LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
DISUSUN OLEH : NAMA :
KELOMPOK 2 1. David A.Batkormbawa 2. Doni Aditya Saputra 3. Febriansa I.Talaut I.Talaut 4. Fleming B.Masela
JURUSAN :
Teknik Produksi Migas
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Sekolah Tinggi Energi dan Mineral Akamigas Tahun Akademik 2016/2017
ASIDIMETRI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar ) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai be rbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. 1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan: 1. Mahasiswa dapat membuat larutan HCl 0,1 N 2. Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan HCl 0,1 N 3. Mahasiswa dapar menganalisa kadar NaHCO3 dan Na2CO3.
BAB II DASAR TEORI
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secar a lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218). Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi di masukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 : 428). Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali
ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 1996 : 597-599). Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-bas a yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H + → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam k uat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Reaksi Asidimetri adalah reaksi menetapkan konsentrasi asam kuat
menggunakan larutan basa standar. Reaksinya meliputi reaksi netrali ssasi yang menghasilkan air. Reaksi : HA + BOH → BA Asam
Basa
Garam
+
H 2O
Air
Reaksi asidimetri termasuk reaksi titrimetri. Titik akhir titrimetri ditetapkan dengan perubahan warna indikator yaitu indikator warna organik. Indikator organik yang sering digunakan adalah methyl orange untuk titrasi asam kuat dengan basa lemah, phenolphtaline untuk titrasi basa kuat dengan asam kuat atau asam lemah. Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan persamaan antara volume dan konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dan penetrasinya dan berlaku rumus sebagai berikut:
V1 X N1 = V2 X N2 V1= Volume zat penitrasi/standar (mL) N1= Normalitas zat penitrasi/standar ( gr ekivalen/L) V2 =Volume zat yang dititrasi (mL) N2= Normalitas yang dititrasi ( gr ekivalen/L)
1. Membuat larutan HCl 0,1 N HCl pekat yang diperlukan untuk membuat HCl 0, 1 N sebanyak volume tertentu adalah:
3,65 × 10××
Keterangan:
Vx
= volume HCl pekat yang diperlukan (mL)
V
= Volue HCl 0,1 yang dibuat (mL)
K
= berat jenis HCl pekat
L
= kadar HCl pekat
Harga k dan L dapat dilikat pada label botol HCl pekat di almari asam 2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N Larutan HCl 0, 1 N yang baru dibuat belum tepat normalitasnya, untuk itu
harus distandarisasi dengan Na 2CO3, menggunakan perhitungan dibawah ini
1000 × 2 = ⁄ × × 106 Keterangan:
G
= berat Na2CO3 yang ditimbang (gram)
V
= Volume total Na2CO3 (mL)
V
= volume Na2CO3 yang digunakan setiap titrasi (mL)
VHCl
= volume rata-rata HCl yang digunakan untuk titrasi (mL)
3. Analisa larutan camputan NaHCO3 dan NaCO3. Untuk menghitung kandungan NaHCO 3 dan Na2CO3 dalam suatu larutan digunakan perhitungan sebagai berikut: Na2CO3 = 2A x NHCl x 53 mgram NaHCO3 = (B – A) x NHCl 84 mgram
BAB III METODOLOGI 3.1 Peralatan
a) Pipet ukur, kapasitas 1 atau 2 mL b) Pipet volumetric, kapasitas 10 mL c) Labu takar, kapasitas 100 mL d) Labu takar, kapasitas 200 atau 250 mL e) Gelas beaker, kapasitas 100 mL f) BUret, kapasitas 50 mL g) Erlenmeyer, kapasitas 100 mL h) Timbangan analitik 3.2 Bahan
a) HCl pekat b) Na2CO3 anhydrolus c) Larutan Indikator Phenol Phthalein (PP) d) Larutan Indikator Methyl orange (MO) 3.3 Prosedur
a. Membuat larutan HCl 0,1 N 1. Masukan sekitar 50 mL akuades ke dalam labu takar 200 atau 250 mL, kemudian bawa ke dalam almari asam 2. Dengan menggunakan pipet ukur, ambil sejumlah volume HCl pekat sesuai dengan hasil perhitungan (V x). Masukan ke dalam labu takar, kemudian tambahkan akuades sampai tanda batas. Tutup labu dan kocok biar campur 3. Sebelum digunakan larutan tersebut harus di standarisasi terlebih dahulu b. Standarisasi larutan HCl 0,1 1. Kedalam gelas beaker timbang kira-kira 0,53 – 0,54 gram Na 2CO3 yang sudah dipanaskan dalam oven dengan temperature 260 – 270 oC selama 60 – 90 menit dan sudah didinginkan delam desikator. Catat berat penimbangan sampai 4 angka dibeakang koma.
