunaan salah satu dari tiga
pandangan atas belajar di atas, akan berpengaruh terhadap apa yang harus
dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.
Determinan terakhir yaitu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulumnya itu
sendiri. Kemajuan IPTEK akan melahirkan tuntutan untuk mempelajari IPTEK
kontemporer. IPTEK kontemporer memiliki karakteristik tersendiri tentang
bagaimana cara untuk mempelajarinya.
Uraian di atas, menjelaskan kepada kita bahwa perkembangan mata pelajaran
dipengaruhi oleh model konsep kurikulum yang digunakan. Suatu jenis model
kurikulum itu sendiri memiliki karakteristik disain (tujuan, materi,
strategi, dan evaluasi) tersendiri.
Di bawah ini tabel perbandingan jurusan dan mata pelajaran yang hilang dan
muncul pada kurikulum kurikulum 1964 sampai dengan KTSP.
Tabel 1 Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan
Muncul pada Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP (Belen, 2007)
"No."Kurikulu"Jurusan yang "Jurusan yang"Mapel yang "Mapel yang "
" "m "hilang "muncul "hilang "muncul "
"1 "1964 " "Jurusan " "Prakarya "
" " " "Budaya SMA " " "
"2 "1968 " " "Berhitung "Matematika "
" " " " " "Pendidikan "
" " " " " "Kesehatan "
" " " " " "Keluarga "
" " " " " "Kecakapan "
" " " " " "Khusus "
"3 "1975 "Jurusan Budaya"SMA: Jurusan"Bahasa "Muncul "
" " "SMA "IPA, IPS, "Indonesia "Broadfield: "
" " " "Bahasa. "Tulisan Arab "Matematika, "
" " " "Jurusan "Bahasa Jawa "IPA, IPS "
" " " "Budaya "Kuno "Bahasa "
" " " "menjadi " "Indonesia, "
" " " "jurusan " "Civics "
" " " "bahasa " "menjadi PMP "
" " " " " "(Pendidikan "
" " " " " "Moral "
" " " " " "Pancasila) "
"4 "1984 " "SMA: Program"Tata Buku. "Akuntansi, "
" " " "B "Pendidikan "Sosiologi, "
" " " "(Vokasional)"Keterampilan "Pendidikan "
" " " "tak "dan "Sejarah "
" " " "dilaksanakan"Pendidikan "Perjuangan "
" " " ". Jurusan "Seni "Bangsa "
" " " "IPS dan "tergabung "(PSPB), Tata"
" " " "Bahasa "menjadi "Negara, "
" " " "tetap. "Pendidikan "Muatan "
" " " "Jurusan IPA "Kertakes. "Lokal, "
" " " "di bagi dua:"Pada "Keterampilan"
" " " "Jurusan "Pendidikan ", Budaya. "
" " " "ilmu-ilmu "Bahasa " "
" " " "fisik dan "Indonesia " "
" " " "jurusan "dikenalkan " "
" " " "ilmu-ilmu "Pragmatic. " "
" " " "hayati. " " "
" " " "Jurusan " " "
" " " "Agama untuk " " "
" " " "Madrasah " " "
" " " "Aliyah. " " "
"5 "1994 "Program B SMA,"Penjurusan "Tata buku, "PMP menjadi "
" " "Jurusan "di kelas 3 "Pendidikan "PPKn. B. "
" " "Ilmu-ilmu "SMA: IPA, "Keterampilan "Indonesia "
" " "Fisik dan "IPS, Bahasa."dan "dan B. "
" " "Ilmu-ilmu " "Pendidikan "Inggris "
" " "Hayati " "Seni "menggunakan "
" " "digabung ke " "tergabung "communicativ"
" " "jurusan IPA. " "menjadi "e approach. "
" " " " "kertakes. "Muncul "
" " " " "Pada "bahasa "
" " " " "Pendidikan "Jepang dan "
" " " " "Bahasa "Mandarin. "
" " " " "Indonesia "Muatan Lokal"
" " " " "dikenalkan "di SD dan "
" " " " "Pragmatic "SMP. "
"6 "KBK "Jurusan Agama "Penjurusan "PPKn menjadi "Bahasa "
" " "SMA "kembali ke "PKn. Di SMA "Inggris SD "
" " " "kelas 2 SMA."Antropologi "dan Komputer"
" " " "Tematik "digabungkan "SD menjadi "
" " " "untuk kelas "ke Sosiologi."pilihan. ICT"
" " " "I dan II SD."Diberi jam "di SMA. "
" " " " "untuk "Konsep Kimia"
" " " " "pembiasaan di"dimasukkan "
" " " " "SD dan SMP. "ke IPA. "
" " " " "Muatal lokal "Konsep "
