1. Partisi Ekstrak kental etanol kulit buah mentah pisang ambon sebanyak 30 g Dilarutkan dalam etanol dan air dengan perbandingan 1 : 1 sebanyak 150 ml. Dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambahkan 150 ml n-heksana Dikocok, didiamkan memisahan antara fraksi n-heksana dan etanol-air. Fraksi n-heksana dipisahkan Diulangi hingga 6 kali sampai larutan berwarna bening. Selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan pelarut etil asetat proses sama Ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol-air cair (residu) Diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
4. Pengujian aktivitas antibakteri a. Penyiapan Sampel Uji Sebanyak 30, 50, dan 100 mg sampel yang akan diuji
(ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol-air) dilarutkan dalam 1 mL dimetilsulfoksida masing-masing masing-masing sampel uji dipipet 5 μL loading dose 150, 250, dan 500 µg. diperoleh loading dose
b. Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar, yaitu dengan cara sebagai berikut : Nutrient Agar (NA) yang (NA) yang telah mencair dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi suspensi bakteri dihomogenkan lalu dibiarkan memadat secara merata. Di atas permukaan agar diletakkan paper diletakkan paper disc (diameternya = 6 mm) yang telah ditetesi bahan uji sebanyak 5 μL dengan berbagai konsentrasi, lalu diinkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu 37°C. c. Interpretasi Interpretasi
Zona jernih disekitar paper disekitar paper disc mengindikasikan disc mengindikasikan adanya penghambatan dari senyawa uji.
5. Fraksinasi dengan Kromatografi Cair Vakum Sebanyak 3 gram ekstrak n-heksan Dikeringkan dengan silika gel 60 GF254 (Merck) Diaduk sampai menjadi serbuk kering. Bagian bawah sinterglass dimasukkan kertas saring, kemudian diisi
dengan serbuk fase diam silika gel 60 GF254 (Merck) sampai mencapai ketinggian ± ½ dari tinggi sinterglass sambil divakum, Serbuk sampel ditaburkan di atasnya dan permukaan serbuk ditutup lagi dengan kertas saring. Pada ekstrak n-heksana fraksinasi dilakukan dengan fase gerak dari pelarut yang kurang polar sampai pelarut yang lebih polar yaitu menggunakan eluen n-heksana 100%, n-heksana : etil asetat (8 : 2), (6 : 4), (4 : 6), (2 : 8), etil asetat 100 %, dan metanol 100% , Dengan volume eluen masing-masing 25 ml. Hasil fraksinasi selanjutnya ditotolkan pada lempeng KLT.
6. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi
Fraksi-fraksi yang dihasilkan dari kromatografi cair vakum selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi agar, Sama seperti yang dilakukan sebelumnya pada uji aktivitas antibakteri pada ekstrak, dibuat konsentrasi 30, 60, dan 90 mg/mL sampel, Masing-masing dilarutkan dalam 5 mL kloroform dan dipipet 5 µL sehingga diperoleh loading dose 30, 60, 90 µg/µL. Untuk kontrol positif digunakan tetrasiklin 30 μg (Anonim, 1979). Lalu dilihat Zona jernih disekitar paper disc mengindikasikan adanya penghambatan dari senyawa uji. o
Setiap kelompok perlu menyiapkan piring tuang yang diunggulkan dengan bakteri,
atau ada yang disediakan. Lihat teknik Standar. Buat solusi untuk diuji. Anda bisa membuat ekstrak tumbuhan seperti yang
dijelaskan pada catatan Mungkin menarik untuk menguji setiap zat pada pengenceran yang berbeda. Ada
catatan dalam teknik Standar untuk membantu siswa membuat pengenceran serial. Siapkan 4 cakram kertas per tuang piring seperti yang dijelaskan pada cat atan Bila agar telah diatur, matikan piring terbalik. Bagilah bagian dasar menjadi empat
bagian dengan menggambar salib dengan pena spidol. Beri label pada bagian A, B, C, D. Menggunakan forceps steril, celupkan cakram kertas ke dalam ekstrak tumbuhan. Mulailah dengan air suling kemudian bergerak melalui ekstrak tumbuhan, bekerja
dari yang paling encer hingga terkonsentrasi. Menggunakan forceps steril, letakkan disk kertas kering di setiap bagian; Catat
perlakuan masing-masing cakram. Forepep api (atau tempat di desinfektan) jika mereka menghubungi permukaan
agar-agar dan telah terkontaminasi. Beri label piring agar sesuai dengan nama dan tanggal Anda. Tape tutupnya tapi
jangan segel. Inkubasi terbalik selama 2-3 hari pada suhu 20-25 ° C. Perhatikan piring tanpa membukanya. N Lakukan pengukuran yang akan me mbantu
Anda untuk membandingkan sifat anti-mikroba dari zat yang berbeda. Sepotong kertas kuadrat di bawah piring agar bisa membantu di sini.