2. Larutan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 mL, bilaslah gelas beaker dengan sedikit akuades dan bilasannya juga dimasukan kedalam labu takar. Lakukan pembilasan ini sedikitnya 2 kali. Kemudian tambahkan akuades ke dalam labu takar sampai tanda batas. Tutup dan kocok biar campur. 3. Ambil 10 mL larutan ini dengan pipet volumetric, masukan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan indicator MO. 4. Titrasi larutan tersebut dengan larutan HCl yang hendak distandarkan dari buret sampai tepat terbentuk warna jingga. 5. Catat volume HCl yang digunakan, dan ulangi pekerjaan titrasi ini 2 kali lagi. Rata – ratakan volume HCl yang digunakan, missal V mL. 6. Hitung normalitas HCl dengan ketelitian sampai 4 angka dibelakang koma.
c. Analisa larutan campuran NaHCO3 dan Na2CO3 1. Pipet 10 mL larutan campuran dengan pipet volumetric, masukan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 3 – 4 tetes indicator PP. 2. Titrasi dengan larutan HCl yang sudah distandarisasikan sampai warna merah larutan tepat hilang. 3. Catat pemakaian HCl yang telah digunakan, missal A mL, 4. Ke dalam larutan yang baru saja dititrasi tambakan 3 – 4 tetes indicator MO dan kocok. 5. Titrasi lagi dengan larutan HCl sampai tepat terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi jingga. 6. Catat pemakaian larutan HCl yang digunakan missal B mL. 7. Ulangi langkah 1 s/d 6 diatas 2 kali lagi, kemudian masing – masing rata – ratakan perolehan harga A dan B. 8. Hitung kandungan NaHCO 3 dan Na2CO3 dalam 10 mL larutan campuran.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
1. Standarisasi Larutan HCL 0,1 N No
Volume Na2CO3
Volume HCl
1
10 ml
8,2 ml
2
10 ml
8,4 ml
3
10 ml
8,2 ml
Rata-rata
Perhitungan Volume HCl pekat untuk dilarutkan: → Vx = =
, mL , ,97
= 2,0724 mL Standarisasi HCl 0,1 N NHCl
= N1 . V1 = N2 . V2 0,1063 x 10 = N2 x 8,27 , ,7
= N2 =0,1285
8,267 ml
2. Analisa Larutan Campuran NaHCO 3 dan Na2CO3
No.
Titrasi HCl 0,1 N
Volume Campuran
Indicator PP (A)
Indikator MO (B)
1
10 ml
17,8
26
2
10 ml
18,5
25
3
10 ml
17,5
26
17,93
25,7
Rata-rata
Kandungan Na 2CO3 Na2CO3
= 2A x N Hcl x 53 mgram = 2 x 17,93 x 0,1278 x 53 mgram = 243,8959 mgram
Kandungan NaHCO 3 NaHCO3
= (B-A) x N HCl x 84 mgram
NaHCO3
= (25,7 – 17,9) x 0,1285 x 84 mgram = 84,1932 mgram
BAB V JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi saat standarisasi HCl dan analisis campuran! 2. Terangkan darimana asalnya rumus perhitungan pada analisis campuran!
Jawaban
1.
A. Reaksi kimia standarisasi HCl 2HCl + Na2CO3 → 2NaCl + H2O + CO2 B. Reaksi kimia analisis campuran
2HCl + Na2CO3 → 2NaCl + H2O + CO2 NaHCO3 + HCl → NaCl + H 2O + CO2
2. A. Na 2CO3 (mg) =2A x N HCl x 53
M =
gr = gr =
×
.
