BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup dan protein juga mempunyai berbagai peranan biologis karena protein merupakan instrumen molukuler molukuler yang yang menyampaikan informasi genetik. genetik.
Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat. Sesuai dengan peranan itu, protein berasal dari kata Yunani Yunani proteios, yang artinya pertama.
Apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini dapat digunakan sebagi sumber energi. Kandungan energi protein rata-rata 4 kkal/g atau setara dengan kandungan energi karbohidrat. Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino, mempunyai rumus dasar R-CHNH 2COOH dimana R adalah gugus rantai samping.
Asam amino amino merupakan merupakan monomer monomer pembentuk pembentuk protein, mempunyai
peranan penting dalam metabolisme sel hidup. Adanya gugus rantai samping tersebut menyebabkan sifat berbeda antara asam-asam amino dan juga berbedanya sifat protein. Gugus amino asam amino dan gugus gugus karboksil memperlihatkan semua reaksi yang dapat diharapkan dari fungsi ini, misalnya pembentukan garam, pengesteran, dan asilasi. Gugus rantai samping juga juga menghasilkan reaksi spesifik dengan pereaksi tertentu. Oleh karena itu, pada pada percobaan ini akan diuji reaksi spesifik asam amino dengan pereaksi ninhidrin, Hopkins-Cole, dan garam nitroprussida. Begitupun dengan protein akan diidentifikasi dengan reaksi biuret dan millon.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami reaksi-reaksi spesifik dari asam amino dan protein.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Mengidentifikasi adanya gugus α-amino α -amino bebas pada asam amino dan protein melalui tes ninhidrin. 2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril spesifik pada asam amino sistein dengan nitroprussida dalam amoniak. 3. Mengidentifikasi protein melalui tes biuret. 4. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik pada asam amino triptofan melalui tes Hopkis-Cole. 5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin melalui tes Millon
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi asam amino dan protein dengan menggunakan beberapa pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu tes ninhidrin, reaksi gugus rantai samping, tes Biuret, tes Hopkins-Cole dan tes Millon yang hasilnya ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji positif pada asam amino dan protein.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein yang mempunyai gugus NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus gugus COOH ( Poedjiadi, 1994). 1994). R
CH
COOH
NH2
Pada umumnya umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik
non polar polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini
berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat afilatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Asam amino mempunyai titk lebur yang lebih tinggi ( Poedjadi, 1994). Asam karboksilat dan gugus fungsi fungsi amina secara bersamaan berda dalam asam amino. Asam amino dengan satu gugus amino dan satu gugus karboksil. Gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat. Struktur dipolar ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki titik leleh agak tinggi dan kelarutannya dalam pelarut organik relatif rendah. Asam amino bersifat amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan mendonasikan proton pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari asam kuat. Ini dapat dinyatakan dalam kesetitimbangan untuk asam amino (Hart, dkk., 2003).
Atom α-karbon α-karbon dari asam amino, terkecuali glisin, masing-masing dihubungkan pada empat gugus kimia yang berlainan yang merupakan karakteristik suatu atom karbon asimetris dan pusat khiral. Serta hubungannya didalam ruang dengan atom karbon asimetrik yang valensi-valensinya tersusun secara tetrahedral, isomer-isomer molekul tersebut dapat digambarkan dengan model tiga dimensi. Jika gugus R identik dalam tiap model dan di dalamnya tidak mengandung pusat-pusat asimetrik lainnya, maka kedua model tersebut saling merupakan baayangan cermin satu terhadap yang lain, dan masing-masing isomer optis aktif. Kedua isomer tersebut memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah yang berbedah. Pasangan isomer semacam ini di sebut enantiomorf. Suatu senyawa yang memutar bidang cahaya, terpolarisasi searah jarum jam dikatakan memutar ke kanan, sebagai lawan senyawa yang memutar ke kiri, sayangnya sifat ini tidak mempunyai hubungan yang sederhana dengan pengaturan meruang gugus-gugus disekeliling pusat khiral (Ismadi, 1993). Ninhidrin adalah reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino, menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino, asam amino selebihnya
terkonversi menjadi aldehida dan karbon dioksida.