Adapun sifat fisik dari karbopol yaitu berbentuk serbuk halus putih, sedikit berbau khas, higroskopis, memilki titik lebur pada 260º C selama 30 menit dan berat jenis 1,76-2,08 g/cm³. Karbopol dapat larut dalam air, etanol dan gliserin. Konsentrasi lazim karbopol sebagai gelling agent yaitu dengan 0,5-2% (Rowe et al., 2006). Menurut hasil penelitian Lu and Jun (1998), karbopol konsentrasi 2% memiliki nilai difusi paling besar. Karbopol merupakan basis gel yang pembentukan gelnya tergantung pada pH (Allen, 2002). Ionisasi gugus karboksil dalam molekul karbopol pada pH 7 menghasilkan rantai polimer tak bergulung dan membentuk gel yang kaku, yang dapat mempengaruhi difusi obat dalam matriks polimer. Nilai difusi yang tinggi terjadi pada pH 5,1 akibat dari penggulungan yang tidak selesai pada rantai polimer sehingga menghasilkan jumlah air bebas yang meningkat dan kemudian meluas ke saluran air dalam gel (Lu and Jun, 1998). Penambahan alkohol dapat menurunkan viskositas dan kejernihan dari gel karbopol. Pengatasannya adalah dengan menambahkan sedikit konsentrasi trietanolamin dan biasanya akan merubah pH gel tersebut (Allen, 2002). Pembuatan gelnya yaitu dengan menambahkan sejumlah serbuk karbopol perlahan ke dalam air dengan diaduk secara konstan dengan batang pengaduk. Setelah itu campuran disimpan pada temperatur ruangan selama 24 jam, sejumlah kecil
trietalonamin 0,5% b/b ditambahkan dan dicampur sampai terbentuk gel (Barry and Meyer, 1979 cit Lu and Jun, 1998). Ada berbagai macam polimer yang dapat digunakan dalam sediaan bukoadesif, diantaranya adalah karbopol, HPMC, CMC-Na. Karbopol merupakan polimer dengan kemampuan mukoadesif yang baik. Karbomer merupakan golongan asam poliakrilat yang hidrofilik dan memiliki sifat bioadhesif yang baik pada konsentrasi rendah (Shin and Kim, 2000; Mortazafi and Aboofazeeli, 2000). Karbopol digunakan sebagai polimer mukoadesif karena kemampuannya dalam membentuk ikatan bebas yang memungkinkan terjadinya penempelan pada membran mukosa (Duchene, Touchard, and Peppas, 1988). Karbopol dapat memberikan viskositas maksimum pada pH 7,0 , viskositas dan kejernihan yang dapat diterima pada pH 4,5 sampai pH 11,0 dan viskositas berkurang pada pH kurang dari 3,0 dan pH lebih dari 12,0. Pada pH 6,0 peningkatan kadar carbopol memberikan peningkatan viskositas dan efek dari bioadesif (Shin and Kim, 2000). Hidroksipropil metil selulosa (HPMC) merupakan polimer yang digunakan secara luas pada formulasi sediaan oral dan topikal. HPMC berfungsi sebagai polimer yang dapat mengendalikan kecepatan pelepasan bahan obat pada sediaan lepas lambat dan dapat juga digunakan sebagai bahan perekat. HPMC larut dalam air dingin. Stabil pada pH 3-11 dalam bentuk larutan. HPMC merupakan polimer mukoadesif yang memiliki daya lekat yang kuat pada mukosa (Kibbe, 2000; Chary, Vani, and Rao, 1999). pada pH 4,5 sampai pH 11,0 dan viskositas berkurang pada pH kurang dari 3,0 dan pH lebih dari 12,0. Pada pH 6,0 peningkatan kadar carbopol memberikan peningkatan viskositas dan efek dari bioadesif (Shin and Kim, 2000). Hidroksipropil metil selulosa (HPMC) merupakan polimer yang digunakan secara luas pada formulasi sediaan oral dan topikal. HPMC berfungsi sebagai polimer yang dapat mengendalikan kecepatan pelepasan bahan obat pada sediaan lepas lambat dan dapat juga digunakan sebagai bahan perekat. HPMC larut dalam air dingin. Stabil pada pH 3-11 dalam bentuk larutan. HPMC merupakan polimer mukoadesif yang memiliki daya lekat yang kuat pada mukosa (Kibbe, 2000; Chary, Vani, and Rao, 1999). pada pH 4,5 sampai pH 11,0 dan viskositas berkurang pada pH kurang dari 3,0 dan pH lebih dari 12,0. Pada pH 6,0 peningkatan kadar carbopol memberikan peningkatan viskositas dan efek dari bioadesif (Shin and Kim, 2000). Hidroksipropil metil selulosa (HPMC) merupakan polimer yang digunakan secara luas pada formulasi sediaan oral dan topikal. HPMC berfungsi sebagai polimer yang dapat mengendalikan kecepatan pelepasan bahan obat pada sediaan lepas lambat dan dapat juga digunakan sebagai bahan perekat. HPMC larut dalam air dingin. Stabil pada pH 3-11 dalam bentuk larutan. HPMC merupakan polimer mukoadesif yang memiliki daya lekat yang kuat pada mukosa (Kibbe, 2000; Chary, Vani, and Rao, 1999).