× × .o × . × ensi
V × N = V × N N Na2CO3 =
x
gr =
V × N 106× V lar. Na2CO3 × 1 × V 1000
V × N 106 × 1 1000 V × N × 53 × 2 = 1000
gr = gr
VHCl dimisalkan sebagai A (ml)
2 A × N × 53 1000 = 2A × N × 53
gr = mg
= × × B. NaHCO3 = ( B-A) x N HCl x 84 mgram
M =
×
.
× × . × . × ensi
gr = gr = Jika:
V × N = V × N N NaHCO3 =
x
gr =
V × N 8 4 × V lar. NaHCO3 × 1 × V 1000
gr = gr =
V × N 84 × 1 1000
××
VHCl dimisalkan sebagai B-A (ml)
gr =
(B−)× ×
= ( ) × ×
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Untuk dapat membuat larutan HCl 0,1 N dengan volume sebanyak 250 mL dibutuhkan HCl pekat sebanyak 2,0724 mL 2. Larutan HCl yang berhasil dibuat memiliki kandungan normalitas sebesar 0,1285 N. 3. Kandungan NaHCO3 didalam larutan campuran sebesar 82,3389 mgram, sedangkan kandungan Na2CO3 sebesar 243,8959 mgram 6.2 Saran
1) Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang akan digunakan dalam praktik karena banyak diantaranya berbahan kaca yang mudah pecah. 2) Praktikum dilakukan dengan langkah kerja agar hasil data yang didapat tepat
DAFTAR PUSTAKA
Chebi.2009. Chemical Entities Biological Interest . Uk : Europe Bioninformatic Harmiyanto, Lilis.2015. Bahan Ajar Pengolahan Migas.Cepu : STEM Akamigas Hart,Harold.2008. Kimia Organik . Jakarta : Erlangga Keenan, dkk.2009. Kimia Fisika Untuk Universitas, Grameduia : Jakarta Kitti, Surra.1994.Quantitative Inorganic Chemistry, 6th Edition : England Suparno,Ir.2016. Proses pengolahan I.Cepu : STEM akamigas Zenta, F.2009. Teknik Laboratorium kimia Organik . Makassar : Unhas Press
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Disusun Oleh:
Program Studi :Teknik
Produksi
Kelas
: Produksi I C
Kelompok
: 2 (dua)
Migas
1. David A.Batkormbawa 2. Doni Aditya Saputra 3. Febriansa I.Talaut 4. Fleming B.Masela
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik. Banyak produk komersial dan penguraian asam-basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses-proses metabolisme dalam sel hidup. Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa yang sering digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri merupakan metode reaksi penetralana asam dengan basa. Natrium hidroksida merupakan basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui cara titrimetri. Untuk penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan terjadinya perubahan warna. Indikator yang digunakan dalam metode alkalimetri adalah indikator PP (Phenophtalein). Suatu larutan bila ditambahkan asam akan turun pH-nya karena memperbesar konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena meningkatkan konsentrasi OH -. Seterusnya, suatu larutan asam atau basa bila ditambah air akan mengubah pH, karena konsentrasi asam atau basanya akan mengecil.
1.2 Tujuan Percobaan
1.
Dapat membuat larutan NaOH 0,1 N
2.
Dapat menstandarisasi larutan NaOH 0,1 N
3.
Dapat menganalisa kadar asam asetat
BAB II DASAR TEORI
Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alaklimetri. Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi
larutan
basa
melalui
titrimetri.
Metode
alkalimetri
merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi. Biasanya basa yang digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH), sebelum digunakan larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan asam oksalat (H2C2O4). Hidroksida – hidroksida dari natrium, kalium dan barium umumnya digunakan sebagai larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut dalam air. Pembuatan larutan standar alkalis dan ammonium hidroksida tidak dibenarkan kecuali bersifat sebagai basa lemah pada proses pelarutan dilepaskan gas amonia (beracun). Natrium hidroksida paling sering digunakan karena mudah dan kemurniannya tinggi. Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis, maka diperlukan ketelitian pada saat penimbangan. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain
untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indicator. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator (kuning untuk bb) sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi.