Jadizat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada. Hanya prolina yang mempunyai gugus amino sekunder, bereaksi berbeda dan menghasilkan zat z at warna kuning tetapi itu pun dapat digunakan untuk analisis (Hart, dkk., 2003).
Asam aspartat dan asam glutamat memiliki dua gugus karboksil dan satu gugus amino. Dalam asam kuat ketiga gugus tersebut berada dalam bentuk asam. Jika pH dinaikkan dan larutan menjadi lebih basa, setiap gugus secara berturutturut melepaskan protonnya. Titik isoelektrik untuk asam aspartat yaitu pH saat asam amino ini terutama berada dalam bentuk dipolar netral adalah 2,87. Keadaan ini berbeda untuk asam amino dengan dua gugus basa dan hanya satu gugus karboksil (Hart, dkk., 2003). Analisis campuran asam amino yaitu mempunyai keistimewaan bersama semua asam amino adalah gugus amino dan gugus karboksil. Sedikit perbedaan sifat-sifat ionik gugus ini memungkinkan pemisahan asam-asam amino. Mesin-mesin yang serba otomatis, yang disebut penganalisis asam amino, menggunakan kromatografi pertukaran ion untuk melakukan pemisahan ini. Asam amino yang telah dipisahkan direaksikan dengan ni nhidrin (Ismadi, 1993). Menurut klasifikasi asli yang modifikasi, protein dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu protein serat, protein bujur telur, protein gabungan. Protein serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi la gi menjadi collagen yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon, dan keratin, protein pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut. Protein bujur telur bentuknya bujur telur dan umumnya larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi yang lebih modern dan lebih mudah diklasifikasi menurut fungsinya. Cara klasifikasi lama protein bujur telur ini dapat dibagi menjadi beberapa sub bagian empat diantaranya adalah albumin dapat diidentifikasi karena larut didalam air dan larutan garam. Albumin yang khas terdapat dalam darah dan putih telur.
Protein gabungan adalah protein yang bergabung dalam senyawa bukan protein. Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi yang mengandung heme bukan protein ( Fessenden, Fesse nden, 1997). Protein dalam bentuk asalnya mempunyai tiga, kadang-kadang empat tingkat struktur. Tingkat pertama disebut struktur primer yaitu urutan atau order dari asam amino dalam rantai protein. Struktur dengan tingkat yang lebih tinggi yang berhubungan dengan bentuk konformasi dari protein. Struktur sekunder adalah bentuk dari rantai protein yang panjang yang dijadikan satu oleh ikatan hidrogen antara proton dari amida dan gugus karbonil amida (Fessenden, 1997). Asam aspartat merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein. Asparagin merupakan asam amino analognya karena terbentuk melalui aminasi aspartat pada satu gugus hidroksilnya. hidroksilnya. Asam aspartat bersifat asam, asam, dan dapat digolongkan sebagan asam sebagan asam karboksilat (Hidayat, 2011). Alanin (Ala) atau asam 2-aminopropanoat merupakan salah satu asam amino bukan esensial. Bentuk yang umum di alam adalah L-alanin ( S -alanin) -alanin) meskipun terdapat pula bentuk D-alanin ( R-alanin) R-alanin) pada dinding sel bakteri dan sejumlah antibiotika. sejumlah antibiotika. L-alanin L-alanin merupakan asam amino proteinogenik yang paling banyak dipakai dalam protein setelah leusin. leusin. Gugus metil pada alanina sangat tidak reaktif sehingga jarang terlibat langsung dalam fungsi protein (enzim). Alanina dapat berperan dalam pengenalan substrat atau spesifisitas, khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti
karbon. karbon. Dalam proses
pembentukan glukosa dari protein (Hidayat, (Hidayat, 2011). Sistein merupakan asam amino bukan esensial bagi manusia yang memiliki atom S, atom S, bersama-sama bersama-sama dengan metionin. dengan metionin. Atom Atom S ini terdapat pada gugus tiol (dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan). merkaptan). Karena memiliki atom S,
sistein menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung belerang. Sisteina dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol (Hidayat, 2011).