Gelling Agent Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam makanan seperti jeli, makanan penutup dan permen. Bahan ini memberikan teksturmakanan melalui pembentukan gel.Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung, seperti kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum,carbopol ,HPMC (Hydroxy Propil Methil Cellulose) dan berbagai material turunan selulosa. Untuk pengental jenis polimer carboxy vinyl seperti carbopol dibutuhkan air untuk membentuk struktur gel yang diinginkan (Tambunan, 2008). 1. Carbopol 940 (Carboksipolimetilen) Nama lain carbopol adalah acritamer, acrylic acid polymer, carbomer. Dengan rumus molekul (C3H4O2)n. untuk jenis carbopol 940 mempunyai berat molekul
monomer sekitar 72 gr/mol dan carbopol ini terdiri dari 1450 monomer (Avinash,2006). Carbopol merupakan salah satu jenis gelling agent digunakan sebagian besar di dalam cairan atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai agentpensuspensi atau agent penambah kekentalan. Digunakan pada formulasi krim, gel dan salep dan kemungkinan digunakan dalam sediaan obat mata dan sediaan topikal lain. Rumus bangun dari carbopol. Carbopol berwarna putih berbentuk serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. Carbopol dapat larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam, sifat merekatnya rendah. Carbopol bersifat stabil dan higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Carbopol mempunyai viskositas antara 40.000 – 60.000 cP digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki viscositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening. Carbopol digunakan untuk bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1- 0,5%B, bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0%B, bahan pensuspensi pada konsentrasi 0.5 – 1.0 % dan bahan perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5 – 10 % (Rowe, et. al.,2003 dalam Puryanto, 2009). Dalam medium berair, polimer seperti carbopol 940 ini yang dipasarkan dalam bentuk asam bebas, mula mula terdispersi secara seragam. Setelah tidak ada udara yang terjebak, gel dinetralkan dengan basa yang cocok. Muatan negative pada sepanjang rantai polimer menyebabkan polimer tersebut menjadi terurai dan mengembang. Dalam sistem berair, basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat dapat digunakan. pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak oleh netralisasi yang tidak cukup atau nilai pH yang berlebih. Amina tertentu seperti TEA biasanya digunakan dalam produk kosmetik (Libermann,1996). Carbopol 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti TEA (trietanolamin) atau diisopropilamin untuk membentuk suatu sediaan semipadat (Lachman, et.al.,1989 dalam Puryanto,2009)
Persiapan gel topikal Gel tersebut dibuat dengan menggunakan ekstrak aseton kering Gel tersebut disiapkan dengan menggunakan Carbapol-940, propilen glikol 400, etanol, metil paraben, propil Paraben, EDTA, tri-etanolamina dan air suling di Kuantitas cukup untuk menyiapkan 100gm gel. Dibutuhkan air untuk formulasi ini dibagi menjadi dua bagian. Jadi satu bagian jumlah pastinya dilarutkan dan untuk ini Dihitung jumlah propilen glikol 400 dan etanol Di bagian lain, karbapol-940 dilarutkan Larutan metil paraben, propil paraben dan EDTA. Kedua larutan ini dicampur dalam gelas kimia dan Tri-etanolamina ditambahkan ke campuran tetes demi tetes untuk mendapatkan konsistensi gel.