Larutan yang dititrasi dalam alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan basa dan pada saat tertentu setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat dialurkan lewat grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi maka indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. Perubahan warna ini harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali (yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain) maka dikatakan bahwa titik akhirnya tegas atau tajam. Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Temperatur juga mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan lebih lanjut.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan
1.
Natrium Hidroksida (NaOH)
2.
Pottasium Hidrogen Platat (C8H5KO4)
3.
Larutan indikator Phenol Phthalein (PP)
4.
Larutan Asam Asetat pekat
3.2 Peralatan
1.
Pipet ukur, kapasitas 2ml
2.
Pipet volumetrik, kapasitas 10ml
3.
Labu takar, kapasitas 100ml
4.
Labu takar, kapasitas 200 atau 250ml
5.
Gelas beaker
6.
Buret, kapasitas 50ml
7.
Erlenmeyer, kapasitas 10ml
8.
Timbangan analitik
3.3 Langkah Kerja
Membuat Larutan NaOH 0,1 N 1. Ke dalam gelas beaker timbang NaOH kristal, kurang lebih sesuai dengan hasil perhitunga 2. Larutkan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke dalam labu takar kapasitas 200 atau 250 ml. Bilasi gelas beaker dengan sedikit akuades dan bilasannya juga dimasukkan ke dalam labu takar sampai tanda batas. Ulangi langkah pembilasan ini minimal 2 kali. Kemudian tambahkan akuades ke dalam labu takar sampai tanda batas. Tutup dan kocok agar bercampur. 3. Sebelum digunakan larutan NaOH ini harus distandarisasi terlebih dahulu dengan Pottasium Hidrogen Ptalat
Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N 1. Ke dalam gelas beaker timbang potasium hidrogen platat ( yang sudah dikeringkan dalam oven bertemperatur 110o – 120o selama 2 – 3 jam dan kemudian didinginkan dalam desikator) kurang lebih 2,04 – 2,05 gram. Catat berat penimbangan. 2. Larutkan dengan sedikit aquades, kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 mL, bilaslah gelas beaker dengan sedikit aquades dan bilasannya juga dimasukkan ke dalam labu takar. Lakukan pembilasan ini sedikitnya 2 kali. Kemudian tambahkan aquades ke dalam labu takar sampai tanda batas. Tutup dan kocok biar campur. 3. Ambil 10 mL larutan ini dengan pipet volumetrik, masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 3 – 4 tetes indikator PP. 4. Titrasi larutan tersaebut dengan larutan NaOH yang hendak distandarisasi dari buret sampai tepat terbentuk warna pink(merah jambu). 5. Catat volume NaOH yang digunakan dan ulangi pekerjaan titrasi ini 2 kali lagi. Rata – ratakan volume NaOH yang digunakan, misal V mL. 6. Hitung normalitas NaOH dengan ketelitian sampai 4 angka dibelakang koma.