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Larutan glisin, larutan alanin, larutan asam aspartat, larutan ninhydrin 0,1%, larutan albumin, larutan glioksilik, larutan natrium nitoprussida 1%, kristal cysteina hydroklorida, NH 4OH, akuades, NaOH 2,5 M, CuSO 4 0,01 M, asam sulfat pekat, pereaksi millon, tissue roll , kertas label, spiritus dan karet.
3.2 Alat
Tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala 2 mL, rak tabung, lampu spiritus, sikat tabung, gegep, labu semprot dan sendok tanduk.
3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Tes Ninhidrin
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3 mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat pada masing-masing tabung. Ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1% pada masing-masing tabung lalu dipanaskan hingga mendidih. Diamati perubahan warnanya. 3.3.2 Reaksi gugus rantai samping (gugus R)
Beberapa kristal Cysteina hidroklorida dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuades. Lalu ditambahkan 0,5 mL Natrium nitroprussida 1% dan 0,5 mL NH 4OH. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.3 Reaksi Biuret
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3 mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat ke dalam masing-masing tabung. Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M ke dalam masing-masing tabung lalu dikocok dengan baik. Kemudian ditambahkan setetes CuSO 4 0,01 M dan dikocok. Jika ada perubahan warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4.
3.3.4 Reaksi Hopkins-Cole
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 2 mL larutan gliosilik pada masing-masing tabung. Ditambahkan 3 mL larutan albumin, glisin, alanin dan asam aspartat lalu dikocok. Kemudian ditambahkan lagi setetes demi setetes asam sulfat pekat. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.5 Reaksi Millon
Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih kemudian dimasukkan 3 mL albumin, glisin, alanin dan asam aspartat pada masing-masing tabung. Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon pada masing-masing tabung lalu dipanaskan. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan pereaksi Millon yang berlebih lalu dipanaskan kembali dan diamati lagi perubahan yang yang terjadi.
4.1 Hasil 4.1.1 Tabel Pengamatan Tes Ninhidrin
No.
Larutan Protein dan Larutan Asam Amino
Warna Dengan ninhidrin Setelah pemanasan
1.
Albumin
Bening
Biru pekat
2.
Alanin
Bening
Biru muda
3.
Glisin
Bening
Ungu
4.
Asam Aspartat
Bening
Bening
4.1.2 Tabel Pengamatan Tes gugus R dari asam amino sistein
Warna Dengan natrium Dengan ammonium nitroprusida hidroksida
No.
Larutan contoh
1.
Kristal cystein hidroklorida
Keruh
Keruh agak kecoklatan
2.
Alanin
Keruh
Kuning
3.
Glisin
Keruh
Kuning
4.1.3 Tabel Pengamatan Tes Biuret
Warna No.
Larutan contoh
1.
NaOH 2,5 M
CuSo4 0,01 M
CuSO4 0,01 M berlebih
Asam Aspartat
Bening
Bening
Bening
2.
Albumin
Keruh
Keruh
Bening kekuningan
3.
Glisin
Bening
Bening
Bening
4.
Alanin
Bening
Bening
Bening kebiruan
4.1.4 Tabel pengamatan Tes Hopkins-Cole
No.
Larutan contoh
Warna Dengan natrium Dengan ammonium nitroprusida hidroksida
1.
Glisin
Bening
2 fase
2.
Asam aspartat
Bening
2 fase
3.
Alanin
Bening
2 fase
4.