Formulasi Dalam penelitian kali ini dibuat tiga formula hidrogel dimana setiap formula memiliki kandungan karbopol, gelatin dan CMC yang berbeda-beda (Tabel.1). Proses pembuatan hidrogel diawali dengan pengembangan setiap basis hidrogel dalam 20 ml aquadest selama 24 jam. Campuran 1 dibuat dengan masukkan karbopol, gelatin dan CMC secara perlahan ke dalam bakerglass sambil diaduk dengan mixer. Setelah homogen dengan terus diaduk masukkan gliserol dan propilenglikol secara perlahan hingga homogen. Masukkan trietanolamin secara perlahan sambil terus diaduk dan dilakukan pengukuran pH. Masukkan secara perlahan aquadest sambil terus diaduk dan ditimbang hingga bobot campuran mendekati 100 g.
Carbopol 940 gel Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam Air 80 ° C. [29] Kuantitas yang ditimbang dengan akurat [Tabel 1] Dari karbopol 940 terdispersi dalam air 40 ° C dengan Pengadukan konstan menggunakan pengaduk mekanik pada 1200 rpm Selama 30 menit Ekstraknya dilarutkan dalam PEG 400 dan Ditambahkan ke dasar dan dicampur dengan baik. PH itu kemudian Disesuaikan dengan pH, 6 menggunakan trietanolamina dan diaduk Perlahan sampai gel bening diperoleh. [26,30]
Karbopol dikembangkan dengan aquadest dalam mortir hingga mengembang. Metil paraben dilarutkan dalam gliserin aduk hingga larut dalam beaker gelas
(Campuran 1). Pada mortir yang berbeda ekstrak kulit manggis digerus hingga teksturnya menjadi lembut tambahkan sebagian propilenglikol lalu gerus hingga homogen. Setelah karbopol mengembang gerus terlebih dahulu dengan di tambahkan TEA sedikitsedikit gerus hingga membentuk basis gel. Campuran gliserin dan metil paraben ditambahkan dalam basis gel sambil di gerus hingga homogen. Sisa propilenglikol ditambahkan dalam campuran basis, gerus hingga homogen. Campurkan gerusan ekstrak ke dalam basis gel dan gerus sampai homogen. Ditambahkan aquadest sedikit sedikit sampai 80 ml. Kemudian dilakukan uji fisik gel meliputi: organoleptis, homogenitas, PH dan daya sebar.
Formula dibuat berdasarkan susunan formula yang tertera pada Tabel 1. Aquadest dipanaskan , kemudian masukan carbopol dan dikembangkan dalam air yang mendidih ( campuran a ) , ekstrak daun tembakau dipanaskan lalu dicampurkan propilen glikol , metil paraben, propil paraben yang telah dipanaskan diaduk hingga homogen (campuran b) , kemudian campuran b dimasukan kedalam campuran a secara bertahap ditambahkan aquadest hingga volume yang dikehendaki dan dihomogenizer . setelah itu, tambahkan TEA tetes demi tetes sampai diaduk perlahan hingga terbentuk gel yang homogen ditambahkan pengharum oleum rosae tetes demi tetes hingga bau sediaan menjadi harum.