" " " " "tak "Sosiologi "
" " " " "ditangani. "dimasukkan "
" " " " " "ke IPS. "
" " " " " "Pembiasaan "
" " " " " "di SD dan "
" " " " " "SMP. "
"7 "KTSP " "Tematik " "Antropologi "
" " " "kelas I-III " "terpisah "
" " " "SD. " "dari "
" " " " " "Sosiologi di"
" " " " " "SMA. IPA dan"
" " " " " "IPS terpadu "
" " " " " "di SMP. "
" " " " " "Muatan Lokal"
" " " " " "dihidupkan "
" " " " " "lagi bahkan "
" " " " " "sampai SMA. "
" " " " " "Pengembangan"
" " " " " "Diri "
" " " " " "(Pembiasaan)"
" " " " " "bahkan "
" " " " " "sampai SMA. "
Tujuan dan Mata Pelajaran dalam KTSP
Tujuan pendidikan dalam KTSP menggunakan istilah kompetensi. Ada
kompetensi lulusan, kompetensi rumpun mata pelajaran, kompetensi mata pe-
lajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Telah dijelaskan secara
singkat di muka, bahwa untuk kompetensi lulusan dan kompetensi rumpun mata
pelajaran akan dicapai oleh sejumlah mata pelajaran. Sedangkan untuk
kompetensi mata pelajaran dicapai setelah dicapainya sejumlah kompetensi
dasar.
Untuk mencapai kompetensi dasar, setiap kompetensi dasar yang ada
dalam mata pelajaran harus diterjemahkan oleh guru di sekolah ke dalam
bentuk indikator hasil belajar. Indikator hasil belajar ini merupakan
gambaran tentang kemampuan-kemampauan yang lebih kecil, yang akumulasinya
membentuk kompetensi dasar. Dengan kata lain indikator hasil belajar ini
merupakan tujuan jarak dekat, yang akan dicapai oleh satu kali proses
pembelajaran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa indikator hasil belajar
itu analog dengan tujuan pembelajaran khusus.
Diambil dari: Surya Dharma, MPA., Ph.D. 2008. Pengembangan Mata
Pelajaran dalam KTSP. (materi diklat pengawas sekolah). Jakarta:Direktorat
Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
D. KESIMPULAN
1. Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dan memperhatikan kondisi dan potensi dekat dengan lingkungan
Industry, pariwisata dan menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menhgadapi era globalisasi dunia pendidkan khususnya.
2. Kurikulum dijadikan sebagai pedoman bagi semua warga sekolah, atau
semua tingkat pendidikan kami berharap dapat memberikan layanan
terbaik kepada peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berpengetahuan luas, sehat, terampil, kreatif,
mandiri, bertanggung jawab, bermanfaat bagi lingkungan, dan mampu
berkompetisi secara global.
3. Dengan perencanaan pendidikan dalam hal ini perencanaan kurikulum yang
baik dan tak adanya perubahan kurikulum yang terjadi terus menerus
tentu pendidikan di Indonesia akan semakin maju dibandingkan sekarang.
4. Pendidikan adalah upaya untuk mengajarkan anak didik tentang hidup dan
kehidupan.
Sedangkan dari hari ke hari, hidup dan kehidupan itu selalu berubah
seiring dengan waktu. Wajarlah kalau kurikulum berubah, karena
kurkulum adalah acuan untuk memberikan pendidikan yang mengajarkan
seseorang untuk dapat hidup lebih baik...
Sumber – Sumber Informasi :
1. Browsing internet tentang perkembangan kurikulum
2. Surya Dharma, MPA., Ph.D. 2008. Pengembangan Mata Pelajaran dalam
KTSP. (materi diklat pengawas sekolah). Jakarta:Direktorat Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
3. Undang – Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang Sistim
Pendidikan Nasional.
4. Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2007