Albumin
Keruh
3 fase
4.3 Pembahasan 4.3.1 Tes Ninhidrin
Pada tes ninhidrin, penambahan ninhidrin pada ketiga larutan asam amino tidak memberikan perubahan secara visual, sedangkan larutan protein dalam hal ini albumin menjadi bening keruh. Setelah pemanasan, larutan asam amino mengalami perubahan warna menjadi tidak berwarna kecuali glisin berubah warna menjadi kekuningan. Berdasarkan teori, tes ninhidrin akan memberikan warna yang sama pada semua asam amino α, kecuali prolin yang merupakan asam amino sekunder. Pada albumin sendiri yang merupakan polimer asam amino terbentuk larutan berwarna kuning. Sedangkan pada albumin yang merupakan polimer asam amino dengan tes ninhidrin memberikan warna putih keruh, setelah pemanasan warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan, warna yang terbentuk merupakan warna spesifik tes ninhidrin untuk protein albumin. Adapun hasil yang telah didapat menunjukkan bahwa pada larutan asam amino pada tes ninhidrin larutan akan berubah berubah dari bening menjadi keruh.
Kompleks yang yang terbentuk adalah
mengandung dua molekul ninhydrin yang bereaksi dengan amonia asam amino setelah asam amino dioksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa asam amino glisin, alanin dan asam aspartat mengandung gugus α-amino α -amino bebas, dan ini tidak terjadi pada albumin karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus gugus α-amino α-amino
4.3.2 Tes gugus R dari Asam Amino Sistein
Pada uji reaksi gugus samping digunakan beberapa kristal sistein hidroklorida yang dilarutkan dalam akuades, hal ini bertujuan untuk melarutkan kristal
sisteina
hidroklorida
sehingga
mudah
bereaksi
dengan
natrium
nitroprussida dan NH 4OH. Natrium nitroprussida berfungsi sebagai pemberi
kompleks warna sedangkan NH 4OH berfungsi sebagai larutan basa untuk mempercepat terjadinya reaksi. Karena asam amino sistein mempunyai gugus – HS HS yang dapat bereaksi dengan nitroprussida dalam suasana basa yang akan menghasilkan warna merah. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam asam amino sistein terdapat gugus sulfuhidril.
4.3.3 Tes Biuret
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dengan jelas perubahan yang terjadi pada larutan protein dan larutan asam amino. (albumin) terbentuk terbentuk kompleks kompleks biru. biru.
Dimana pada larutan protein
Hal ini ini dikarenakan dikarenakan oleh terbentuknya
kompleks Cu 2+ dengan gugus CO dan NH dari rantai peptida dalam suasana basa. NaOH disini berfungsi memberikan suasana basa pada larutan asam amino dan protein. Selanjutnya larutan tersebut dicampurkan dengan larutan CuSO4 dimana glisin, asam aspartat dan alanin tidak mengalami perubahan warna karena asam amino tidak memiliki ikatan polipeptida seperti yang dimiliki oleh protein sedangkan pada albumin jika direaksikan dengan CuSO 4 maka akan menghasilkan larutan yang berwarna ungu. Hal ini terjadi karena protein memiliki ikatan polipeptida yang apabila bertemu dengan pereaksi biuret akan membentuk kompleks Cu dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai polipeptida dalam suasana basa. Dari percobaan ini didapatkan bahwa albumin memberikan reaksi positif
terhadap
penambahan
CuSO4.
Penambahan
CuSO 4
berlebih
memperlihatkan perubahan intensitas warna semakin tua.
4.3.4 Tes Hopkins-Cole
Dari tabel terlihat bahwa protein dalam hal ini i ni albumin mengandung asam amino
triptofan yang mempunyai gugus indol spesifik, karena dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat ditambahkan sehingga s ehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara antar a kedua lapisan tersebut. Namun lama kelamaan akan berubah warna menjadi kuning.
4.3.5 Tes Millon
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa setelah penambahan pereaksi Millon terbentuk endapan putih yang segera berubah warnanya menjadi merah saat dipanaskan. Bila ditambahkan reagen Millon berlebih dan dipanaskan lagi maka endapan merahnya akan tertarik ke permukaan (terjadi proses koagulasi) dan cairan di bawahnya bawahnya menjadi bening. Adanya warna merah bata yang dihasilkan pada saat penambahan albumin dengan Millon menunjukkan reaksinya positif sebab pereaksi Millon dapat bereaksi dengan gugus fenol dari asam amino yang terdapat pada albumin. Albumin yang mengandung tirosin akan memberikan uji positif yang mengandung gug gugus us fenol.