Analisa Kadar Asam Asetat 1. Masukkan sekitar 50 mL aquades ke dalam labu takar 100 mL, bawa ke dalam almari asam. Pipet 1 mL asam asetat pekat dengan pipet volumetrik 1 mL, masukkan ke dalam labu takar tersebut, kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas. Tutup dan kocok biar tercampur. 2. Pipet 10 mL larutan tersebut dengan pipet volumetrik, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL dan tambahkan 3 – 4 tetes PP. 3. Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi sampai tepat terbentuk warna pink. Catat pemakaian larutan NaOH yang digunakan. Hitung kadar asam asetat pekat tersebut.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
4.1
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan dan Analisis : No
1 2 3 4
Volume Larutan C8H5KO4 10 mL 10 mL 10 mL Rata-Rata
Volume Titrasi NaOH 0,1 N (mL) 11,5 mL 11 mL 11,mL 11,167 mL
Normalitas C8H5KO4
N = =
× × val
× ×1
= 0,09803 Normalitas NaOH N1V1 = N2V2
0,09803 × 10 = N2 × 11, 167 N2 =
,9 ,7
N2 = 0,0877
Analisa Kadar Asam Asetat No
Volume Larutan Volume titrasi NaOH 0,1 N (mL) CH3COOH 10 mL 19,05 mL 10 mL 19,6 mL 10 mL 19,5 mL Rata-Rata 19,53 mL Dik : V = 100 mL v = 10 mL V NaOH = 19,53 mL N NaOH = 0,0877 mL K = 1,05 mL VCH3COOH = 1 mL
1 2 3 4
Kadar Asam Asetat =
=
=
× × ×
× K × × 9, × ,77 ×
× , ×
7, × 100% ,
= 0,9787 × 100% = 97,8732%
× 100%
× 100%
Dalam percobaan kali ini, kami menggunakan larutan C 8H5KO4 sebagai larutan stadar untuk selanjutnya dapat menentukan normalitas dari NaOH. Oleh karena itu, dalam praktikum ini kami menggunakan C8H5KO4 yang berbentuk padat dan sebelumnya telah kami panaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan air yang terkandung dalam C8H5KO4 tersebut. Hal ini penting karena kita akan menggunakan larutan C8H5KO4 sebagai larutan standar primer untuk menentukan normalitas dari NaOH. Setelah menghitung berat dari C 8H5KO4, kita dapat menghitung normalitas dari larutan penguji tersebut. Kita dapat mendapatkan normalitas dari NaOH dengan melakukan titrasi menggunakan larutan C8H5KO4. Sesuai dengan data yang telah kami tampilkan diatas. sehingga kami dapat menghitung normalitas dari NaOH dengan menggunakan rumus pengenceran. Hasil dari perhitungan normalitas kami adalah 0,0887 N. Setelah mendapatkan normalitas dari NaOH yang sebenarnya, kita dapat menggunakan NaOH untuk mengetahui kadar dari larutan asam asetat dengan cara menitrasi asam asetat yang telah ditambahkan dengan indicator PP dengan NaOH. Kita harus meneteskan NaOH pada larutan asam asetat yang telah dcampur dengan PP hingga larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda. Seperti yang telah kami tampilkan diatas, kita dapat menghitung kadar dari asam asetat sesuai dengan perhitungan yang telah kami tampilkan diatas kadar asam asetat yang kami hitung adalah sebesar 97,8732 %.
BAB V JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulis reaksi kimia yang terjadi saat standarisasi N aOH dan analisa kadar CH3COOH ! - CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O - NaOH + C8H5KO4 → NaC8H4KO4 + H2O 2. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan untuk standarisasi NaOH dan tulis reaksi kimia dengan NaOH ! -
Asam oksalat, dengan reaksi: C2H2O4 . 2H2O + 2NaOH → Na2C2O4 + H2O
BAB VI KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
Kita dapat menghitung normaitas NaOH dengan menggunakan larutan standar berupa C8H5KO4 yang telah dipanaskan sebelumnya agar air yang terkandung hilang sehingga kami dapat mengetahui normalitas C 8H5KO4 secara akurat.
Alkalimetri dan asidimetri pada dasarnya merupakan suatau hal yang sama. Namun pada alkalimetri larutan pengujinya merupakan asam, sedangkan pada asidimetri berupa basa
Normalitas NaOH yang sebenarnya dalam praktikum kami ini adalah sebesar 0,0877 N
Kadar asam asetat yang kami dapatkan dalam praktikum kali ini adalah sebesar 97,8732 %
DAFTAR PUSTAKA
Noris . James, Experimental Organic Chemistry, second edition, Mc Graw Hill Book Company Inc., New York, 1924. Petrucci, R. H., dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga. Sulistiowati, dkk. 2014. Analisis Volumetri. Bogor : Pustaka Grafindo. Chang, Raymond., Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti, Jilid 2, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Vogel, Arthur I., Practival Organic Chemistry, 3 rd edition, Longman Group Limited, London, 1974