BAB V KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu: Pada tes ninhidrin, asam aspartat, alanin dan glisin memberikan hasil memberikan hasil positif yaitu dengan terbentuknya kompleks ungu dan pada albumin terbentuk warna coklat. Hal ini sesuai dengan teori bahawa semua asam amino dan protein memberikan hasil positif dengan reaksi ninhidrin. Pada reaksi gugus rantai samping (gugus R), asam amino sistein yang berbentuk
kristal
cysteina
hidroklorida
memberi
hasil
positif
dengan
menghasilkan warna merah anggur yang menunjukkan bahwa asam amino tersebut mengandung gugus sulfhidril. Pada reaksi Biuret, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk kompleks ungu yang menunjukkan adanya ikatan peptida. Sedangkan pada glisin, asam aspartat dan alanin memberikan hasil negatif negatif karena tidak terdapat ikatan ikatan peptida. Pada reaksi Hopkins-Cole, albumin memberikan hasil positif karena terbentuk cincin flokulasi berwarna ungu. Ini disebabkan karena adanya asam amino dengan gugus indol spesifik yaitu triptofan yang terkandung dalam albumin sedangkan pada alanin, glisin, dan asam aspartat memang tidak memberikan hasil positif karena tidak mengandung asam amino triptofan. Pada reaksi Millon, albumin memberikan hasil positif dengan membentuk endapan putih putih yang berubah
menjadi merah bata karena mengandung asam
amino tirosin sedangkan pada alanin, glisin, dan asam aspartat.
1.2 Saran 5.2.1 Untuk Percobaan
Sebaiknya digunakan asam-asam amino yang lain agar dapat diketahui dengan baik reaksi-reaksi spesifik yang terjadi pada asam – asam asam amino dan protein tersebut sehingga hasilnya dapat dibandingkan dan wawasan praktikan bertambah.
1.2.2
Untuk Laboratorium Laboratorium
Alat dan bahan masih ada yang kurang dan ruangan sudah bagus, dan aman digunakan dalam pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fressenden, J.R., dan Fressenden, S.J., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik , Binarupa Aksara, Jakarta. Hart, H., dkk., 2003, Kimia Organik , Erlangga, Jakarta. Hidayat, H.E., 2011, Asam Amino Penyusun Protein, Protein, (http://hernandi-asam amino.com), Diakses Pada Hari Jumat Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 19.00 WITA. Ismadi, M., 1993, Biokimia, 1993, Biokimia, Gadja Gadja Mada Universiti Press, Jakarta. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar 1994, Dasar-dasar Biokimia, Biokimia, UI-Press, Jakarta
BAGAN KERJA
A. Tes Ninhidrin
3 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1 %
Dipanaskan hingga mendidih
Diamati
Hasil
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan asam aspartat
B. Tes Gugus R dari Asam Amino Sistein Kristal Cysteina HCl
Hasil
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dilarutkan dengan 5 mL akuades
Ditambahkan 0,5 mL Natrium Nitroprussida 1 %
Ditambahkan 0,5 mL NH 4OH
Diamati
C. Tes Biuret
3 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M, dihomogenkan
Ditambahkan setetes CuSO4 0,01 M, diamati
Ditambahkan lagi CuSO4 berlebih, diamati
Hasil
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan asam aspartat
D. Tes Hopkins-Cole
2 mL albumin
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL pereaksi Hopkins, dihomogenkan
Ditambahkan 4 mL H 2SO4 pekat
Diamati
Hasil
Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan asam amino alanin, glisin dan asam aspartat
E. Tes Millon
5 mL albumin
Hasil
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 4 tetes pereaksi Millon, diamati
Dipanaskan, ditambahkan pereaksi Millon berlebih
Diamati